Anda di halaman 1dari 17

Kelompok II

LAPORAN OBSERVASI

METODE, MODEL, MEDIA dan KARAKTERISTIK GURU

DI SMP NU PALANGKA RAYA


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas :

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Tindak Kelas dan Pengembangan

Dosen Pengampu : Dr. Jasiah, M. Pd.

Disusun Oleh:

Maulana Abdullah Cahyadi NIM. 2111110458

Gusti Muhammad Bustanil Arifin NIM. 21111100428

Agus Seiry NIM. 2111110492

Moch. Catur Tri Kurniawan S NIM. 2111110473

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya serta maha suci Engkau yang telah memberi kemudahan dalam
menyusun tugas ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Tindak Kelas dan Pengembangan sehingga laporan ini dapat terselesaikan
dengan baik.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita


nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus
berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Jasiah, M.Pd


selaku dosen pengampu Mata Kuliah Metodologi Penelitian Tindak Kelas dan
Pengembangan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan tugas ini.

Palangka Raya, 1 4 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

A. Latar Belakang ............................................................................

B. Tujuan Observasi .........................................................................

C. Manfaat Observasi.......................................................................

D. Sasaran Observasi........................................................................

E. Lokasi Observasi .........................................................................

F. Waktu Pelaksanaan Observasi......................................................

G. Metode Observasi ........................................................................

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................

A. Hasil Observasi ...........................................................................

B. Pembahasan.................................................................................

BAB III PENUTUP.....................................................................................

A. Kesimpulan .................................................................................

B. Saran ...........................................................................................

LAMPIRAN ................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengajar merupakan tugas utama seorang pendidik (guru, dosen, tutor,


instruktur,widyaiswara). Pendidik yang kreatif akan selalu menciptakan ide-ide
dalam merancang sistem pembelajaran baru yang mampu membuat peserta didik
dapat mencapai tujuan belajarnya dengan penuh rasa puas. Untuk memperoleh
sistem pembelajaran baru tersebut, diperlukan metode penelitian dan
pengembangan sistem pembelajaran. Metode pengembangan sistem pembelajaran
tidak jauh berbeda dengan metode pengembangan produk lainnya. Prosedur
pengembangan lebih singkat karena produk yang dihasilkan tidak terlalu beresiko
dan dampak sistem terbatas pada peserta didik yang menjadi sasaran. Guru juga
memiliki beberapa metode, media, model dalam mengajar. Karakteristik guru
juga diperlukan karena sangat penting dalam pengetahuan yang kuuat dalam
bidangnya.

Tahap penelitian dan pengembangan sistem pembelajaran dapat dianalisis


dari serangkaian tugas pendidik dalam menjalankan tugas pokoknya yaitu mulai
dari merancang, melaksanakan sampai dengan mengevaluasi pembelajaran.
Sistem pembelajaran yang dikembangkan bermakna luas, karena sistem terdiri
dari komponen input, proses dan output. Komponen input pembelajaran terdiri
dari karakteristik peserta didik, karakteristik guru, dan sarana prasarana dan
perangkat pendukung pembelajaran. Komponen proses menitik beratkan pada
media, model, dan metode pembelajaran.

Metode Pengajaran: Metode mengacu pada pendekatan yang digunakan


oleh seorang guru dalam mengajar. Beberapa metode pengajaran umum meliputi
ceramah, diskusi kelompok, pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran
berbasis masalah. Metode yang dipilih dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa
dan materi pelajaran. Metode pembelajaran adalah cara, model, atau serangkaian
bentuk kegiatan belajar yang diterapkan pendidik kepada anak didiknya guna
meningkatkan motivasi belajar si terdidik guna tercapainya tujuan pengajaran
(Nur Ahyat,2017).

Model Pembelajaran: Model pembelajaran adalah kerangka kerja atau


pendekatan yang digunakan dalam pengajaran. Contoh model pembelajaran
meliputi model pembelajaran kolaboratif, model pembelajaran berbasis masalah,
dan model pembelajaran kooperatif. Model-model ini membantu mengatur proses
pembelajaran dan interaksi antara guru dan siswa. Model pembelajaran suatu
kegiatan pembelajaran yang didesain atau dirancang dengan tujuan agar kegiatan
belajar mengajar dapat dilalui dan diterima dengan mudah oleh peserta didik.
Melalui kegiatan yang telah didesain dengan baik, seolah peserta didik tidak
memiliki beban dalam menjalankan belajar tersebut, itu sebabnya model
pembelajaran dikelompokkan menjai model pembelajaran yang individualistic
dan model pembelajaran kelompok (Ahyar,2021).

Media Pembelajaran: Media adalah alat atau sumber yang digunakan guru
untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Contoh media pembelajaran
meliputi buku teks, audiovisual, komputer, dan perangkat lunak pembelajaran
interaktif. Pemilihan media yang sesuai dapat membantu siswa memahami materi
dengan lebih baik. Media pembelajaran dapat merangsang peserta didik untuk
berpikir kritis, dengan menggunakan daya imajinasinya, kemampuan dan
sikapnya dikembangkan lebih lanjut, sehingga melahirkan kreativitas dan karya
inovatif. Media dapat meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, karena dengan
menggunakan media tersebut dapat menjangkau peserta didik di tempat yang
berbeda, dan dalam ruang lingkup yang tak terbatas pada waktu tertentu. Media
pembelajaran dapat menyelesaikan masalah pendidikan atau pengajaran baik
dalam lingkup mikro maupun makro.

Karakteristik Guru: Guru yang efektif memiliki sejumlah karakteristik


penting, termasuk pengetahuan yang kuat dalam bidangnya, kemampuan
komunikasi yang baik, kemampuan mengelola kelas, kesabaran, empati terhadap
siswa, dan kemauan untuk terus belajar dan berkembang.

B. Tujuan Observasi Tujuan dari Observasi yang kami lakukan di Smp Nu


Palangka Raya yaitu:

1. Untuk memenuhi tugas mata Kuliah Metodologi Penelitian Tindak Kelas dan
Pengembangan

2. Untuk mencari tahu dan mengetahui Metode, Model, Media dan Karakteristik
Guru di SMP NUPalangka Raya.
C. Manfaat Observasi

Hasil observasi ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi


lembaga pendidikan seperti sekolah, siswa dan juga guru atau tenaga pendidik.

D. Sasaran Observasi

Sasaran observasi yaitu: Guru dan Peserta Didik

E. Lokasi Observasi

Lokasi observasi di Smp Nu Palangka Raya Jalan Rta. Milono Km 3,


Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah.
F. Waktu Pelaksanaan Observasi
Hari : Sabtu
Tanggal : 16 September 2023

G. Metode observasi

teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan,


yang disertai dengan data-data. Terkait observasi yang peneliti lakukan yaitu
menggunakan penelitian kualitatif yang di mana penelitian ini adalah salah satu
metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait hal-hal
yang di perlukan dalam proses belajar mengajar (Adlini et al., 2022). Dalam
pelaksanaan observasi yang peneliti lakukan dalam hal ini adalah menggunakan
metode observasi berupa wawancara dan dokumentasi.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Pada tanggal 16 Seeptember 2023 dilaksanakan kegiatan pengamatan
proses pembelajaran di kelas VII 2 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
di Smp Nu Palangka Raya. Berikut hasil pengamatan kegatan pembelajaran kelas
VII B:
1. Kegiatan Awal
Sebelum menyampaikan materi pembelajaran, guru mengatur siswa untuk
siap dalam melakukan pembelajaran yang akan berlangsung dimulai. Setelah
itu guru mengajak seluruh siswanya untuk berdo’a sebelum dimulainya
pembelajaran, selanjutnya guru tidak lupa mengabsen kehadiran siswa dan
menyiapkan spidol, buku LKS PAI dan lain sebagainya. Sebelum
menyampaikan materi hari ini, guru bertanya kepada siswa tentang materi
sebelumnya untuk mengingat kembali materi yang sudah diajarkan
sebelumnya. Setelah itu guru mulai mencatat materi dipapan tulis.
2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan pembelajaran di mulai, guru mencatat materi pembelajaran
yaitu tentang tahaharah dengan sub bahsan yang meliputi: Hadats dan najis,
wudhu, mandi wajib, dan tayamum. Setelah guru menjelaskan sub sub
bahsan tersebut kemudian guru menanyakan materi materi yang telah di
ajarkan minggu kemaren, sehingga mereka tidak lupa dan bias melanjutkan
materi yang sekarang.
Kemudian guru menggunakan metode quiz dalam melakukan
pembelajaran di hari itu, dengan memberikan pertanyaan yang dimana di
dalam pertanyaan tersebut sudah diberikan beberapapa jawaban kemudian
siswa disuruh memilih mana jawaban yang paling tepat dan diberikan waktu
dalam 1 soal diberi waktu 2 menit untuk menjawabnya. Dan juga pernah
menggunakan metode diskusi kelompok, yang dimana siswa dibagi menjadi
6 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa. Pada saat guru
mengarahkan untuk siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan ada beberapa
siswa yang kurang memperhatikan dana ada juga yang berbicara dengan
teman di belakangnya ataupun didepannya. Pada saat metode diskusi itu
dimulai di dalam kelompok tersebut ada yang antusias untuk mengerjakan
dan ada juga yang sedikit lambat dalam mengerjakannya sehingga pada saat
waktu belajar sudah habis mereka belum selesai mengerjakan soal-soal
tersebut,sehingga guru tersebut terpaksa untuk melanjutkan metode diskusi
tersebut pada pertemuan selanjutnya. Ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan oleh guru yaitu ketegasan guru terhadap siswa yang bermain saat
guru menjelaskan atau sedang berbicara dengan teman sebelahnya, agar
proses belajar tersebut tidak terlalu memakan waktu yang lama dan tidak
membuang waktu untuk kembali menjelaskan materi yang lain
3. Kegiatan Akhir
Guru menunjuk 1 kelompok untuk mendiskusikan hasil dari Pembahasan

B. Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
Pembelajaran dengan metode ceramah adalah merupakan metode
pembelajaran dengan guru menyajikan materi lisan tentang fakta, konsep,
prinsip atau terapannya melalui bentuk informasi verbal. Metode ceramah
adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu
metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru
dengan anak didik dengan proses belajar mengajar. Meski metode ini lebih
banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap
tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran
(Mawarni.2018).
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu
keterkaitan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau masalah dimana
para peserta diskusi berusaha untuk mencapai suatu keputusan atau pendapat
yang disepakati bersama maupun pemecahan terhadap suatu masalah dengan
mengemukakan sejumlah data dan argumentasi.
Metode Diskusi dapat juga dimaknai sebagai proses pelibatan dua orang
peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau
saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga
didapatkan kesepakatan di antara mereka. Ada juga yang memaknai diskusi
sebagai percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan
ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang
tergabung dalam kelompok itu untuk mencari kebenaran
(Masrukin&Arba’i,2018).
3. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara menyajikan pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru terhadap siswa, tetapi
dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab adalah yang tertua
dan banyak yang digunakan dalam peroses pendidikan, baik dilingkungan
Sekolah, keluarga, masyarakat maupun sekolah (Juliangkary.2022).

C. Model pembelajaran PBL ( Problem Based Learning )


Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dalam
prosesnya ini akan mengenalkan siswa pada suatu masalah yang memiliki
keterkaitan dengan materi yang diajarkan, dimana siswa akan diminta mencari
solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Model PBL ini dapat
meningkatkan keaktifan karena dalam penyampaiannya PBL menyediakan suatu
permasalahan, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi pengkajian sehingga
dapat membuka dialog antara guru dan siswa (Jannah et al., 2020).
Permasalahan yang dikaji dalam PBL ini merupakan permasalahan yang
sifatnya kontekstual yang sering temukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-
hari. Prinsip utama yang digunakan dalam model PBL menurut (Febriana et al.,
2020; Herzon et al., 2018) adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana
bagi siswa untuk menggembangkan pengetahuan dan mengembangkan
kemampuan berpikir kritis serta kemampuan dalam memecahkan masalah.
Masalah yang dikaitkan dengan materi yang diajarkan berupa masalah nyata
yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan bermanfaat langsung
bagi siswa dalam kehidupannya.
Dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
membuat siswa menemukan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Hal
ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan (Ariswati, 2018; Paradina et al.,
2019) yang menyatakan bahwa langkah - langkah model Problem Based
Learning terbagi menjadi lima langkah (1) Mengorientasi siswa pada masalah,
pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, mengenalkan siswa pada
permasalahan yang harus mereka cari solusinya, dan memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah; (2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar,
guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah yang disajikan; (3) Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok, guru memberikan motivasi untuk
siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, dengan melakukan diskusi untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah; (4) Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan hasil diskusi melalui kegiatan
mempresentasikan untuk berbagai hasil diskusi dengan temannya; (5)
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, Guru membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil penyelidikan siswa
dan proses-proses yang mereka gunakan serta menarik kesimpulan solusi dalam
memecahkan masalah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dilakukan oleh Maharani & Laelasari,
(2017), Mashuri., et al. (2019), Nisa & Rhosaliana, (2020), Sari, (2019), Sutama
dan Noviyanti. (2018), Yandhari., dkk, (2019) dalam jurnalnya bahwa proses
pembelajaran dimulai dengan pendefinisian masalah, lalu peserta didik
melakukan diskusi untuk menyamakan persepsi tentang masalah yang dibahas
lalu merancang tujuan dan target yang harus dicapai. Kegiatan selanjutnya
adalah mencari bahan-bahan dari berbagai sumber seperti buku di perpustakaan,
internet, observasi.
Penelitian Permatasari (2020) menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah peserta didik dengan mengembangkan LKS. Selanjutnya
penelitian Nadhifah (2016) dalam jurnalnya menyimpulkan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah antara peserta didik yang mendapatkan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dan inqury. Namun kedua model tersebut tidak
terdapat perbedaan pemecahan masalah, akan tetapi sikap peserta didik terhadap
penerapan kedua model tersebut berinterprestasi baik. Dengan demikian, kedua
pembelajaran ini dapat mengubah sikap peserta didik dalam belajar ke arah yang
lebih baik
Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa, et al., (2016) dalam jurnalnya
menunjukkan bahwa pembelajaran Problem Based Learning (PBL) melalui
pendekatan kontekstual berbasis LS secara signifikan dapat meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Rais dan Susanto (2017) dalam jurnalnya
menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih
unggul dibanding direct instruction, namun tidak semua materi sesuai dengan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sehingga pendidik harus
bisa memilih materi yang dapat diterapkan sesuai dengan karakteristik model
pembelajaran ini. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Harapit (2018)
dalam jurnalnya menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) memiliki peran dalam meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan motivasi belajar peserta didik. Hal ini sejalan dengan penelitian
Sumitro, et al., (2017) dalam jurnalnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar dan
motivasi belajar peserta didik.
Dari pemaparan penelitian model Problem Based Learning (PBL)
(Shoimin, 2016) menyatakan model Problem Based Learning (PBL) memiliki
kelebihan sebagai (1) Siswa memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah
dalam situasi nyata; (2) Siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri
melalui aktivitas belajar yang bersifat student center; (3) Pembelajarannya
berbasis masalah, sehingga meminimalisir materi yang tidak ada hubungannya
dengan pembelajaran, sehingga hal ini mengurangi beban siswa dalam
menghafal atau menyimpan informasi; (4) Pada proses pembelajarannya terjadi
aktivitas ilmiah melalui kerja kelompok; (5) Siswa menjadi terbiasa
menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet,
wawancara, dan observasi; (6) Siswa dapat menilai kemajuan belajarnya sendiri;
(7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan diskusi atau presentasi hasil
diskusi; (8) Kesulitan belajar siswa secara individu dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam bentuk peer teaching
Selain itu Rusmono (2014) menyatakan bahwa ada empat kelebihan dari
model Problem Based Learning (PBL) yaitu sebagai berikut:Dari banyaknya
kelebihan dalam penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat
disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) berbasis masalah
mempunyai banyak kelebihan sehingga dalam konteks pembelajaran
keberagaman di sekolah dasar dirasa cocok untuk dapat diimplementasikan
dengan baik, tentunya dengan mengikuti langkah-langkah dari sintaks Problem
Based Learning (PBL) yang sesuai. Materi keberagaman dapat disajikan dalam
bentuk permasalahan yang sifatnya kontekstual sehingga hal ini dapat
memberikan manfaat bagi siswa dalam menghadapi keberagaman yang ada
dalam kehidupan sehari-hari, dengan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) siswa menjadi terbiasa untuk melatih dirinya menemukan solusi
dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan keberagaman dalam
kehidupan sehari-hari. Mengingat banyak isu keberagaman yang perlu dihadapi
siswa dalam kehidupan. Melalui model Problem Based Learning (PBL) ini juga
siswa dilatih untuk berpikir kritis dalam mempersiapkan dirinya untuk
menghadapi isu-isu sosial mengenai keberagaman yang harus dihadapinya di
masa yang akan datang.
Model pembelajaran yang diterapkan di kelas sangat mempengaruhi
hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dengan pendekatan inquiry memberi pengaruh yang positif terhadap hasil
belajar peserta didik. Hal ini merujuk pada penelitian Zainuddin, et al., (2016)
dalam jurnal nya menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dengan pendekatan inquiry dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik, dan dengan penerapan model ini hasil belajar peserta didik lebih
tinggi di bandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran yaitu model
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan minat belajar,
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik, meningkatkan
motivasi belajar peserta didik, berfikir kritis, dan meningkatkan hasil belajar
peserta didik.

D. Media Pembelajaran Berbasis ICT


Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti“tengah”,“p rantara”atau“pengantar”.Dalam Bahasa Arab,media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Istilah “media”bahkan sering
dikaitkan atau dipergantikan dengan kata “teknologi” yang berasal dari Bahasa latin
tekne (art) dan logos (ilmu). Bila dihubungkan dengan pendidikan dan pembelajaran,
pengertian media dalam proses belajar mengajarcenderung diartikan sebagai alat-
alat grafis photografis, atau elektronis untukmenangkap, memproses,
danmenyusunkembali informas ivisual atau verbal. Menurut Gerlach dan Elymen
jelaskan bahwa media adalah grafik, fotografi, elektronik, ataualat-alat mekanik untuk
menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atauvisual.
Sedangkan Pembelajaran menurut Irpan Gafar dan Muhammad Jamil, adalah
upaya untuk membangkitkan prakarsa belajar mengajar dan Pembelajaran juga berarti
upaya untuk membelajarkan pelajar.Hal senada juga dinyatakan oleh Ahmad Zayadi,
bahwa pembelajaran merupakan Upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok
orang, akan tetapi ia menambahkan bahwa Upaya tersebut dilakukan melalui berbagai
strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Information and Communication Technology (ICT) dan jika diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia berarti Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Untuk
memahami maknanya, kita perlu mengetahu imakna tiga kata yang terkandung padanya,
yakni 1)Teknologi, 2)Informasi dan 3)Komunikasi. Selanjutnya istilah ini dapat pula
dirangkai menjadi dua bagian yang saling berkaitan, yaitu teknologi informasi dan
teknologi komunikasi. Nformation and CommunicationTechnology atau yang lebih
kita kenal dengan sebutan ICT adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk
memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronik dengan perangkat
kerasnya (hardware) adalah Komputer/Laptop dan perangkat lunaknya(software)
berupa lembaran kerja. Dan Teknologi sendiri berasal daribahasa Yunanitechne/technie
yang berarti cara atauseni, keahlian. Kemudian Dodi Nandika, Gatot Priowirjanto dan
Soekartawi, menjelaskan bahwa ICT adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan carayang menarik dan inovatif untuk menyediakan pembelajaran
seumur hidup dengan akses global terhadap informasi, pembelajaran dan dukungan.
E. Karakteristik Guru
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi di SMP NU Palangka Raya dengan menggunakan
metode observasi seperti wawancara dan dokumentasi guru mata pelajaran tujuannya
untuk mengidentifikasi permasalahan dalam proses pembelajaran khususnya
pemahaman siswa tentang pembelajaran PAI maka kami mendapati beberapa
masalah. Maka, dari permasalahan tersebut kami ingin memberikan solusi agar
permasalahan tersebut dapat terpecahkan.
Hasil observasi metode pembelajaran yang guru gunakan dalam proses
pembelajaran kurang efektif,saat metode diskusi kelompok banyak siswa yang tidak
aktif dalam diskusi kelompok hanya beberapa orang saja yang mengikuti sesuai
prosedur.
B. Saran
Berdasarkan simpulan dan data yang ditemukan di pengamatan kegiatan
pembelajaran kelas VII B, maka ada beberapa saran yang perlu disampaikan
peneliti kepada berbagai pihak terkait dan berkepentingan, antara lain:
a. Untuk guru, dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas
guru harus benar-benar memilih strategi, metode pembelajaran untuk
digunakan di kelas agar kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dapat
sesuai dengan yang diharapkan dengan memperhatikan media yang
sesuai dengan kebutuhan siswa.
b. Untuk siswa, jadilah siswa yang memiliki kemauan untuk belajar,
karena semua ilmu yang diberikan guru berguna untuk masa depan di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Ahyar,dkk, 2021. Model-Model Pembelajaran, (CV. Pradina Pustaka Grup)


Ahyat, N., Ar, S., Surabaya, R., Raya, I. J., & Surabaya, L. (2017). EDUSIANA: Jurnal Manajemen
dan Pendidikan Islam METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Jurnal
Manajemen Dan Pendidikan Islam, 4(1). http://ejournal.stainim.ac.id/index.php/edusiana
Hasan, M., Milawati, Mp., Darodjat, Mp., & DrTuti Khairani Harahap, Ma. (2021). Makna Peran
Media Dalam Komunikasi dan Pembelajaran │i MEDIA PEMBELAJARAN.
Juliangkary, E., & Pujilestari, D. (2022). Kajian Literatur Metode Tanya Jawab Pada Pembelajaran
Matematika. Jurnal Ilmiah Mandala Education (JIME), 8(3), 2442–9511.
https://doi.org/10.36312/jime.v8i3.3839/
Azhar Arsyad, MediaPembelajaran, (Jakarta:PTRajaGrafindoPersada,2002)
A. Haddad and C. Draxier, Technologies for Education: Potentials, Parameters and Prospects
(UnitedNations: Educational Scientific and Cultural Organization, 2002).Paris3-17.
Bruce Backhouse, “InformationandCommunication Technology Integration: Beyon the early
adopters,” Technology Trends (TechTrends). May/June2003 Vol.47, No. 3.hal. 5
Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang: Rasail Media Group,
2008)Gafur,Abdul.2001.“Pendidikan dalam Tantangan Teknologi ICT”.
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad. Ihya’ Ulumuddin I. Beirut: Darul Fikr, lihat
juga Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali. Ihya’ Ulumuddin I. Ilmu dalam
Perspektif Tasawuf al-Ghazali. terj. Muhammad, Al-Baqir. 1996. Bandung: Karisma.
Amrullah, Abdul Malik Karim. dan Djumransjah. 2007. Pendidikan Islam Menggali Tradisi
Mengukuhkan Eksistensi. Malang: UIN-Malang Press.
Ali, Mohammad Daud. 1995. Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia. Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada.
Mohammad Daud. 2002. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Jannah, A. R., Rahmawati, I., & Reffiane, F. (2020). Keefektifan Model PBL Berbantu Media
AudioVisual Terhadap Hasil Belajar Tema Indahnya Keberagaman Di Negeriku. Mimbar PGSD
Undiksha, 8(3), 342-350.
Mustofa, Z. Susilo, H. Muhdhar, A,I. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Melalui Pendekatan Kontekstual Berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan
Kemampuan Memecahkan Masalah dan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(5), 885-889
Zainuddin, M. Budijanto, & Amirudin. (2016). Pengaruh Model Problem Based Learning
Dengan Pendekatan Inquiry Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA. Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(12). 2359- 2364
Permatasari, C, P. Yerizon, Y. Arnawa, I, M., & Musdi, E. (2020). Improving Students'
Problem-Solving Ability through Learning Tools Based on Problem Based Learning.
Journal of Physics, 8(1), 39-46-%
Nisa, R. & hosaliana. I.A. (2020). Penerapan Problem Based Learning Berpendekatan Sets
terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Range: Jurnal Pendidikan Matematika,
1(2), 152-156

Febriana, R., Yusri, R., & Delyana, H. (2020). Modul Geometri Ruang Berbasis Problem Based
Learning Terhadap Kreativitas Pemecahan Masalah. AKSIOMA: Jurnal Program Studi
Pendidikan Matematika, 9(1), 93.
Ariswati, N. P. E. A. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Problem based learning Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd Negeri Nanggulan. PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD, 6 (4). https://doi.org/10.1590/s1809-
98232013000400007.
Shoimin. (2016). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurukulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Rusmono. (2014). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor: Ghalia
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai