Model-model Pembelajaran
Disusun oleh :
1. Fahtur Rahman Syah (190210302049)
2. Indra Sukmawat (190210302056)
3. Fitria Aminingsih (190210302059)
4. Sabrang Ali Daei (190210302067)
Dengan Rahmat Allah SWT kami dapat menyelesikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah yang berjudul Model-model pembelajaran dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Kritik dan saran sangat
kami butuhkan unttk kedepannya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................3
2.1 Pengertian Model Pembelajaran.............................................................................3
2.2 Model Pembelajaran Cooperative Learning............................................................5
2.3 Model Pembelajaran Inquiry Learning...................................................................8
2.4 Model Pembelajaran Discovery Learning.............................................................13
2.5 Model Pembelajaran Problem-based Learning.....................................................19
2.6 Model Pembelajaran Project-based Learning.......................................................25
BAB 3 KESIMPULAN....................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Interaksi antar pendidik dan individu terjadi melalui beberapa metode yaitu
menulis dan lisan, namun seiring dengan perkembangannya model
pembelajaran mulai dikembangkan dengan berbagai aspek sebagai tujuan
yang akan dicapai oleh peserta didik.
1
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari model pembelajaran
2. Memahami model pembelajaran Cooperative Learning
3. Memahami model pembelajaran Inquiry Learning
4. Memahami model pembelajaran Discovery Learning
5. Memahami model pembelajaran Problem-based Learning
6. Memahami model pembelajaran Project-based Learning
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sementara, strategi, menurut Kemp (dalam Rusman, 2014: 132), merupakan
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Dick
dan carey menyatakan strategi pembelajaran sebagai suatu perangkat materi dan
prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan
hasil belajar pada siswa. Satu strategi pembelajaran dapat menggunakan beberapa
metode yang dilandasi oleh berbagai prinsip dan teori pengetahuan, diantaranya
prinsip-prinsip pembelajaran, teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau
teori lain yang membantu (dalam Rusman, 2014:132).
4
6) Adanya desain instruksional atau persiapan mengajar dengan
berpedoman pada model pembelajaran yang dipilih. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan seperangkat
strategi yang berdasarkan landasan teori dan penelitian tertentu yang
meliputi latar belakang, prosedur pembelajaran, sistem pendukung dan
evaluasi pembelajaran yang ditujukan bagi guru dan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang dapat diukur.
5
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif, yaitu menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengelompokkan siswa,
membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi, dan memberikan
penghargaan (Rusman, 2010: 202-211). Terdapat beberapa tipe dalam
pembelajaran kooperatif, seperti Student Teams Achievement Division (STAD),
Jigsaw, Group Investigation, Make a Match, Teams Games Tournaments (TGT),
Think Pair Share (TPS), dan lain-lain.
Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar dalam pembelajaran
kooperatif yaitu:
6
yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama,
menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing
anggota dan mengisi kekurangan masing-masing.
5. Evaluasi Proses Kelompok (Group Processing) Yaitu menjadwalkan
waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif.
Metode belajar ini dapat membuat atau berdampak positif sebagai berikut:
7
2.3. Model pembelajaran Inqury Learning
8
Menurut Albert Learning (2004), model pembelajaran inkuiri dinyatakan
sebagai berikut. “Inkuiri based learning is a process where student are involved in
their learning, formulate question, investigate widely and then build new
understanding, meaning and knowledge. That knowledge is new to the student
and may be used to answer a question, to develop a solution or to support a
position or point of view. The knowledge is usually presented to other and may
result in some sort of action”.
9
a. Siswa tertarik pada pertanyaan-pertanyaan yang berorientasi
ilmiah Pertanyaan-pertanyaan berorientasi ilmiah berpusat pada
objek, organisme dan peristiwa-peristiwa di alam. Guru memiliki
peran penting dalam membimbing identifikasi pertanyaan,
khususnya ketika pertanyaan tersebut berasal dari para siswa.
b. Siswa memberikan prioritas terhadap pembuktian yang membuat
mereka mengembangkan dan mengevaluasi penjelasan-penjelasan
terhadap pertanyaan-pertanyaan berorientasi ilmiah. Para siswa
menggunakan bukti untuk mengembangkan penjelasan terhadap
fenomena ilmiah di dalam kelas inkuiri.
c. Siswa menyusun penjelasan dari bukti terhadap pertanyaan-
pertanyaan berorientasi ilmiah.Penjelasan-penjelasan ilmiah harus
konsisten dengan bukti dari percobaan dan pengamatan tentang
alam.Penjelasan adalah cara untuk mempelajari tentang apa yang
belum dikenal dengan menghubungkan hasil pengamatan dengan
yang sudah lebih dahulu diketahui.
d. Siswa mengevaluasi penjelasannya berdasarkan penjelasan-
penjelasan alternatif, khususnya yang mereflesikan pemahaman
ilmiah. Penjelasan-penjelasan alternative ditinjau ulang setelah
para siswa berdiskusi, membandingkan hasil atau mengecek hasil
mereka dengan yang diajukan oleh guru atau materi.
e. Siswa berkomunikasi dan menilai penjelasan yang mereka ajukan.
Mengkomunikasikan penjelasan dengan meminta siswa untuk
berbagi pertanyaan akan membuka kesempatan pafda siswa lain
untuk bertanya,memeriksa bukti, dan menyarankan beberapa
penjelasan alternative dari pengamatan yang sama.
10
berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, namun gagal dalam
membekali siswa memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan jangka
panjang (Depdiknas, 2006).
11
1. Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif;
2. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga
dapat dimengerti dan mengendap dalam pikiran;
3. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk
belajar lebih giat lagi;
4. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuan dan minat masing-masing;
5. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan
proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta
didik dengan peran guru yang sangat terbatas (Hanafiah dan Suhana,
2009: 79).
1. Orientasi
Melakukan langkah untuk membina suasana pembelajaran yang
kondusif. Hal yanh dilakukan dalam tahap ini adalah menjelaskan
topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa dan menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan
oleh siswa untuk mencapai tujuan
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki
itu. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam
pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa
akan memperoleh pengalaman berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3. Merumuskan hipotesis
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan
12
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
dapat merumuskan jawaban sementara atau dapatmerumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahanyang dikaji.
4. Mengumpulkan data
Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses
mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yangkuat
dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis juga mengembangkan kemampuan berpikir
rasional, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan
dan dapat dipertanggung jawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
13
(Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam
penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,
penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan
discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and
principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
14
kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara
belajarnya.
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
4. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannya sendiri.
5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi
proses belajar yang baru.
11. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
12. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
13. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsic.
14. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
15. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya.
16. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
17. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar.
18. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
15
Kelemahan Penerapan Discovery Learning
16
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik.
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
17
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244), sedangkan menurut
permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban
sementara atas pertanyaan yang diajukan.
18
hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara
tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah,
2002:22).
5. Verification (Pembuktian)
19
penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang
luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses
pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
Model ini berkaitan dengan penggunaan inteligensi dari dalam diri individu
yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan
masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual. Pembelajaran berbasis masalah
adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus
20
untuk mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan
diri (Hmelo-Silver, 2004; Serafino & Ciccheilli, 2005). Pelajaran dan
pembelajaran berbasis masalah memiliki tiga karakteristik yang digambarkan
dalam Paul Eggen & Don Kauchak (2012)’
21
sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia dan
didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
e. Bermanfaat, yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan
haruslah bermanfaat, yaitu dapat meningkatkan kemampuan berpikir
memecahkan masalah siswa, serta membangkitkan motivasi belajar
siswa
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Artinya, meskipun pengajaran
berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA,
matematika, ilmuilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah yang
dipilih benar- benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau
masalah itu dari banyak mata pelajaran.
3. Penyelidikan autentik Artinya, pengajaran berbasis masalah mengharuskan
siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaiannyata
terhadap masalah nyata. Mereka menganalisis dan mendefinisikan
masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan.
4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. Pengajaran berbasis
masalah menuntut siswa menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya
nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk
penyelesaian masalah yang mereka temukan.
5. Kolaborasi. siswa bekerja satu sama dengan yang lainnya, paling sering
secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
22
c. Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi sosial dan
evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.
23
2. Masalah atau pertanyaan yang diselidiki adalah masalah yang
kompleks memiliki banyak penyelesaian dan sering kali saling
bertentangan. Selama penyelidikan siswa akan didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi.
3. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang menyediakan bantuan,
sedangkan siswa berusaha untuk bekerja mandiri atau bersama
temannya.
24
danmenerima sepenuhnya ide tersebut. Selanjutnya guru mengajukan
pertanyaan yang membuat siswa memikirkan kelayakan hipotesis dan
pemecahan mereka serta tentang kualitas informasi yang telah mereka
kumpulkan. Guru secara terus-menerus menunjang dan memodelkan
pertukaran ide secara bebas dan mendorong mengkaji lebih dalam
masalah tersebut jika dibutuhkan. Selain itu, guru juga membantu
menyediakan bantuan yang dibutuhkan siswa.
25
pengetahuan dan keterampilan yang baru dan kemudian mengintergrasikannya
dengan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki sebelumnya.
26
sebagai berikut. Tahap pertama, guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan
belajar, motivasi, dan kompetensi yang akan dicapai. Tahap kedua, peserta didik
mengidentifikasi permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topik yang
dikaji. Pertanyaan juga dapat diajukan oleh guru. Tahap ketiga, kelompok
membuat rencana proyek terkait dengan penyelesaian permasalahan yang
diidentifikasi. Tahap keempat, kelompok membuat proyek atau karya dengan
memahami konsep atau prinsip yang terkait dengan materi pelajaran. Tahap
kelima, guru atau sekolah memfasilitasi pameran atas pekerjaan/karya yang
dihasilkan oleh peserta didik.
Pada model PjBL peserta didik tidak hanya memahami konten, tetapi juga
menumbuhkan keterampilan pada peserta didik bagaimanan berperan di
masyarakat. Keterampilan yang ditumbukan dalam PjBl diantaranya keterampilan
komunikasi dan presentasi, keterampilan manajemen organisasi dan waktu,
keterampilan penelitian dan penyelidikan, keterampilan penilaian diri dan refleksi,
partisipasi kelompok dan kepemimpinan, dan pemikiran kritis.
27
mengoperasikan, memproduksi, merekonstruksi, mendemonstrasikan,
menciptakan, merancang,menguji, dll )
2. Dapat menghasilkan sebuah produk
3. Memiliki keterkaitan dengan permasalahan nyata atau kehidupan sehari-
hari
1. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big
question) Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving
question yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk
melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan
realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
2. Merencanakan proyek (design a plan for the project). Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dengan peserta didik. Dengan
demikian peserta didik diharapakan akan merasa memiliki atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang
dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan
mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta
menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk
menyelesaikan proyek.
3. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule). Pendidik dan peserta didik
secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan
proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi
28
arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba
menggali sesuatu yang baru, akan tetapi pendidik juga harus tetap
mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan
proyek. Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang
membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, sehingga pendidik
meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara
berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam
sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.
4. Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the
project). Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap
aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring
dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses.
Dengan kata lain, pendidik berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta
didik. Pendidik mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja
dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya
masing masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.
5. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome). Penilaian
dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing masing peserta
didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah
dicapai oleh peserta didik, serta membantu pendidik dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-
masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain
secara bergantian.
6. Evaluasi (evaluate the experience). Pada akhir proses pembelajaran,
pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil
proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan
proyek.
29
Diskripsi pengalaman belajar dan kompetensi yang diperoleh peserta didik dapat
diperoleh dengan menghubungkan alur/tahapan pembelajaran (learning path) dari
model pembelajaran Project Based Learning dan dihubungkan Kompetensi Abad
21, yaitu 4C: creative (berpikir kreatif), collaborative (bekerjasama),
communication (berkomunikasi), critical (berpikir kritis), dan 1Q yaitu Taqwa
dengan pendekatan Saintifik sesuai Kurikulum 2013 (K13) terintegrasi TIK, yaitu
5M: Mengamati, Mengasosiasi, Mencoba, Mendiskusikan, dan
Mengkomunikasikan.
30
c) membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks;
d) meningkatkan kolaborasi:
e) mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi;
f) meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber;
g) memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas;
h) menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang berkembang sesuai dunia nyata;
i) melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata;
j) membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran” (Kurniasih dalam
Nurfitriyani, 2016)
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Tidak selamanya kegiatan belajar dan mengajar akan mengasikan bagi peserta
didik, pendidik harus aktif dalam teknologi dan mencari informasi serta dapat
menemukan metode belajar yang efektif yang dapat memajukan pendidikan
bangsa.
32
DAFTAR PUSTAKA
33