Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“MODEL PEMBELAJARAN”

Disusun guna untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Strategi Pembelajaran PAI

Dosen Pengampuh:

Dr. Kusen, S.Ag, M.Pd

Oleh Kelompok III

1. Erwin Syaputra (20531054)


2. Futri Fauzita (20531067)
3. Ika Cahya Rahmadini (20531071)
4. Isna Dewi (20531075)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Modul Pembelajaran”.
Adapun tujuan dari penulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Pembelajaran PAI dengan dosen pengampuh bapak Dr. Kusen, S.Ag, M.Pd.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak/ibu dosen yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Curup, 11 April 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. ii
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................... 3
A. Konsep Dasar Model Pembelajaran ........................................................................................ 3
B. Macam-Macam Model Pembelajaran ..................................................................................... 6
C. Pentingnya Model Dalam Pembelajaran ............................................................................... 11
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para guru
dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk pemilihan model ini sangat dipengaruhi dari
sifat dan materi yang akan diajarakan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai
dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peseta didik. Di samping itu pula,
setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahapan-tahapan (sintaks) oleh peserta
didik dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga
mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini berlangsung di antara pembukaan dan
penutup yang harus dipahami oleh guru supaya model-model pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan berhasil

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi,
metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri tersebut antara lain: 1) rasional teoretik
logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; 2) landasan pemikiran
tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);
3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil; 4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.

Dalam menyusun sebuah desain pembelajaran, konsep interaksi merupakan


sesuatu yang cukup penting untuk diperhitungkan. Oleh karena itu desain pembelajaran
tidak dapat digantikan dengan desain informasi. Interaksi sangat berkaitan dengan
keberagaman peserta didik. Hal inilah yang menuntut designer pembelajaran untuk dapat

1
memunculkan bermacam-macam desain-desain pembelajaran yang bervariasi Model-
model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori
pengetahuan. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru memilih
model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar model pembelajaran?
2. Apa saja macam-macam model pembelajaran?
3. Mengapa model pembelajaran itu penting?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar model pembelajaran
2. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran
3. Untuk mengetahui bagaimana pentingnya model dalam pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Model Pembelajaran


Konsep pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2010:61) adalah ”suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut
serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari
pendidikan”. Lingkungan belajar hendaknya dikelola dengan baik karena
pembelajaran memiliki peranan penting dalam pendidikan. Sejalan dengan pendapat
Sagala (2010: 61) bahwa pembelajaran adalah ”membelajarkan siswa menggunakan
asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan”.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007


mengenai Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, diuraikan
bahwa: “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan,
dilaksanakan, dinilai, dan diawasi. Pelaksanaan pembelajaran merupakan
implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup”.

Konsep model pembalajaran menurut Trianto (2010: 51), menyebutkan bahwa


model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Dari konsep pembelajaran dan model pembelajaran dapat didefinisikan bahwa


model pembelajaran adalah prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai
pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran didalamnya terdapat strategi, teknik,
metode, bahan, media dan alat penilaian pembelajaran. 1

1
Muhamad Afandi, dkk,"Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah" ,UNISSULA PRESS, Universitas
Islam Sultan Agung Semarang Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang, 2013, hal. 15-16.

3
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
tutorial (Trianto, 2007:1).
Menurut Joice (1992:4) dalam Trianto (2011:22) Model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran termasuk didalamnya
buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain. Dari kerangka teoretis yang
lebih umum, model pembelajaran, menurut Isjoni (2012: 147), merupakan strategi
yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di
kalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan
pencapaian hasil pembelajaran yang lebih. Model pembelajaran berisi strategi-
strategi pilihan guru untuk tujuan-tujuan tertentu di kelas. Sementara, strategi,
menurut Kemp (dalam Rusman, 2014: 132), merupakan suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
tercapai secara efektif dan efisien. Sementara itu, Dick dan carey menyatakan
strategipembelajaran sebagai suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran
yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada
siswa. Satu strategi pembelajaran dapat menggunakan beberapa metode. Model
pembelajaran juga dilandasi oleh berbagai prinsip dan teori pengetahuan,
diantaranya prinsipprinsip pembelajaran, teori psikologis, sosiologis, analisis
sistem, atau teori lain yang membantu (dalam Rusman, 2014:132). Sehubungan
dengan itu, model pembelajaran merupakan seperangkat materi dan prosedur
pembelajaran atas dasar landasan teoretis tertentu untuk tujuan pembelajaran
tertentu.2
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada Pendekatan,
strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai Ciri khusus yang
tidak dimilki oleh strategi, metode atau prosedur, ciri-cirinya tersebut adalah :
a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai)

2
Sundari, Hanna. "Model-model pembelajaran dan pemerolehan bahasa kedua/asing." Jurnal Pujangga 1.2 (2015): 108-109.

4
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai (Trianto, 2011:23).

Penjelasan tentang pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran.


Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum, didalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan dan melatri metode pembelajaran dengan cakupan
teoritis tertentu. Dilihat sari pendekatnnya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan pendekatan pembelajaran berorientase atau berpusat pada siswa dan
pendekatan pembelajaran yang berorientasi tau berpusat pada guru. Setelah
menetapkan suatu pendekatan pembelajaran maka diturunkan menjadi strategi
pembelajaran. Strategi merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efesien.

Metode pembelajaran disini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan


untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi metode berfokus pada
pencapaian tujuan pembelajaran dan harus disesuaikan dengan strategi
pembelajaran sedangkan teknik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam
melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. 3

2. Fungsi Model Pembelajaran


Adapun fungsi model pembelajaran adalah4:
a. Pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran.

3
Syekh Nurjati, ‘Model Pembelajaran Pendekatan Saintifik 2013’, Journal of Chemical Information and
Modeling, 53.9 (2019), hal. 8-9.
4
Abas Asyafah, ‘MENIMBANG MODEL PEMBELAJARAN (Kajian Teoretis-Kritis Atas Model
Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam)’, TARBAWY : Indonesian Journal of Islamic Education, 6.1 (2019), hal.23
<https://doi.org/10.17509/t.v6i1.20569>.

5
b. Pedoman bagi dosen/ guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga
dosen/guru dapat menentukan langkah dan segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam pembelajaran tersebut.
c. Memudahkan para dosen/ guru dalam membelajarkan para muridnya guna
mencapai tujuan yang ditetapkannya.
d. Membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai-nilai,
cara berfikir, dan belajar bagaimana belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

B. Macam-Macam Model Pembelajaran


Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran.
Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling
tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model
pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan
ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Berikut ini disajikan
beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok
untuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Adapun macam-macam model pembelajaran
diantaranya5:

1. Kooperatif (Cooperative Learning)


Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluq sosial
yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung
jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan
kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan
untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab.
Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena
kooperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari
kekurangan dan kelebihan masing- masing.
Jadi model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, 3
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5

5
Faturrohman,"Model-Model Pembelajaran", Universitas Negeri Yogyakarta, hal 105–12.

6
orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi,
dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

2. Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning)


Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian
atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata
kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi
yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi
konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Pensip
pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan
mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan
sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan
model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar
kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry
(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan,
analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic
assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian
terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-
objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).

3. Pembelajaran Berbasis Masalah


Untuk dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran para ahli
pembelajaran menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktifistik
dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya perubahan paradigma belajar
tersebut terjadi perubahan fokus pembelajaran dari berpusat pada guru kepada
belajar 4 berpusat pada siswa. Pembelajaran dengan lebih memberikan nuansa
yang harmonis antara guru dan siswa dengan memberi kesempatan seluas-luasnya

7
kepada siswa untuk berperan aktif dan mengkonstruksi konsep-konsep yang
dipelajarinya.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa mempunyai tujuan agar siswa
memiliki motivasi tinggi dan kemampuan belajar mandiri serta bertanggungjawab
untuk selalu memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Ada beberapa pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu salah
satunya dalah pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu metode dalam
pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Dalam usaha
memecahkan masalah tersebut mahasiswa akan mendapatkan pengetahuan dan
ketrampilan yang dibutuhkan atas masalah tersebut. Punaji Setyosari (2006: 1)
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu metode atau cara
pembelajaran yang ditandai oleh adanya masalah nyata, a real-world problems
sebagai konteks bagi mahasiswa untuk belajar kritis dan ketrampilan memecahkan
masalah dan memperoleh pengetahuan.
Gardner (2007) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan
alternatif model pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran ruang kelas yang
tradisional. Dengan model pembelajaran berbasis masalah, dosen menyajikan
kepada mahasiswa sebuah masalah, bukan kuliah atau tugas. Sehingga mahasiswa
menjadi lebih aktif belajar untuk menemukan dan menyelesaikan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan
menerapkan kecakapan yang penting yaitu pemecahan masalah berdasarkan
keterampilan belajar sendiri atau kerjasama kelompok dam memperoleh
pengetahuna yang luas. Dosen mempunyai peran untuk memberikan inspirasi agar
potensi dan kemampuan mahasiswa dimaksimalkan.
Pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Belajar diawali dengan masalah
b) Masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa
c) Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah
d) Mahasisawa diberikan tanggungjawab yang besar untuk melakukan proses
belajar secara mandiri
e) Menggunakan kelompok kecil

8
f) Mahasiswa dituntut untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari dalam
bentuk kinerja (I wayan Dasna dan Sutrisno, 2007)

Dari uraian di atas jelas bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah dimulai
dengan adanya permasalahan. Masalah yang dijadikan pembelajaran dapat muncul
dari mahasiswa atau dosen. Sehingga mahasiswa dapat memilih masalah yang
dianggap menarik untuk dijadikan pembelajaran.

4. TGT (Teams Games Tournament)


Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas
tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap
kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan
dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi
permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut,
santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil
kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.Jika waktunya memungkinkan TGT bisa
dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu
sesudah UAS menjelang pembagian raport.

Berdasarkan perbedaan kerangka referensi belajar dan pengajaran dan


perbedaan konsepsi tujuan dan media pendidikan, Bruce Joyce dan Masha Weil
membagi model pembelajaran menjadi empat kelompok besar (family), yakni:

1. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi


Model pembelajaran ini berkaitan dengan kapabilitas (kecakapan)
seseorang/siswa dalam memproses informasi dan sistem yang dapat
meningkatkan kapabilitas tersebut. Dengan pemrosesan informasi, terdapat cara-
cara bagaimana seseorang merespon stimulus dari lingkungan, mengorganisir
data, memaknai masalah, mengembangkan konsep, dan solusi atas masalah
tersebut sehingga kemudian menerapkan simbol-simbol verbal dan non-verbal.
(Rusman, 2014: 139-140).

9
2. Model Pembelajaran Interaksi Sosial
Model ini menggambarkan bahwa hakikat manusia adalah menjalin relasi
sosial dan menciptakan masyarakat yang lebih baik. Inquiri yang ilmiah diperoleh
dari model ini. Model ini didasari teori belajar Gestalt (field theory) yang
menyatakan bahwa objek/peristiwa dipandang sebagai keseluruhan bagian. Maka,
pembelajaran akan bermakna bila diberikan secara utuh. Aplikasi teori Gestalt
dalam pembelajaran, diantaranya: pengalaman (insight), pembelajaran bermakna,
perilaku bertujuan, dan prinsip ruang hidup. Pembelajaran memampukan siswa
memecahkan masalah berdasarkan insight. Materi ajar memiliki makna yang jelas
bagi kehidupan siswa dan berkaitan dengan lingkungan belajar siswa (Rusman,
2014: 136-137).

3. Model Pembelajaran Personal


Jurnal Pujangga Volume 1, Nomor 2, Desember 2015 112 Model
pembelajaran personal berpusat pada individu sebagai sumber gagasan belajar.
Model ini berorientasi pada teori-teori humanistik, teori-teori yang dikemukakan
oleh Abraham Maslow, R. Rogers, Buhler dan Arthur Comb. Beberapa implikasi
teori humanistik dalam pendidikan, diantaranya: bertingkah laku dan belajar
merupakan hasil pengamatan, tingkah laku yang ada dapat dilakukan (learning to
do), aktualisasi diri adalah dorongan dasar individu, sebagian tingkah laku
individu merupakan hasil konsepsi sendiri, mengajar bukan yng terpenting tetapi
belajar siswa adalah sangat penting (learning how to learn), dan mengajar
dipahami sebagai membantu individu mengembangkan suatu hubungan yang
produktif dengan lingkungan (Rusman, 2014: 142--143.

4. Model Pembelajaran Modifikasi Perilaku


Model pembelajaran ini bertitik tolak pada teori belajar behaviorisme yang
berfokus pada perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tak teramati
(Rusman, 2014: 143--144). Rusman meyebutkan penerapan model modifikasi
tingkah laku dalam pembelajaran, diantaranya: guru selalu perhatian terhadap
tingkah laku belajar siswa, modifikasi tingkah laku yang berkemampuan rendah
melalui pemberian penghargaan, dan penerapan prinsip pembelajaran individual.
Salah satu model pembelajaran yang mengacu pada model pembelajaran tingkah

10
laku adalah model pembelajaran operant-conditioning yang dipelopori oleh B. F.
Skinner (Joyce dan Weil, 1972: 6).6

C. Pentingnya Model Dalam Pembelajaran


Gaya belajar siswa atau modalitas belajar, penting dipahami oleh guru. Setiap
siswa mempunyai kelebihan dan kekurangan, serta preferensi bagaimana sebuah
informasi diproses berbeda pada setiap siswa. Mengetahui gaya belajar siswa, akan
mempermudah guru untuk menyediakan lingkungan yang mendukung dan
mempermudah siswa menyerap informasi secara maksimal. Ada baiknya, selain
mengetahui gaya belajar siswa, guru pun harus tahu gaya belajar dirinya sendiri agar
tidak salah paham menanggapi cara belajar siswa. Ide dasar untuk menemukan gaya
belajar, untuk membantu mempermudah siswa ketika belajar. Setiap siswa
mempunyai cara yang paling mudah untuk belajar dan untuk menyerap informasi.

Model pembelajaran adalah suatu strategi pembelajaran yang memiliki


prosedur sistematik yang didalamnya terdapat tahap-tahap dalam pembelajaran yang
berfungsi sebagai pedoman bagi para guru dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Penerapan Model
Cooperative Learning Type Teams Games Tournament (TGT) sangat penting pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk meningkatkan hasil belajar siswa baik
pada aspek kognitif, aspek afektif maupun psikomotorik siswa. Penerapan model
tersebut juga mudah diterapkan dalam proses pembelajaran terutama dalam
pembelajaran IPS. Siswa dapat berperan aktif dan kreatif dalam pembelajaran
sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru. 7

Model Contextual Teaching And Learing (CTL) merupakan model


pembelajaran yang berupaya melibatkan kehidupan nyata siswa dengan harapan dapat
mempermudah siswa dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh guru karena
materi pembelajaran tersebut mencoba dikaitkan dengan kehidupan yang sering
dialami siswa dalam sehari-harinya. Dimana dalam model ini juga tidak hanya

6
Sundari, H. (2015). Model-model pembelajaran dan pemerolehan bahasa kedua/asing. Jurnal
Pujangga, 1(2), 106-117.

7
Pramesti, Esta Meilina, Yeni Dwi Kurino, and Mahpudin Mahpudin. "PENTINGNYA MODEL
COOPERATIVE LEARNING TYPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH
DASAR." Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. Vol. 1. 2019.

11
memudahkan siswa untuk berpikir akan tetapi juga mengajarkan siswa menyelesaikan
permasalahan yang mereka temukan secara bersama-sama.8

Pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan dalam proses pembelajaran


ditinjau dari aspek kurikulum. Pentingnya pemecahan masalah dalam pembelajaran
juga disampaikan oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM).
Menurut NCTM (2000) proses berfikir matematika dalam pembelajaran matematika
meliputi lima kompetensi standar utama yaitu kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan penalaran,kemampuan koneksi, kemampuan komunikasi dan
kemampuan representasi. Rendahnya kemampuan ini akan berakibat pada rendahnya
kualitas sumber daya manusia, yang ditunjukkan dalam rendahnya kemampuan
pemecahan masalah.Hal ini dikarenakan selama ini pembelajaran kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam
memecahkan masalah.

Menurut Sumartini (2016) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan


masalah siswa, perlu didukung oleh metode pembelajaran yang tepat. Salah satu
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah adalah
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Arends (Sumartini, 2016)
menegaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
dirancang untuk membantusiswa mengembangkan keterampilan berpikir,
keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya

Keterampilan pemecahan masalah yang berkaitan dengan dunia nyata dapat


diintegrasikan untuk menyelesaikan persoalan dan persaingan di dunia nyata pula.
Kesiapan siswa yang terbiasa menghadapi permasalahan dalam suatu pembelajaran,
akan mampu mempersiapkan mental yang lebih baik bagi siswa dalam menghadapi
persoalan di dunia nyata.9

8
Diniyati, Maulyna, E. Kosmajadi, and Roni Rodiyana. "PENTINGNYA MODEL CONTEXTUAL TECHING
AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI." Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan. Vol. 1. 2019.
9
Cahyani, Hesti, and Ririn Wahyu Setyawati. "Pentingnya peningkatan kemampuan pemecahan masalah
melalui PBL untuk mempersiapkan generasi unggul menghadapi MEA." PRISMA, Prosiding Seminar Nasional
Matematika. 2017.

12
Model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament(TGT) menjadi
pilihan dalam proses belajar mengajar. Dalam TGT, satu kelompok terdiri dari 3
siswa yang memiliki kemampuan heterogen (rendah, sedang, dan tinggi)[5]. Hasil
belajar IPA dengan permainan yang dirancang dalam model inimemungkinkan siswa
dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama,
persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Ada 5 komponen utama dalam TGT yaitu
presentasi di kelas, tim (kelompok), game (permainan), turnamen, dan rekognisi
tim[10].Modelini dapat mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented
kestudent oriented.Beberapa manfaat penerapan model TGT antara lain: 1)siswa
memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan mengungkapkan pendapatnya; 2)Rasa
percaya diri siswa menjadi lebih tinggi; 3)Perilaku saling mengganggu antar siswa
menjadi berkurang; 4)Motivasi belajar siswa bertambah; 5)Kepekaan dan toleransi
antar siswa akan meningkat; 6)Kebebasan mengaktualisasikan diri dengan seluruh
potensi yang ada pada diri siswa serta meningkatkan kerjasama dengan siswa lain
sehingga interaksi belajar mengajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak
membosankan.10

10
Ismah, Zahrina, and Tias Ernawati. "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas VIII SMP Ditinjau Dari Kerjasama Siswa." Jurnal Pijar
Mipa 13.1 (2018).

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model pembelajaran adalah cara yang dilakukan guru dalam melaksanakan
suatu pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat dipahami oleh peserta didik.
Cara yang ditempuh guru dan peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran
dapat dilihat dari sudut proses pembelajaran. Guru harus memahami betul
pelaksanaan model pembelajaran yanag akan digunakan dalam proses pembelajaran.

Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam


kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam
memilihnya yaitu: pertimbangan terhdaap tujuan yang hendak dicapai, pertimbangan
yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran, pertimbangan dari sudut
peserta didik, pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis. Adapun macam-macam
model pembelajaran ialah:

1. Cooperatif (Cooperative Learning)


2. Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning)
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
4. TGT (Teams Games Tournament)
5. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi
6. Model Pembelajaran Interaksi Sosial
7. Model Pembelajaran Personal
8. Model Pembelajaran Modifikasi Perilaku

B. Saran
Demikianlah makalah inni kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan,
maka dari itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan kekurangan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asyafah, Abas, ‘MENIMBANG MODEL PEMBELAJARAN (Kajian Teoretis-Kritis Atas


Model Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam)’, TARBAWY : Indonesian Journal of
Islamic Education, 6.1 (2019), 19–32 <https://doi.org/10.17509/t.v6i1.20569>

Diniyati, Maulyna, E. Kosmajadi, and Roni Rodiyana. "PENTINGNYA MODEL


CONTEXTUAL TECHING AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
MENULIS KARANGAN NARASI." Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. Vol.
1. 2019.

Faturrohman,"Model-Model Pembelajaran", Universitas Negeri Yogyakarta, hal 105–12.

Ismah, Zahrina, and Tias Ernawati. "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas VIII SMP
Ditinjau Dari Kerjasama Siswa." Jurnal Pijar Mipa 13.1 (2018).

Muhamad Afandi, dkk,"Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah" ,UNISSULA PRESS,


Universitas Islam Sultan Agung Semarang Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang, 2013,
hal. 15-16.

Nurjati, Syekh, ‘Model Pembelajaran Pendekatan Saintifik 2013’, Journal of Chemical


Information and Modeling, 53.9 (2019), 8–31

Pramesti, Esta Meilina, Yeni Dwi Kurino, and Mahpudin Mahpudin. "PENTINGNYA
MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TEAMS GAMES TOURNAMENT
(TGT) PADA PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR." Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan. Vol. 1. 2019.

Sundari, H. (2015). Model-model pembelajaran dan pemerolehan bahasa


kedua/asing. Jurnal Pujangga, 1(2), 106-117.

15

Anda mungkin juga menyukai