Anda di halaman 1dari 5

A.

Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar


Indikator:
Dalam refleksinya, CGP menyampaikan poin-poin berikut:
1. pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh 

Pengalaman pembelajaran yang saya peroleh baru baru ini pada


modul 1 diantaranya adalah filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara,
Nilai dan Peran Guru Penggerak, Visi Guru Penggerak dan Budaya
Positif

2. emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar 

Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai


hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat
memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya. Dalam
pembelajaran emosi yang disarankan adalah emosi bahagia, karena
menurut saya dengan bahagia menuntun anak didik akan terasa
sangat menyenangkan tentu dalam batasan tertentu sesuai dengan
keyakinan kelas yang kita buat.

3. apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam


proses belajar 

Yang sudah baik menurut saya dalam pembelajaran sudah mengemas


dengan model Project Based Learning untuk membentuk
menumbuhkan karakter siswa sesuai dengan dimensi Profil Pelajar
Pancasila. Dalam pembelajaran PjBL yang saya terapkan tidak lupa
memperhatikan kodrat alam siswa.

4. apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam


proses belajar 

Yang perlu saya perbaiki dalam hal ini adalah Nilai Reflektif.karena
dengan reflektif sebagai guru dapat menghargai dan menyemangati
siswa dalam pembelajaran, walaupun siswa sudah semangat,antusias
dalam pembelajaran tetapi nilai reflektif ini harus tetap di miliki oleh
seorang guru.

5. keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Saya merasa lebih percaya diri dalam proses pembelajaran, serta lebih
yakin dalam pencapaian kompetensi setelah mempelajari modul 1.
B. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP
Indikator:
Dalam refleksinya, CGP menyampaikan analisis terkait topik dengan indikator
sebagai berikut:
1. memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep
materi dan menggalinya lebih jauh

Dalam hal ini tentunya ada beberapa pertanyaan yang tentunya


nantinya akan berhubungan satu dan yang lainnya serta perlunya
kolaborasi dengan rekan sejawat dalam keberhasilan impementasi
pembelajaran berdasarkan modul 1 ini. Pertanyaan tersebut adalah
“apakah teman teman sejawat mau menerima masukan kita terkait
implementasi program ini?” karena dalam hal ini beda orang beda juga
sifat serta karakternya.

2. mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga


tergali wawasan (insight) baru

Dalam pembelajaran di modul ini tentu banyak sekali pemikiran pribadi


saya terkait pengimplementasian dalam kelas dan lingkungan sekolah.
Dalam pengelolaannya saya pribadi setelah mempelajari modul ini
saya merasa semakin yakin akan perubahan yang diharapkan,
tentunya dalam hal yang positif. Banyak ide – ide dalam pengelolaan
pembelajaran dikelas serta pengemasan pembelajaran yang
menyenangkan dan tidak membosankan untuk pengoptimalan
pembelajaran.

3. menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik


tingkat sekolah maupun daerah)

Tantangan yang sementara dihadapi dalam impelemtasi modul 1.4


pada bagian aksi nyata. Karena dalam aksinya kali ini dalam satu
sekolah terdapat 2 CGP sehingga dalam penerapan pelaksanaan aksi
nyata ini perlu perencanaan yang matang. Karena dalam tugas aksi
nyata ini masing – masing CGP harus menyampaikan 60 menit minimal
tentang materi budaya positif.

4. memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Alternatif yang saya diskusikan dengan sesama rekan CGP dalam satu
sekolahan, demi berjalannya implementasi aksi nyata modul 1.4 saya
akan melakukan aksinyata di sekolah lain tempat saya mengajar.
Pertimbangan saya adalah supaya implementasi ini berjalan lancar dan
sama – sama bisa melaksanakan dengan lancar tanpa halangan
apapun. Tentunya dalam hal ini saya juga berkolaborasi dalam segala
hal.
C. Membuat keterhubungan
Indikator:
Refleksi yang CGP buat memunculkan koneksi dari pembelajarannya dengan
poin-poin berikut:
1. pengalaman masa lalu
sejatinya semua orang punya masa lalu, baik dalam hal belajar atau
pengalaman hidup. Di masa lalu saya merasakan pembelajaran yang
bisa dikatakan keras dengan beberapa hukuman yang tidak lupa setiap
hari terlintas. Setelah menjalani profesi sebagai guru saya pun tidak
lepas dengan hal yang berbau hukuman karena beberapa
pelanggaran//kesalahan yang siswa buat. Saya pun merasa belum
memiliki jiwa penuntun bagi siswa saya. Yang dikejar selama proses
pembelajaran hanya ketercapaian kompetensi dan melupakan
pembelajaran yang meningkatkan antusias siswa. Saya pun
melalaikan kodrat alam mereka padahal dalam pembelajaran yang
dipelajari di modul 1 dalam proses pembelajaran harus memperhatikan
kodrat alam dan kodrat zaman serta menuntun anak didik menjadi
manusia yang merdeka.
2. penerapan di masa mendatang
kedepannya dalam proses pembelajaran akan memperhatikan kodrat
alam mereka, sejatinya anak didik kita memiliki karakter pribadi,
motivasi instriksik yang dimiliki mereka sejak lahir. Tugas kita sebagai
pendidik tak lain adalah menebalkan garis garis semu itu. Dalam
pengemasan pembelajaran kedepannya akan dikemas menjadi
pembelajaran yang menyenangkan dengan membentuk karakter siswa
berdasarkan dimensi profil pelajar pancasila. Menerapkan praktik baik
budaya positif dengan kolaborasi dengan rekan sejawat, kepala
sekolah serta stake holder atau pemangku kepentingan.
3. konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah
dipelajari
pertama implementasi pembelajaran berdasarkan filosofi Ki hajar
dewantara, kedua mendalami peran sebagai guru penggerak serta
memahami nilai yang harus di kuasai, ketiga dengan merumuskan visi
dengan kalimat prakarsa perubahan diharapkan dapat meciptakan
generasi yang berlandaskan dimensi pelajar pancasila.
4. informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar
PGP.
Banyak informasi yang didapat mengenai masukan – masukan yang
positif untuk perubahan dalam dunia penddikan lebih baik dari rekan
sejawat. Banyak juga informasi dari seacrh engine mengenai
pendidikan guru penggerak. Sejatinya guru harus fleksibel dalam
menghadapi perkembangan zaman, artinya tidak lelahnya guru untuk
terus belajar untuk kemajuan pendidikan. Perlu proses yang panjang
dan tidak dengan waktu yang sedikit. Perlu konsisten dalam
implementasi program, perlu dukungan juga dari beberapa pihak untuk
kelancaran program yang akan diimplementasikan.
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA – BUDAYA POSITIF

JUDUL : MERANCANG KEYAKINAN KELAS DALAM UPAYA


MENUMBUHKAN
BUDAYA POSITIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPAS
NAMA PESERTA : SANDY BUDI MUSTAQIM, S.Pd

LATAR BELAKANG :

KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada
anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu,
pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya
kekuatan kodrat anak.

Kekuatan sosio-kultural menjadi proses ‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih
samar-samar. Pendidikan bertujuan untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk
menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya untnuk menjadi manusia
seutuhnya. Jadi anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang
dewasa.

Dalam implementasi ini tentu nya seorang guru tidak meninggkalkan nilai dan peran sebagai
guru penggerak, karena nilai merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan
perbuatan dan tolok ukur pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya
sangat spesifik. Kehadiran nilai-nilai positif dalam diri seseorang akan membantu mereka
mengambil posisi ketika berhadapan dengan situasi atau masalah, sebagai bahan evaluasi
ketika membuat keputusan. Nilai guru penggerak diantaranya : (1) berpihak pada murid, (2)
reflektif, (3) mandiri, (4) kolaboratif, serta (5) inovatif.
Sedangkan peran guru penggerak : (1) pemimpin pembelajaran (2) coach bagi guru lain (3)
pendorong kolaborasi (4) mewujudkan kepemimpinan murid (5) penggerak komunitas praktisi.

Dalam implementasi budaya positif dikelas dalam program membuat keyakinan kelas ada
beberapa tahapan dalam pendekatan inkuiri ipresiatif dengan manajemen perubahan BAGJA
yang sudah saya kemas dalam demostrasi kontekstual dengan kalimat visi serta prakarsa
perubahan dalam modul 1.3.

Dalam perancangan keyakinan kelas tentu dibuat bersama murid sesuai dengan kesepakatan
bersama murid. Tujuan dibuat keyakinan ini tak lain adalah penerapan budaya positif agar
tercipta suasana kelas yang aman, nyaman dan kondusif.

TUJUAN :
1. Menumbuhkan budaya positif dengan keyakinan kelas.
2. Mewujudkan lingkungan kelas yang aman, nyaman dan kondusif.
3. Mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.
4. Mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan.

TOLOK UKUR :
1. Terwujudnya keyakinan kelas sebagai budaya positif dengan kesepakatan bersama warga
kelas.
2. Terwujudnya kelas yang aman, nyaman dan kondusif.
3. Terwujudnya pembelajaran yang berpihak pada murid.
4. Terwujudnya proses pembelajaran yang menyenangkan.

LINI MASA :
1. Meminta izin kepada wali kelas masing – masing, serta berkolaborasi dengan wali kelas.
2. Menjelskan kepada murid tentang pengertian serta pentingnya keyakinan kelas.
3. Memfasilitasi murid untuk membuat keyakinan kelas.
4. Menempelkan hasil dari keyakinan kelas yang telah dibuat di dinding kelas.
5. Membuat dokumentasi.

DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN :


Adapun beberapa hal yang berpengaruh terhadap kelancaran implementasi budaya positif ini
salah satunya adalah dukungan. Dukungan yang dibutuhkan untuk melancarkan pelaksanaan
kegiatan tindakan aksinyata yang telah dirancang antara lain:
1. Dukungan kepala sekolah selaku pimpinan.
2. Dukungan sarana.
3. Dukungan wali kelas selaku pembimbing rombel.
4. Dukungan teman sejawat guru
5. Dukungan murid selaku sasaran imlementasi budaya positf ini.

Anda mungkin juga menyukai