Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi dan Metode
Pembelajaran kelas E
Disusun oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Penerapan
Metode Pembelajaran (2)”. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Strategi dan Metode Pembelajaran. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
menambah dan memahami beberapa metode pemebelajaran yang akan diterpakan untuk
peserta didik.
Kami sebagai penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak selaku dosen Strategi
dan Metode Pembelajaran. Saya juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................
A. Definisi Metode Pembelajaran..............................................................................................6
B. Penerapan Metode Karya Wisata..........................................................................................6
C. Penerapan Metode Debat.......................................................................................................9
D. Penerapan Metode Role Playing.........................................................................................11
E. Pengembangan metode lain.................................................................................................13
A. Kesimpulan…………………………………………………………..................……...….11
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metode pembelajaran?
2. Apa metode karya wisata, metode debat, metode role playing yang digunakan untuk
penerapan metode pembelajaran?
4
3. Bagaiamana pengembangan metode lain terhadap penerapan pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian metode pembelajaran;
2. Untuk mengetahui metode karya wisata, metode debat, metode role playing yang
digunakan untuk penerapan metode pembelajaran;
4. Bagaimana pengembangan metode terhadap penerapan pembelajaran.
5
BAB II PEMBAHASAN
Menurut Fathurrahrnan Pupuh (2007) metode secara harfiah berarti cara. Dalam
penlakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pernbelajaran, metode didefinisikan
sebagai cara..cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu keterampilan yang hams dirniliki oleh
seorang guru dalam pembelajaran adalah keterampilan rnemilih rnotode. Pemilihan metode
terkait langsung dengan usaha..usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai
dengan situasi dan kondisi, sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal.
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran
akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
Oleh karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah
bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan
kegiatan belajar,mengajar sarna pentingnya dengan komponen..komponen lain dalam
keselucuhan komponen pendidikan. Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam
mengajar akan semakin efektifkegiatan pernbelajaran. Tenrunya ada juga faktor..faktor lain
yang harus diperhatikan, seperti: faktor guru, anak, situasi (lingkungan belajar), media, dan
lain-lain. Setelah metode dibuat dengan sedemikian rupa langkah selanjutnya adalah pada
penerapannya yaitu tekni dan teknik mengajar sebagai penjabaran dari metode itu sendiri.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi '/ pembelajaran yang diterapkan oleh
guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan
strategi itu dapat diterapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan
Inetode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode,
dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru
yang satu dengan yang lain.
6
Roestiyah (2001:85), karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau
memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya
wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau
obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau
pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya. Metode field trip atau
karya wisata menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang
dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman
langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Meskipun karya wisata
memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan umum pendidikan dapat segera
dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar.
Unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam karya wisata adalah sebagai berikut:
7
c. Penentuan objek karyawisata.
d. Selain alasan-alasan yang telah dikemukakan di awal, perlu dipertimbangkan juga
dengan kurikulum yang ada. Apabila, bahan pelajaran itu tidak tercantum dalam
kurikulum dan guru berpendapat bahwa siswa harus mengetahui objek yang ada
itu maka dapat digunakan pertimbangan dari segi didaktik, yaitu prinsip
lingkungan. Misalnya, disaat siswa harus mengenal alam lingkungannya dengan
sebaik-baiknya.
e. Dengan demikian, alasan pertimbangan dan penetapan objek yang dipilih guru
berdasarkan berikut ini.
f. Kepentingan kurikulum/rencana pelajaran dalam setahun;
g. Kepentingan siswa didik untuk menambah pengalaman dan memperluas
pengetahuan;
h. Kepentingan objeknya;
i. Kepentingan guru sendiri. Mungkin saja selama ini guru bersangkutan belum
pernah melihat objek itu secara langsung dan dengan demikian untuk memperkaya
pengetahuan dan pengalaman guru, alangkah baiknya jika pergi bersama siswa
didik berkaryawisata;
j. Kepentingan didaktis yaitu kepentingan berdasarkan ilmu mengajar. Seperti kita
ketahui, menurut prinsip-prinsip didaktik, mengajar harus memperhatikan prinsip
peragaan dan lingkungan untuk menghindari timbulnya verbalisme (mengetahui
kata tetapi tidak memahami isi pengertian kata tersebut). Untuk itu metode karya
wisata merupakan metode yang tepat;
k. Penetapan waktu karyawisata; dan Untuk menetapkan berapa lama waktu yang
akan digunakan dalam karyawisata, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan.
l. Penetapan teknik-teknik untuk mempelajari objek.Sebelum karyawisata
dilakukan, guru dengan siswa didik perlu menetapkan teknik- teknik yang
umumnya dipergunakan adalah Observasi, Wawancara dan Diskusi.
2) Tahap Pelaksanaan, Tahap pelaksanaan ialah suatu tahapan yang disaat semua acara
yang telah disiapkan dan diatur seperti yang sebelumnya dilaksanakan.
Langkahlangkah yang dilakukan pada objek metode ini adalah:
1. pertemuan dengan pimpinan atau kepala pengurus objek yang kita kunjungi;
2. para siswa diatur untuk melakukan penelitiannya sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan oleh pimpinan objek tersebut;
8
3. siswa berperan aktif selama peninjauan dan pengamatan objek kepada petugas
untuk mendapatkan informasi melalui tanya jawab; dan
4. akhirnya, setelah semua kegiatan selesai, tidak lupa untuk mengucapkan terima
kasih kepada pimpinan objek tersebut.
3) Tahap Penyelesaian, Tahap penyeselesaian ini sering pula disebut tahap tindak lanjut,
yaitu suatu tahap setelah siswa kembali ke sekolah. Di kelas kemudian diadakan lagi
diskusi atau pertukaran data dan informasi untuk saling melengkapi. Setelah data dan
informasi terkumpul dengan lengkap, maka disusunlah sebuah laporan.
9
1. Susunlah sebuah pernyataan yang berisi pendapat tentang isu kontroversial yang terkait
dengan mata pelajaran anda (misalnya, “media Cuma membuat berita, bukan
melaporkannya.”)
2. Bagilah siswa menjadi dua tim debat. Berikan (secara acak) posisi “pro” kepada satu
kelompok dan posisi “kontra” kepada kelompok yang lain.
3. Selanjutnya buatlah dua hingga empat sub kelompok dalam masing-masing tim debat.
Misalnya, dalam sebuah kelas yang berisi 24 siswa. anda dapat membuat tiga sub
kelompok pro dan tiga sub kelompok kontra, yang masing masing terdiri dari empat
anggota. Perintahkan tiap sub kelompok untuk menyusun argumen bagi pendapat yang
dipegangnya, atau menyediakan daftar panjang argumen yang mungkin akan mereka
diskusikan dan pilih. Pada akhir dari diskusi mereka, perintahkan sub kelompok untuk
memilih juru bicara.
4. Tempatkan dua hingga empat kursi (tergantung jumlah dari sub kelompok yang dibuat
untuk tiap pihak) bagi para penjuru bicara dari pihak yang pro dalam posisi berhadapan
dengan jumlah kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra. Posisikan siswa
yang lain dibelakang tim debat mereka.
5. Mulailah “debat” dengan meminta para juru bicara mengemukakan pendapat mereka.
Sebutlah proses ini sebagai argumen pembuka
6. Setelah semua siswa mendengarkan argumen pembuka, hentikan debat dan suruh mereka
kembali sub kelompok awal mereka. Perintahkan sub sub kelompok untuk menyusun
strategi dalam rangka mengkonter argumen pembuka dari pihak lawan. Sekali lagi,
perintahkanlah tiap sub kelompok memilih juru bicara, akan lebih baik bila
menggunakan orang baru
7. Kembali ke “debat”. Perintahkanlah para juru bicara, yang duduk berhadap – hadapan,
untuk memberikan “argumen tandingan” ketika debat berlanjut (pastikan untuk
menyelang – nyeling antara kedua belah pihak), anjurkan siswa lain untuk bantahan
kepada pendebat mereka. Juga, anjurkan mereka untuk memberi tepuk tangan atas
argumen yang disampaikan oleh perwakilan tim debat mereka
8. Bila anda rasa perlu, akhirilah debat. Tanpa menyebutkan pemenangnya, perintahkanlah
siswa untuk kembali berkumpul membentuk satu lingkaran. Pastikan untuk
mengumpulkan siswa dengan meminta mereka duduk bersebelahan dengan siswa yang
berasal dari pihak lawan debatnya. Lakukan diskusi dalam satu kelas penuh tentang apa
yang didaptkan oleh siswa dari persoalan yang diperdebatkan. Juga perintahkan siswa
10
untuk mengenali apa yang menurut mereka merupakan argumen terbaik yang dikemukan
oleh kedua belah pihak.
Metode Role Playing atau Bermain Peran pada prinsipnya merupakan metode untuk
‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’
di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian terhadap. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan
masingmasing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi
pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang
diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan
permainan peran.
Langkah–langkah atau prosedur dalam pelaksanaan model pembelajaran role playing ini
adalah:
11
Tahapan pembelajaran Role Playing atau bermain peran seperti yang penulis kutip
dari Shaftel dan Shaftel, (dalam E. Mulyasa, 2003) meliputi :
Berdasarkan tahapan tersebut, terlihat bahwa terdapat dua tahap pemeranan dalam
Role Playing. Namun, tahapan ini masih dapat dimodifikasi. Dua diantara kemungkinan
modifikasi yang dapat digunakan adalah
1. Role playing dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga untuk sub materi
pertama dapat diperankan oleh kelompok pertama, untuk sub materi kedua dapat
diperankan oleh kelompok kedua, dan seterusnya. Hal ini berarti Role Playing dengan
modifikasi seperti ini, hanya terdapat satu tahapan pemeranan untuk setiap kelompok.
2. Role Playing dilakukan oleh sekelompok pemeran yang telah dibentuk bersama oleh guru
dan siswa. Tahapan pemeranan untuk sub-sub materi yang akan dipelajari dapat
sepenuhnya diperankan oleh pemeran yang ditunjuk atau satu sub materi diperankan oleh
pemeran yang ditunjuk sebagai contoh dan sub materi yang lain diperankan oleh
kelompok pemeran yang lain yang telah disusun oleh siswa sendiri.
Adapun pola dalam pembelaran role playing ini disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang
menuntut bentuk partisipasi tertentu, yaitu pemain,pengamat dan pengkaji.
Tiga pola organisasi yaitu sebagai berikut:
1. Bermain peran tunggal (single role-play) mayoritas siswa bertindak sebagai pengamat
terhadap permainan yang sedang dipertunjukan (sosiodrama). Tujuannya adalah untuk
membentuk sikap dan nilai.
2. Bermain peran jamak (multiple role-play) para siswa di bagi-bagi menjadi beberapa
kelompok dengan banyak anggota yang sama dan penentunya disesuaikan dengan
banyaknya peran yang dibutuhkan. Tiap peserta memegang dan memainkan peran
12
tertentu dalam kelompoknya masing-masing. Tujuannya juga untuk mengembangkan
sikap.
3. Peran ulangan(role repetition) peran utama suatu drama –atau simmulasi dapat dilakukan
oleh setiap siswa secara bergiliran. Dalam situasi seperti itu setiap siswa belajar
melakukan, mengamati dan membandingkan, perilaku yang ditampilkan oleh pemeran
sebelumnya. Pendekatan itu banyak dilaksanakan dalamm rangka mengembangkan
keterampilan-keterampilan interaktif.
Pada role playing ini meski pembelajaran melibatkan seluruh siswa dan guru tidak
menjadi satu-satunya sumber informasi. Disini guru tetap memiliki peran penting. Guru/
pimpinan memberikan penjelasan tentag peran-peran yang akan ditampilkan dan tujuantujuan
yang hendak dicapai oleh latihan itu. Guru juga perlu mengusahakan suasana bermain yang
menyenangkan dan mencegah timbulnya kecemasan atau praduga yang jelek. Selain itu pada
akhir latihan guru atau pimpinan perlu melakukan umpan balik dan menarik kesimpulan-
kesimpulan umum. Kritik-kritik yang bersifat merusak hendaknya dihindari, dalam hal ini
guru bertindak sebagai wasit.
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan
ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini
memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya
kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Tabrani Rusyan. 2001. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nurhayati. 2020. Penerapan Metode Karya Wisata Dalam Menstimulasi Bercerita Anak Usia Dini di
Kelompok Bermain (KB) Permata Hati. Jurnal Tarbiyah & Ilmu Keguruan (JTIK) Borneo,
Volume I No.2, 2020, E-ISSN: 2714-6030.
Umaroh, Yayu Sri H. 2012. Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi dan Cooperative
Learning Tipe Zig Shaw untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Transformasi
Pokok Bahasan Pencerminan. Diakses pada tanggal 2 November 2021.
15