Anda di halaman 1dari 20

INTEGRASI TEKNOLOGI DAN MEDIA DENGAN MODEL ASSURE

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Teknologi Pendidikan

Dosen Pengampuh : : Deddy F. Kumolontang, S.Si, M.Pd

Oleh kelompok 5

1. Dominiq T. D. Bolah (22105254)

2. Arinda D. Mawarni (22105330)

3. Meske M. Maay (22105090)

4. Delfiana Mudjito (22105163)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

OKTOBER 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan Rahmat
dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah “INTEGRASI TEKNOLOGI
DAN MEDIA DENGAN MODEL ASSURE”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas dari dosen Pengampuh Deddy F. Kumolontang, S.Si, M.Pd dalam mata
kuliah Teknologi Pendidikan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


Pengalaman bagi kami Mahasiswa. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan Karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan Kepada
pembaca dapat memberikan saran. Sehingga kami dapat memperbaiki Bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Tomohon, 10 Oktober 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PEMBAHASAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................3
A. Pengertian Model ASSURE dan Manfaatnya...............................................................................3
B. Tahapan Tahapan Pelaksanaan Model ASSURE..........................................................................5
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................15
Kesimpulan......................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16

ii
BAB I PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Seperti yang telah diketahui bahwa proses pembelajaran itu tidak hanya sekedar mentransfer
ilmu dari pendidik kepada siswa saja, akan tetapi bagaimana pendidikan itu mampu
memfasilitasi siswa untuk memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam hal ini
pelaksanaan pendidikan selayaknya dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan
potensi peserta didik. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 19 ayat 1
menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.

Bertolak dari tujuan tersebut maka guru sebagai pelaksana pendidikan harus mampu
menyiapkan pembelajaran yang tepat melalui model pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pembelajar dengan mempertimbangkan keadaan lingkungan
pembelajar sehingga mencapai kompetensi minimal yang telah ditentukan dan menghadirkan
pembaharuan dalam proses pembelajaran untuk peningkatan mutu pendidikan.

Model pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru hendaknya dituangkan dalam sebuah
desain pembelajaran agar lebih terarah dan sistematis. Model pembelajaran sendiri dapat
dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai
sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai
penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan
pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan
spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang
memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai
mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran
merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana
serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.

1
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka guru dapat menggunakan berbagai model
pembelajaran yang dapat merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu
model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model ASSURE.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan model ASSURE ?

2. Apa saja manfaat pembelajaran model ASSURE ?

3. Bagaimana Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Model ASSURE ?

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model ASSURE dan Manfaatnya

Model menurut Abdul Majid diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Terkait dalam proses pembelajaran, Dewey
(Joyce & Weil) dalam Abdul Majid mendefinisikannya sebagai ‘a plan or pattern that we can
use to design face to face teaching in the classroom or tutorial setting and to shape
instructional material’ (suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang
tatap muka di kelas atau pembelajaran tambahan di luar kelas dan untuk menajamkan materi
pengajaran).

Atas dasar pemikiran tersebut, maka model pembelajaran adalah kerangka konseptual dan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para
guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian,
aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan yang bertujuan dan tertata secara
sistematis.

Sedangkan model ASSURE menurut Afandi dan Badarudin, merupakan suatu model yang
merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga
model berorientasi kelas. Model ASSURE adalah salah satu petunjuk dan perencanaan yang
dapat membantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi, menentukan tujuan,
memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Model ASSURE ini dikembangkan oleh Sharon
Smaldino, Robert Henich, James Russell, dan Michael Molenda dalam bukunya
‘Instructional Technology and Media For Learning’, yang saat ini buku tersebut telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh salah satu penerbit di
Indonesia.

Lebih lanjut menurut Smaldino dkk, model ASSURE pada aplikasinya berusaha memadukan
penggunaan teknologi dan media di ruang kelas. Jadi dengan melakukan perencanaan secara
sistematis akan dapat membantu memecahkan masalah serta membantu mempermudah dalam
menyampaikan pembelajaran. Karena proses pembelajaran itu merupakan proses yang
kompleks dan merupakan suatu sistem yang perlu dilakukan dengan pendekatan sistematis.
Dengan demikian model ASSURE ini dapat digunakan sebagai salah satu model rujukan bagi
pendidik dalam membelajarkan peserta didik pada proses pembelajaran yang direncanakan

3
dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik.

Beberapa manfaat dari model desain pembelajaran ASSURE menurut Prawiradilaga antara
lain:

1. Sederhana, relatif mudah untuk diterapkan.

2. Karena sederhana, maka dapat dikembangkan sendiri oleh pengajar.

3. Komponen kegiatan belajar mengajar lengkap.

4. Peserta didik dapat dilibatkan dalam persiapan kegiatan belajar mengajar.

Pembelajaran dengan menggunakan model ASSURE memiliki beberapa tahapan atau


langkah-langkah yang dapat membantu tercapainya pembelajaran yang efektif dan bermakna
bagi peserta didik. Tahapan-tahapan ini oleh Smaldino dkk disebutnya sebagai ASSURE
model, yang mana merupakan singkatan dari komponen-komponen atau langkah-langkah
penting yang terdapat di dalamnya, antara lain:

1. A: Analyze Learner (menganalisis karakteristik peserta didik)

2. S: State Standards And Objectives (menetapkan standar dan tujuan pembelajaran)

3. S: Select Strategies, Technology, Media, and Materials (memilih strategi, teknologi,


media, dan materi/bahan ajar)

4. U: Utilize Technology, Media and Materials(menggunakan teknologi, media dan


bahan pembelajaran)

5. R: Require Learner Parcipation(mengaktifkan keterlibatan peserta didik)

6. E Evaluate and Revise (mengevaluasi dan merevisi)

4
Masing-masing dari tahapan di atas dapat dibuat skemanya berikut ini.

B. Tahapan Tahapan Pelaksanaan Model ASSURE

Langkah-langkah model ASSURE menurut Smaldino merupakan penjabaran dari ASSURE


model sebagaimana diterangkan di atas.

1. Analyze Learner (Menganalisis Karakteristik Peserta Didik)

Gafur dalam bukunya ‘Disain Instruksional’ menyebutkan, tujuan utama para guru untuk
mengetahui semua aspek keadaan individu pembelajar/siswa ialah untuk dapat memilih pola-
pola pembelajaran yang lebih baik, yang paling menjamin kemudahan belajar bagi setiap
siswa. Adapun model ASSURE disini berupaya memberikan pendekatan sistematis untuk
menganalisis karakteristik para siswa yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar.
Oleh karena itu, Anitah mengemukakan ada beberapa faktor yang penting untuk
dipertimbangkan dalam membuat keputusan tentang penggunaan metode dan media. Faktor-
faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

a. General Characteristics (Karakteristik Umum)

Karakteristik umum siswa dapat ditemukan melalui variabel yang konstan, seperti, jenis
kelamin, umur, tingkat perkembangan, budaya dan faktor sosial ekonomi serta etnik. Semua
variabel konstan tersebut, menjadi patokan dalam merumuskan strategi dan media yang tepat
dalam menyampaikan bahan pelajaran.

5
b. Specific Entry Competencies (Mendiagnosis kemampuan dasar spesifik pembelajar)

Faktor ini dilakukan untuk mengidentifikasi kemampuan dasar spesifik pembelajar/siswa.


Guru dapat melakukannya dengan cara informal, misalnya mengajukan pertanyaan atau
melalui kegiatan pretest untuk mengetahui apakah siswa belum menguasai apa yang akan
diajarkan. Dick & Carey mengungkapkan bahwa pengetahuan sebelumnya yang dimiliki
siswa akan mempengaruhi bagaimana dan apa yang bisa dipelajari lebih banyak daripada
yang dilakukan sifat psikologi apapun.

c. Learning Style (Gaya Belajar)

Gaya belajar merujuk pada serangkaian sifat psikologis yang menentukan bagaimana seorang
invidual merasa, berinteraksi dengan dan merespons secara emosional terhadap lingkungan
belajar. Terdapat tiga macam gaya belajar yang dimiliki peserta didik, yaitu :

1) Gaya belajar visual (melihat) yaitu dengan lebih banyak melihat seperti membaca

2) Gaya belajar audio (mendengarkan), yaitu belajar akan lebih bermakna oleh peserta didik
jika pelajarannya tersebut didengarkan dengan serius,

3) Gaya belajar kinestetik (melakukan), yaitu pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh
peserta didik jika dia sudah mempraktekkan sendiri.

Perlu diperhatikan bahwa pada saat seorang guru ingin membantu siswa mengembangkan
aspek-aspek kecerdasan, maka hendaknya dilakukan hal-hal berikut:

1) Menciptakan ruang kelas yang multidimensional, dimana siswa dapat sukses dengan cara-
cara yang berbeda

2) Memberikan tugas-tugas pembelajaran yang membuka dimensi pembelajaran yang


berbeda

3) Mendorong siswa untuk mengekspresikan dirinya dengan cara-cara yang berbeda

4) Membebaskan siswa dalam memperagakan konsep atau ketrampilan yang telah mereka
kuasai.

6
2. State Standards and Objectives (Menentukan Tujuan Pembelajaran)

Tujuan pembelajaran menurut Muhaimin pada hakikatnya mengacu pada hasil pembelajaran
yang diharapkan. Tujuan pembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah dipelajari
siswa dari sebuah pembelajaran. Sebagai hasil yang diharapkan, tujuan pembelajaran harus
ditetapkan terlebih dahulu sehingga semua upaya pembelajaran diarahkan untuk mencapai
tujuan. Tujuan harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk
dipelajari. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran juga perlu memperhatikan dasar dari
strategi, media dan pemilihan media yang tepat. Sehingga dapat disimpulkan, sebuah tujuan
belajar merupakan pernyataan dari apa yang akan dicapai oleh pembelajar, bukan bagaimana
mata pelajaran diajarkan.

Tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu program pembelajaran, alasannya seperti
yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya antara lain: 1). Rumusan tujuan yang jelas dapat
digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. 2). Tujuan
pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa. 3).
Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. 4). Tujuan
pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas
pembelajaran.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perumusan tujuan ialah menentukan tujuan
ABCD. ABCD yang dimaksud antara lain:

a. Audience. Artinya pembelajar atau peserta didik dengan segala karakterisktiknya. Siapa
pun peserta didik, apa pun latar belakangnya, jenjang belajarnya, serta kemampuan
prasyaratnya sebaiknya jelas dan rinci.

b. Behavior/perilaku. Yakni perilaku belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran.


Perilaku belajar mewakili kompetensi yang tercermin dalam penggunaan kata kerja. Kata
kerja yang digunakan biasanya kata kerja yang terukur dan dapat diamati.

c. Condition/kondisi. Yaitu situasi dan kondisi atau lingkungan yang memungkinkan bagi
pelajar dapat belajar dengan baik. Penggunaan media dan metode serta sumber belajar
menjadi bagian dari kondisi belajar ini. Kondisi ini sebenarnya menunjuk pada istilah strategi
pembelajaran tertentu yang diterapkan selama proses belajar mengajar berlangsung.

7
d. Degree/tingkat. Yakni persyaratan khusus atau kriteria yang dirumuskan sebagai bukti
bahwa pencapaian tujuan pembelajaran dan proses belajar berhasil. Kriteria ini dapat
dinyatakan dalam bentuk presentase (%), menggunakan kata-kata seperti tepat/benar, waktu
yang harus dipenuhi, dan kelengkapan persyaratan yang dianggap dapat mengukur
pencapaian kompetensi.

Tujuan belajar juga harus mempertimbangkan perbedaan individual. Tujuan belajar tidak
dimaksudkan untuk membatasi apa yang para siswa pelajari, tetapi dimaksudkan untuk
menyediakan tingkat minimum dari pencapaian yang diharapkan. Belajar yang tidak sengaja
atau insidental sebaiknya diharapkan terjadi. Karena setiap pembelajar memiliki karakteristik
yang berbeda. Individu yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan yang memiliki kesulitan
belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan dalam menuntaskan materi tergantung
dengan kemampuan yang dimiliki tiap individu.

3. Select Strategies, Technology, Media, and Materials (Memilih Strategi, Teknologi,


Media dan Bahan Pembelajaran)

Langkah selanjutnya dalam membuat pembelajaran yang efektif adalah pemilihan


strategi/metode pembelajaran, pemanfaatan sumber belajar atau bahan ajar, dan penggunaan
teknologi dan media. Metode, media dan bahan ajar harus dipilih secara sistematis. Bila
metode, media dan bahan ajar yang dipilihnya tepat dan sesuai, menurut Pribadi, akan
mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa dan membantu siswa mencapai kompetensi atau
tujuan pembelajaran.

Sebelum memanfaatkan media dan bahan yang ada, ada baiknya terlebih dahulu
memperhatikan beberapa aspek, antara lain:

a. Memilih Strategi Pembelajaran

Pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Selain itu juga
memperhatikan gaya belajar dan motivasi siswa yang nantinya dapat mendukung
pembelajaran. Strategi pembelajaran sebaiknya merujuk pada model ARCS. Model ARCS
dapat membantu strategi mana yang dapat membangun perhatian (Attention) siswa,
pembelajaran dianggap relevan (Relevance) bagi kebutuhan dan tujuan mereka terhadap

8
pembelajaran, sehingga dapat membangun rasa percaya diri (Confidence), dan menghasilkan
kepuasan (Satisfaction) dari apa yang mereka pelajari dan hasil belajar yang mereka dapat.

Tujuan pemilihan strategi ialah mengarahkan siswa untuk belajar secara mandiri (self-
regulated learning). Menurut Arends dalam Trianto, siswa yang mandiri adalah siswa yang
mampu melakukan hal penting dan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Mendiagnosis secara tepat suatu situasi pembelajaran tertentu

2) Memiliki pengetahuan strategi-strategi belajar efektif, bagaimana serta kapan


menggunakannya.

3) Dapat memotivasi diri sendiri tidak hanya karena nilai atau motivator eksternal.

4) Mampu tetap tekun dalam tugassehingga tugas itu terselesaikan

5) Belajar secara efektif dan memiliki motivasi abadi untuk belajar.

b. Menyiapkan teknologi dan media yang sesuai dengan bahan ajar

Teknologi bisa menjadi sebuah perangkat ampuh untuk membantu guru mencapai tujuan
kognitif yang bermacam-macam. Teknologi bisa membantu siswa mempelajari fakta,
memahami abtraksi dan mencapai tujuan-tujuan dalam tingkatan taksonomi kognitif yang
lebih tinggi atau bisa kita sebut dengan literasi visual dan audio-visual. Maka dari itu guru
harus menjelaskan secara rinci bagaimana guru akan menerapkannya ke dalam pelajaran.

Ada beberapa hal penting dan perlu dipertimbangkan dalam memilih media, seperti seberapa
pentingkah peran media dalam kegiatan pembelajaran, media apakah yang paling mudah dan
praktis untuk diterapkan pada sebuah pembelajaran, apakah diperlukan piranti khusus dalam
menerapkan media tersebut, seberapa jauhkah hasil yang diharapkan dari penggunaan media
tersebut, dan bagaimanakah efektifitas penggunaan media dalam pembelajaran.

c. Memilih dan menyiapkan materi pelajaran

Materi menurut Yasin biasanya dikemas dalam kurikulum yang lebih kompleks dengan nama
mata pelajaran, sebab kurikulum merupakan serangkaian program pendidikan yang
diperlukan untuk proses pendidikan, baik yang nyata maupun tidak nyata. Setelah memilih
teknologi dan media yang diperlukan dalam mata pelajaran, maka tahap berikutnya ialah
9
memilih materi yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan mata pelajaran dengan
menggunakan tiga langkah, yaitu:

1) Memilih materi yang tersedia

Selain materi yang sudah tersedia (siap pakai), perlu dipertimbangkan juga dalam memilih
yang tepat terkait materi yang akan digunakan dengan cara: 1) Melibatkan peran para
spesialis teknologi dan media yang terkoordinasi dengan pengguna dalam pemilihannya; 2)
Melibatkan guru-guru lainnya, keuntungannya adalah selain mereka yang dimmungkinkan
lebih kritis, juga dapat berbagi gagasan mengenai penggunaan materi di ruang kelas dan
secara kolektif memiliki waktu yang lebih cepat dalam memperoleh; dan 3) Mensurvei
panduan referensi sumber dan media dengan meninjau materi yang gratis dan murah secara
on line.

2) Mengubah materi yang sudah ada, dengan cara memindai bentuk materi yang ada. Misal
mengubah materi yang masih berbentuk file ke bentuk cetak (print) ataupun sebaliknya.

3) Merancang materi baru. Artinya dalam membuat materi perlu dipertimbangkan kebutuhan
dan tujuan belajar.

4. Utilize Technology, Media, and Materials (Memanfaatkan Teknologi, Media dan Bahan
Ajar)

Langkah keempat dalam model pembelajaran ASSURE adalah memanfaatkan penggunaan


teknologi, media dan materi oleh peserta didik dan pendidik. Langkah ini menjelaskan
bagaimana pendidik akan menerapkan media dan materi. Untuk setiap jenis media dan materi
yang tercantum di bawah dipilih, dimodifikasi, dan didesain.

Pada tahap ini melibatkan perencanaan guru dalam menggunakan teknologi, media dan
materi dengan proses 5P, yaitu;

a. Pratinjau (preview) teknologi, media dan materi. Dalam peninjauannya harus sesuai dengan
tujuan yaitu memilih yang langsung selaras dengan mata pelajaran yang akan diajarkan.

b. Menyiapkan (prepare) teknologi, media dan materi. Yaitu mengumpulkan seluruh


perlengkapan yang dibutuhkan dalam pembelajaran.

10
c. Menyiapkan (prepare), Yaitu tempat dimana saja melakukan aktivitas pembelajaran, misal
di ruang kelas, laboratorium, dan lain sebagainya, semuanya harus diatur secara efektif.
Seperti contoh memastikan alat yang disiapkan berfungsi dengan baik dengan daya dukung
yang memadai (misalkan listrik dan ruang belajar) disesuaikan dengan kriteria teknologi yang
disiapkan.

d. Menyiapkan (prepare) peserta didik. Keefektifan dari apa yang dipelajari bergantung pada
kesiapan para pembelajar dalam aktivitas belajar tersebut dengan beberapa hal, yaitu: 1)
Pengantar tentang tinjauan luas mengenai content mata pelajaran; 2) Sebuah alasan pemikiran
yang menjelaskan bagaimana pelajaran itu terkait dengan topik yang sedang dipelajari; 3)
Memotivasi peserta didik, yakni dengan menyampaikan pesan terhadap pentingnya materi
yang akan diajarkan sehingga akan menuntut mereka untuk mengetahui materi yang akan
dipelajari dengan cara menyimak mata pelajaran; dan 4) Isyarat-isyarat yang mengarahkan
perhatian pada aspek-aspek spesifik (intisari) dari mata pelajaran.

e. Menyediakan (provide) pengalaman belajar. Jika pengalaman belajar berpusat pada guru,
maka akan melibatkan presentasi, demonstrasi, latihan dan praktik, dan atau tutorial. Oleh
karenanya guru harus benar-benar mempersiapkan hal tersebut.

5. Require Learner Parcipation (Mengaktifkan Keterlibatan Peserta Didik)

Proses pembelajaran memerlukan keterlibatan mental siswa secara aktif dengan materi dan
substansi yang sedang dipelajari. Pemberian latihan merupakan contoh cara melibatkan
aktivitas mental siswa dengan meteri yang dipelajari. Siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran menurut Pribadi, akan dengan mudah mempelajari materi pembelajaran.
Setelah aktif melakukan proses pembelajaran, pemberian umpan balik berupa pengetahuan
tentang hasil belajar akan memotivasi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang lebih
tinggi.

Sebelum dinilai secara formal, peserta didik perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran
seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi. Dalam hal ini guru harus
menyiapkan pengalaman pembelajaran bagi siswa. Jika materi berbasis guru, seharusnya guru
lebih bersifat professional. Jika berpusat pada siswa, guru harus berperan sebagai fasilitator,
membantu siswa untuk mengeksplorasi materi, mendiskusikan isi materi, menyiapkan materi
seperti fortopolio, atau mempresentasikan dengan teman sekelas mereka.

11
Belajar yang paling baik bagi siswa yaitu jika mereka secara aktif terlibat dalam
pembelajaran. Siswa yang pasif lebih banyak memiliki permasalahan dalam belajar, karena
guru hanya mencoba untuk memberikan stimulus, tanpa mempedulikan respon dari siswa.
Apapun strategi pembelajarannya guru harus dapat menggabungkan strategi satu dengan yang
lain, diantaranya strategi tanya-jawab, diskusi, kerja kelompok, dan strategi lainnya agar
siswa aktif dalam pembelajarannya. Dengan demikian, seorang guru harus menjelaskan
bagaimana cara agar setiap siswa belajar secara aktif.

6. Evaluate And Revise (Mengevaluasi dan Merevisi)

Tahap keenam adalah mengevaluasi dan merevisi perencanaan pembelajaran serta


pelaksanaannya. Evaluasi dan revisi dilakukan untuk melihat seberapa jauh teknologi, media
dan materi yang dipilih/digunakan terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dari hasil evaluasi akan diperoleh kesimpulan, apakah teknologi, media dan
materi yang kita pilih sudah baik, atau harus diperbaiki lagi.

Berkaitan dengan evaluasi, evaluasi dilakukan sebelum, selama dan sesudah pembelajaran.
Sebagai contoh, sebelum proses pembelajaran, karakteristik siswa diukur guna memastikan
apakah ada kesesuaian antara keterampilan yang dimiliki siswa dengan metode dan bahan
ajar yang akan digunakan. Selama dalam proses pembelajaran, evaluasi bisa dilakukan
menggunakan umpan balik, evaluasi diri atau kuis pendek siswa. Evaluasi yang dilakukan
pada saat proses pembelajaran berlangsung memiliki tujuan diagnosa yang didesain untuk
mendeteksi dan mengoreksi masalah pembelajaran dan kesulitan-kesulitan yang ada.
Sedangkan sesudah pembelajaran, evaluasi dilakukan untuk mengetahui pencapaian siswa.
Evaluasi bukanlah tujuan akhir pembelajaran, namun sebagai titik awal menuju siklus
berikutnya.

Langkah terakhir dalam siklus pembelajaran ini adalah melihat kembali dan mengamati hasil
data evaluasi yang telah terkumpul. Pengajar harus melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilakukan serta masing-masing komponennya.

Evaluasi dan revisi sangat penting bagi pengembangan pengajaran yang berkualitas, sehingga
evaluasi memiliki dua tujuan, yaitu:

12
a. Menilai prestasi belajar

Pada hakikatnya, evaluasi menurut Nasih dkk dilakukan untuk mengetahui dan menilai
perkembangan peserta didik. Oleh karena itu, guru harus menentukan terlebih dahulu tujuan
dan sasaran yang hendak dicapai dari evaluasi yang dilakukan. Secara garis besar diketahui
ada dua model penilaian dalam mengukur prestasi belajar peserta didik, antara lain:

1) Penilaian autentik

Penilaian autentik menurut Nurgiyantoro dalam Abidin pada dasarnya merupakan kegiatan
penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar siswa, melinkan juga
berbagai faktor yang lain seperti salah satunya kegiatan pembelajaran yang dilakukan itu
sendiri. Sedangkan menurut Johnson & Johnson juga dalam Abidin, penilaian autentik
mengharuskan siswa untuk menggunaan proses yang sesuai konten dan kemampuan yang
sedang dipelajari dan sesuai dengan bagaimana konten digunakan dalam dunia nyata.

Penilaian autentik dalam hal ini terdiri dari dua macam, yaitu penilaian dalam bentuk tes
tertulis dan penilaian kinerja (performance assessment). Penilaian tertulis dilakukan melalui
tes secara tertulis dalam bentuk soal, baik berupa pilihan ganda atau uraian (essay).
Sedangkan penilaian kinerja merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan simulasi
di mana para peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan ke dalam
berbagai macan konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

2) Penilaian portofolio.

Portofolio menilai kemampuan siswa untuk membuat produk nyata yang menggambarkan
pencapaian mereka terkait analisis, sintesis, dan evaluasi. Komponen kunci dari portofolio
bahwa mereka mengharuskan refleksi sendiri dari para siswa mengenai pembelajaran mereka
sendiri sesuai yang ditampilkan di produk portofolio.

Penilaian portofolio dalam hal ini terdiri dari dua macam, yaitu penilaian proyek dan
penilaian sikap. Penilaian proyek ditujukan pada tugas proyek atau tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Sedangkan penilaian sikap ialah penilaian yang
dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi pembelajaran.
Namun yang menjadi titik tekan dalam ASSURE ini terletak pada penilaian proyek.

13
Ada beberapa jenis artefak yang mungkin saja terkandung dalam sebuah portofolio adalah
sebagai berikut,

a) Dokumen tertulis, seperti puisi, cerpenatau makalah penelitian

b) Rekaman audio berupa debat, diskusi panel atau presentasi oral

c) Rekaman video berupa sandiwara, pembuatan film edukasi, dan semacamnya.

d) Proyek multimedia komputer seperti time line animasi

Jenis portofolio dibagi dua, yaitu

a) Portofolio tradisional, merupakan kumpulan fisik dari karya para siswa. Yang biasanya
dijilid atau dijepit atau dibendel

b) Portofolio elektronik, merupakan koleksi digital. Berupa data word, power point.

b. Mengevaluasi dan merevisi strategi, teknologi, dan media

Salah satu komponen evaluasi dan revisi sebuah mata pelajaran adalah beberapa masukan
terkait strategi, teknologi, dan media yang digunakan. Mungkin saja dari pengamatan yang
sedang berlangsung, diamati siswa lebih suka belajar mandiri daripada belajar kelompok atau
sebaliknya, atau para siswa merasa mereka seharusnya belajar dari banyak rekaman video.

c. Evaluasi guru

Evaluasi guru hendaknya dilakukan bersama dengan komponen-komponen pengajaran


lainnya. Informasi yang dihasilkan akan memberikan umpan balik yang bagus sekali untuk
menangani area-area yang memerlukan pengembangan dan untuk mengetahui area
pengajaran yang berkualitas tinggi.

Tahap berikutnya yaitu revisi, guru hendaknya melihat data penilaian dan evaluasi yang
sudah dilakukan. Kemudian berefleksi pada mata pelajaran dan tiap komponen mata
pelajaran itu. Kemudian membuat catatan terkait komponen-komponen yang perlu direvisi.

14
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Model pembelajaran ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi
untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Model
ASSURE adalah salah satu petunjuk dan perencanaan yang dapat membantu untuk
bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi, menentukan tujuan, memilih metode dan
bahan, serta evaluasi. Model ASSURE merupakan salah satu model rujukan bagi pendidik
dalam membelajarkan peserta didik pada proses pembelajaran yang direncanakan dan disusun
secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran
menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik.

Model ini memiliki beberapa langkah, yaitu Analyze Learners, State Objectives, Select
Methods, Media and Materials, Utilize Media and Materials, Require Learner Participation,
dan Evaluate and Revise. Dari semua langkah tersebut berfokus pada bagaimana cara
membelajarkan peserta didik melalui desain pembelajaran yang sudah direncanakan melalui
analisis karakteristik peserta didik, metodologi pembelajaran, penggunaan media, serta
evaluasi, yang semuanya ditujukan bagaimana agar proses pembelajaran dapat berjalan
secara efektif dan efisien.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: Refika Aditama.

Afandi, Muhammad dan Badarudin. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung:


Alfabeta.

Anitah, Sri. 2012. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Jacobsen, David A. dkk. 2009. Methods for Teaching (Metode-Metode Pengajaran


Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gafur, Abd. 1982. Disain Instruksional: Suatu Langkah Sistematis Penyusunan Pola
Dasar Kegiatan Belajar dan Mengajar. Surakarta: Tiga Serangkai.

Muhaimin et.al. 2012. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan


Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Rosda.

Majid, Abdul. 2014. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung:
Rosda.

Nasih, Ahmad Munjin dan Lilik Nur Kholidah. 2013. Metode dan Teknik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Refika Aditama

Prawiradilaga, Dewi Salma. 2009. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Pribadi, Benny Agus. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian
Rakyat.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana.

Smaldino, Sharon E., Deborah L. Lowther, dan James D. Russell. 2011. Instructional
Technology & Media For Leraning (Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar).
Jakarta: Kencana.

Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang


Press.

16
17

Anda mungkin juga menyukai