Anda di halaman 1dari 4

A.

Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar


Indikator:
Dalam refleksinya, CGP menyampaikan poin-poin berikut:
1. pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh 

Pada modul 2.4 ini kami CGP mendapatkan materi tentang coaching untuk
supervisi akademik. Sebelum peruntukan coaching untuk supervisi akademik kita
harus mengetahui apa itu coaching secara umum. Secara umum coaching
merupakan suatu proses kolaborasi yang fokus pada solusi atau langkah
pemecahan suatu masalah. Orientasi dari coaching sendiri adalah pada hasil
dengan proses sistematis untuk menemukan pemecahan masalah, dalam
coaching sendiri terdiri dari dua peran yaitu coach dan coachee. Coach disini
berperan memfasilitasi coaachee dalam menemukan solusi – solusi yang tepat.
Dalam konteks pendidikan coaching sendiri menurut saya sangant efektif dalam
proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan teknik coaching ini
pendidik dapat mendorong peserta didik untuk menerapkan kemampuan
berkomunikasi, kolaborasi, dan kreatif. Dalam coaching di dalam dunia
pendidikan ada proses menuntun yang dilakukan oleh guru sebagai coach dan
murid sebagai coachee dalam hal menemukan, menentukan kekuatasn kodrat
serta potensinya sesuai minat dan bakat untuk nantinya dapat hidup sesuai
dengan tuntutan zaman. Tentu hal ini sesuai dengan pernyataan KHD dimana
pendidikan adalah proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah
perilaku murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu
maupun bagian dari masyarakat.

2. emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar 

Emosi yang saya rasakan saat menjalani proses coaching adalah kesabaran
sabar dan sabar. Dimana jika kita berperan sebagai coach kita harus menjadi
pendengar yang baik serta sabar menunggu coachee bercerita tentang masalah
nya. Dalam proses coaching sendiri kita juga tidak boleh menjudge/mencap
coachee karena hal ini tidak baik dan dapat mengganggu proses coaching.
Dalam proses coaching sendiri memberikan semangat positif untuk berlatih
menerapkan coaching untuk memecahkan masalah, menggali potensi dll dan ini
dapat di lakukan dengan rekan sejawat, murid dan juga kepala sekolah.

3. apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses
belajar 

Dalam proses coaching ada rumusan langkah pasti yaitu menggunakan alur
TIRTA. Alur tirta sendiri mempunya akronim T (Tujuan), I ( Identifikasi), R
(Rencana Aksi), TA (Tanggung Jawab). Yang sudah baik setelah praktik
coaching dilakukan menurut saya dari tujuan, rencana aksi, tanggung jawab.
Karena dalam coaching sejatinya kita menuntun, mengarahkan coachee hingga
menemukan solusi yang keluar dari pemikiran diri coachee itu sendiri.

4. apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses
belajar 
Yang perlu saya perbaiki dalam praktik coaching adalah bagian Identifikasi, disini
kita harus sabar mendengarkan coachee setelah itu kita memberi pertanyaan –
pertanyaan bermakna, berbobot yang dimana arah dari pertanyaan tersebut
adalah pemecahan masalah/ solusi.

5. keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Jika dikaitkan dengan paradigma berpikir coaching sebagai coach kita harus
fokus pada coachee, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri,
dan mampu melihat peluang baru.

Yang saya rasakan setelah belajar coaching di modul 2.3 sekarang saya lebih
optimal dalam menggali potensi diri saya sendiri kususnya dalam peran menjadi
pemimpin pembelajaran. Saya juga merasa terasah, terarah lebih baik ketika
mendaptkan pengalaman mengenai metode coaching.

B. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP


Indikator:
Dalam refleksinya, CGP menyampaikan analisis terkait topik dengan indikator
sebagai berikut:
1. memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan
menggalinya lebih jauh

Bagaimana penerapan coaching yang di implementasikan untuk supervisi


akademik?

2. mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali


wawasan (insight) baru

Setelah saya baca dari berbagai suber yang ada, melalui supervisi akademik
sebagai CGP dapat belajar dan mempraktikan latihan percakapan berbasis
coaching yang dapat diterapkan bersama murid, teman sejawat atau kepala
sekolah sehingga dapat menguatkan kita sebagai pemimpin pembelajaran.

3. menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat
sekolah maupun daerah)

Saat ini mungkin supervisi akademik hanyalah sebuah formalitas penilaian


kinerja dengan melaksanakan program pengawasan pembelajaran dengan
acuan rubrik serta beberapa instrumen supervisi akademik yang bersifat satu
arah. Supervisi akademik semata – mata hanya tuntutan kewajiban atau tagihan
dari keala sekolah kepada guru. Dalam proses supervisi akademik terkesan
kaku, komunikasipun terlalu monoton, pasif karena tidak ada potensi yang tergali
selama proses pembelajaran dari guru yang disupervisi.
4. memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Alternatif daari pengembangan hasil analisa saya mengenai supervisi akademik


adalah perlunya mengembangkan gaya supervisi dengan model coaching guna
menggali potensi dari guru yang dibina, serta tidak menimbulkan kesan monoton,
dan untuk rubrik dan instrumen bisa digunakan yang sudah ada. Program
supervisi akademik perlu melibatkan kompetensi coaching sehingga terbangun
komunikasi yang baik serta efektif. Jika komunikasi berjalan dengan baik dan
efektif makan akan terjalin suatu komitmen dalam asas kemitraan sehingga
supervisi kedepannya berkembang lebih baik dan lebih baik lagi.

C. Membuat keterhubungan
Indikator:
Refleksi yang CGP buat memunculkan koneksi dari pembelajarannya dengan
poin-poin berikut:
1. pengalaman masa lalu

Pengalan pada modul 2 ini di modul 2.1 Pembelajaran Berdifferensiasi sikatnya


pada pembelajaran berdifferensiasi melalui proses coaching bertujuan untuk
mengoptimalkan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
belajar murid. Pembelajaran ini dapat memenuhi kebutuhan belajar serta
membantu mencapai hasil belajar yang optimal dengan penerapan proses
coaching di dalam pembelajaran berdifferensiasi.

Pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional dalam beberapa tujuan dari
PSE dpat dilakukan dengan proses coaching. PSE berbasis kesadaran penuh
atau mindfulness untuk mewujudkan wellbeing. Dalam kompetensinya kesadaran
diri(pengenalan emosi), pengelolaan diri(Fokus dan pengelolaan emosi),
kesadaran diri(empati), keterampilan sosial (resilensi)dan pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab.

Dalam kompetensi coaching dan pendekatan model TIRTA sebagai alur


percakapan coaching diharapkan menerapakan konsep kehadiran penuh salah
satunya dengan menerapkan teknik STOP dan mindfull listening. Penerapan
coaching salah satunya memberdayakan rekan sejawat dengan tujuan rencana
aksi sebagai bentuk tanggung jawab. Karepa potensi coachee beragam maka
perlu penguasaan keterampilan sosial emosional dalam memaksimalkan potensi
dari coachee itu sendiri.

2. penerapan di masa mendatang

Penerapan dimasa mendatang tentu akan mengoptimalkan modul 2 ini dalam


pengembangan pembelajaran yang akan saya terapkan.

3. konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

Dengan proses coaching Memperkuat sistem among dari kihajar dewantar,


menguatkan nilai nilai guru penggerak, meyakinkan visi denagan kalimat
prakarsa perubahan sehingga kedepannya saya menjadi guru yang dirindukan
murid.

4. informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.

Dari GP lain tentu coaching ini banyak manfaatnya tidak hanya di lingkup
penddikan saja.

Anda mungkin juga menyukai