OLEH:
RUSMAN RAHMAN
CGP ANGKATAN 7
SMKN 2 MAJENE
ARTIKEL REFLEKSI
AKSI NYATA MODUL 1.1
FILOSOFI KI HADJAR DEWANTARA
1. Latar Belakang
Sistem pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih
belum banyak perubahan. Guru masih menerapkan sistem
pembelajaran lama yang menganggap semua peserta didik
sama, pembelajaran yang berpusat pada guru, tanpa
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Guru menyampaikan
pembelajaran tanpa menyesuaikan dengan kesiapan, minat,
bakat dan gaya belajar peserta didik. Guru hanya mentransfer
ilmu saja dan mengejar ketercapaian kurikulum tanpa
menyadari setiap anak memiliki keunikan dan kodratnya
sendiri-sendiri.
Guru mengajar seolah-olah hanya mengajar satu orang
peserta didik saja dalam satu kelas, padahal dalam satu kelas
ada kurang lebih tiga puluh sampai empat puluh orang anak
yang beragam. Beragam karakteristik, keunikan, kemampuan
dan pengalaman belajar yang berbeda. Peserta didik hanya
duduk diam dan mendengarkan apa yang guru sampaikan tanpa
melakukan sesuatu yang akan menambah pengalaman belajar
mereka. Akibatnya anak menjadi bosan dan frustasi yang
mengakibatkan anak tidak memiliki motivasi untuk belajar.
Semboyan Ki Hadjar Dewantara "Ing Ngarso Sung
Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" di
depan memberi teladan, ditengah membangun semangat dan di
belakang memberikan dorongan/nasihat hanya sebagai
semboyan saja. Guru hanya di depan sebagai contoh atau
teladan saja tanpa membangun semangat dan memberikan
dorongan/nasihat kepada peserta didik. Menurut teori
pendidikan Ki Hajar Dewantara, pendidikan memberi tuntunan
terhadap segala kodrat yang dimiliki anak agar anak mampu
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya. Anak memiliki kodratnya masing-masing, oleh
karena itu setiap anak berbeda.
Pendidikan harus berpihak pada peserta didik, guru harus
menghamba pada anak. Pembelajaran berpusat pada peserta
didik, memberi ruang bagi peserta didik untuk belajar sesuai
minat, bakat, kemampuan pribadinya dan gaya belajamya,
sehingga pembelajaran jadi lebih bermakna. Guru berperan
sebagai fasilitator yang harus mampu membangkitkan
ketertarikan peserta didik terhadap materi belajar untuk
mewujudkan merdeka belajar.
Dalam pemenuhan kebutuhan dari keberagaman peserta
didik, maka perlu adanya cara atau strategi yang tepat dalam
memberikan pelajaran. Pemecahan masalah yang berhubungan
dengan keberagaman peserta didik dapat teratasi dengan
menerapkan model pembelajaran yang tepat dan sesuai
kebutuhan peserta didik, sehingga ada peningkatan
pemahaman, motivasi dalam belajar, dan interaksi antar peserta
didik