Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

METODE PEMBELAJARAN KLINIK COACHING


Dosen Pengempu : Hastuti Usman, SST.,M.Keb

Disusun oleh :
Kelompok 12

Ni Putu Yuni Widiasih : PO7124320043


Zahra Cahyani Hidayat : PO7124320071

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI S.Tr KEBIDANAN TINGKAT III B
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatnya lah kami diberikan kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Metode Pembelajaran Klinik Coaching.” Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah Metodik Khusus dari dosen pengempu ibu Hastuti Usman,
SST.,M.Keb. Di jurusan kebidanan, prodi S.Tr kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.
Terlepas dari semuannya itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Mamboro, 25 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. Peran Pembimbing Dalam Coaching.........................................................................3
B. Definisi Coaching......................................................................................................3
C. Keuntungan Coaching...............................................................................................4
D. Kelemahan Coaching.................................................................................................4
E. Hambatan Coaching...................................................................................................5
F. Proses Coaching.........................................................................................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................................7
A. Kesimpulan................................................................................................................7
B. Saran..........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode pembelajaran klinik merupakan salah satu metode mendidik peserta didik
di klinik yang memungkinkan pendidik memilih dan menerapkan cara mendidik yang
sesuai dengan objectif (tujuan) dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan
kerangka konsep pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut dalam pembelajaran klinik
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya penetapan rumah sakit atau klinik sebagai
lahan praktik, adanya komunitas profesi yang mampu menciptakan iklim yang kondusif
dan berperan sebagai role model, tujuan instruksional yang jelas dan menentukan
kompetensi yang akan dicapai, serta menetapkan sistem evaluasi yang sesuai (Maritalia
& Rahmah, 2016).
Perubahan di dalam metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
tercapainya keberhasilan tujuan pembelajaran . Terdapat beberapa metode dalam
pembelajaran yang dapat diterapkan di laboratorium diantaranya adalah metode
pendampingan, bermain peran (role-play), sandiwara, demonstrasi, praktek lapangan,
permainan (games), simulasi, maupun coaching/bimbingan. Metode bimbingan yang
diterapkan di Akademi Keperawatan Pemerintah Kota Pasuruan selama ini yang sering
dipakai adalah metode demonstrasi, kebanyakan pembimbing juga cenderung
memperlakukan sama untuk setiap mata kuliah tanpa melihat karakteristik mahasiswa
dan kompetensi yang akan diberikan (Huda et al., 2019).
Metode bimbingan coaching adalah metode bimbingan intensif melalui
perorangan dan praktek yang diikuti dengan pemberian umpan balik (Salim, 2015).
Dalam proses coaching, fasilitator melaksanakan hal-hal sebagai berikut: menjelaskan
keterampilan dan interaksi yang akan dilakukan kepada peserta yang di bimbing,
memperagakan keterampilan dengan cara yang sistematis, efektif dengan menggunakan
alat bantu, mengamati secara seksama simulasi ulang oleh peserta pada tatanan seperti
kondisi nyata (Huda et al., 2019).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu peran pembimbing dalam coaching?
2. Apa definisi dari coaching?
3. Apa keuntungan dan kelemahan dari coaching?
4. Apa hambatan dari coaching?
5. Bagaimana proses dari coaching?
C. Tujuan
1. Mampu mengaplikasikan metode pembelajaran praktik klinik dengan metode
coaching.
2. Mampu membangun hubungan dan komunikasi antara mahasiswa dengan
pembimbing.
3. Dapat mendorong kemampuan masing-masing individu sesuai dengan minatnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Pembimbing Dalam Coaching
Terdapat beberapa peran pembimbing dalam coaching yaitu sebagai berukut
(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018) :
a. Sebagai Mitra Kerja (Partner) yang memberdayakan pegawai agar bisa
mengaktualisasikan potensinya
b. Sebagai Penjamin Mutu (Quality Assurance) yang melakukan proses pemantauan
dan evaluasi atas kinerja pegawai
c. Sebagai Mediator yang menjadi penjembatan komunikasi antara pegawai dengan
atasan dari atasan langsung
B. Definisi Coaching
Coaching adalah pembimbingan peningkatan kinerja untuk mencapai tujuan
melalui pembekalan kemampuan memecahkan permasalahan dengan mengoptimalkan
potensi diri. Sebagai seorang Coach, atasan langsung bertanggungjawab untuk
melakukan aktivitas coaching kepada bawahannya dengan menjadi mitra kerja bagi
bawahannya (Coachee).
Coaching merupakan proses untuk mencapai suatu prestasi kerja yang
mendampingi, memberikan tantangan, menstumulasikan dan membimbing untuk terus
berkembang sehingga seseoarng bisa mencapai suatu prestasi yang diharapkan.
Seseorang yang melakukan coaching disebut coach dan orang yang dicoaching disebut
coachee.
Coaching sebagai salah satu penerapan gaya kepemimpinan transformasional
didefinisikan sebagai kemitraan dalam sebuah proses percakapan yang mendalam untuk
pembangkitan pemikiran dan kreativitas berpikir, yang mengilhami sehingga dapat
memaksimalkan potensi pribadi dan profesionalisme (Kurnia, 2012). Jadi Manager
sebagai coach akan mengarahkan setiap talent untuk dapat lebih sering mengungkapkan
pemikiran-pemikiran kreatifnya sehingga pribadi talent dapat maksimal dan berkembang
baik dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan dari segi kemandiriannya (Munthe,
2015).

3
C. Keuntungan Coaching
Keuntungan dari metode ini adalah dapat mendorong kemampuan masing-masing
individu sesuai dengan minatnya, dapat menilai masing-masing peserta dengan berbagai
metode penilaian termasuk observasi dan interview, dapat mengikuti lebih dekat setiap
perkembangan peserta, coaching/bimbingan lebih pada pendekatan personal dibanding
dengan training kelompok, serta peserta merasa lebih termotivasi dan bertanggung jawab
untuk melakukan keterampilan yang baru dipelajari karena bimbingan berlangsung terus
menerus dan personal. Pendekatan dalam coaching yang lebih manusiawi adalah
komponen yang penting untuk memperbaiki kualitas pelatihan keterampilan klinik yang
pada akhirnya meningkatkan kualitas pelayanan (Salim, 2015).
D. Kelemahan Coaching
Kelemahan Coaching diantaranya adalah :
1. Pendengar yang buruk
Coaching dikatakan berhasil seandainya bawahan (coachee) dapat
memahami situasi yang dihadapinya dan mencari solusi yang paling efektif bagi
dirinya sendiri. Untuk bisa mencapai tujuan itu, pemimpin harus mampu
berempati terhadap bawahan. Peran tersebut tidak mungkin bisa dilakukan
seandainya pemimpin memiliki kemampuan mendengar yang buruk.
2. Terlalu banyak memberi informasi, instruksi dan solusi
Pemimpin mungkin paling banyak memiliki informasi. Pemimpin pun
berhak memberikan instruksi. Bahkan solusi terbaik bisa dilahirkan dari pikiran
pemimpin. Tapi coaching bukan tentang apa yang paling penting dan paling baik
bagi pemimpin. Coaching tentang apa yang paling bermanfaat dan efektif bagi
bawahan. Selagi atasan merasa percakapan coaching adalah untuk
kepentingannya, maka seketika coaching bisa dikatakan gagal.
3. Menyalahkan orang lain
Suasana percakapan yang dipenuhi upaya mencari kambing tidak akan
membuahkan hasil coaching yang efektif. Karena arah coaching akan berubah
dari upaya menyelesaikan masalah menjadi upaya mempertahankan diri.

4
4. Memaksakan pendapat
Memaksakan pendapat merupakan perilaku buruk yang harus ditinggalkan
oleh seorang pemimpin dalam coaching. Perilaku tersebut akan menghambat
berkembangnya komunikasi dua arah dan mengunci percakapan menjadi satu
arah.
5. Fokus pada masalah
Seperti dalam konsep law of attraction, apa yang menjadi fokus perhatian,
itulah yang akan terjadi. Fokus pada masalah, pembicaraan coaching akan
berputar-putar pada masalah. Sementara jika coaching diarahkan pada
penyelesaian masalah, maka solusi didapat.
E. Hambatan Coaching
Hambatan-hambatan yang bisa terjadi dalam kegiatan Coaching yaitu :
1. Budaya menghakimi/memarahi
Kita langsung memarahi individu saat melakukan kesalahan. Marah terkadang
tidak bisa dihindari tetapi yang kerap kita lupakan adalah apa yang kita lakukan
setelah marah. Kalau yang kita lakukan membenci atau menjauhi, tentu akan
berbeda efeknya dengan ketika yang kita lakukan setelah itu adalah mendekati
dan meng-coach-nya.
2. Budaya membiarkan
Kita membiarkan individu bekerja sendiri-sendiri karena kita malas atau tidak
peduli dengan skill mereka. Membiarkan seperti ini tentu berbeda dengan
membiarkan yang punya pengertian memberi kesempatan untuk mandiri dalam
menerapkan pengetahuan.
3. Budaya mengerjakan sendiri
Kita menangani sebagian besar pekerjaan dan enggan untuk mendelegasikannya
kepada yang lain karena kurang percaya.
4. Budaya mengharapkan hasil yang instan
Kita mengharapkan hasil yang instan dari apa yang kita instruksikan pada mereka.
5. Budaya arogansi birokrasi
Kita menjaga jarak dengan individu untuk melindungi gengsi atau kita enggan
turun ke bawah.

5
F. Proses Coaching
Proses coaching adalah untuk menetapkan dan menjelaskan arah dan tujuan serta
untuk mengembangkan rencana-rencana kerja untuk mencapai tujuan. Selain itu
dijelaskan juga satu pengertian mengenai hal-hal yang penting dalam kehidupan bahwa
kita diberikan kemampuan untuk mengambil dan melaksanakan tanggung jawab yang
telah diberikan dan membangun sertamelakukan setiap rencana kerja. Secara sederhana
proses coaching akan membantu untuk menciptakan visi yang terbaik dan terbaru yang
dimiliki dalam rangka mencapai suatu keberhasilan. Dimana keberhasilan adalah saat kita
dapat mencapai tujuan secara kontinyu.
Dalam prosesnya metode coaching ini juga lebih menekankan pada proses yang
rinci yaitu sebelum praktek peserta dan fasilitator mengadakan pertemuan untuk
mereview kegiatan, termasuk langkah-langkah yang perlu ditekankan dalam praktek dan
setelah praktek secepatnya diberikan umpan balik, dengan checklist, dan fasilitator
berdiskusi tentang kemampuan belajar peserta sesuai dengan kinerja mereka dan
memberi saran perbaikan. Proses pembelajaran coaching juga lebih terpantau dan
pembimbing lebih terfokus pada masing-masing mahasiswa (Huda et al., 2019)

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Coaching adalah pembimbingan peningkatan kinerja untuk mencapai tujuan
melalui pembekalan kemampuan memecahkan permasalahan dengan mengoptimalkan
potensi diri. Keuntungan dari metode ini adalah dapat mendorong kemampuan masing-
masing individu sesuai dengan minatnya, dapat menilai masing-masing peserta dengan
berbagai metode penilaian termasuk observasi dan interview, dapat mengikuti lebih dekat
setiap perkembangan peserta, coaching/bimbingan lebih pada pendekatan personal
dibanding dengan training kelompok, serta peserta merasa lebih termotivasi dan
bertanggung jawab untuk melakukan keterampilan yang baru dipelajari.
Proses coaching adalah untuk menetapkan dan menjelaskan arah dan tujuan serta
untuk mengembangkan rencana-rencana kerja untuk mencapai tujuan.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa agar lebih mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang metode coaching sehingga mampu menjadi mentor, CI atau kepala ruangan
didalam lahan praktik.

7
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, M., & Putri R. D. (2018). Metodik Khusus. "Jurnal Sarjana Terapan Kebidanan Stikes
Karya Husada Semarang".
Hidayat A, Mufdlilah D. (2018). Preseptorship Dalam Clinical Teaching.
Huda, N., Toha, M., & Sujawadi, M. (2019). Pengaruh Metode Bimbingan Coaching dan
Motivasi Terhadap Kompetensi Rawat Luka. “Jurnal Citra Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Banjaramasin.” Citra Keperawatan 7(1):23–32.Eperawatan, 7(1), 23–32.
Ira, Jayanti. (2021). Metodik Khusus Dalam Ilmu Kebidanan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2018). Panduan Coaching , Mentoring , Dan Belajar
Mandiri.
Munthe, R. G. (2015). Menerapkan Coaching Sebagai Gaya Kepemimpinan Masa Kini. Jurnal
Manajemen, 14(2), 271–280.
Santy, I., & Astri Y. (2021). Buku Saku Mutu Pelayanan Kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai