Disusun Oleh:
Kelompok 2
Sejariyati 18.12.4603
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian model desain pembelajaran PAI ................................... 3
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
iii
A. Latar Belakang
Bermacam-macam desain model pembelajaran yang digunakan dalam
siswa agar dapat belajar dengan lebih efektif. Seorang pengajar harus bisa
beberapa model sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan
Perlu diingat bahwa kesuksesan belajar siswa juga dipengaruhi oleh cara
dan pada akhirnya siswa dapat mencari, mengolah, dan memiliki ilmu yang
telah dipelajarinya.
menjadikan siswa yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. serta
selama ini menggunakan strategi yang tidak sesuai serta untuk lebih
1
Oleh karena itu, untuk bisa menjalankan itu semua tentunya kita terlebih
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
A. Pengertian Model Desain Pembelajaran PAI
Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dan acuan dalam melakukan suatu
kegiatan. Dalam pengertian lain, model juga diartikan sebagai barang
atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti globe adalah
model dari bumi tempat kita hidup. Akan tetapi model lebih sering
diartikan menurut pendapat pertama yakni sebagai kerangka proses
pemikiran.1
Lebih lanjut istilah model pembelajaran memiliki banyak pengertian
berikut.
untuk mencapai tujuan belajar serta berfungsi sebagai suatu perencanaan atau
pola yang digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka
1
Hendy Hermawan, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Bandung: CV Citra Praya, 2006), Hal 3
2
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010). Hal. 52-53
3
sistem sosial, dan sistem pendukung.3 Senada dengan itu M. Samani juga
ditentukan.7
menjadi representasi suatu proses dalam bentuk grafis dan/atau naratif, dengan
3
Sahimin, “Pengaruh Model Pembelajaran Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Pai Siswa
Kelas VII Smp Negeri 1 Kabanjahe Kabupaten Karo”, Edu Riligia, Vol. 01, No. 02, (2017), hal.
155.
4
M. Samani, Pengembangan Model Pembelajaran IPA Terpadu untuk Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama, (Surabaya: PSM Unessa, 2002). Hal. 7
5
Kokom, Komulasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2010), hal. 57
6
Muhammad Fathurroman, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Yogjakarta: Ar-Ruzz
Media,2016).
7
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).
4
menunjukkan unsur-unsur utama serta strukturnya. Dalam hal ini
dalam wujud atau pola tertentu yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran
agar arah dan kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan.9
dilaksanakan secara baik dan menghasilkan output yang baik. Prosedur kerja
dalam konteks desain pembelajaran adalah model sebagai pola yang menjadi
contoh dan acuan dan model sebagai pola yang menjadi contoh dan acuan dari
model tersebut bukan hanya satu, melainkan lebih dari satu.11 Jadi, dapat
yang dijadikan sebagai contoh dan acuan oleh guru sebagai pendidik
8
Miarso, Yusufhadi., Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Pendidikan di Era
Globalisasi. (Jakarta: Makalah Seminar Nasional The Power of ICT in Education, PPs UNJ, 15
April 2008).
9
Zulkifli M, “Model Pembelajaran Pai Berbasis Tik Yang Valid Dan Praktis Pada Sma Negeri 4
Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara”, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 6 No. 2 (2013).
10
A Mudhofir, Desain Pembelajaran Inovatif Dari Teori Ke Praktik, (Surabaya: Raja Grafindo
Persada, 2016).
11
Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013),
hal. 10
5
Setelah dipaparkan model desain pembelajaran secara umum, maka dapat
konsep dan prosedur yang berfungsi sebagai pedoman bagi para guru dalam
digunakan. Sebab, guru adalah orang yang paling memahami karakteristik dan
12
Tedi Supriyadi, “Model Pembelajaran Internalisasi Iman dan Taqwa Dalam Pembelajaran PAI
untuk Usia Sekolah Dasar”, Mimbar Sekolah Dasar, Vol. 03 No. 02, (2016).
13
Kasinyo Harto, “Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural”, Al-Tahrir,
Vol. 14, No. 2 (2014).
14
Abdul Rahman Bahtiar, “Prinsip-Prinsip Dan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”,
Jurnal Tarbawi, Vol. 01, No. 02, (2018).
6
metode pembelajaran yang bermakna dan tentunya harus dilaksanakan dengan
5. Mengacu pada hasil belajar, pada hasil belajar baik hasil langsung atau
7
6. Mengacu pada kemudahan belajar, pembelajaran PAI merupakan upaya
harus didasarkan pada hasil identifikasi dan analisis semua kompunen baik
15
Maksudin, Pengembangan Metodelogi Pendidikan Agama Islam Pendekatan Dialektik,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hal. 123-124
8
B. Macam-Macam Model Desain Pembelajaran PAI
Ditulis oleh DeQueljoe dan A. Gazali dalam buku mereka Didaktik Umum,
pengajaran. Ada empat jalan pelajaran yang mereka tulis dalam buku itu,
permulaan hingga akhir, dimulai dari yang paling paling mudah dan paling
penting.
IV
III I. Penguraian pertama
II. Penguraian kedua, yang
II
mencakup juga bahan pertama
I III. Penguraian ketiga, yang
mencakup juga bahan ke-l dan 2
IV. dst.
9
kira sebagai berikut. Langkah pertama: menerangkan Bab 1; langkah kedua:
huruf, lalu suku kata, lanta kata, kalimat untuk selanjutnya cerita.
para ahli, berikut ini beberapa model yang dapat dijadikan acuhan:
16
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: remaja rosdakarya, 2004) cet.
8, hlm. 38-39.
10
sesuai dengan kebutuhan, tujuan, dan berbagai kendala yang muncul
dalam pembelajaran.17
Kemudian dalam model desain pembelajaran Kemp ini, pembelajaran
17
Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan: Tata Rancangan Pembelajaran Menuju
Pencapaian Kompetensi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2013) cet. 1, hlm. 48.
18
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)
cet. 1, hlm. 105-106.
11
2. Model Desain Pembelajaran Dick dan Carrey
Berbagai model dapat dikembangkan dalam mengorganisir pengajaran.
Satu di antara model itu adalah model Dick dan Carrey dengan langkah-
19
H. Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) cet. 8, hlm. 25-
28.
12
merumpunkan tujuan ke dalam pembelajaran; (2) merencanakan
prapembelajaran, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut; (3)
menyusun alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran.
Komponen strategi pembelajaran terdiri atas: (a) kegiatan
prapembelajaran, (b) penyajian informasi, (c) peran serta mahasiswa,
(d) pengetesan, dan (e) kegiatan tindak lanjut.
g. Mengembangkan dan memilih material pengajaran
Dick and Carrey menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh
pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu
sebagai berikut.
1) Pengajar merancang bahan pembelajaran dimasukkan ke vidual,
semua tahap pembelajaran dimasukkan ke dalam bahan, kecuali
pra tes dan pasca tes.
2) Pengajar memilih dan mnegubah bahan yang ada agar sesuai
dengan strategi pembelajaran
3) Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua
pembelajaran menurut strategi pembelajarannya yang telah
disusunnya.
h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
Evaluasi ini berfungsi untuk mengumpulkan data untuk perbaikan
pembelajaran. Menurut Dick and Carrey, ada tiga fase pokok
penilaian formatif, yaitu (1) Fase perorangan atau fase klinis, (2)
Fase kelompok kecil, (3) Fase uji lapangan.
i. Merevisi bahan pembelajaran
Untuk dapat merevisi pembelajaran, dilakukan sesuai data yang
diperoleh dari evaluasi formatif, yaitu penilaian perseorangan,
penilaian kelompok kecil, dan hasil akhir uji coba lapangan.
j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan, yang diperlihatkan oleh unjuk siswa. Apabila
semua tujuan sudah dapat dicapai, efektifitas pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu dianggap berhasil
dengan baik.20
Secara umum penggunaan desain pengajaran menurut Dick dan Carrey
20
Amiruddin, Perencanaan Pembelajaran, (Yogyakarta: Parama Ilmu, 2016), cet. 1, hlm. 44-51.
13
3) Langkah awal pada model Dick and Carrey adalah mengidentifikasi
tujuan pengajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum
perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar,
khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pengajaran
pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan
pembelajaran.21
3. Model Desain Pembelajaran PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional) dan MSP (Model Satuam Pelajaran)
PPSI merupakan singkatan dari Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional. Istilah “sistem instruksional” mengandung pengertian
bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem di mana pengajaran
adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari serangkat
komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain
secara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan.22
Fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan
pelaksanaan program pengajaran secara sistemik dan sistematis, untuk
dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses
belajar mengajar.23
Dengan demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan
21
Amiruddin, Perencanaan Pembelajaran, hlm. 36.
22
Harjanto, Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2011) cet. 8, hlm. 75
23
Deni Darmawan dan Dinn Wahyudin, Model Pembelajaran Di Sekolah, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2018) cet. 1, hlm. 24-25.
24
Ahmad Rohani dan H. Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991) cet.
1, hlm. 80.
14
a. Tahap 1: merumuskan tujuan instruksional khusus
Tujuan instruksional khusus adalah rumusan yang jelas tentang
kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah
mengikuti suatu program pengajaran tertentu.
b. Tahap 2: mengembangkan alat evaluasi
Evaluasi ini dikembangkan dari TIK yang telah dirumuskan.
Fungsi dari evaluasi ini adalah untuk menilai sampai dimana peserta
didik telah mencapai TIK yang dirumuskan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap pengembangan alat evaluasi ini adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan jenis tes yang akan digunakan untuk mungukur ter
tercapai tidaknya TIK. Jenis tes ini dapat dibedakan menjadi: tes
tulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
2) Menyusun butir tes (item soal) untuk menilai masing-masing
TIK.
Bentuk item soal ini berupa: essay, objektif dalam bentuk pilihan
ganda, benar salah, menjodohkan, isian, dan jawaban singkat.
c. Tahap 3: menetapkan kegiatan belajar dan materi belajar
Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap menetapkan kegiatan
belajar dan materi pelajaran ini adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk
mencapai TIK.
2) Menetapkan kegiatan belajar yang tidak perlu ditempuh.
3) Menetapkan kegiatan belajar yang akan ditempuh.
4) Menetapkan materi pelajaran.
d. Tahap 4: merencanakan program kegiatan
Dalam tahap keempat ini, kegiatan yang perlu ditempuh adalah
sebagai berikut:
1) Menetapkan strategi belajar mengajar, termasuk metode yanh
digunakan.
2) Memilih alat dan sumber bahan atau media yang akan digunakan.
3) Menyusun jadwal penyajian.
e. Tahap 5: melaksanakan program
Dalam melaksanakan program ini kegiatan yang perlu ditempuh
adalah:
1) Menyelenggarakan pre-tes
2) Menyajikan materi pelajaran
3) Menyelenggarakan pos tes
4) Melakukan revisi (perbaikan)25
Dari semua uraian di atas, secara umum model-model pengembangan
25
Harjanto, Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) cet. 6, hlm. 75-78.
15
(2) Pengembangan alat evaluasi; (3) Kegiatan belajar dan materi pelajaran;
pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena dalam model ini
26
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) cet. 2, hlm. 87.
27
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 103-106.
16
tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini
juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya
serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu
berikut.
17
sempit untuk meningkatkan partisipasi aktif dari peserta didik di
dalam kelas.
f. Penyediaan waktu (allocation of time)
Rencana penggunaan waktu akan berbeda berdasarkan pokok
permasalahan, tujuan-tujuan yang dirumuskan, ruangan yang
tersedia, pola-pola administrasi serta abilitas dan minat-minat para
peserta didik.
g. Pengaturan ruangan (allocation of space)
Terdapat 3 alternatif ruangan belajar agar proses belajar-mengajar
dapat terkondisikan, yaitu ruangan-ruangan kelompok besar,
kelompok kecil, dan ruangan untuk belajar mandiri. Alokasi
ruangan ditentukan sesuai dengan tujuan pembelajaran agar proses
pembelajaran berjalan lebih efektif dan suasana belajar yang
kondusif dan nyaman.
h. Pemilihan media/sumber belajar (selection of resources)
Gerlach dan Ely membagi media sebagai sumber belajar ke dalam
5 kategori yaitu ; 1) Manusia dan benda nyata, 2) Media Visual
proyeksi, 3) Media Audio, 4) Media Cetak, 5) Media Display.
i. Evaluasi (evaluation of performance)
Semua usaha kegiatan pengembangan instruksional dapat
dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku akhir belajar
tersebut dievaluasi instrumen evaluasi yang telah didesain secara
objektif. Evaluasi bukan hanya dilakukan oleh peserta didik tetapi
dilakukan juga oleh guru. Selain untuk mengukur kualitas
pembelajaran, evaluasi juga dilakukan untuk menjaga kualitas
pengajar dan Iembaga pendidikan yang bersangkutan.
j. Analisis umpan balik (analysis of feedback)
Analisis ini merupakan tahap terakhir dari pengembangan sistem
pembelajaran. Data umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes,
observasi, maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha
pembelajaran ini menentukan apakah sistem, metode dan media
pembelajaran yang dipakai dalam kegiatan pembelajaran sudah
sesuai untuk tujuan yang ingin dicapainya atau masih perlu
disempurnakan.28
5. Model Desain Pembelajaran Bela H.Banathy
Menurut Banathy (1972), secara garis besar pengembangan instruksional
28
Deni Darmawan dan Dinn Wahyudin, Model Pembelajaran Di Sekolah, hlm. 25.
18
a. Merumuskan tujuan
Dalam langkah ini guru harus merumuskan kemampuan yang harus
dikuasai peserta didik setelah mengikuti program pengajaran
tertentu.
b. Mengembangkan tes
Dalam mengembangkan evaluasi ini perlu didasarkan Pada tujuan
instruksional yang telah dirumuskan.
c. Menganalisis kegiatan belajar
Dalam langkah ini perlu dirumuskan kegiatan belajar yang harus
dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan.
d. Mendesain sistem instruksional
Dalam langkah ini ditetapkan jadwal dan tempat pelaksanaan dari
masing-masing komponen instruksional. Seluruh komponen
instruksional yang telah dirumuskan perlu ditetapkan sebagai suatu
sistem pengajaran.
e. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil
Dalam langkah ini sistem instruksional yang telah didesain perlu
diujicobakan dan dilaksanakan. Selain itu juga perlu mengadakan
penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.
f. Mengadakan perbaikan
Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat digunakan sebagai bahan
balikan dalam rangka mengadakan perbaikan terhadap sistem
instruksional.29
6. Model Desain Pembelajaran ROPES
Di dalam model pembelajaran ini dikemukakan oleh Hunt, ia
29
Harjanto, Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) cet. 7, hlm. 85-86.
19
Guru harus yakin dan tahu betul jika siswa sudah siap menerima
pelajaran baru. Jika siswa belum menguasai pelajaran sebelumnya,
maka guru harus dengan bijak memberi kesempatan kepada siswa
untuk memahaminya terlebih dahulu atau mencerahkan melalui
pemberian tugas, penjelasan, bimbingan, tutor sebaya, dan baru
bergerak pada materi sebelumnya.
b. Overview, sebagaimana review, overview dilakukan tidak terlalu
lama berkisar antara 2 sampai 5 menit. Guru menjelaskan program
pembelajaran yang akan dilaksanakan Pada hari itu dengan
menyampaikan isi secara singkat dan strategi yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyampaikan pandangannya atas langkah-langkah
pembelajaran yang hendak ditempuh oleh guru sehingga
berlangsungnya proses pembelajaran bukan hanya milik guru
semata, akan tetapi siswa pun ikut merasa senang dan merasa
dihargai keberadaannya.
c. Presentation, tahap ini merupakan inti dari proses kegiatan belajar
mengajar, karena di sini guru sudah tidak lagi memberikan
penjelasan-penjelasan singkat, akan tetapi sudah masuk pada proses
telling, showing, dan doing. Proses tersebut sangat diperlukan untuk
meningkatkan daya serap dan daya ingat siswa tentang pelajaran
yang mereka dapatkan.
d. Exercise, yakni suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada
siswa mempraktekkan apa yang telah mereka pahami. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan pengalaman langsung kepada
Siswa sehingga hasil yang dicapai lebih bermakna.
e. Summary, dimaksudkan untuk memperkuat apa yang telah mereka
pahami dalam proses pembelajaran.30
Hal yang ganjil dari rencana prosedur pembelajaran yang dikemukakan
30
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) cet. 6, hlm. 99-100.
20
disampaikan sehingga dapat mengembangkan materi yang akan disajikan
Keempat belas jenjang itu dapat diterapkan dalam penyusunan desain ruang
lingkup luas (level kurikulum), ruang lingkup sempit (level mata pelajaran)
dan ruang lingkup terbatas (level pembelajaran). Keempat belas jenjang itu
adalah:
Level Kurikulum:
a. Analisis kebutuhan, tujuan, dan prioritas.
b. Analisis sumber, hambatan dan sistem penyampaian.
c. Penentuan ruang lingkup (scope) dan urutan (sequence) kurikulum
dan pelajaran untuk mendesain sistem penyampaian.
Level Mata Pelajamn:
d. Menentukan strukturdan urutan pembelajaran.
e. Analisis tujuan kurikuler (tujuan pembelajaran)
Level Pembelajaran
f. Perumusan tujuan khusus.
g. Penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran atau
modul.
h. Penentuan materi dan media pembelajaran.
i. Penentuan langkah dan teknik penilaian.
31
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung:Sandiarta Suskses, 2019) hlm.
77
21
Level Kuńkulum
j. Persiapan guru.
k. Evaluasi formatif.
l. Uji coba dan revisi,
m. Evaluasi sumatif.
n. Pelaksanaan.32
Untuk kepentingan guru dalam persiapan pembelajaran, desain terbatas
pada level pembelajaran harus berdasarkan pada desain sistem pada level
pembelajaran.
32
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, hlm. 78
22
temuannya, baik dalam bentuk tulisan, berupa gambar, laporan, bagan,
tabel maupun dalam bentuk sajian karya Iainnya.33
13. Model Desain Pembelajaran Versi PBTE
33
Marwiyah, dkk., perencanaan pembelajaran kontemporer berbasis penerapan kurikulum 2013,
(Yogyakarta: Deepublish, 2018) cet. 1, hlm. 298-299.
23
Beberapa strategi dapat dirancang oleh guru, misalnya ceramah,
modul, dan sebagainya.
g. Langkah ketujuh; mengorganisasikan sistem pengelolaan kelas.
Sistem pengelolaan yang ditentukan disesuaikan dengan berbagai
alternatif kegiatan yang akan dilakukan, seperti pengajaran
individual, core program pengajaran unit, dan sebagainya.
h. Langkah kedelapan; mencobakan program. Tujuannya adalah
untuk mentes efektivitas strategi instruksional, kemantapan alat
assement, efektivitas sistem pengelolaan kelas, dan sebagainya.
i. Langkah kesembilan; menilai desain instruksional. Penilaian
dilakukan terhadap aspek-aspek, antara lain validitas tujuan, tingkat
kriteria assement, strategi instruksional, dan organisasi sistem
pengelolaan.
j. Langkah kesepuluh; memperbaiki kembali program. Berdasarkan
umpan balik yang diperoleh melalui penilaian yang telah dilakukan
sebelumnya, maka jika perlu dilakukan beberapa perbaikan dan
perubahan.
Jadi, kesepuluh langkah kerja ini merupakan suatu flow chart
yang perlu ditempuh untuk memperoleh suatu desain instruksional
yang diharapkan.34
Dapat dilihat dari model di atas, bahwa tidak ada suatu model rancangan
34
Oemar Hamalik, Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009) cet. 8, hlm. 59-62.
24
C. Perbedaan-perbedaan Desain Model Pembelajaran PAI
35
Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Jakarta, Raja Grafindo, 2013), hlm, 23.
36
Hudasmpn, “Perbedaan Model Pembelajaran”, diakses dari https://id.scribd.com/doc/2478
22236/Perbedaan-Model-Pembelajaran, pada tanggal 8 Februari 2020 pukul 15:55
25
hirarkis. Disamping itu adanya uji coba yang berulang kali
menyebabkan hasil yang diperoleh system dapat diandalkan.
Kelemahan model ini adalah uji coba tidak diuraikan secara
jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan
setelah diadakan tes formatif.37
Sedangkan pada tahap-tahap pengembangan hasil tes
belajar,strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan
penilaian bahan pembelajaran tidak Nampak secara jelas ada tidaknya
pakar ( validasi )
3. Model PPSI
Kelebihan dari model PPSI antara lain: 38
a) Lebih tepat digunakan secara dasar untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran bukan untuk mengembangkan perangkat
sistem pembelajaran.
b) Uraiannya tampak lebih jelas dan sistematis
c) Dalam pengembambangannya melibatkan penilaian para
ahli,sehingga dilakukan uji coba dilakukan dilapangan perangkat
pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian,saran
dan masukan para ahli.
4. Model Gerlach dan Ely
Model Gerlach dan Ely antara lain :39
a) Merumuskan tujuan
b) Menentukan inti materi pelajaran
5. Model Banathy
Model ini memandang bahwa penyusunan sistem instruksional
dilakukan melalui tahapan-tahapan yang di jelas.40
37
Endang Rusyani, Desain Pembelajaran, (Bandung, FIP, 2009), PDF File, 03 Juli 2009.
38
Laskarjati, “Macam-macam Model Desain Pembelajaran PAI” diakses dari https://laska
rasjati786.wordpress.com/2015/04/27/macam-macam-model-desain-pembelajaran-pai/
39
Supriadie, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2012), hlm, 67.
40
Prof. Dr. H. Wina sanjaya, Mpd, perencanaan sistem dan desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta
Kencana Media Group, 2010),76-77
26
A. Perbedaan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
1. Model Clasroom Meeting
Model ini adalah sekolah umumnya berhasil membina perilaku
ilmiah, meskipun demikian adakalanya sekolah gagal membina
kehangatan hubungan antar pribadi. Kehangatan hubungan pribadi
bermanfaat bagi keberhasilan belajar, agar sekolah dapat membina
kehangatan hubungan antar pribadi, maka dipersyaratkan:
a. Guru memiliki rasa keterlibatan yang mendalam,
b. Guru dan siswa harus berani menghadapi realitas, dan berani
menolak prilaku yang tidak bertanggung jawab, dan
c. Siswa mau belajar cara-cara berprilaku yang lebih baik. Agar siswa
dapat membina kehangatan hubungan antara pribadi, guru perlu
menggunakan strategi mengajar yang khusus. Karakteristik PAI
salah satunya adalah untuk menghantarkan peserta didik agar
memiliki kepribadian yang hangat, tegas dan santun. Model
pembelajaran ini dapat dipertimbangkan.41
41
Departemen Agama RI, Pola Pembinaan Agama Islam Terpadu, Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Agama Islam, 1995
42
William Glasser, dalam Moejiono 1991/1992, hal, 155
27
Cooperative learning adalah metode pembelajaran dengan
prinsip belajar untuk sukses bersama. Cooperative Learning biasa
disebut dengan tutorial teman sebaya, artinya metode pembelajaran
yang dilakukan dengan melibatkan siswa untuk saling membantu siswa
yang lainnya. Cooperative learning sebagai salah satu alternatif metode
pembelajaran dapat dijadikan pilihan bagi para pendidik mulai jenjang
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Dengan cooperative
learning diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan hasil belajarnya
dan interaksi sosial dengan sesamanya dapat terjalin dengan baik.43
43
edhakidam,makalah-pengembangan-model-model.html, http://blogspot.com/2015/01/diakses
28
potongan ayat misalnya surat al-mu’minun ayat 12-14. Setelah itu
setiap anak disuruh memahami,membaca,mengartikan,dan mengkaji
potongan ayat didepan teman kelompoknya atau diskusi terlebih
dahulu, setelah itu dipresentasikan ke teman-teman sekelas atau guru
yang mengajar materi tersebut45
45
E. Slavin,Robert.cooperative learning, teori, riset, dan praktik. Bandung: Nusa Media
29
d. Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan
dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.46
Langkah-langkahnya:
46
Yager, R.E., The Constructivist Learning Model: A must for STS Classroom the Sattus of
Science Technology Socity, Reform efforts around the world, IOWA University.
47
Robert E. Slavin, Model Cooperative learning,( Johnson, 1990)
30
Hakikat model pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual
maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan
konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
31
a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat
digunakan untuk memadukan banyak bidang studi/pokok bahasan.
b. Tema harus sesuai dengan tingkat perkembangan psikologi
pembelajar
c. Tema dipilih juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar
d. Tema harus bermakna artinya yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
32
diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan/modifikasi
struktur kognitif untuk mecapai kesimbangan. Peristiwa ini akan
terjadi secara berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru.
Perolehan pengetahuan siswa diawali dengan diadopsinya hal
yang baru sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Kemudian hal
baru tersebut dibandingkan dengan konsepsi awal yang telah dimiliki
sebelumnya. Jika hal baru tersebut tidak sesuai dengan konsep awal
siswa, maka akan terjadi konflik kognitif yang mengakibatkan adanya
ketidakseimbangan dalam struktur kognisinya. Melalui proses
akomodasi dalam kegiatan pembelajaran, siswa dapat memodifikasi
struktur kognisinya menuju kesimbangan sehingga terjadi asimilasi.
Namun tidak menutup kemungkinan siswa mengalami jalan buntu
karena ketidakmampuan berakomodasi. Pada kondisi ini diperlukan
alternatif strategi lain.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam merancang
model pembelajaran konstruktivisme adalah:
a. Mengakui adanya konsep awal yang dimiliki siswa melalui
pengalaman sebelumnya.
b. Menekankan pada kemampuan mindson dan handson
c. Mengakui bahwa dalam proses pembelajaran terjadi perubahan
konseptual
d. Mengakui bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif
e. Mengutamakan terjadikan interaksi social.
33
Tahap kedua, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan
menemu-kan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan
penginter-pretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru.
Secara berkelompok didiskusikan dengan kelompok lain. Secara
keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang
fenomena alam disekelilingnya.
34
c. Tujuaan inquiri learning adalah mengembangkan kemampuan berpikir
secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Inquiri learning merupakan bentuk pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada siswa. Dikatakan demikian sebab dalam strategi
ini siswa dapat memegang peran yang sangat dominan dalam proses
pembelajaran.48
Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar.
Peranan guru dalam pembelajaran PAI dengan metode inquiry adalah
sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih
masalah yang perlu disampaikan kepada siswa untuk dipecahkan.
Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan
dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber
belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan
pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan
siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.49
a. Merumuskan masalah,
b. Merumuskan hipotesis,
c. Mendefinisikan istilah (konseptualisasi),
d. Mengumpulkan data,
e. Penyajian dan analisis data,
f. Menguji hipotesis,
g. Memulai inkuiri baru.
2. Model Quantum Learning
Quantum Learning merupakan pengubahan berbagai interaksi yang
ada pada momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur
belajar yang efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Pembelajaran
48
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2006) hal, 194
49
Sagala, 2004
35
quantum merupakan upaya pengorgani-sasian bermacam-macam interaksi
yang ada di sekitar momen belajar.50
Prinsip-Prinsip pembelajaran Quantum:
a. Segalanya berbicara. Segala seuatu yang ada di lingkungan kelas
sampai body language dapat digunakan untuk pembelajaran. Mulai
dari kertas yang dibagikan kepada siswa hingga rancangan pelajaran
dapat digunakan untuk mengirim pesan belajar.
b. Segalanya bertujuan. Semua yang terjadi di kelas atau dalam proses
pengubahan, memiliki tujuan.
c. Pengalaman sebelum pemberian nama. Otak manusia berkembang
karena adanya rangsangan yang kompleks, yang mendorong rasa ingin
tahu. Pembelajaran yang baik adalah yang diawali rasa ingin tahu,
dimana anak memperoleh informasi tentang sesuatu sebelum
mengetahui namanya.
d. Akui setiap saat. Pembelajaran merupakan proses yang mengandung
resiko karena mempelajari seuatu yang baru, biasanya tidak nyaman
dan ketika mereka mulai langkah untuk belajar, mereka harus dihargai.
e. Jika layak dipelajari, maka layak pula diselenggarakan.
Penyelenggaraan adalah sarapan pelajar juara. Dari prinsip ini tersirat
bahwa kecerian para siswa sejak awal masuk kelas dapat mendorong
kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
Dengan dasar prinsip-prinsip di atas maka dapatlah disusun
kerangka rancangan Pembelajaran Quantum sebagai berikut:
a. Tumbuhkan minat dengan selalu mengarahkan siswa terhadap
pemahaman tentang apa manfaat setiap pelajaran bagi diri siswa dan
Manfaatkan kehidupan siswa.
b. Alami: Buatlah pengalaman umum yang dapat di mengerti oleh semua
siswa.
c. Namai: Guru harus menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus,
strategi sebagai masukan.
50
De Potter,Quantum Learning. Boston: Allyn & Baccon, (Bandung 1998).
36
d. Demonstrasikan: Sebaiknya guru menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk menunjukkan apa yang mereka sudah ketahui.
e. Ulangi: Guru harus menunjukkan cara mengulangi materi dan
menegaskan ”Aku Tahu Bahwa Aku Memang Tahu”.
f. Rayakan atau pujian: Guru harus memberikan pengakuan terhadap
setiap penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan keterampilan dan
pengetahuan siswa.51
Landasan Psikologis Pembelajaran Quantum:
a. Metode Sugestiologi
Metode sugestiologi yang dikenal sebagai “accelerated learning”
menunjukan bahwa pengaruh guru sangat besar dan jelas terhadap
keberhasilan siswa. Sugesti memiliki kekuatan yang sangat besar dan
mendalam. Sugesti sering digunakan dalam periklanan dengan bahasa
verbal dan tubuh. Meskipun tidak secara sadar kita mengingat sugesti,
otak akan berperan sebagai sponsor yang menyerap informasi lebih
cepat dari yang kita bayangkan. Berdasarkan pemikiran tersebut
hampir dapat dipastikan bahwa setiap detail belajar sangat berarti,
mulai dari nada suara, penggunaan musik, pengaturan kursi sampai
lingkungan belajar.
b. Psikologi daya
Dengan mengaktifkan semua bagian jaringan saraf pada semua bagian
otak, berpikir quantum dapat dilakukan. Aktifitas berpikir quantum
seperti proyeksi kreatif, menebak, menjelaskan, membayangkan,
menemukan dapat menjadi alat pemicu perkembangan kemampuan
dan potensi setiap orang.
c. Modalitas belajar
Otak manusia terdiri dari tiga bagian yang merupakan modalitas untuk
memproses rangsangan yang datang dari luar. Modalitas tersebut
adalah visual, auditorial, kinestic yang merupakan saluran komunikasi
51
De Potter, B, Mark R & Sarah S. N. Quantum Teaching: Orchestrating Student Success. Boston:
Allyn & Baccon, 1990
37
yang membantu memahami dunia luar. Menghadirkan kegiatan yang
cocok dengan modalitas akan memperkuat penerimaan siswa.
Penjelasan di atas menunjukkan betapa pentingnya mengenali
perbedaan gaya belajar siswa dan menyesuaikan pembelajaran dengan
mo-dalitas siswa meskipun cukup sulit untuk melakukannya. Hal
penting yang dapat dijadikan pegangan dalam menyesuaikan
pembelajaran dengan per-bedaan modalitas siswa adalah bahwa setiap
orang berkemampuan untuk belajar dan mereka belajar dengan cara
yang berbeda.
d. Multi Intelegence
IQ hanyalah salah satu kecerdasan manusia karena manusia memiliki
multi intelegensi sebagai potensi yang sangat besar. Potensi itu terdiri
dari kecerdasan logis-matematis, kecerdasan linguistik, verbal,
kecerdasan kinestik, kecerdasan emosional (inter-personal dan
intrapersonal), kecerdasan naturalist, kecerdasan intuisi, kecerdasan
moral, kecerdasan eksistensial, kecerdasan spiritual. Dapat
dibayangkan begitu banyaknya potensi yang terkandung pada diri
siswa namun betapa tidak mudahnya untuk mengenalinya, apalagi
mengguna-kannya untuk mengakses keberhasilan mereka di dalam
kelas. Dalam upaya menggunakan semua potensi itu haruslah
berpegang kepada prinsip sebagai berikut:
1) Setiap orang berkemampuan untuk belajar.
2) Setiap orang belajar dengan cara yang berbeda.
3) Keyakinan sangat penting bagi keberhasilan seseorang.
4) Penghargaan dan perhatian bagi tiap individu adalah penting.
5) Belajar akan lebih effektif bila disajikan dalam keceriaan dan ling-
kungan yang menantang.
6) Rasa aman dan percaya antara guru dan siswa merupakan bagian
proses belajar yang penting.
7) Guru harus menunjukan semagat dan antusiasme untuk belajar.
38
Quantum Learning dimulai dari Super Camp, sebuah program
akselerasi belajar yang memperkenalkan tiga keterampilan dasar,
yakni keterampilan akademis, prestasi fisik, dan keterampilan
hidup. Menurut penlitian, hasilnya demikian impresif. Setelah
mengikuti kegiatan ini, motivasi belajar siswa meningkat, dan
keterampilan belajar pun berkembang.52
A. Simpulan
Model desain pembelajaran adalah pola pembelajaran yang dijadikan
sebagai contoh dan acuan oleh guru sebagai pendidik profesiaonal dan
merancang pembelajaran yang hendak difasilitasinya. Sebagai sebuah pola
pembelajaran, model tersebut memiliki berbagai tahapan-tahapan kegiatan
merancang pembelajaran. Jadi model desain pembelajaran pendidikan agama
Islam adalah konsep dan prosedur yang berfungsi sebagai pedoman bagi para
guru dalam merencakan dan melaksanakan pembelajaran agama Islam yang
dilakukan secara sistematis sebagai upaya menanamkan, mengembangkan
dan menumbuhkan nilai-nilai pada peserta didik dalam mewujudkan
tampilnya perilaku siswa yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan.
52
Zohar dalam Vella, Quantum learning is that which uses all of the neural networks in the brain,
putting things together in idiosyncratic and personal ways to make significant meaning, 200
39
DAFTAR PUSTAKA
40
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Wiyani, Novan Ardy. 2013. Desain Pembelajaran Pendidikan. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Yusufhadi, Miarso. 2008. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam
Pendidikan di Era Globalisasi. Jakarta: Makalah Seminar Nasional The
Power of ICT in Education, PPs UNJ.
41