Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH MANAJEMEN DIKLAT

JENIS-JENIS METODE PELATIHAN


Dosen pengampu : Sri Murwantini, ST., MT

Disusun Oleh;

DEDI HENDRA KURNIAWAN ACE 118 039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kerena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
dengan baik. Dalam makalah ini penulis membahas mengenai hal yang berkaitan
dengan ” JENIS-JENIS METODE PELATIHAN”, yang akan penulis terangkan
lebih jelas di bab berikutnya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh kerena itu penulis menerima segala saran serta keritik yang
dapat membagun. Kritik dari pembaca sangat penulis harapakan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Palangka Raya, 8 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 1
C. Tujuan....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2
A. Pengertian Pelatihan ................................................................. 2
B. Model Pelatihan ....................................................................... 2
C. Metode Pelatihan ...................................................................... 3

BAB III PENUTUP.......................................................................................


A. Kesimpulan............................................................................... 4
B. Saran.......................................................................................... 4

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelatihan sebagai sebuah konsep program yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan seseorang (sasaran didik), saat ini berkembang sangat pesat dan modern.
Perkembangan model pelatihan (capacity building, empowering, training dll) saat ini tidak
hanya terjadi pada dunia usaha, akan tetapi pada lembaga- lembaga profesional tertentu yang
mana model pelatihannya berkembang pesat sesuai dengan kebutuhan belajar, proses belajar
(proses edukatif), assessment, sasaran, dan tantangan lainnya (dunia global dll.).
Model pelatihan pada awalnya berkembang pada dunia usaha terutama melalui magang
tradisional, dalam sebuah magang tradisional kegiatan belajar-mengajar dilakukan oleh seorang
pendidik dan peserta didik, dalam perkembangan selanjutnya interaksi edukatif yang terjadi tidak
hanya melalui perorangan akan tetapi terjadi melalui sekelompok peserta didik yang memiliki
kebutuhan dan tujuan belajar yang sama dengan seorang, dua orang, atau lebih pelatih
(mentor/trainers).
Perkembangan pelatihan sehingga melahirkan model-model pelatihan yang sederhana sampai
pada model pelatihan yang kompleks sangat bergantung pada budaya manusia (masyarakat itu
sendiri). Terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan (belajar), usaha, manajemen,
teknologi, masyarakat dll.).
B. Rumusan Masalah
 apa saja model pelatihan.
 apa saja metode pelatihan.

C. Tujuan
 Mengetahui apa saja model pelatihan.
 Mengetahui apa saja metode pelatihan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PELATIHAN
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang menggambarkan
suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun masyarakat. Pendidikan dengan
pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan
sumber daya manusia, yang di dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan dan
pengembangan tenaga manusia. Agar sumber daya manusia dapat diperdayakan secara
maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia
tersebut dapat terpenuhi.
B. MODEL PELATIHAN.
Model pelatihan bertujuan untuk meningkatkan SDM sebagai tenaga kerja yang
akhirnya dapat meningkatkan produksi. Pelatihan juga dapat dilakukan di masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kualitas pengetahuan atau keterampilan tertentu dari masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa model pelatihan :
1. Model Induktif
Model ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis kebutuhan belajar yang bersifat kebutuhan
terasa (felt needs) atau kebutuhan belajar dalam pelatihan yang dirasakan langsung oleh
peserta pelatihan. Pelaksanaan identifikasinya pun harus dilakukan secara langsung kepada
peserta
pelatihan itu sendiri.
Keuntungannya yaitu dapat memperoleh informasi langsung mengenai
kebutuhan peserta pelatihan, sehingga memudahkan pelatih untuk
memilih materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan.
Kelemahannya yaitu menetapkan materi pelatihan secara menyeluruh
dan umum, juga membutuhkan waktu, dana dan tenaga yang banyak
2. Model Deduktif
Pendekatan pada model ini dilakukan secara deduktif, dalam pengertian bahwa
Mengidentifikasi kubutuhan pelatihan dilakukan secara umum dan sasaran yang luas. Dalam
menetapkan kebutuhan pelatihan, dipilih peserta dengan karakteristik yang sama dan
dilakukan pengajuan pertimbangan kepada seluruh peserta. Hasil identifikasi digunakan
dalam menyusun materi pelatihan yang bersifat menyeluruh. Pelatihan jenis ini melihat latar
belakang pendidikan, usia dan jabatan. Kemudian dikembangkan ke proses pembelajaran
dalam pelatihan yang lebih khusus.
Keuntungannya adalah hasil identifikasi diperoleh dari sasaran yang luas, sehingga ada
kecenderungan penyelesaiannya menggunakan harga yang murah, dan relatif lebih efesien
dibanding dengan tipe induktif karena informasi kebutuhan belajar yang diperoleh dapat
digunakan untuk penyelenggaraan proses belajar dalam pelatihan secara umum.
Kelemahannya dari segi efektifitasnya, karena belum tentu semua peserta pelatihan memiliki
karakteristik yang sama akan memanfaatkan, dan membutuhkan hasil identifikasi .
3. Model Klasik
Model ini ditujukan untuk menyesuaikan bahan bahan belajar sesuai kurikulum dengan
kebutuhan yang dirasakan peserta pelatihan. Identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan secara
terbuka kepada peserta pelatihan yang sudah ada dikelas. Pelatih mengidentifikasi
kesenjangan antara kemampuan yang dimiliki peserta dengan bahan belajar yang akan
dipelajari.
Tujuan dari model ini adalah untuk mendekatkan kemampuan yang telah dimiliki dengan
kemampuan yang akan dipelajari, sehingga peserta pelatihan (sasaran) tidak akan
memperoleh kesenjangan dan kesulitan dalam mempelajari bahan belajar yang baru.

2
Keuntungan dari model ini adalah untuk memudahkan peserta pelatihan (sasaran) dalam
mempelajari bahan belajar, di samping kemampuan yang telah dimiliki akan menjadi modal
untuk memahami bahan belajar yang baru.
Kelemahannya adalah bagi peserta pelatihan (sasaran) yang terlalu jauh kemampuan
dasarnya dengan bahan belajar yang akan dipelajari menuntut untuk mempelajari terlebih
dahulu kesenjangan kemampuan tersebut, sehingga dalam mempelajari kebutuhan belajar
yang diharapkannya membutuhkan waktu yang lama.
C. METODE-METODE PELATIHAN
Metode pelatihan berarti bagaimana cara penyampaian yang digunakan selama pelatihan itu
berlangsung sesuai dengan lingkungan pelatihan.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pelatihan, antara lain :

1. Metode on the job training


Metode on the job training merupakan metode yang paling banyak digunakan perusahaan
dalam melatih tenaga kerjanya. Para karyawan mempelajari pekerjaannya sambil
mengerjakannya secara langsung. Dengan menggunakan metode ini lebih efektif dan efisien
pelaksanaan pelatihan karena disamping biaya pelatihan yang lebih murah, tenaga kerja yang
dilatih lebih mengenal dengan baik pelatihannya.
2. Metode off the job training
Dalam metode off the job training, pelatihan dilaksanakan dimana karyawan dalam keadaan
tidak bekerja dengan tujuan agar terpusat pada kegiatan pelatihan saja. Pelatih didatangkan
dari luar organisasi atau para peserta mengikuti pelatihan di luar organisasi.
Keuntungan dengan metode ini metode yang diajarkan oleh pelatih berbeda sehingga
memperluas pengetahuan.
Kelemahannya adalah biaya yang digunakan relatif besar dan pelatih belum mengenal secara
lebih dalam para peserta latihan sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
pelatihan.

3
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelatihan (training) adalah proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan
prosedur sistematis dan terorganisir sehingga tenaga kerja non manajerial
mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan tertentu
Pelatihan merupakan penciptaan suatu lingkungan dimana kalangan tenaga kerja
dapat memperoleh danmempejari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan perilaku
spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.Pelatihan merupakan serangkaian aktivitas
yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan,pengalaman, ataupun
perubahan sikap seseorang inidividu.

B. Saran
Dalam pelatihan pengembangan terdapat tiga tahapan penting yang haru
dilakukan oleh sebuah organisasiatau instansi. Pertama tahapan penilaian. Kedua
tahapan pelatihan dan pengembangan. Ketiga tahapanevaluasi. Dengan begitu
pelatihan dan pengembangan karyawan akan menghasilkan manfaat yang baik
dalamrangka mencapai tujuan organisasi.

4
DAFTAR PUSTAKA
http://herususilofia.lecture.ub.ac.id/files/2014/12/PELATIHAN-I-KELOMPOK-2.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_LUAR_SEKOLAH/196111
091987031-MUSTOFA_KAMIL/Bhaan_kuliah/Model-model_pelatihan.pdf
http://sitiaisyah.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/136/2018/11/Modell-dan-
metode-Pelatihan.pdf

Anda mungkin juga menyukai