Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

METODE PEMBELAJARAN DIKLAT

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen


Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan

Dosen Pengampu: Dr. H. Muh. Imam Khaudli, S.Pd.I, M.Si.

Disusun Oleh : Kelompok 4

1. Muhammad Ma’ruf Arwani


2. Ahmad Faqih Badrul M

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
BLOKAGUNG - BANYUWANGI
2023

i
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI ................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 1
C. Tujuan Masalah ................................................................... 1
BAB II .......................................................................................... 3
A. Konsep Pendidikan Diklat.................................................... 3
B. Metode Pelatihan ................................................................ 3
C. Macam-macam Metode Pelatihan Diklat ............................ 7
D. Strategi Metode pembelajaran Diklat ................................. 8
E. Pembelajaran andragogi ..................................................... 9
PENUTUP .................................................................................... 13
A. Kesimpulan ......................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 14

ii
BAB I
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi
Sumber Daya Manusia melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep
pembelajaran yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar dan pembelajaran. Konsep
belajar berakar pada pihak peserta pembelajaran/peserta diklat dan konsep
pembelajaran berakar pada pihak fasilitator/widyaiswara. Dalam proses belajar
mengajar (PBM)akan terjadi interaksi antara peserta pembelajaran dengan narasumber
/ fasilitator/ widyaiswara. Peserta pembelajaran adalah seseorang atau sekelompok
orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang fasilitator
adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah dan
pengelola kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Mengenai konsep dan proses tersebut diatas kaitannya dengan Pendikan dan
Pelatihan hampir tidak ada bedanya, yang membedakan adalah dalam menerapkan
pendekatan pembelajarannya. Jika dalam proses PBM lebih mengedepankan
pendekatan Paedagogik sedangkan dalam proses Diklat lebih tepat mengedepankan
Andragogik.
Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta
pembelajaran, guru/pendidik/fasilitator, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode
mengajar, media atau sumber belajar dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah
perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta pembelajaran atau
peserta diklat setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang
secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati
melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.
Jika berorientasi pada Tujuan Diklat maka akan mengubah pada peningkatan
wawasan pengetahuan/knowledge, peningkatan sikap dan perilaku/attitude dan
peningkatan keahlian dan keterampilan/skillnya. (PP No. 101 tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan bagi Pegawai Negeri Sipil).
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari
pembahasan mengenai pendidikan atau pelatihan karena keeratan hubungan antara
keduanya. Metodologi mengajar dalam dunia pembelajaran perlu dimiliki oleh
pendidik/fasilitator/widyaiswara, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM)

1
bergantung pada cara mengajar fasilitatornya. Jika cara mengajarnya enak, maka
peserta pembelajaran akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan.
Jika antusiasme mengikuti pembelajaran atau diklat tercipta maka proses KBM atau
kediklatan akan kondusif dan efektif dan hasil belajar yang dicapai akan berpengaruh
pada pesertanya.
Karena metode mengajar banyak ragamnya, maka kita harus mampu
menerapkan aneka ragam metode tersebut agar dalam proses belajar mengajar
bervariatif, disesuaikan dengan tipe belajar peserta diklat dan kondisi serta situasi
yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh
fasilitator dapat terwujud/tercapai. Karena pada hakikatnya semakin bervariatif
metode pembelajaran yang diterapkan akan semakin dekat dengan pencapaian tujuan,
sebaliknya semakin terbatas metode pembelajaran akan semakin jauh atau kering dari
pencapaian tujuan pembelajaran. Melihat begitu pentingnya metode mengajar dalam
pembelajaran pendidikan dan pelatihan, maka penulis ingin membahasnya lebih jauh
terkait dengan Metode pembelajaran dalam pendidikan dan pelatihan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode pembelajaran diklat
2. Apasaja macam-macam metode pembelajaran diklat
3. Bagaimana pembelajaran andragogi
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian metode pembelajaran diklat
2. Untuk mengetahui apasaja macam-macam metode pembelajaran diklat
3. Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran andragogi

2
BAB II
A. Konsep Pendidikan Diklat
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan
yang ditempuh. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan metode sebagai cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.
Metode juga menyangkut masalah cara kerja untuk memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai
tujuan.
Metode pendidikan pelatihan adalah metode pembelajaran dalam pendidikan dan
pelatiihan dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran.

B. Metode Pelatihan
Menurut Cherrington (1995:358), metode dalam pelatihan dibagi dua, yaitu on the
job training dan off the job training. On the job training lebih banyak digunakan
dibandingkan off the job training. Hal ini disebabkan karena metode on the job training
lebih focus pada peningkatan produktivitas secara tepat. Sedangkan metode off the job
training lebih fokus pada perkembangan dan pendidikan jangka panjang.

1. Model on the job training


a. Makna on the job training

Menurut Gary Dessler (2006: 285) on the job (OJT) merupakan kegiatan melatih
seseorang untuk mempelajari pekerjaan sambil mengerjakannya.

Menurut Handoko (1989) pelatihan diberikan pada saat karyawan bekerja.


Sambil bekerja seperti biasa, karyawan memperoleh pelatihan sehingga dapat
memperoleh umpan balik secara langsung dari pelatihnya.

b. Bentuk Pelatihan On The Job Training

Menurut Cherrington (1995: 358) bentuk On The Job Training dibagi menjadi enam :

1) Job Instruction Training

3
Job Instruction Training merupakan bentuk pelatihan yang memerlukan
analisis kinerja pekerjaan secara teliti. Pelatihan ini dimulai dengan penjelasan awal
tentang tujuan pekerjaan . pelatihan ini dimulai dengan penjelasan awal tetang tujuan
pekerjaan dan menunjukan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan.

2) Apprenticeship

Merupakan bentuk pelatihan yang mengarah pada proses penerimaan


karyawan baru yang bekerja bersama dan dibawah bimbingan praktisi yang ahli untuk
beberapa waktu tertentu. Efektivitas pelatihan ini bergantung pada kemampuan
praktisi yang ahli dalam mengawasi proses pelatihan.

3) Internship dan Assistantships

Merupakan bentuk pelatihan yang hampir sama dengan pelatihan


apprenliceships, hanya pelatihan ini mengarah pada kekosongan pekerjaan yang
menuntut pendidikan formal yang lebih tinggi. Contoh internships training adalah
cooperalive education project maksudnya aadalah pelatihan bagi siswa yang bekerja
disuatu perusahaan dan diperlakukan sama seperti karyawan dalam perusahaan, tetapi
tetap dibawah pengawasan ahli.

4) Job Rotation dan Transfer

Merupakan proses belajar untuk mengisi kekosongan dalam manajemen dan


teknikal.pelatihan ini memiliki beberapa kekurangan yaitu:

a) Peserta pelatihan hanya merasa dipekerjaan sementara tidak mempunyai komitmen


untuk terlibat dalam pekerjaan dengan sungguh sungguh.
b) Banyak waktu yang terbuang untuk member orientasi pada peserta terhadap
kondisi pekerjaan yang baru.

Pelatihan ini juga mempunyai keuntungan yaitu jika pelatihan ini diberikan oleh
manajer ahli maka peserta akan memperoleh tambahan pengetahuan mengenai
pelaksanaan dan praktik dalam pekerjaan.

5) Junior Boards and Committee Assignment

Merupakan alternative pelatihan dengan memindahkan peserta pelatihan


dalam komite dengan tujuan bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan

4
administrasi dan menempatkan peserta dalam anggota eksekutif agar memperoleh
kesempatan dalam berinteraksi dengan eksekutif yang lain.

6) Couching dan counselling

Merupakan bentuk pelatihan yang mengharapkan timbal balik dalam


penampilan kerja, dukungan dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan cara
melakukan pekerjaan secara tepat.

2. Model off the job training


a. Makna off the job training

Merupakan bentuk pelatihan yang dilakukan diluar waktu kerja, dan


berlangsung dilokasi yang jauh dari tempat kerja, agar perharian peserta lebih
terfokus.

Peserta pelatihan menerima presentasi tentang aspek tertentu, kemudian


diminta untuk memberikan tanggapan sebagaimana dalam kondisi yang sebenarnya.
Dalam teknik ini juga digunakan metode simulasi.

Kelebihan dari metode off the job training ini adalah

1) Trainer lebih terampil dalam mengajar


2) Trainer atau karyawan terhindar dari kekacauan dan tekanan situasi kerja
3) Tidak mengganggu proses kerja di tempat kerja
4) Waktu dan perhatian memadai
b. Bentuk pelatihan off the job training

Menurut cherrington (1995:358) metode pelatihan off the job training dibagi
menjadi tiga belas macam, yaitu:

1) Vestibule training

Merupakan bentuk pelatihan yang dilakukan ditempat tersendiri yang dikondisikan


seperti tempat aslinya.

2) Lecture

Merupakan bentuk pelatihan berbentuk penyampaian informasi kepada sejumlah orang


dalam waktu bersamaan

3) Independent self study


5
Merupakan bentuk pelatihan yang mengharapkan peserta untuk melatih diri sendiri,
misalnya dengan membaca buku, majalah, mengambil kursus pada universitas local dan
mengikuti pertemuan profesional.

4) Visual presentation

Merupakan bentuk pelatihan dengan menggunakan televise, fulm, video, atau


presentasi dengan menggunakan slide.

5) Conferences dan discussion

Merupakan pelatihan yang digunakan untuk pengambilan keputusan dan masing-


masing peserta dapat saling belajar antara yang satu dengan yang lainnya.

6) Teleconferencing

Merupakan bentuk pelatihan dengan menggunakan satelit, yang pelatih dan peserta
dimungkinkan untuk berada pada tempat yang berbeda.

7) Case Studies

Merupakan pelatihan yang digunakan dalam kelas bisnis, yaitu peserta dituntut untuk
menemukan prinsi-prinsip dasar denngan menganalisis masalah yang ada.

8) Role Playing

Merupakan bentuk pelatihan yang mengondisikan peserta pada permsalahan tertentu.


Peserta harus dapat menyelesaikan permasalahan seolah-olah terlibat langsung.

9) Simulation

Merupkan bentuk pelatihan yang menciptakan suasana belajaryang sangat sesuai atu
mirip dengan kondisi pekerjaan. Pelatihan ini digunakan untuk belajar secara teknikal
danmotor skill.

10) Programmed Instruction

Merupakan bentuk pelatihan penerapan prinsip dalam kondisi opersional,


biasanyamenggunakan computer.

11) Computer-based training

6
Merupakan bentuk pelatihan yang diharapkan mempunyai hubungan interktif antara
computer dengan peserta, yaitu peserta diminta untuk merespon secara langsung selama
proses belajar.

12) Laboratory Trainning

Merupakan bentuk pelatihan yang terdiri dari kelompok diskusi yang tidak beraturan.
Setiap peserta diminta untuk mengungkapkan perasaannya antara yang satu dengan yang
lain. Tujuan pelatihan ini adalah untuk menciptakan kewaspadaan dan menigkatkan
sensitivitas terhadp prilaku dan persaan orang lain atau pun dalam kelompok.

13) Programmed Group Excersice

Merupakan bentuk pelatihan yang melibatkan peserta untuk bekerjasama dalam


memecahkan masalah.

C. Macam-macam metode pembelajaran diklat


Pendidikan dan pelatihan berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi empat
macam, antara lain :

1. Pendidikan Umum, yaitu pendidikan yang dilaksanakan di dalam dan di luar sekolah,
baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, dengan tujuan
mempersiapkan para peserta tersebut memperoleh pengetahuan umum.
2. Pendidikan Kejuruan, yaitu pendidikan umum yang direncanakan untuk
mempersiapkan pada peserta pendidikan mau melakukan pekerjaan sesuai dengan
bidang kejuruannya.
3. Latihan Keahlian, yaitu bagian dari pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
ketrampilan yang diisyaratkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan termasuk di
dalamnya latihan ketata-laksanaan.
4. Latihan Kejuruan, yaitu bagian dari pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
ketrampilan yang diisyaratkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang pada
umumnya bertaraf lebih rendah dari pada latihan keahlian.

Untuk memilih metode pendidikan dan latihan yang tepat harus didasarkan pada
tujuan yang hendak dicapai, sarana yang ada dan jumlah penggunaan yang tersedia serta
waktu dari kegiatan. Maksud metode pendidikan dan latihan adalah sebagai suatu cara
sistematis yang dapat memberikan deskripsi secara luas serta dapat membuat suatu kondisi
tertentu dalam penyelenggaraan pendidikan dan latihan guna mendorong peserta dapat

7
mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik terhadap penyelesaian tugas
dan pekerjaan yang akan akan dibebankan kepadanya.

D. Strategi metode pembelajaran diklat


Metode penyampaian pelatian bergantung pada tujuan yang diinginkan. Meneurut
keren Lawson (1977), secara ringkas strategi pelatihan terdiri atas penambahan
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menumbuhkan sikap (prilaku).

1. Strategi untuk Menambah Pengetahuan

Tujuan pelatiha adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan kepada


peserta. Setelah selesai pelatihan, setiap peserta diharapkan semakin luas pengetahuan
dan wawasannya sehingga berdaya guna dalam meningkatkan kinerja untuk mencari
ide-ide dan pemikiran baru. Menambah pengetahuan dalam dilaksanakan dengan
metode:

a. Buku tes/materi tertulis


b. Kuliah dan presentasi
c. Permainan
d. Diskusi terpadu
e. Tayangan
2. Strategi untuk meningkatkan Keterampilan

Jika tujuan pelatihan untuk menambahketerampilan peserta , aktivitas lapangan


menjadi landasan sbuah keberhasikan pelatihan. Praktik dilapangan merupakan cara
efektif untuk meningkatkan keterampilan karena banyaknya kasus yang akan dihadapi.
Kasus actual yang terjadi merupakan pembelajaran yang tepat untuk pelatihan tersebut.
Bentuk pelatihan ini diantaranya dengan cara:

a. Role play
b. Simulasi
c. On the job training
d. Aktifitas sesuai arahan.
3. Strategi untuk Menumbuhkan Sikap

8
Sikap atau perilaku merupakan salah satuparameter yangcukup penting dalam
membangun keberhasila sebuah tim. Perilaku efektif, positif dan lainnya menjadi dasar
komunikasi dan berujung pada sebuah win-win solusi jika melibatkan beberapa pihak.

Cara pelatihan ini dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut:

a. Diskusi terpadu
b. Diskusi kelompok
c. Debat
d. Studi kasus

E. Pembelajaran Andragogi
Istilah andragogi seringkali dijumpai dalam proses pembelajaran orang dewasa
(adult learning), baik dalam proses pendidikan nonformal (pendidikan luar sekolah) maupun
dalam proses pembelajaran pendidikan formal. Pada pendidikan nonformal teori dan prinsip
andragogi digunakan sebagai landasan proses pembelajaran pada berbagai satuan, bentuk dan
tingkatan (level) penyelenggaraan pendidikan nonformal. Pada pendidikan formal andragogi
seringkali digunakan pada proses pembelajaran pada tingkat atau level pendidikan menengah
ke atas. Namun demikian dalam menerapkan konsep, prinsip andragogi pada proses
pembelajaran sebenarnya tidak secara mutlak harus berdasar pada bentuk, satuan tingkat atau
level pendidikan, akan tetapi yang paling utama adalah berdasar pada kesiapan peserta didik
untuk belajar. Kondisi itu terjadi karena kita menganggap bahwa semua murid, peserta didik
(warga belajar) itu adalah sebagai orang dewasa yang diasumsikan memiliki kemampuan
yang aktif dalam merencanakan arah belajar, memiliki bahan, memikirkan cara terbaik untuk
belajar, menganlisis dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat dari belajar atau
dari sebuah proses pendidikan.

(Knowles, 1970) Fungsi guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator, bukan
menggurui, sehingga relasi antara guru dan peserta didik (murid, warga belajar) lebih bersifat
multicomunication. Oleh karena itu andragogi adalah suatu bentuk pembelajaran yang
mampu melahirkan sasaran pembelajaran (lulusan) yang dapat mengarahkan dirinya sendiri
dan mampu menjadi guru bagi dirinya sendiri. Dengan keunggulan-keunggulan itu andragogi
menjadi landasan dalam proses pembelajaran pendidikan nonformal. Hal ini terjadi karena
dalam pendidikan nonformal, formula pembelajarannya diarahkan pada kondisi sasaran yang
menekankan pada peningkatan kehidupan, pemberian keterampilan dan kemampuan untuk

9
memecahkan permasalahan yang dialami terutama dalam hidup dan kehidupan sasaran di
tengah-tengah masyarakat.

UNESCO mendefinisikan pendidikan orang dewasa sebagai seluruh proses


pendidikan yang terorganisasi di luar sekolah dengan berbagai bahan belajar, tingkatan dan
metode baik bersifat resmi maupun tidak yang meliputi upaya kelanjutan atau perbaikan
pendidikan yang diperoleh dari sekolah, akademi, universitas atau magang.

Pendidikan merupakan proses belajar sepanjang hayat. Belajar tidak hanya melalui
pengalihan atau transfer pengetahuan dari pengajar, tetapi juga belajar dari pengalaman.
Menurut Smith (1982), ada enam hal mengenai pembelajaran orang dewasa yaitu :

a. Belajar berlangsung sepanjang hayat, hidup berarti belajar. Belajar bukanlah suatu tugas,
tetapi suatu cara untuk mengikuti perkembangan dunia.

b. Belajar merupakan suatu proses

yang bersifat pribadi dan alamiah, tidak seorangpun dapat melakukan belajar untuk kita.
Belajar terjadi pada diri kita. Belajar merupakan proses yang dilakukan setiap langkah
sepanjang perjalanan hidup kita.

c. Belajar mencakup perubahan, sesuatu yang ditambahkan atau dikurangi.

d. Belajar dibatasi oleh tingkat perkembangan manusia. Belajar mempe-ngaruhi dan


dipengaruhi oleh perubahan biologis dan fisik dalam kepribadian, nilai peranan dan tugas
yang biasanya terjadi sepanjang rentang kehidupan normal.

e. Belajar berkaitan dengan pengalaman dan mengalami. Belajar adalah mengalami, yaitu
berinteraksi dengan lingkungan. Belajar adalah melakukan.

f. Belajar mengandung intuitif. Pengetahuan dapat muncul dari kegiatan belajar itu sendiri
secara tiba-tiba.

Teknik Pembelajaran Bagi Orang Dewasa Pada awalnya dahulu pengertian belajar
yang kita kenal selama ini sebagian besar berasal dari hasil studi yang dilakukan terhadap
anak-anak dan binatang. Oleh karena itu lahirlah istilah paedagogi yang berasal dari Bahasa
Yunani yaitu paid yang berarti anak dan agagos yang berarti mendidik. Jadi paedagogi adalah
suatu ilmu atau seni mengajar/ mendidik anak-anak. Dalam praktek paedagogi tersebut
kemudian diterapkan dalam mengajar orang dewasa dan hasilnya ternyata kurang efektif dan
kurang memuaskan. Karena ternyata metoda mengajar pada orang dewasa sangat berbeda

10
dengan metoda mengajar pada anak-anak. Ada perbedaan yang mendasar mengajar pada
anak-anak dan orang dewasa.

Oleh karena itu para ahli telah mengembangkan suatu teori dalam mengajar orang
dewasa yang disebut andragogi. Andragogi ini berasal dari bahasa Yunani , yaitu andre yang
berarti orang dewasa dan agagos yang berarti mendidik. Jadi andragogi adalah ilmu atau seni
dalam membantu orang-orang dewasa belajar.

Ada beberapa asumsi yang mendasari dan membedakan antara paedagogi dan
andragogi yaitu :

1. Konsep Diri

Konsep diri orang dewasa adalah berbeda dengan konsep diri anak- anak. Pada orang
dewasa konsep diri tidak lagi bergantung kepada orang lain. Orang dewasa sudah mampu
mengambil keputusan untuk dirinya dan mampu berdiri sendiri. Oleh karena itu orang
dewasa memerlukan perlakuan yang sifatnya menghargai khususnya dalam mengambil
keputusan. mplikasi dalam proses belajar orang dewasa yang berkenaan dengan konsep diri
adalah :

a). Perlu diciptakan iklim belajar sesuai dengan keadaan orang dewasa, baik ruangan
maupun peralatan yang digunakan. Perlu diciptakan kerja sama dan saling menghargai
antara peserta diklat dengan peserta diklat yang lain dan peserta diklat dengan
Widyaiswara.

b). Peserta diklat diikutsertakan mendiagnosa kebutuhan belajar. Mereka akan merasa
terlibat dan termotivasi untuk belajar, apabila yang mereka pelajari sesuai dengan
kebutuhannya.

c). Peserta diklat dilibatkan dalam kegiatan belajar. Widyaiswara hanya pembimbing
atau sebagai nara sumber. Dengan melibatkan peserta diklat dalam kegiatan belajarnya
maka mereka merasa bertanggung jawab terhadap kegiatan yang mereka lakukan.

d). Evaluasi belajar menekankan pada evaluasi diri sendiri. Widyaiswara lebih banyak
membantu peserta diklat seberapa jauh mereka telah memperoleh kemajuan dalam
belajarnya.

2. Pengalaman

11
Setiap orang dewasa memiliki pengalaman yang berbeda dengan orang dewasa
lainnya. Implikasi dari pengalaman orang dewasa yang banyak pada proses belajar mengajar
seperti berikut :

a). Orang dewasa dapat dijadikan sumber belajar, karena proses belajar pada orang
dewasa ditekankan pada teknik-teknik yang sifatnya menyadap pengalaman mereka
dengan jelas, seperti diskusi. Kelompok, metoda kasus, permainan peran, simulasi dan
sejenisnya.

b).Penekanan proses belajar mengajar pada aplikasi praktis, artinya pengenalan terhadap
konsep-konsep baru dijelaskan melalui pengalaman yang pernah dialami dalam
hidupnya. Jadi dalam proses belajar mengajar mereka belajar dari pengalaman.

3. Kesiapan untuk Belajar

Kesiapan belajar ini berkaitan dengan perlakuan sosial yang dilakukan. Implikasi
dari kesiapan belajar dalam proses belajar orang dewasa sebagai berikut :

a). Kurikulum proses belajar orang dewasa disusun berdasarkan peranan sosial yang
diembannya..

b). Kegiatan belajar , tujuannya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar mereka
makin mampu melaksanakan peranan sosialnya, maka belajar secara kelompok homogen
akan lebih efektif

d. Orientasi Terhadap Belajar

Bagi orang dewasa cenderung ingin secepatnya mengaplikasikan apa yang telah
mereka pelajari. Implikasi dari orientasi orang dewasa terhadap belajar seperti berikut :

a). Para Widyaiswara bukanlah berperan sebagai seorang guru yang mengajarkan mata
Pelajaran tertentu, tetapi Widyaiswara berperan sebagai pemberi bantuan kepada para
peserta Diklat.

b). Kegiatan yang dirancang bagi orang dewasa perlu berdasarkan mata pelajaran.

12
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. metode dalam pelatihan dibagi dua, yaitu on the job training dan off the job training.
On the job training lebih banyak digunakan dibandingkan off the job training. Hal ini
disebabkan karena metode on the job training lebih focus pada peningkatan
produktivitas secara tepat. Sedangkan metode off the job training lebih fokus pada
perkembangan dan pendidikan jangka panjang.
2. Widyaiswara sebagai sumber pendidikan PNS orang dewasa diharapkan memilik
pemahaman yang komprehensif sehingga mampu membekali peserta diklat dalam
melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan prinsi andragogi.
Diklat Aparatur adalah diklat yang mengajar, mendidik dan atau melatih
Umumnya yang sudah menjadi PNS adalah orang-orang pilihan karena telah melalu
seleksi dan juga telah memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, selain itu mereka
pada umumnya juga sudah berpengalaman
Efektifitas suatu Diklat khususnya Diklat Aparatur di Suatu Lembaga Diklat
selain dipengaruhi oleh sarana fasilitas Diklat dan pelayanan prima, juga sangat
dipengaruhi oleh pengalaman dan kualitas Widyaiswaranya. Untuk itu menjadi tugas
suatu Lembaga Diklat untuk membina Widyaiswaranya sehingga menjadi lebih
professional sesuai tuntutan teknologi dan tuntutan zaman. Untuk Lembaga Diklat
pembinaan tersebut dapat dilakukan dengan secara periodik diikutkan pada diklat-diklat
kewidyaiswaraan ataupun ditingkatkan pendidikan formalnya dari S1 ke S2 mengingat
peserta Diklat Aparatur sekarang banyak yang berpendidikan pasca sarjana , S2.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aries S. Sadiman, 1990, Media Pendidikan, Pustekom Depdikbud, CV. Rajawali, Jakarta
Basleman Anisah, 2005, Pendidikan Orang Dewasa, Modul Lembaga Administrasi Negara,
Jakarta.
Bondan Soedharto, 1992, Contoh Model Pembelajaran dengan Modul, Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru, Depdikbud, Jakarta.
Malcolm Tight, 1996, Key Konsep in Adult Education and Training, Rouledge, London.

14

Anda mungkin juga menyukai