Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

TEKNIK PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah media pembelajaran
Dosen Pengampu: Odang, S.Pd.I. M.Kom. / Siti Khozanatu Rohmah, M.Pd.

Disusun Oleh:
Gebrina Assyarifah Rahmayanti (1212090059)
Hilma Siti Alawiyah (1212090067)
Indri Yulianti (1212090074)
Egi Rahayu (1212090046)
Ineng Sri (1212090075)

Sem. III / PGMI B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat iman
dan kesehatan serta kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan susunan makalah yang
berjudul “Teknik Pengembangan Media Pembelajaran” dengan tepat waktu dan dapat
diselesaikan dengan baik.

Proses pembelajaran yang dilakukan dikelas oleh seorang guru sebagai penyalur
informasi untuk siswa sebagai penerima informasi disadari atau tidak dipengaruhi oleh
penggunaan media pembelajaran yang mencukupi. Proses pembelajaran harus berorientasi untuk
peningkatan bersama, dimana semua itu dapat dicapai salah satunya dengan cara menggunakan
berbagai macam media peraga. Seiring perkembangan zaman, media pembelajaran berkembang
mengikuti kemajuan teknologi . Namun, hal tersebut tetaplah bertujuan untuk meningkatkan
kualitas peserta didik sehingga dapat bersaing secara global.

Selanjutnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak dan ibu dosen, serta teman-
teman yang ikut berpartisispasi dalam membantu makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. penulis juga sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah
pengetahuan kepada para pembaca. Kami selaku kelompok 3 yang menyusun makalah ini masih
jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menjadi acuan agar penyusun bisa menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

Bandung, 15 September 2022

Penulis

i
Daftar isi

BAB I ............................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3
A. Perencanaan Media Pembelajaran ........................................................................................ 3
B. Penulisan Naskah ................................................................................................................ 14
C. Prosedur Pengembangan Naskah ........................................................................................ 22
D. Produksi ............................................................................................................................. 22
BAB III .......................................................................................................................................... 25
PENUTUP ..................................................................................................................................... 25
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 25
B. Saran ................................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Teknik adalah cara sistematis mengajarkan sesuatu. Teknik juga merupakan suatu kiat,
siasat, atau penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu
tujuan langsung. Teknik harus konsisten dengan metode dan juga pendekatan.

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pada penerima pesan yang
berfungsi membangkitkan motivasi belajar, mengulang apa yang telah disampaikan,
memberikan stimulus dengan menggalakan latihan yang serasi. Melalui media proses
pembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan (joyfull learning), misalnyan siswa
yang memiliki ketertarikan terhadap warna maka dapat diberikan media dengan warna
menarik.

Dalam praktik nya, media perencanan pembelajaran sangat penting bagi dunia
Pendidikan sebagai suatu peranan dalam media perencanaan pembelajaran yang dapat
membantu pendidik dalam kegiatan belajar mengajar dan juga membantu pendidik untuk
menjelaskan materi kepada murid saat kegiatan belajar berlangsung. Media pembelajaran
tersebut harus disampaikan menggunakan teknik yang cocok dengan bahan ajar yang
disampaikan.

1
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Perencanaan media Pembelajaran?

2. Bagaimana Mengidentifikasikan Kebutuhan dan Karakteristik Siswa?

3. Bagaimana cara merumuskan tujuan dalam media pembelaran?

4. Bagaimana Mengembangkan materi dan alat ukur dalam media pembelajaran?

5. Bagaimana cara menuliskan naskah dalam media pembelajaran?

6. Bagaimana Prosedur pengembangan naskah dalam media pembelajaran?

7. Bagaimana memproduksi hasil naskah dalam media pembelajaran?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui konsep perencanaan media Pembelajaran

2. Mengetahui cara mengidentifikasikan Kebutuhan dan Karakteristik Siswa

3. Mengetahui cara merumuskan tujuan dalam media pembelaran

4. Mengetahui cara mengembangkan materi dan alat ukur dalam media pembelajaran

5. Mengetahui cara menuliskan naskah dalam media pembelajaran

6. Mengetahui Prosedur pengembangan naskah dalam media pembelajaran

7. Mengetahui cara memproduksi hasil naskah dalam media pembelajaran

1.4. Manfaat

Dengan adanya penulisan makalah ini penulis berharap agar pembaca mengetahui,
memahami dan dapat mempraktekkan materi tentang Teknik Pengembangan Media
Pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Media Pembelajaran


Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam setiap kegiatan.
Apapun jenis kegiatannya faktor perencanaan ini sangat penting untuk diperhatikan
mengingat banyak kegiatan yang akhirnya kurang berhasil atau bahkan mengalami
kegagalan dan tidak mencapai hasil yang maksimal akibat tidak direncanakan dengan
baik. Banyak ahli yang mengatakan bahwa perencanaan yang baik adalah lima puluh
persen keberhasilan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa perencanaan tidak boleh
diabaikan dan dianggap sepele.

Perencanaan media pembelajaran dimulai dengan mengadakan identifikasi kebutuhan


media di suatu lingkungan pendidikan sekolah dasar. Kebutuhan-kebutuhan ini
dirumuskan melalui observasi atau pengamatan, wawancara atau diskusi tentang masalah
pendidikan khususnya masalah yang berkenaan dengan proses pembelajaran serta
penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran peserta didik.

Berdasarkan identifikasi kebutuhan tersebut guru atau calon guru memperoleh data
tentang jenis-jenis media pembelajaran yang dibutuhkan untuk program pembelajaran
anak usia dini. Jenis-jenis media yang diidentifikasi tersebut harus disesuaikan dengan
tema, kemampuan dan tujuan yang diinginkan.

1. Identifikasi Kebutuhan dan Karateristik Siswa

Sebuah perencanaan media didasarkan atas kebutuhan (need). Salah satu indikator
adanya kebutuhan karena didalamnya terdapat kesenjangan (gap). Kesenjangan
merupakan ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya atau apa yang diharapkan dengan
apa yang terjadi. Dalam pembelajaran yang dimaksud dengan kebutuhan merupakan
adanya kesenjangan antara kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang diharapkan
pada kemampuan, keterampilan dan sikapnya.

3
Guru yang kreatif dapat menciptakan sebuah media. Kesesuaian media dengan
siswa menjadi dasar pertimbangan utama, sebab diperlukan informasi tentang gaya
belajar siswa atau learning style. Beberapa learning style yang dapat diidentifikasi dari
siswa adalah :

a. Tactile/kines thetic, para siswa memperoleh hasil belajar optimal apabila


disibukkan dengan suatu aktivitas. Mereka tidak hanya ingin membaca tetapi ikut
terlibat langsung melakukan sendiri aktivitas tersebut.

b. Visual/perceptual, para siswa memperoleh hasil belajar yang optimal dengan


penglihatan. Demonstrasi ini dapat bersumber dari papan tulis, diagram, grafik,
dan table. Pelajar tipe visual selalu ingin melihat gambar, diagram, flow chart,
time line, film, demonstrasi dan lain sebagainya.

c. Auditory, pelajar menyukai informasi dengan format bahasa lisan. Hasil belajar
diperoleh melalui mendengarkan ceramah dan mengambil bagian pada diskusi
kelompok.

d. Aktif dan Reflektif Aktif, pelajar cenderung untuk mempertahankan dan


memahami informasi yang terbaik dengan melakukan sesuatu secara aktif dengan
mendiskusikan pada orang lain.

e. Reflektif, pelajar yang suka memikirkan sesuatu dengan tenang “Mari kita fikirkan
terlebih dulu” adalah tanggapan pelajar yang reflektif.

f. Seqwential dan Global Seqwential, pelajar menyukai untuk berproses step-by-step,


dengan pertimbangan terhadap suatu cara dan hasil akhir yang sempurna

g. Global, pelajar yang menyukai suatu ikhtisar atau “gambaran besar” dari apa yang
mereka akan lakukan sebelum menuju pembelajaran dengan proses yang
kompleks.

ANALISIS KEBUTUHAN MEDIA PEMBELAJARAN

a. Kejelasan media dengan tujuan pembelajaran. media yang dibuat harus jelas dan
harus relevan dengan kurikulum yang berlaku di sekolah. Media harus berhubungan
atau sesuai dengan tujuan pembelajaran pada RPP yang telah dibuat. Selain itu juga

4
disesuaikan dengan bahan ajar yang telah dibuat sebelumnya. Di masa pandemi covid
19 ini saya biasa menggunakan media audio visual atau video ataupun audio

b. Kesesuaian media dengan KI KD dan IPK. Media yang disusun sesuai dengan
kompetensi inti, kompetensi dasar , dan indikator pencapaian kompetensi yang telah
dirancang pada RPP dan dijabarkan pada bahan ajar yang telah kita buat.

c. Kesesuaian media dengan materi. Media pembelajaran yang digunakan harus sesuai
dengan materi yang akan dijelaskan.

d. Konsistensi tujuan materi dan evaluasi. tujuan materi konsisten dengan media yang
digunakan serta evaluasi yang diberikan dalam bentuk assessmen atau penilaian

ANALISIS KEBUTUHAN

Kesesuaian karakteristik sasaran media. media yang digunakan harus sesuai dengan
karakteristik peserta didik sehingga media yang digunakan dapat memotivasi dan
memberikan kemudahan akan pemahaman dari peserta didik Media pembelajaran
yang menarik. media pembelajaran yang dirancang harus menarik perhatian dan
memotivasi minat peserta didik. Tentunya juga disesuaikan dengan bahan ajar yang
telah kita buat sebelumnya. Kejelasan pesan melalui media pembelajaran. media yang
digunakan memberi pesan yang menarik dan memotivasi minat peserta didik untuk
melakukan kegiatan bermain yang telah dirancang oleh pendidik Mudah digunakan
oleh peserta didik. media pembelajaran yang telah kita buat harus dapat memudahkan
peserta didik dalam penggunaannya dan pemanfaatannya. semisal kalau kita membuat
video pembelajaran maka durasinya harus disesuaikan dengan usia peserta didik dan
dan tentang konsentrasinya. maksimal peserta didik di tingkatan PAUD dalam melihat
video tidak lebih dari 10 menit Memudahkan pemahaman. media pembelajaran yang
digunakan tidak mempersulit pemahaman peserta didik tetapi harus dapat memotivasi
peserta didik untuk meningkatkan pencapaian perkembangannya baik melalui proses
dalam melakukan kegiatan main yang telah dirancang pendidik ataupun melalui hasil
karya yang telah dibuatnya dengan pendampingan orang tua sebagai fasilitator di
rumah

5
2. Perumusan Tujuan Pembelajaran

a. Pengertian Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang


diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran tertentu. Magner mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai
tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat di kerjakan oleh peserta didik
sesuai kompetensi.

Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik,


aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Perumusan tujuan pembelajaran
merupakan tahapan penting dalam rangkaian pengembangan desain pembelajaran.
Dari tahap inilah ditentukan apa dan bagaimana harus melakukan tahap lainnya. Apa
yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis
materi, strategi, metode, dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus,
dan menjadi tidak efektif.

b. Fungsi dan Manfaat Perumusan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran berfungsi sebagai acuan dari semua komponen rancangan


atau desain instruksional. Oleh karena itu tujuan belajar harus dirumuskan secara
tepat/jitu sesuai dengan tingkah laku/kemampuan aktual yang harus dimiliki oleh
mahasiswa (pembelajar) setelah selesai belajar sebagai suatu kebulatan kompetensi.
Struktur komponen-komponen itu adalah :

1) TP = Tujuan Pembelajaran

2) MB = Materi Belajar KB

3) KB = Kegiatan Belajar

4) EHB = Evaluasi Hasil Belajar

5) MMSB = Metode, Media, dan Sarana Belajar

6
Tujuan Pembelajaran harus dirumuskan paling dulu kemudian baru komponen-
komponen yang lain. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari perumusan tujuan
pembelajaran adalah: (1) menentukan tujuan proses pembelajaran, (2) menentukan
persyaratan awal pembelajaran, (3) merancang strategi pembelajaran, (4) memilih
media pembelajaran, (5) menyusun instrumen evaluasi pembelajaran, dan (6)
melakukan tindakan perbaikan pembelajaran.

1) Taksonomi Tujuan Kognitif

Kawasan kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan


atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual
dan keterampilan berpikir. Dalam kawasan kognitif ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi enam jenjang, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
danevaluasi.

• Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan meliputi perilaku-perilaku (behaviors) yang menekankan


pada mengingat (remembering) seperti_mengingat ide dan fenomena atau
peristiwa. Mengingat istilah dan fakta (tanggal, peristiwa, nama orang, dan
tempat), mengingat rumus, mengingat isi peraturan perundangan, dan definisi,
termasuk dalam jenjang taksonomi pengetahuan.

• Pemahaman (Comprehention)

Pemahaman meliputi perilaku menerjemahkan, menafsirkan,


menyimpulkan, atau mengekstrapolasi (memperhitungkan) konsep dengan
menggunakan kata-kata atau simbol-simbol lain yang dipilihnya sendiri.
Dengan perkataan lain pemahaman meliputi perilaku yang menunjukkan
kemampuan mahasiswa dalam menangkap pengertian suatu konsep.

• Penerapan(Aplication)

Penerapan meliputi penggunaan konsep atau ide, prinsip, atau teori, dan
prosedur, atau metode yang telah dipahami mahasiswa ke
dalampraktikmemecahkan masalah atau melakukan suatu pekerjaan. Perilaku

7
penerapan sangat banyak digunakan dalam merumuskan tujuan pendidikan
yang dimaksudkan untuk menghasilkan mahasiswa yang mampu bekerja
dengan menerapkan teori yang telah dipelajarinya.

• Analisis (Analysis)

Analisis meliputi perilaku menjabarkan atau menguraikan (break down)


konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan menjelaskan keterkaitan
atau hubungan antar bagian-bagian tersebut. Kemampuan menganalisis suatu
konsep sangat dipengaruhi pemahaman mahasiswa terhadap konsep tersebut
dan kemampuan berpikir untuk memilah-milah, merinci, dan mengaitkan hasil
rinciannya. Proses berpikir dalam menganalisis sangat intensif dan dalam.

• Sintesis (Synthesis)

Sintesis berkenaan dengan kemampuan menyatukan bagian-bagian secara


terintegrasi menjadi suatu bentuk tertentu yang semula belum ada.

• Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan mengevaluasi berarti membuat penilaian (judgement) tentang


nilai (value) untuk maksud tertentu. Karena membuat penilaian maka
prosesnya menggunakan kriteria atau standar untuk mengatakan sesuatu yang
dinilai tersebut seberapa jelas, efektif, ekonomis, atau memuaskan. Dalam
proses evaluasi terlibat kemampuan pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, dan sintesis.

2) Taksonomi Tujuan Afektif

Taksonomi ini menggambarkan proses seseorang di dalam mengenali dan


mengadopsi nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam
bertingkah laku. Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke dalam lima
kelompok yaitu:

• Pengenalan/penerimaan (Receiving)

8
Tujuan pembelajaran kelompok ini mengharapkan peserta didik untuk
mengenal, bersedia menerima dan memperhatikan berbagai stimulus. Dalam hal
ini peserta didik bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja

• Pemberian Respon (Responding)

Tujuan pembelajaran kelompok ini menekankan keinginan untuk berbuat


sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai lebih dari
sekedar pengenalan saja. Dalam hal ini peserta didikdiharapkan untuk
menunjukkan perilaku yang diminta, misalnya: berpartisipasi, patuh, atau
memberikan tanggapan secara sukarela bila diminta.

• Penghargaan terhadap nilai (Valuing)

Penghargaan terhadap nilai merupakan perasaan, keyakinan atau tanggapan


bahwa suatu gagasan, benda atau cara berpikir tertentu memiliki nilai (worth).
Dalam hal ini peserta didik secara konsisten berperilaku sesuai dengan suatu nilai
meskipun tidak ada pihak lain yang meminta atau mengharuskan. Nilai dan value
ini dapat saja dipelajari dari orang lain, misalnya: instruktur, dosen, teman, atau
keluarga.

• Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian menunjukkan saling berhubungan antara nilai-nilai tertentu


dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas
lebih tinggi daripada nilai yang lain. Dalam hal ini peserta didik menjadi
committed terhadap suatu nilai. Dia diharapkan untuk mengorganisasikan berbagai
nilai yang dipilihnya ke dalam satu sistim nilai dan menentukan hubungan diantara
nilai-nilai tersebut

• Pengamalan (Characterization)

Pengamalan berhubungan dengan pengorganisasian dan pngintegrasian nilai-


nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku
yang konsisten dengan sistem nilai tersebut. Pada tingkat ini peserta didik bukan
saja telah mencapai perilaku-perilaku pada tingkatan-tingkatan yang lebih rendah,

9
tetapi telah mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam suatu filsafat hidup
yang lengkap dan meyakinkan. Perilaku yang ditunjukkan peserta didik akan
selalu konsisten dengan filsafat hidup tersebut. Filsafat hidup tersebut merupakan
bagian dari karakter.

3) Taksonomi Tujuan Psikomotor

Tujuan pembelajaran kawasan psikomotor dikembangkan oleh Harrow (1972),


terdiri dari lima tingkat sebagai berikut:

• Meniru (Limitation)

Tujuan pembelajaran pada tingkat ini mengharapkan peserta didik untuk dapat
meniru suatu perilaku yang dilihatnya.

• Manipulasi (Manipulation)

Pada tingkat ini peserta didik diharapkan untuk melakukan suatu perilaku
tanpa bantuan visual sebagaimana perilakau pada tingkat meniru. Peserta didik
diberi petunjuk berupa tulisan atau instruksi verbal dan diharapkan melakukan
tindakan yang diminta.

• Ketetapan Gerakan (Precision)

Pada tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan suatu perilaku tanpa
menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan
lancar, tepat, seimbang, dan akurat.

• Artikulasi (Articulation)

Pada tingkat ini peserta didik diharapkan untuk menunjukkan serangkaian


gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat.

• Naturalisasi (Naturalization)

Pada tingkat ini peserta didik diharapkan melakukan gerakan tertentu secara
spontan atau otomatis. Peserta didik melakukan gerakan tersebut tanpa berpikir
lagi cara melakukan dan urutannya.

10
3. Pengembangan Materi Pembelajaran

Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada keberhasilan guru


merancang materi pembelajaran. Materi Pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak
terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan
dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran.

Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa Materi pembelajaran (instructional


materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik
dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran
menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan
agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya,
materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar
menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator.

Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan
berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan
perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut. Agar guru dapat membuat
persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna, dituntut memahami berbagai aspek yang
berkaitan dengan pengembangan materi pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi,
prinsip, maupun prosedur pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan
tersebut.

a) Jenis-Jenis Materi Pembelajaran

Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut.

1) Fakta yaitu segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-
nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian
atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Contoh dalam mata pelajaran
Sejarah: Peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan
Pemerintahan Indonesia.

11
2) Konsep yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul
sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi
dan sebagainya. Contoh, dalam mata pelajaran Biologi: Hutan hujan tropis di
Indonesia sebagai sumber plasma nutfah, Usaha-usaha pelestarian keanekargaman
hayati Indonesia secara in-situ dan ex-situ, dsb.

3) Prinsip yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,
meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan
antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.

4) Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam


mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh, dalam mata
pelajaran TIK: Langkah-langkah mengakses internet, trik dan strategi penggunaan
Web Browser dan Search Engine, dsb.

5) Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran,
kasih sayang, tolong- menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja, dsb.
Contoh, dalam mata pelajaran Geografi: Pemanfaatan lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan, yaitu pengertian lingkungan, komponen ekosistem,
lingkungan hidup sebagai sumberdaya, pembangunan berkelanjutan.

b) Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi

Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran


adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).

1) Relevansi artinya kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan


pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika
kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka
materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip
ataupun jenis materi yang lain.

2) Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta
didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik

12
adalah Operasi Aljabar bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan merasionalkan pecahan bentuk akar.

3) Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai


dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu
sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan
dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan SK dan KD). Adapun
dalam pengembangan materi pembelajaran guru harus mampu mengidentifikasi
Materi Pembelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal di bawah ini:

• Potensi peserta didik;

• Relevansi dengan karakteristik daerah;

• Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta


didik;

• Kebermanfaatan bagi peserta didik;

• Struktur keilmuan;

• Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;

• Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan

• Alokasi waktu.

Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan


kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat
mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang
ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar
menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta
tercapainya indikator.

13
4) Pengembangan Alat Ukur

Dalam setiap kegiatan pembelajaran, kita perlu mengkaji apakah kompetensi


dan indikatornya dapat dicapai atau tidak pada akhir kegiatan pembelajaran itu.
Untuk keperluan tersebut kita perlu mempunyai alat yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan siswa. Alat pengukur keberhasilan siswa ini perlu
dirancang dengan saksama dan seyogyanya dikembangkan sebelum naskah
program media ditulis atau sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Alat
ini berupa tes, penugasan, ataupun daftar cek perilaku.

Alat pengukur keberhasilan harus dikembangkan sesuai dengan kompetensi


dan indikator yang akan dicapai dan pokok-pokok materi pembelajaran yang akan
disajikan kepada siswa. Hal yang diukur atau yang dievaluasi ialah kemampuan,
keterampilan, atau sikap siswa yang dinyatakan dalam rumusan kompetensi dan
indikator yang diharapkan dapat dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan
pembelajaran itu.

B. Penulisan Naskah
1. Memunculkan dan Memperkaya Gagasan

Sebelum memproduksi sebuah media pembelajaran hal pertama yang harus dilakukan
yaitu dengan analisis kebutuhan yang digunakan untuk menentukan media yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran sehingga media yang dibuat efektif.

a) Menyusun Garis Besar Isi Media (GBIM) dan Jabaran Materi (JM)

GBIM merupakan outline media pembelajaran sedangkan JM merupakan bentuk


uraian materi ajar dan penuangan ide (audio/audio visual) yang akan disajikan dalam
media. Tujuan penyusunan GBIM dan JM adalah sebagai bahan
acuan/kerangka/pedoman seorang penulis naskah dalam menuangkan materi dan ide-
ide untuk penulisan.

Dalam penyusunan GBIM dan JM unsur yang terlibat adalah penulis naskah dan
pengkaji. Pengkaji berperan sebagai pengkaji materi, media, bahasa, psikologi dan
lain-lain sesuai dengan kebutuhan yang mana masing-masing dapat terdiri dari orang

14
yang sama maupun orang yang berbeda. Agar penyusunan GBIM dan JM sesuai
dengan kebutuhan siswa maka harus memenuhi persyaratan yaitu tidak menyimpang
dari kurikulum, sesuai dengan sasaran (jenjang dan jalur pendidikan, usia dan
karakteristik siswa), memilih indikator-indikator yang sesuai, tidak melebihi durasi
(batas kejenuhan siswa)

Sedangkan pedoman penulisan GBIM dan JM yaitu kesinambungan sajian dari


KD, Indikator, Pokok materi, Uraian materi – visual/ setting dari yang termudah
sampai kompleks, penuangan konsep (message design) visual/setting secara ringkas
dan jelas (hanya pokok-pokok visual/setting), visual/setting tidak merubah konsep
isi/materi, visualisasi diupayakan berupa gambaran riil dalam kehidupan sehari-hari,
animasi dapat digunakan sebagai penjelas/penguat konsep apabila pesan visual tidak
dapat divisualisasikan secara life.

Langkah-langkah penulisan GBIM dan JM dapat dilakukan dengan menentukan


standar kompetensi (SK), menentukan Kompetensi Dasar (KD) yang dipilih,
menentukan Indikator, menuliskan pokok-pokok materi sesuai indikator, pokok materi
dijabarkan menjadi uraian materi, visual/setting disesuaikan dengan pokok materi.

2. Membuat Ringkasan Materi dan Uraian

Ringkasan adalah penyajian karangan atau peristiwa panjang dalam bentuk yang
singkat dan efektif. Ringkasan bisa juga disebut sari karangan tanpa hiasan.

Menurut Keraf, ahli bahasa ternama Indonesia, ringkasan (Precis) adalah suatu cara
efektif untuk menyajikan karangan yang panjang dalam bentuk singkat. Meringkas adalah
keterampilan untuk membuat reproduksi dari hasil karya yang sudah ada. Kata Précis juga
memiliki arti 'memotong' atau 'memangkas'.

Maka, arti kata ringkasan sama juga dengan rangkuman. Hasil meringkas, artinya
memendekkan cerita atau mengambil intisarinya saja. Sementara, merangkum artinya
menyatukan atau merangkai pokok-pokok pembicaraan, uraian, dan sebagainya.

15
Dalam membuat ringkasan, keindahan gaya bahasa, ilustrasi, serta penjelasan yang
terperinci harus dihilangkan. Walaupun bentuknya ringkas, namun tetap mempertahankan
pikiran pengarang dan pendekatannya yang asli.

Tujuan membuat ringkasan adalah untuk memahami atau mengetahui isi buku atau
karangan. .

1. Pengungkapan kembali suatu karangan dalam bentuk yang singkat dan padat.

2. Memproduksi kembali apa yang diungkapkan pengarang dalam tulisannya.

3. Mempertahankan urutan ide-ide pokok saat menyusun ringkasan.

4. Susunan ringkasan, sudut pandang, dan isinya mengikuti karangan asli.

5. Menggunakan kalimat yang pendek dan senada dengan kalimat pengarang aslinya.

a. Cara Membuat Ringkasan

Ada beberapa langkah mudah untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur menurut
Keraf. Langkah-langkahnya yaitu:

1. Membaca naskah asli

Sebelum menulis ringkasan, harus membaca seluruh isi naskah asli secara berulang-ulang,
untuk mengetahui maksud dan sudut pandang pengarangnya

2. Mencatat gagasan-gagasan utama

Setelah membaca berulang kali, semua gagasan penting harus dicatat atau digaris bawahi

3. Menyusun ringkasan berdasarkan gagasan-gagasan utama.

Langkah selanjutnya, penulis ringkasan dapat menyusun ringkasan dari ide-ide pokok
yang sudah dicatat.

4. Memperhatikan beberapa ketentuan:

16
Ringkasan sebaiknya disusun dalam kalimat tunggal, hindari kalimat majemuk Jika
memungkinkan, ringkas semua kalimat menjadi frasa, dan frasa menjadi kata. Jika
memungkinkan, buang semua kata keterangan atau kata sifat. Kecuali jika kata sifat atau
keterangan dipakai untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat tetapi pertahankan
susunan gagasan dan topik dari karangan asli.

3. Menulis Naskah

a. Penentuan Format yang sesuai dengan materi dan kesenangan sasaran pendengar

Ada beberapa hal yang dapat menentukan bentuk dan format dalam penulisan
naskah atau faktor lain dalam menentukan naskah, yaitu:

1) Tujuan pengajaran, apa yang hendak dicapai oleh kegiatan media pengajaran,
apakah dalam bentuk afektif, kognitif, dan psikomotor.

2) Tujuan untuk menarik minat atau membangkitkan daya apresiasi.

3) Bentuk laporan atau repretase dan berita dapat membangkitkan daya afektif ,
misalnya untuk tujuan propaganda.

Bentuk-bentuk yang dapat dipakai atau yang dapat dilakukan dalam penulisan
naskah media pengajaran atau skrip program audio adalah:

• Uraian dan ceramah, biasanya dipergunakan untuk mengantarkan saran, nasihat,


dan informasi.

• Berita, adalah bentuk terbaik yang digunakan untuk menyampaikan laporan


mengenai peristiwa-peristiwa yang sedang melanda atau yang terjadi didaerah
sasaran.

• Laporan, merupakan bentuk penyajian yang paling baik apabila materinya sesuai
dengan kebutuhan sasaran.

• Reportase, dimaksudkan untuk memberikan laporan langsung dari tempat kejadian


mengenai peristiwa penting yang dibutuhkan oleh sasaran pendengar untuk
diketahui.

17
• Dialog atau monolog, merupakan bentuk yang dilakukan oleh beberapa pelaku
dalam dialog, sedangkan monolog merupakan bentuk dialog yang pelakunya
hanya seorang.

• Wawancara, bentuk ini mampu memberikan pengetahuan kepada sasaran tentang


persoalan yang dihadapi sasaran lainnya.

• Diskusi, yaitu kegiatan yang melibatkan pendengar untuk ikut berfikir dalam
proses penyelesaian perbedaan pendapat, serta mengajak sasaran untuk memahami
pendapat dan gagasan orang lain.

• Feature, bentuk ini untuk memperbincangkan satu masalah agar lebih mendalam.

• Majalah udara, untuk menyampaikan informasi praktis yang diselingi dengan


musik atau hiburan.

• Sandiwara atau drama, biasanya untuk menyampaikan pesan-pesan penerangan,


propaganda dan pendidikan, karena pesan yang terkandung didalamnya bisa
disusun sedemikian rupa sehingga selain memberikan penerangan juga bersifat
menghibur pendengar[8].

b. Pelaksanaan penulisan naskah

Dalam menulis naskah atau skrip program audio, terlebih dahulu kita harus
membuat garis besar jalannya isi naskah yang akan ditulis. Seperti yang disampaikan
sebelumnya penulisan naskah ini dimaksudkan sebagai penuntun dalam proses
perekaman suara. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat kita akan
membuat naskah program audio, diantaranya adalah:

1) Pesan harus relevan dengan karakteristik kelompok sasaran, tidak hanya satu atau
bagi segelintir individu atau kelompok tertentu. Pesan hendaknya memperhatikan
kepentingan bersama.

2) Persoalan adaptasi, menjadi hal terpenting karena sebuah pesan harus sesuai
dengan karakteristik orang yang berbeda-beda.

18
Bahasa yang digunakan pada komunikasi publik atau komunikasi masa sebaiknya hanya
menggunakan bahasa yang sudah dikenal umum dan mudah untuk dipahami. Arif S.
Sadiman[10] mengemukakan bahwa, kalimat-kalimat yang digunakan dalam bahasa
verbal diusahakan kalimat tunggal dan kalimat pendek sesuai bahasa sehari-hari. Bila
terpaksa harus menggunakan bahasa sulit hendaknya diberi penjelasan, karena sekali
mereka mendengarkan hal yang tidak dipahami maka sasaran akan menurun minatnya,
dan bila hal ini terjadi berulang-ulang, ia akan benr-benar merasa bahwa materi tersebut
bukan untuk dirinya.

Musik mungkin bisa dijadikan andalan untuk menarik perhatian siswa (pendengar).
Karena musik memberikan nuansa yang hidup pada program audio kita sehingga para
siswa pendengar tidak merasa bosan. Karena keberadaan musik sangat penting dalam
program media audio, kita harus hati-hati dalam memilih musik yang tepat. Daya
konsentrasi orang dewasa untuk mendengarkan berkisar antara 25 s/d 45 menit dan untuk
anak-anak 15 s/d 25 menit. Oleh karena itu tidaklah bijaksana bila membuat program
audio yang sangat panjang.

c. Proses Pembuatan Naskah

1) Naskah Media Audio

Media audio adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk audio atau
suara dan untuk menerima informasi tersebut menggunakan indra pendengaran.
Format audio yang dapat disajikan adalah suara manusia (narative), musik,
lagu/vocal, dan sound efeck[13]. Arif S. Sadiman[14] mengemukakan bahwa
media audio adalah sebuah media yang hanya mengandalkan bunyi dan suara
untuk menyampaikan informasi dan pesan. Program audio dapat menjadi indah
dan menarik karena program ini dapat menimbulkan daya fantasi pada
pendengarnya. Informasi dalam media audio dapat dikemas dalam beberapa
format sajian, diantaranya adalah:

a) Dialog atau diskusi (narrative). Format ini menyajikan dua orang atau lebih
yang memiliki kedudukan yang sama, membicarakan satu tema yang berisi
materi pelajaran.

19
b) Tutorial. Ciri khas dari format ini didalamnya terlibat dua pihak, yaitu siswa
yang diberi bimbingan dan tutor yang memberikan bimbingan.

c) Megazine. Informasi yang disajikan pada program audio jenis magazine lebih
banyak dan bervariasi.

d) Drama. Format ini menyajikan informasi dalam bentuk sajian drama.

2) Naskah Media Audio-Visual (Video)

Media video adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk suara dan
visual. Sama halnya dengan media audio, unsur suara yang ditampilkan berupa
narasi, dialog, sound effect dan musik, sedangkan unsur visual berupa gambar/foto
diam (still image), animasi dan teks. Penulisan naskah secara teoritis merupakan
komponen dari pengembangan media. Secara lebih praktis, hal tersebut
merupakan bagian dari serangkaian kegiatan produksi media melalui tahap-tahap
perencanaan dan desain, pengembangan, serta evaluasi. Tahapan-tahapan
pembuatan naskah audio visual seperti yang diungkapkan oleh Arif S. Sadiman,
dkk, dapat dirincikan sebagai berikut:

• Sinopsis. Synopsis diperlukan untuk memberikan gambaran secara ringkas


dan padat tentang tema atau pokok materi yang akan digarap. Tujuan
utamanya adalah mempermudah pemesan manangkap konsepnya,
mempertimbangkan kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai,
dan menentukan persetujuan.

• Treatment. Treatment mencoba memberikan uraian ringkas secara


diskriftif (bukan tematis) tentang bagaimana suatu episode cerita atau
rangkaian peristiwa instruksional (instruksional event) yang akan digarap
sebagai ilustrasi pembanding.

• Storyboard. Merupakan rangkaian kejadian yang dilukiskan pada treatment


tersebut kemudian divisualkan kedalam perangkat gambar atau sketsa
sederhana pada kartu berukuran lebih kurang 8 x 12 cm. tujuan pembuatan
storyboard adalah untuk melihat apakah tata urutan peristiwa yang akan

20
divisualkan telah sesuai dengan garis cerita (plot) maupun sekuens
belajarnya. Serta melihat kesinambuangan (kontinuitas) arus ceritanya
apakah sudah lancar.

3) Naskah Media Cetak

Media pembelajaran dalam bentuk cetakan seperti buku ajar, modul dan
sejenisnya paling banyak digunakan dan diproduksi. Media dalam bentuk ini
urelative mudah dan praktis dalam pemanfaatannya. Media pembelajran dalam
bentuk cetakan banya jenisnya, antara lain adalah:

• Modul atau buku ajar

• Buku teks

• Bahan presentasi

berbasis cetakan dimaksudkan dikembangkan dalam bentuk cetakan (hard


copy). Namun dengan perkembangan teknologi multimedia saat ini, media
pembelajaran tidak hanya dikemas dalam bentuk hard copy, melainkan banyak
pula yang disajikan dan disimpan dalam bentuk CD.ROOM (soft copy). Bahkan
buku teks banyak disajikan dalam bentuk soft copy.

Modul ajar atau buku ajar disusun secara sistematis untuk meningkatkan
kwalitas pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional. Buku ajar dimaksudkan
leaner-oriented, dan bersifat mandiri (dapat dipelajari sendiri) oleh peserta didik,
oleh sebab itu, modul ajar ditulis secara lengkap, sistematis dan menggunaka
bahasa yang mudah dipahami. Format penulisan naskah modul ajar, komponen
utamanya terdiri dari tujuan pembelajaran, bab pendahuluan, bab pembelajaran,
evaluasi, dan hal ini secara jelas disajikan dalam sebuah buku.

4. Evaluasi dan Revisi Naskah

Setelah naskah selesai dibuat, maka langkah selanjutnya adalah mengevaluasi dengan
cara mempraktekan nya kepada siswa. Teliti apakah naskah media pembelajaran yang
dibuat cocok untuk siswa yang menjadi tujuan.

21
Jika naskah dirasa kurang cocok, maka proses revisi harus dilakukan guna mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan.

C. Prosedur Pengembangan Naskah


Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan
yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah di susun secara baik. Supaya
materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu di
tuangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media.

1. Naskah Program Media

Naskah program media merupakan bentuk penyajian materi intruksional berupa teks,
gambar, dan suara serta sebagai penuntut dalam memproduksi peogram media. Dalam artian
naskah tersebut menjadi penuntun kita dalam merekam suara, memadukan gambar dan suara,
memasukan musik dan FX (effect) sehingga menarik serta mudah. Naskah program media di
bagi menjadi dua kolom di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption atau grafis. Sedangkan di
sebalah kanan berisis narasi atau percakapan yang di baca narator atau pelaku dan suara lain
yang di perlukan.

2. Tahapan Pengembangan Naskah Media

Tahapan dalam pembuatan atau penulisan naskah adalah berawal dari adanya ide dan
gagasan yang di sesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Selanjutkan pengumpulan data dan
informasi, penulisan sinopsis dan treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau revisi
naskah sampai naskah siap diproduksi.

3. Alternatif Tahapan Pengembangan Naskah Media


1. Mengidentifikasi sasaran yang akan menggunakan program media tersebut
2. Mengembangkan atau mendeskripsikan tujuan pembelajaran dengan jelas
3. Menyiapkan materi yang relevan dengan apa yang di tulis
4. Mengidentifikasi materi yang sudah terkumpul untuk di seleksi mana yang cocok
dengan teks, gambar, foto, audio, dan animasi

Sebelum naskah di tulis, maka terlebih dahulu disusun garis-garis besar program media
dan rancangan isi media.

22
D. Produksi

1. Tahapan Pra Produksi


Pada tahapan pra produksi media pembelajaran, pengembangan media terlebih dahulu
melakukan perencanaan yang matang, dengan tujuan untuk memperlancar ketika proses
pengembangan berlangsung, tahap pra produksi meliputi:
a) Me- review tujuan pembelajaran, mengembangkan,mengetahui, mengingat
pemanfaatan media pembeajaran
b) Merancang struktur materi dan naskah yang akan di sampaikan dalam media yang
dikembangkan. Penyusunan naskah merupakan kegiatan yang sangat penting
bergantung pada kemampuan guru dalam menyusun kalimat yang mengandung unsur
yang mampu memancing ketertarikan sisa dalam berinteraksi dengan media
c) Mencari dan membuat gambar grafik, vidio dan suara yang dibutuhkan dalam media
pembelajaran. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tersebut adalah formatnya
yang harus sesuai dengan yang mampu dimainkan oleh softareyang di gunakan
d) Sebelum memproduksi media, terlebih dahulu harus memahami tools yang digunakan,
begitu pula ketika menggunakan softare lectorainspire yang di dalamnya terdapat
ragam dan fungsi yang berbeda satu sama lain ( Prof. Dr. Nunuk Suryani: 2018: 66)
2. Tahapan Produksi
Tahap produksi media pembelajaran yang perlu dilakukan adalah melakukan
pekerjaan desain enggan mengembangkan flowchart dan storyboard.
a) Membuat folwchart , merupakan diagram yang di dalamnya berisi tentang seperti apa
alur yang ada pada suatu media pembelajaran. Alur harus di sesuaikan dengan media
dan tujuan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran bisa berjalan secara runtut.
b) Membuat Story Board, gambaran halaman yang akan di buat dalam suatu media
pembelajaran. Bertujuan untuk di jadikan suatu rancangan awal yang akan
ditampilkan dalam media pembelajaran berdasarkan flowchart yang sudah di buat
untuk dijadikan acuan perancangan.
c) Memasukan materi gambar, grafik, suara dan vidio ke dalam media pembelajaran
yang dikembangkan, pada tahun ini perlu selera seni yang tinggi oleh pengembangan
dengan menuangkan ide-ide yang ada pada storyboard untuk nantinya diterjemahkan

23
ke dalam bentuk atau tampilan media yang diharakan ( Prof. Dr. Nunuk Suryani:
2018: 67).
3. Tahapan Pasca Produksi
Hal yang perlu dilakukan adalah melakukan editing, uji coba, revisi, dan
deseminasi:
a) Editing, suatu kegiatan yang mengubah, memotong, menambahkan, mengurangi,
menggabungkan, mengatur komposisi tampilan, baik itu warna maupun tata letak
objek pada suatu media
b) Validasi, adalah tindakan yang merupakan suatu pembuktian untuk suatu media
pembelajaran apakah sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran dan membantu
menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Tujuan validasi adalah
untuk mengetahui dan memastikan bahwa media pembelajaran yang di rancang
memiliki isi yang sesuai dengan materi serta tujuan pembelajaran.
c) Revisi, guna mendapatkan media pembelajaran yang sempurna sesuai dengan
kebutuhan guru dan siswa
d) Deseminasi, merupakan kegiatan final dalam pengembangan media pembelajaran
yang sudah siap untuk di gunakan dalam kegiatan pembelajaran ( Prof. Dr. Nunuk
Suryani: 2018: 73).

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangatlah diperlukan,
mengingat untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pengusaan materi yang disampaikan
oleh guru kepada siswa. Namun demikian penggunaan media dalam pembelajaran tidaklah
serta merta dilakukan begitu saja oleh guru. Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa
penggunaan media sebagai bentuk dari sarana penyampaian materi ajar yang akan
disampaikan kepada peserta didik didalam kelas. Penggunaan media juga bertujuan untuk
mencapai tujuan materi ajar yang sudah ditentukan didalam kurikulum pembelajaran.

Disamping itu, sebelum menggunakan media dalam pembelajaran, guru diharapkan


mempersiapkan naskah media sebagai pedoman dalam penggunaannya didalam kelas,
sehingga penggunaan media pembelajaran didalam kelas bukan sekedar menjadi hiburan
bagi para siswa, namun media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan
interkasi guru dan sisiwa dalam proses pembelajaran. Efektivitas penggunaan media dalam
pembelajaran juga tidak terlepas dari waktu yang disediakan dalam pembelajaran serta
kesesuaian kurikulum dengan media yang akan digunakan. Dengan demikian penggunaan
media semata-mata tidak terlepas dari kurikulum dan keefektivan ketersediaan waktu
pembelajaran.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih banyak kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan
makalah dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.

25
DAFTAR PUSTAKA
Jaya, Farida. "Perencanaan Pembelajaran." (2019).APA Jaya, F. (2019). Perencanaan
Pembelajaran.I AYA, Farida. Perencanaan Pembelajaran. 2019. (Perencanaan media
pembelajaran)

Siswanto, Budi Tri, Kokom Komariah Wagiran, and Siti Hamidah. "Standar Kompetensi dan
Perumusan Tujuan Pembelajaran." Jurnal Pendidikan 1.2 (2013): 6. (Perumusan Tujuan
Pembelajaran)

https://files1.simpkb.id/guruberbagi/rpp/178087-1602265638.pdf

https://www.academia.edu/43053773/Desain_Produksi_Media_and_Pengembangan_Media_Pem
belajaran

Nurfadilah, Septi. “Media Pembelajaran.” (2021) CV. Jejak Publisher. 2021

Muhson, Ali. “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi”. Jurnal


Pendidikan Akuntansi Indonesia (02), 2010.

Fadhli, Muhibbudin. “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video”. Jurnal Dimensi


Pendidikan dan Pembelajaran (01), 2016

Purba, Asmara Anjar. “teknik Pengembangan Media Pembelajarab Berbasis Audio Visual”.
Jurnal Ilmiah Didaktika (02). 2015.

26

Anda mungkin juga menyukai