Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

”MEDIA & EVALUASI PELATIHAN”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Diklat

Dosen Pengampu :

Rusyati Prihatin, M.Pd.I

DISUSUN OLEH

NAMA NPM
IKQBAL MUSTOFA : 201401035
ROMLAH HADI : 2014010

JURUSAN TARBIYAH
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM(MPI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)AL-MA’ARIF
WAY KANAN LAMPUNG
T.A : 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Way Kanan,02 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan..............................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Pengertian Media Pelatihan............................................................................3

B. Pentingnya Media Pelatihan.......................................................................5

C. Jenis-Jenis Media.............................................................................................7

a. Media Rekaman......................................................................................8

b. Media radio...........................................................................................11

D.  Kriteria pemilihan media..............................................................................14

E.  Diklat sebagai proses komunikasi.................................................................15

F. Evaluasi Pelatihan..........................................................................................16

BAB III...................................................................................................................18

PENUTUP..............................................................................................................18

A. Kesimpulan...................................................................................................18

B. Saran.............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelatihan merupakan suatu bentuk, pembelajaran yang bermuara pada
perubahan sehingga peran seorang pelatih adalah bertanggung jawab terhadap
terjadinya perubahan sikap dan perilaku orang-orang yang dilatih karena sikap
manusia dan prosesnya yang dinamis.
Dalam strategi pembelajaran aktif untuk orang dewasa lebih
mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman dalam hal ini dikenal
dengan proses belajar berdasarkan pengalaman.
Hal ini menimbulkan implikasi terhadap pemilihan penggunaan metode
pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat, dalam hal ini
penggunaan berbagai metode pembelajaran pada dasarnya merupakan untuk
melibatkan peserta palatihan.[1]1
Pembelajaran bagi orang dewasa harus dibuat menarik sehingga
pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan. Bila keadaan ini tercipta maka
diharapkan semua peserta siap menerima mengembangkan informasi ilmu bahkan
dapat menyelesaikan individual semakin menjadi matang sesuai dengan
perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan
paksaan akademik ataupun biologisnya tetapi lebih banyak ditentukan oleh
tuntutan perkembangan perubahan tugas peranan sosialnya. Proses pelatihan
dimulai sejak perancangan, pelaksanaan hingga evaluasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian media pelatiha
2. Bagaimana pentingnya media pelatihan?
3. Apa saja jenis-jenis media?
4. Bagaimana kriteria pemilihan media?
5. Bagaimana diklat sebagai proses komunikasi?

1
[1] Oemar Hamalik, Manaqjemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), hlm. 66

1
C. Tujuan
1. Menambah pengetahuan mengenai Media dan Evaluasi pelatihan dalam
menejemen diklat
2. Menambah wawasan bagi para pembaca

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Media Pelatihan


Media pelatihan merupakan salah satu komponen yang penting dalam
sistem pelatihan manajemen, karena berfungsi sebagai unsur penunjang proses
pembelajaran, menggugah gairah dan motivasi belajar. Pemilihan dan penggunaan
media pelatihan supaya mempertimbangkan
1. Tujuan pembelajaran,
2. Materi pelatihan
3. Ketersediaan media itu sendiri
4. Kemampuan pelatih yang akan menggunakannya.
Media pelatihan secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar.
Segala sesuatu yang dapoat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan atau keterampilan belajar sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup
pengertian, sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk
pelatihan.
Sedangkan menurut Briggs media pelatihan adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya.
Kemudian menurut National Education Associaton mengungkapkan bahwa media
adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk
teknologi perangkat keras.
Posisi media pembelajaran atau pelatihan oleh karena proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem,
maka media pelatihan menempati posisi yang cukup penting sebahgai salah satu
komponen sistem pembelajaran. Komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung
secara optimal.
Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat menyalurkan pesan dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan

3
peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri
peserta didik.[2]2
Tujuan adanya pelatihan adalah untuk mempermudah pelatihan,
meningkatkan efisiensi pelatihan dan sebagainya. Pendidikan dan pelatihan
(Diklat) merupakan satu kesatuan yang harus didapatkan dari hasil diklat yang
diikuti. Dalam memberikan materi pembelajaran terhadap peserta diklat, salah
satu yang mendukung dalam proses pembelajaran adalah bagaimana seorang
fasilitator dapat menggunakan media pembelajaran. Karena hal ini akan sangat
membantu peserta dalam memahami materi yang diberikan oleh fasilitator
sebaliknya fasilitator juga akan lebih mudah dalam mengekspresikan pengetahuan
yang diberikan kepada peserta diklat.
Seharusnya aktivitas pelatihan memiliki komponen pengantar, komponen
utama, dan komponen perangkum yang secara pararel merupakan keseluryhan
struktur dari sesi pelatihan. Dalam pengantar pelatihan, sediakan deskripsi singkat
dari tujuan dan materi (Contents) aktivitas pelatihan.[3]3
Saat anda mengembangkan aktivitas pelatihan, pilih metode pelatihan
yang sesuai yang akan membantu anda dalam objectives yang telah dibuat.
Misalnya, mengembangkan skills akan dicapai dengan baik melalui pemodalan
(modeling), praktik, dan feedback. Adapun penerimaan informasi dapat dicapai
melalui diskusi kelompok atau kerja kelompok yang besifaf kolaboratif. Desain
pelatihan yang efektif biasanya mengabungkan sejumlah metode pelatihan yang
kaitannya dengan hal-hal:
 Gaya belajar peserta
 Prinsip belajar orang dewasa (andragogy learning)
 Ukuran kelompok
 Pengalaman atau tingkat pendidikan peserta
 Jenis skills atau pengetahuan yang akan dipresentasikan.

2
[2] Sondang P. Siagian, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2009), hlm.
159
3
[3] Aep Burhanudin, Manajemen Pelatihan, (Jakarta: CV Visindo Media Persada, 2006), hlm. 30

4
Kegiatan pelatihan erat kaitannya dengan pekerjaan peserta sekarang atau
tugas-tugas yang akan datang dibebankan kepadanya pada masa yang akan
datang. Jika tidak ada kaitannya dengan pekerjaan peserta, maka kegiatan tersebut
mungkin berupa program pendidikan, tetapi tidak disebut pelatihan.
Pelatihan kaitannya dengan pendidikan. Dilihat dari berbagai kemampuan
yang ingin dikembalikan seperti disebutkan di atas, maka jelaslah bahwa pelatihan
berarti juga pendidikan. Bila dilihat dari segi pendidikan, maka latihan tercakup di
dalamnya. Dalam UU NO. 2 Tahun 1989 disebutkan bahwa “Pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan-latihan bagi perannya di masa yang akan datang.
Pelatihan juga sesungguhnya merupakan salah satu bentuk pembinaan ketenangan
yang dikenal sebagai pembinaan fungsional yang dilakukan oleh balai diklat
disamping pembinaan melekat oleh atasan langsung.
Fungsi pelatihan untuk memperbaiki perilaku (performance) kerja para
peserta pelatihan itu dan mempersipakan promosi ketenagaan kerja pada jabatan
yang lebih tinggi yakni jabatan kepengawasan dan manajemen.
Perbaikan dan peningkatan perilaku kerja bagi tenaga kerja sangat
diperlukan agar lebih mampu melaksanakan tugas-tugasnya dan diharapkan lebih
berhasil dalam upaya pelaksanaan program kerja organisasi/lembaga. Perilaku
yang perlu diperbaiki dan dikembangkan meliputi aspek-aspek: pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kepribadian yang dituntut oleh tugas pekerjaannya.[4] 4

B. Pentingnya Media Pelatihan


Penggunaan media dalam proses pelatihan merupakan kebutuhan dan
sekaligus keharusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
Banyak konsep-konsep dalam bahan pelatihan yang memerlukan
kesamaan persepsi bagi para peserta. Bila berbeda kesan, maka dapat
menimbulkan salah tafsir dan mengakibatkan salah dalam tindakan selanjutnya.

4
[4] Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, hlm. 63-66

5
Dalam-dalam bidang studi yang disampaikan pada pelatihan terdapat
proses-proses kerja yang sangat lambat, sehingga sulit dilihat dengan mata, dan
dapat ditangkap berkat bantuan media pembelajaran.
Ada pula hal-hal atau kejadian-kejadian yang proses kerjanya sangat
cepat sehingga sangat sulit untuk diamati, misalnya: proses pembuatan keputusan,
sehingga dengan bantuan media pelatihan seperti film strip, atau slide maka
proses tersebut lebih mudah dipelajari.
Banyak benda-benda yang terlampau besar sulit dibawa ke dalam kelas
untuk dipelajari, sehingga dengan bantuan model tiruan barulah benda-benda
tersebut dapat dipelajari dengan mudah, misalnya arus proses produksi, dalam
pabrik teh, dan sebagainya.
Banyak hal-hal yang abstrak ternyata sulit diamati dengan pengindraan,
misalnya proses berpikir memecahkan masalah dan ternyata lebih mudah
dipelajari dengan bantuan bagan arus atau media lainnya
Peristiwa masa lampau atau kejadian yang mungkin terjadi pada masa
datang sangat sulit diamati. Kejadian masa lampau sudah lewat waktu dan
tempatnya sedangkan kejadian masa datang belum ada dalam kenyataan.
Misalnya sistem manajemen tradisional yang ada pada lembaga tertentu. Kejadian
mungkin ada dalam manajemen berkaitan dengan meningkatnya penggunaan
mekanisme serba canggih dio lingkungan suatu perusahaan. Untuk
mempelajarinya diperlukan suatu media pelatihan yang sesuai dan searasi.
Banyak pula kejadian sehari-hari yang berkenaan dengan masalah
manajemen yang lebih mudahy dipelajari dengan bantuan media pelatihan, yang
dapat diamati langsung pada waktu atau kesempatan tertentu, misalnya pameran
produksi.
Banyak proses-proses yang harus dikerjakan dalam mempelajari
manajemen, yang memerlukan bantuan media pelatihan agar menarik perhatian
dan minat peserta, seperti demonstrasi cara memimpin rapat, demonstrasi cara
mengkoordinasikan kegiatan dalam organisasi.

6
C. Jenis-Jenis Media
Media merupakan komponen pembelajaran yang meliputi bahan dan
peralatan. Dengan maksudnya berbaagaai pengaruh ke dalam dunia pendidikaan
(misalnya teori/konsep baru dan teknologi), media terus mengalami
perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis format.
Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh
beberapa ahli. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur
pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di
samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan
media rekam (recording). Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz
dikelompokkan menjadi 8 kategori:
a) media audio visual gerak,
b) media audio visual diam,
c) media audio semi gerak,
d) media visual gerak,
e) media visual diam,
f) media semi gerak,
g) media audio, dan
h) media cetak.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun
mengalami perkembangan melayani pemanfaatan teknologi itu sendiri.
Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut Azhar Arsyad (2002)
mengklasifikasikan media atas empat kelompok:
1. Media hasil teknologi cetak,
2. Media hasil teknologi audio-visual
3. Media hasil teknologi berbasis komputer, dan
4. Meda hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.[5]5
Media pembelajaran berbasis audio adalah media penyaluran pesan lewat
indera pendengaran. Di antara jenis media ini media rekaman dan radio. Media
audio merupakan bentuk media pengajaran yang murah dan terjangkjau dan
5
[5] Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran, (Yogyakarta: PT Pustaka Insani Madani, 2012), hlm. 44-46

7
penggunaannya juga tidak rumit. Oleh karena itu sudah sewajarnya kalau media
tersebut pantas dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif untuk di manfaatkan
dalam pembelajaran.
a. Media Rekaman
1) PengertianKelebihan dan kelemahan media rekaman
Rekaman berasal dari kata dasar rekam yang di antara artinya dalam
kamus Besar Bahasa Indonesia adalah alur-alur bunyi (suara). Rekaman berarti
sesuatu yang direkam dapat berupa suara, gamabr atau cetakan dan sebagainya.
Dalam pembahasan ini media rekaman berarti suara baik itu berupa suara musik,
suara manusia, sura binatang atau yang lainnya yang digunakan sebagai media
pembelajaran. Pesan dan isi pelajaran dapat direkam pada tape magnetik atau
media digital sehingga hasil rekaman itu dapat diputar kembali pada saat
diinginkan. Pesan dan isi pelajaran itu dimaksudkan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sebagi upaya mendukung
terjadinya proses belajar.
Sebagaimana media pembelajaran lainnya, media rekaman juga memiliki
kelebihan dan kelemahan. Menurut Arief S. Sadiman, dkk, di antara kelebihannya
adalah:
Adapun kekurangan atau kelemahan media rekaman adalah Media
rekaman dan peralatannya telah menjadi sesuatu yang sangat lumrah dalam rumah
tangga, sekolah, mobil, bahkan kantongan (walkman, mp3). Karena harga yang
cenderung terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, ketersediaannya dapat
diandalkan.
Rekaman dapat digandakan untuk keperluan perorangan sehingga pesan
dan isi pelajaran dapat berada di beberapa tempat pada waktu yang bersamaan.
Merekam peristiwa atau isi pelajaran untuk digunakan kemudia, atau
merekam pekerjaan siswa sendiri dapat dilakukan dengan media audio.
Rekaman memberikan kesempatan kepada kepada siswa untuk
mendengarkan diri sendiri sebagai alat diagnosis guna membantu meningkatkan
keterampilan mengucapkan, membaca, mengaji atau berpidato.
Pengoperasian media rekam relatif mudah.sebagai berikut:

8
Dalam suatu rekaman, sulit menentukan lokasi suatu pesan atau
informasi.
Kecepatan merekam dan pengaturan trek yang bermacam macam menimbulkan
kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yang direkam pada suatu mesin
perekam yang berbeda dengannya.
2) Peralatan media rekaman
Peralatan media rekaman telah mengalami perkembangan sedemikian
rupa dari waktu ke waktu. Dalam tulisan Indra Aziz dijelaskan tahapan-tahapan
perkembangan media rekaman setidaknya telah mengalami empat fase, yaitu
gramophone, tape recording, multitrack recording, dan digital recording.
a). Gramaphone
Alat perekam suara pertama yaitu phonoautograph penemuan leon scott
telah ada sebelum phonograph penemuan Thomas Alpha Edison yang digunakan
untuk mempelajari gelombang suara pada tahun 1857.
Phonograph, graphophone dan alat perekam lainnya adalah alat mekanik
sampai tahun 1920 dikembangkan player dengan built in speaker yang
mengizinkan pemutaran hasil rekaman dapat lebih keras volumenya.
b). Tape Recording
Pada akhirnya, pengembangan tape recording yang menggantikan
phonograph dan recording optical, karena lebih mudah dan biayanya yang lebih
terjangkau. Tape mulai popular tahun 1950-an. Perkembangan tape recording ini
membawa perubahan yang pesat dalam membuat musik. Karena dengan tape,
proses edit menjadi lebih mudah, pemberian efek fade in dan fade out bisa
dilakukan. Jika sebelumnya seorang yang akan direkam harus mengucapkan suara
atau membawakan lagu dengan sempurna saat direkam, dengan adanya tape
recording proses penambalan dan edit yang lebih mudah, berbagai kesalahan
dapat diperbaiki dengan mudah.
c). Multitrack Recording
Pada tahun 1940-an dimulainya eksperimen dengan menggunakan
multitrack recording yang terus berkembang menjadi lebih rumit hingga tahun

9
1960-an. Dengan adanya multitrack recording, teknik merekam dengan
memisahkan grup artis dapat dilakukan.
d). Digital Recording
Digital Recording Mulai tahun 1980-an teknologi digital recording mulai
berkembang. Tahun 1984 Sony memperkenalkan Compact Disk (CD) yang
berbentuk seperti cakram kecil dengan lubang di tengahnya. Ide dari pembuatan
CD ini adalah merampingkan bentuk media penyimpanan musik populer selama
ini yaitu kaset yang dirasa terlalu besar. Disamping itu pengenalan CD ini juga
bertujuan untuk membuat kualitas audio yang dihasilkan menjadi lebih baik selain
kepraktisan dalam penyimpanan.
3) Penggunaan media rekaman
Media rekaman dapat digunakan dalam semua fase pembelajaran mulai
dari tahap pendahuluan (pengantar atau pembukaan ketika memperkenalkan topik
bahasa dan melakukan apersepsi), kegiatan inti maupun kegiatan menutup.
Penggunaan media rekaman sangat mendukung sistem pembelajaran tuntas
(mastery learning). Peserta didik yang belajarnya lamban dapat memutar kembali
dan mengulangi bagian-bagian yang belum dikuasainya. Dilai pihak, peserta didik
yang dapat belajar dengan cepat bisa maju terus sesuai dengan tingkat kecepatan
belajarnya.Meskipun tidak ada prosedur baku tentang penggunaan bahan-bahan
rekaman, sebaiknya materi rekaman itu disajikan dengan mengikuti langkah-
langkah yang bisa diikuti menggunakan materi pelajaran dalam bentuk lain.[6]6
Program rekaman dapat pula dijadikan kegiatan di rumah. Untuk
membuat kegiatan mendengar di luar kelas atau di rumah lebih efektif dan
produktif, berbagai teknik dapat digunakan, antara lain: 1) melibatkan peserta
didik dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pemilihan rekaman yang
baik, 2) menghubungkan kegiatan mendengar di luar kelas dengan tugas-tugas
sekolah, seperti mendorong peserta didik untuk membuat laporan atau diskusi
berdasarkan hasil kegiatan mendengar di rumah, dan 3) mendiskusikan dan
memeriksa cara di mana kebiasaan belajar di rumah bisa ditingkatkan.

6
[6] Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: PT RAJAGRAFINDO PERSADA,
2011), hlm. 162-165

10
b. Media radio
1) Pengertian, kelebihan dan kelemahan media radio
Istilah radio dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan: 1) siaran
(pengiriman) suara atau bunyi melalui udara, 2) pemancar radio, dan 3) pesawat
radio. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa ada tiga unsur yang terlibat
dalam operasionaliasi radio, yaitu pesan atau materi siaran, pemancar radio yang
berperan memancarkan suara, dan pesawat radio yang berperan sebagai penerima
siaran sehingga bisa didengar oleh para pendengar. Dalam wikipedia, radio
diartikan sebagai teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara
memodulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik).
Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat
ruang angkasa yang hampa uadara, karena gelombang ini tidak memerlukan
medium pengangkut (seperti molekul udara).
Radio sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan dan sekaligus
kelemahan. Menurut koyo K, dkk, di antara kelebihan media radio adalah:
a) harganya relatif murah dibanding media TV,
b) sifatnya mobile, artinya radio dapat dipindah-pindahkan dari satu ruangan
keruangan lain dengan mudah,
c) jika digunakan bersama-sama dengan tape recorder, radio bisa mengatasi
problema jadwal, program dapat direkam dan diputar lagi sesuka kita,
d) radio dapat mengembangkan imajinasi anak,
e) dapat merangsang partisipasi aktif dari para pendengar,
f) radio dapat memusatkan perhatian peserta didik pada kata-kata yang
digunakan, pada bunyi dan artinya,
g) radio dapat mengerjakan hal-hal tertentu secara lebih baik bila dibandingkan
dengan jika dikerjakan oleh guru,
h) radio dapat mengatasi ruang dan waktu, serta jangkauannya yang luas.
Sementara itu kelemahan media radio menurut koyo K, dkk. Adalah:
1. sifat komunikasinya hanya satu arah,
2. biasanya siaran disentralisir sehingga guru tidak dapat mengontrolnya,

11
3. penjadwalan pelajaran dari siaran sering menimbulkan masalah, integrasi
siara radio ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas sering kali
menyakitkan.
2) Sejarah dan perkembangan media radio
Sejarah radio adalah sejarah teknologi yang menghasilkan peralatan radio
yang menggunakan gelombang radio. Awalnya sinyal pada siaran radio
ditransmisasikan melalui gelombang data yang kontinyu baik melalui modulasi
amplitudo (AM), maupun mudulasi frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal
seperti ini dibuat disebut analog. Selanjutnya, seiring perkembangan teknologi
ditemukanlah internet, dan sinyal seperti ini disebut analog. Selanjutnya, seiring
perkembangan teknologi ditemukanlah internet, dan sinyal digital yang kemudian
mengubah cara transmisi sinyal radio. Secara garis besar sejarah perkembangan
radio diuraikan pada bagian berikut yang diadaptasi uraian dalam ensiklopedia
Wikipedia.
a. Radio AM
Radio AM (modulasi amplitudo) bekerja dengan prinsip memodulasikan
gelombang radio dan gelombang audio. Kedua gelombang ini sama-sama
memiliki amlpitudo yang konstan. Namun proses memudulasi ini kemudia
mengubah amplitudo gelombang penghantar (radio) sesuai dengan amplitudo
gelombang radio.
Pada tahun 1896 ilmuwan italia, Guglielmo Marconi mendapat hak paten
atas telegraf nirkabel yang menggunakan dua sirkuit. Pada saat itu sinyal ini hanya
bisa dikirim pada jarak dekat. Namun, hal inilah yang memulai perkembangan
radio.
b. Radio FM
Radio FM (modulasi frekuensi) bekerja dengan prinsip yang serupa
dengan radio AM, yaitu dengan memodulasi gelombang radio (penghantar)
dengan gelombang audio. Hanya saja, pada radio FM proses memodulasi ini
menyebabkan perubahan pada frekuensi.
c. Radio internet

12
Penemuan internet mulai mengubah transmisi sinyal analog yang
digunakan oleh radio konvensional. Radio internet (dikenal juga sebagai web
radio, radio streaming dan e-radio) bekerja dengan cara mentransmisikan
gelombang suara lewat internet.
d. Radio satelit
Radio satelit mentransimisikan gelombang audio menggunakan sinyal
digital. Berbeda dengan sinyal analog yang menggunakan gelombang kontinu,
gelombang suara ditransmisikan melalui sinyal digital yang terdiri atas kode-kode
binar 0 dan 1.
e. Radio Berbasis Tinggi (HD radio)
Radio yang dikenal juga sebagai radio digital ini bekerja dengan
menggaabungkan sistem analog dan digital sekaligus. Dengan begitu
memungkinkan dua stasiun digital dan analog berbagi frekuensi yang sama.
Efesiensi ini membuat banyak konten bisa disiarkan pada posisi yang sama.
3) Pemanfaatan radio untuk pembelajaran
Peranan media radio dalam kegiatan pembelajaran bisa berperan sebagai
suatu kegiatan yang mandiri, atau melengkapi media utama lainnya, ataupun
sebagai media utaa yang dibantu dengan media-media lainnya atau bersama-sama
dengan media lainnya.
Siaran radio hanya bisa mengirimkan pesan dalam bentuk auditif. Sasaran
menerimanya seperti orang buta mendengarka, dan program siaran dalam
mengirimkan pesannya seperti orang berbicara dengan bayangan dalam cermin.
Sasaran tidak bisa menerima pesan dalam bentuk lambang-lambang visual,
sedangkan presentasinya harus bisa melihat kondisi dan keadaan sasaran tanpa
dapat berkomunikasi langsung secara timbal balik.
Media sasaran radio dalam kegiatan instruksional harus bisa menciptakan
situasi komunikasi manusiawi, bukan sekedar komunikasi elektronika. Oleh
karenanya, siaran radio aakan memperhitungkan timbulnya ide-ide baru pada
waktu komunikasi sedang berlangsung dengan mengutamakan pesan-pesannya

13
yang dipersiapkan terlebih dahulu, untuk memungkinkan proses interaksi kegiatan
belajar mengajarnya bisa saling mempengaruhi.[7]7

D.  Kriteria pemilihan media


Media sebagai komponen pembelajaran perlu dipilih sedemikian rupa
sehingga dapat berfungsi secara efektif. Pemilihan suatu media tertentu oleh
seorang guru didasarkan atas pertimbangan anatara lain: a) ia merasa sudah akrab
dengan media itu papan tulis atau proyektor transparansi b) ia merasa bahwa
media yang yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik daripada
dirinya sendiri misalnya diagram pada flip chart, atau c) media yang dipilihnya
dapat menarik minat dan perhatian peserta didik, serta menuntunnya pada
penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Pertimbangan ini diharapkan
oleh guru dapat memenuhui kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang telah ia
tetapkan.
Menurut Azhar Arsyad dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan
prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan
dan penggunaan media adalah sebagai berikut:
Pertama, yaitu motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan utuk
belajar dari pihak peserta didik sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan
tugas dan latihan.
Kedua, yaitu perbedaan individual. Peserta didik belajar dengan cara dan
tingkat kecepatan yang berbeda-beda.
Ketiga, tujuan pembelajaran. Jika peserta didik diberitahukan apa yang
diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk
berhasil dalam pembelajaran semakin besar.
Keempat, adalah organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi
dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan
diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang bermakna.

7
[7] Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran....hlm.47-51

14
Kelima, yaitu persiapan sebelum belajar. Peserta didik sebaiknya telah
menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan
secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media
dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian
harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan peserta didik.[8]8
Di tambah oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rifai bahwa dalam memilih
media sebaiknya mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut:
Ketepatannya dengan tujuan/kopmpetensi, yang ingin dicapai.
Ketepatan untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip,
atau generalisasi.
c. Keterampilan guru dalam menggunakannya.
d. Tersedia waktu untuk mengggunakannya sehingga media tersebut dapat
bermanfaat bagi peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
E.  Diklat sebagai proses komunikasi
Komponen yang terdapat dalam proses komunikasi dalam proses
pembelajaran ataupun diklat sebagai berikut:
1. Pesan dalam proses pembelajaran adalah guru.
2. Sumber pesan dalam proses pembelajaran berupa materi pembelajaran.
3. Saluran atau media alat bantu pembelajaran.
4. Penerima pesan siswa (pembelajaran).
Hal pertama dalam komunikasi adalah proses penuangan pesan aktivitas
yang dilakukan dalam penuangan pesan berupa materi pelajaran, adalah mengenal
pasti sumber-sumber pengetahuan yang akan disampaikan atau dituangkan
mempertimbangkan kelemahan dan kekuatan sumber, serta pesan dapat
dituangkan dengan simbol-simbol komunikasi (verbal, non-verbal, visual, dan
audio-visual).
Dalam proses penafsiran pesan, adakalanya berhasil dan tidak berhasil
keberhasilan penafsiran terjadi karena kemampuan, keseriusan kecepatan
memahami pesan yang dilihat, didengar dan diamati. Sedangkan kegagalan

8
[8] Wisna Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Perencanaan, (Jakarta: Kencana Prenada Media group,
2007), hlm. 207-211

15
penafsiran pesan dapat disebabkan oleh kurangnya kemampuan, kurangnya
keseriusan dalam menerima dan memahami pesan yang dilihat, didengar, dan
dimengerti.
Hambatan yang terjadi dalam proses komunikasi dapat berasal dari dalam
(internal) maupun dari luar (eksternal).
Hambatan internal, berasal dari diri siswa atau pembelajaran itu sendiri
dapat berupa hambatan psikologis (minat, sikap, mendapat kepercayaan
intelegensi, pengetahuan dll) dan hambatan fisik (kelelahan sakit, keterbatasan
daya indera, dan cacat tubuh.
Hambatan eksternal berasal dari lingkungan pembelajaran. Dapat berupa
hambatan kultural (adat istiadat, kepercayaan, norma sosial, dan nilai-nilai
panutan) dan hambatan lingkungan (suasana yang panas, bising).
Secara umum hambatan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan
media di kelas dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan fungsi media
yang digunakan untuk mempermudah proses belajar sehingga proses belajar dapat
berjalan secara efektif dan efesien dengan menggunakan media pembelajaran
secara tepat, pengajar dapat mengatasi sikap pasif pembelajar.
F. Evaluasi Pelatihan
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, kita dapat mempergunakan
bermacam-macam bentuk media pembelajaran, sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam rangka kegiatan pendidikan dan
pelatihan ada beberapa media yang digunakan, mulai yang paling sederhana
sampai kepada yang canggih. Peran media tidak akan terlihat apabila
penggunaannya tidak sejalan dengan esensi tujuan diklat yang telah dirumuskan.
Karena itu, tujuan pelatihan harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk
menggunakan media titik.
Manakala diabaikan , maka media bukan lagi sebagai alat bantu
pengajaran , tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif
dan efesien.
Dalam proses pendidikan, media telah dikenal sebagai alat bantu
pelatihan yang seharusnya dimanfaatkan media dalam proses pelatihan pada

16
umunya disebabkan oleh berbagai alasan seperti persiapan waktu, pelatihan
terbatas, biaya tidak tersedia dll.Hal ini tak perlu muncul apabila pengetahuan
akan ragam dan klasifikasi serta kemampuan media diketahui oleh pelatih.
Media sebagai alat bantu dalam penyelenggaraan berkembang demikian
pesatnya sesuai pembangunan teknologi jenis mediapun sangat banyak sehingga
dapat dimanfaatnya sesuai dengan kondisi, waktu, keuangan, maupun materi yang
akan disampaikan, setiap jenis media memiliki karakteristik dan kemampuan
menayangkan pesan dan informasi.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
  Media pelatihan secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar.
Segala sesuatu yang dapoat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan atau keterampilan belajar sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup
pengertian, sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk
pelatihan.
Penggunaan media dalam proses pelatihan merupakan kebutuhan dan
sekaligus keharusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
Banyak konsep-konsep dalam bahan pelatihan yang memerlukan
kesamaan persepsi bagi para peserta. Bila berbeda kesan, maka dapat
menimbulkan salah tafsir dan mengakibatkan salah dalam tindakan selanjutnya.
Dalam-dalam bidang studi yang disampaikan pada pelatihan terdapat
proses-proses kerja yang sangat lambat, sehingga sulit dilihat dengan mata, dan
dapat ditangkap berkat bantuan media pembelajaran.
Ada pula hal-hal atau kejadian-kejadian yang proses kerjanya sangat
cepat sehingga sangat sulit untuk diamati, misalnya: proses pembuatan keputusan,
sehingga dengan bantuan media pelatihan seperti film strip, atau slide maka
proses tersebut lebih mudah dipelajari.
Banyak benda-benda yang terlampau besar sulit dibawa ke dalam kelas
untuk dipelajari, sehingga dengan bantuan model tiruan barulah benda-benda
tersebut dapat dipelajari dengan mudah, misalnya arus proses produksi, dalam
pabrik teh, dan sebagainya.
Banyak hal-hal yang abstrak ternyata sulit diamati dengan pengindraan,
misalnya proses berpikir memecahkan masalah dan ternyata lebih mudah
dipelajari dengan bantuan bagan arus atau media lainnya.

18
Peristiwa masa lampau atau kejadian yang mungkin terjadi pada masa
datang sangat sulit diamati. Kejadian masa lampau sudah lewat waktu dan
tempatnya sedangkan kejadian masa datang belum ada dalam kenyataan.
Misalnya sistem manajemen tradisional yang ada pada lembaga tertentu. Kejadian
mungkin ada dalam manajemen berkaitan dengan meningkatnya penggunaan
mekanisme serba canggih dio lingkungan suatu perusahaan. Untuk
mempelajarinya diperlukan suatu media pelatihan yang sesuai dan searasi.
Banyak pula kejadian sehari-hari yang berkenaan dengan masalah
manajemen yang lebih mudahy dipelajari dengan bantuan media pelatihan, yang
dapat diamati langsung pada waktu atau kesempatan tertentu, misalnya pameran
produksi.
Banyak proses-proses yang harus dikerjakan dalam mempelajari
manajemen, yang memerlukan bantuan media pelatihan agar menarik perhatian
dan minat peserta, seperti demonstrasi cara memimpin rapat, demonstrasi cara
mengkoordinasikan kegiatan dalam organisasi.
Jenis-jenis media pelatihan
Media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjadi 8 kategori:
media audio visual gerak,
media audio visual diam,
media audio semi gerak,
media visual gerak,
media visual diam,
media semi gerak,
media audio, dan
media cetak.
Kriteria pemilihan media
Nana Sudjana dan Ahmad Rifai bahwa dalam memilih media sebaiknya
mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut:
 Ketepatannya dengan tujuan/kopmpetensi, yang ingin dicapai.

19
 Ketepatan untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip,
atau generalisasi.
 Keterampilan guru dalam menggunakannya.
 Tersedia waktu untuk mengggunakannya sehingga media tersebut dapat
bermanfaat bagi peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
Diklat sebagai proses kominikasi
Komponen yang terdapat dalam proses komunikasi dalam proses
pembelajaran ataupun diklat sebagai berikut:
 Pesan dalam proses pembelajaran adalah guru.
 Sumber pesan dalam proses pembelajaran berupa materi pembelajaran.
 Saluran atau media alat bantu pembelajaran.
 Penerima pesan siswa (pembelajaran)

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa
masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca
sangat diharapkan demi kesempurnaannya makalah kami . semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

20
DAFTAR PUSTAKA

[1] Oemar Hamalik, Manaqjemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan


Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 66
[2] Sondang P. Siagian, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, (Jakarta:
PT RINEKA CIPTA, 2009), hlm. 159
[3] Aep Burhanudin, Manajemen Pelatihan, (Jakarta: CV Visindo Media
Persada, 2006), hlm. 30
[4] Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan
Terpadu, hlm. 63-66
[5] Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran, (Yogyakarta: PT
Pustaka Insani Madani, 2012), hlm. 44-46
[6] Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung:
PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2011), hlm. 162-165
[7] Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran....hlm.47-51
[8] Wisna Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Perencanaan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2007), hlm. 207-211

21

Anda mungkin juga menyukai