Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH EVALUASI DAN SUPERVISI BK

MELAKUKAN SUPERVISI PADA SETIAP ALIRAN KONSELING

Dosen Pengampu

Herda Fitri Br. Ginting, M.Pd

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 12

HADI CAHYONO (203020216015)


SINDI RISKI WAHYUNI SIDAURUK (203020216017)
EKA ROHMA DHANI (203020216023)
RETA (203030216043)
ARY SAPUTRA (193020216017)

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Evaluasi dan Supervisi BK dengan judul “Pentingnya Bimbingan Karir dalam
Layanan BK”. Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Bimbingan
Karir bagi para pembaca dan bagi saya. Semoga apa yang tertuang dalam makalah
ini dapat membantu pembaca dalam memahami impelementasi aliran konseling
dalam supervisi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Herda Fitri Br. Ginting M.Pd
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Evaluasi dan Supervisi BK yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi Bimbingan Konseling. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak dan rekan-rekan yang telah ikut serta dalam memberi saran
terhadap makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan
demi perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Palangka Raya, 04 September 2022

Kelompok 12

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................1
C. TUJUAN MAKALAH......................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
A. MELAKUKAN SUPERVISI PADA SETIAP ALIRAN KONSELING.......................................3
B. TAHAPAN KONSELING GESTALT DAN SUPERVISINYA.................................................4
C. TAHAPAN KONSELING BEHAVIOR DAN INSTRUMEN SUPERVISINYA.........................9
D. TAHAPAN KONSELING TRAIT AND FACTOR DAN INSTRUMEN SUPERVISINYA........14
E. TAHAPAN KONSELING RET DAN INSTRUMEN SUPERVISINYA..................................16
BAB III....................................................................................................................................17
PENUTUP...............................................................................................................................17
A. KESIMPULAN.............................................................................................................17
B. KRITIK DAN SARAN....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Glickman (1981) mendefinisikan supervisi sebagai serangkaian kegiatan untuk


membantu konselor dalam mengembangkan kemampuannya dalam mengelola
bimbingan demi mencapi tujuan bimbingan. Dengan demikian, esensi supervisi itu sama
sekali bukan unjuk kerja konselor dalam mengelola proses bimbingan, melainkan
membantu konselor dalam mengembangkan keprofesionalismenya
Supervisi konseling merupakan sebuah kegiatan untuk mendukung
profesionalisme konselor di sekolah. Supervisi konseling juga merupakan suatu proses
pembelajaran untuk memberdayakan konselor agar dapat mengembangkan
pengetahuan dan kompetensinya, sehingga dapat bekerja dengan menampilkan
kemampuan terbaiknya, memiliki motivasi dan tanggung jawab yang tinggi, dan pada
gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pelayananannya terhadap klien/konseli.
Selain itu, supervisi konseling juga dapat dipandang sebagai upaya untuk memberikan
jaminan keamanan dan kenyamanan bagi klien/konseli dan konselor itu sendiri dalam
menghadapi berbagai situasi konseling yang amat kompleks.
Dalam makalah ini kami membahas penerapan supervise dalam setiap aliran
konseling, Bagaimana cara melakukannya, tahapan – tahapan dalam aliran – aliran
konseling, diantaranya Teori Konseling Gestalt, Behaviorisme, RET, Trait and Factor

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja pengaruh aliran konseling pada supervisi konseling ?


2. Bagaimana cara melakukan supervisi pada setiap aliran konseling ?
3. Bagaimana tahapan konseling Gestalt dan instrumen supervisinya ?

1
4. Bagaimana tahapan konseling Behavior dan instrumen supervisinya ?
5. Bagaimana tahapan konseling Trait and Factor dan instrumen supervisinya ?
6. Bagaimana tahapan konseling RET dan instrumen supervisinya ?

C. TUJUAN MAKALAH

1. Untuk mengetahui Apa saja pengaruh aliran konseling pada supervisi


konseling ?
2. Untuk mengetahui Bagaimana cara melakukan supervisi pada setiap aliran
konseling ?
3. Untuk mengetahui Bagaimana tahapan konseling Gestalt dan instrumen
supervisinya ?
4. Untuk mengetahui Bagaimana tahapan konseling behavior dan instrumen
supervisinya ?
5. Untuk mengetahui Bagaimana tahapan konseling trait and factor dan
supervisinya ?
6. Untuk mengetahui Bagaimana tahapan konseling RET dan supervisinya ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. MELAKUKAN SUPERVISI PADA SETIAP ALIRAN KONSELING

Konsultan seringkali menggunakan metode dan teknik yang berbeda dari


konsultan lainnya. Hal Hal ini dapat dianggap wajar karena konselor menggunakan
metode dan teknik konseling dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, asal -usul pengetahuan
diperoleh. Dengan kata lain, konsultan mungkin Untuk pengalaman pertama, pilih untuk
menggunakan beberapa teknologi konsultasi Dia mengikuti pidato kota. karena
informasi itu membuatnya terkesan Seorang dosen yang menggunakan teknik konseling
tertentu untuk menanamkannya dalam pikirannya Gunakan tips konseling ini. Yang
kedua adalah rasa atau flavor.
Setelah membandingkan Di antara teknik tersebut, dapat disimpulkan bahwa
metode pembinaan tertentu sudah familiar baginya, sehingga ia memilih untuk
menggunakannya dalam proses Pedoman. Selain itu, penggunaan metode konseling
tidak mutlak bagi seseorang. Itu berarti, Mentor melalui materi saat pengetahuan dan
keterampilan berkembang membaca dan melatih untuk memungkinkan dalam jangka
waktu tertentu Mengubah penggunaan metode konseling.
Misalnya konselor yang awalnya begitu fanatic Menggunakan teknik konseling
perilaku setelah membaca dan menghadiri seminar teknis Konseling RET berubah arah,
lebih sering menggunakan metode konseling RET. Dalam situasi ini, konsultan perlu
mengetahui keterampilan Konsultasi didasarkan pada aliran masing-masing.
Pengetahuan dan keterampilan dasarKemudian terjemahkan konten setiap aliran
konsultasi ke dalam instrument supervisi.

3
B. TAHAPAN KONSELING GESTALT DAN SUPERVISINYA
Dalam proses konseling Gestalt, ada beberapa tahapan dalam proses konseling.
Pertama, konselor merancang sesi pelatihan untuk mencapai situasi yang
memungkinkan perubahan – perubahan yang di harapkan oleh klien.
Kedua, konselor berusaha meyakinkan dan mengondisikan klien untuk
mengikuti prosedur yang ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Ada 2 hal yang harus di
kembangkan dalam fase ini, yakni :
1. Membangkitkan motivasi klien
2. Membangkitkan dan mengembangkan otonomi klien
Ketiga, konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya
pada saat itu juga klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan
dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini. Kadang-kadang, klien
diperbolehkan memproyeksikan dirinya kepada konselor. Melalui fase ini, konselor
berusaha menemukan celah-celah atau aspek-aspek kepribadian yang hilang. Dari sini,
dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien
Keempat, setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang
pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase
akhir konseling. Pada fase ini, klien menunjukkan gejala-gejala yang meng-indikasikan
integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi. Klien telah
memiliki kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang,
sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonomi, perasaan perasaan, pikiran-pikiran,
dan tingkah lakunya. Dalam situasi ini, klien secara sadar dan bertanggung jawab
memutuskan untuk "melepaskan" diri dari konselor dan siap untuk mengem bangkan
potensi dirinya.
Pendapst lain mengatakan bahwa proses konseling gestalt terjadi dalzm
tahapan yang fleksibel. Tiap – tiap tahapan memiiki prioritas dan tujuan tertentu yang
membantu konselor dalam mengorganisasikan proses konseling. Tahap – tahap itu
sebagai berikut :
1) Tahap Pertama ( The Beginning Phase)

4
Konselor menggunakan metode fenomenologis untuk
meningkatkan kesadaran konseli, menciptakan hubungan dialogis
mendorong keberfungsian konseli secara sehat, serta menstimulasi konseli
untuk mengembangkan dukungan pribadi (personal support) dan
lingkungannya. Secara garis besar proses konseling yang di tahap pertama
adalah :
a. Menciptakan tempat yang aman dan nyaman (safe container)
untuk proses konseling.
b. Mengembangkan hubungan kolaboratif(working alliance).
c. Mengumpulkan data, pengalaman konseli, dan keseluruhan
gambaran kepribadiannya dengan menggunakan pendekatan
fenomenologis.
d. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pribadi konseli.
e. Membangun sebuah hubungan yang dialogis.
f. Membuat prioritas dan kesimpulan diagnosis terhadap konseli.

2) Tahap Kedua (Clearing the Ground)


Pada tahap ini, proses konseling berlanjut pada strategi - strategi yang
lebih spesifik Konselor mengeksplorasi berbagai introjeksi, modifikasi
kontak yang dilakukan, dan unfinished business Di sini, peran konselor
adalah mendorong dan membangkitkan keberanian konseli untuk
mengungkapkan ekspresi pengalaman dan emosi emosinya secara
berkelanjutan, dalam rangka meningkatkan kesadarannya, tanggung jawab
pribadi, dan memahami unfinished business.
3) Tahap Ketiga ( The Existential Encounter )
Tahap ini ditandai dengan aktivitas yang dilakukan konseli dalam
mengekscplorasi masalahnya secara mendalam dan membuat perubahan-
perubahan secara signifikan Tahap ini merupakan fase tersulit karena
konseli menghadapi kecemasan-kecemasannya sendiri, ketidakpastian, dan

5
ketakutan ketakutan yang selama ini terpendam di dalam diri. Selain itu,
konseli menghadapi perasaan terancam yang kuat disertai dengan
perasaan kehilangan harapan untuk hidup yang lebih mapan Pada fase ini,
konselor memberikan dukungan dan motivasi, serta berusaha memberikan
keyakinan ketika konseli cemas atau ragu ragu.
4) Tahap Keempat (integration)
Pada tahap ini, konseli sudah mulai dapat mengatasi krisis krisis yang
dieksplorasi sebelumnya dan mulai mengintegrasilian keseluruhan diri
(self), pengalaman dan emosi-emosinya dalam perspektif yang baru.
Konseli telah mampu menerima ketidakpastian, kecemasan, dan
ketakutannya, serta menerima tanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
Tahap ini terdiri dan beberapa langkah, di antaranya :
a. Membentuk kembali pola-pola hidup dalam bimbingan
pemahaman dan insight baru.
b. Memfokuskan pada pembuatan kontrak relasi yang memuaskan.
c. Berhubungan dengan masyarakat dan komunitas secara luas.
Menerima ketidakpastian dan kecemasan yang dapat menghasilkan
makna-makna baru

5) Tahap Kelima (Ending)


Pada tahap ini, konseli siap memulai kehidupan secara mandiri tanpa
supervisi konselor. Tahap pengakhiran ditandai dengan proses-proses
berikut.
a. Berusaha melakukan tindakan antisipasi akibat hubungan konseling
yang telah selesai.
b. Memberikan proses pembahasan kembali isu-isu yang ada.
c. Merayakan apa yang telah dicapai.
d. Menerima apa yang belum tercapai.

6
e. Melakukan antisipasi dan perencanaan terhadap krisi di masa
depan.
f. Membiarkan pergi dan melanjutkan.

Berdasarkan tahapan-tahapan konseling Gestalt tersebut, maka


instrument supervisi yang bisa dikembangkan adalah sebagai berikut:

PEDOMAN SUPERVISI SUPERVISI PENDEKATAN KONSELING GESTALT

Konselor : ..........................................................
Klien : ...........................................................
Supervisor : ...........................................................

Petunjuk : Berilah tanda silang pada jenjang skala yang disediakan


sesuai dengan keadaan yang saudara amati dengan rambu-rambu :

Skala 0, bila keterampilan tersebut tidak dilakukan


skala 1, bila keterampilan tersebut dilakukan tetapi tidak tepat
skala 2, bila keterampilan tersebut dilakukan dengan tepat

NO TAHAPAN/KETERAMPILAN KONSELOR skala


Fase pertama: 0 1 2
a) Mengembangkan pertemuan konseling agar
tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-
1
perubahan yang diharapkan pada klien.
b) Mengembangkan pola hubungan konseling yang
sesuai dengan keunikan klien.
2 Fase kedua:
a) Membangkitkan motivasi klien: memberi

7
kesempatan untuk menyampaikan dan menyadari
ketidaksenangan atau ketidakpuasannya.
b) Mengembangkan otonomi klien.
Fase Ketiga :
a) Mendorong klien untuk menyatakan perasaan-
perasaannya pada saat ini.
b) Memberi kesempatan kepada klien untuk
3 mengalami kembali segala perasaan dan
perbuatan pada masa lalu dalam situasi di sini
dan saat ini.
c) Berusaha menemukan aspek-aspek kepribadian
klien yang hilang.
Fase Keempat :
a) Mengondisikan klien agar memperoleh
pemahaman dan penyadaran tentang dirinya,
tindakannya, dan perasaannya.
b) Memfasilitasi klien untuk menunjukkan ciri-ciri
integritas kepribadiannya sebagai individu yang
unik dan manusiawi.
4 c) Mengondisikan klien untuk menunjukkan
kepercayaan pada potensinya, menyadari
dirinya, sadar dan bertanggung jawab atas
perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya.
d) Mengondisikan klien agar secara sadar dan
bertanggung jawab memutuskan untuk
“melepaskan diri” dari konselor, dan siap untuk
mengembangkan potensi.

8
Palangka Raya....................................

Supervisor

…………………………………
Segi positif yang perlu
dipertahankan : .............................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
..........................
Kekurangan yang perlu
dibenahi : .......................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
................

C. TAHAPAN KONSELING BEHAVIOR DAN INSTRUMEN SUPERVISINYA

Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B.


Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi atas psikoanalisis yang berbicara tentang alam
bawah yang tidak tampak. Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang
tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. Terapi perilaku ini
lebih mengkonsentrasikan pada modifikasi tindakan, dan berfokus pada perilaku
saat ini daripada masa lampau. Belakangan kaum behavioris lebih dikenal

9
dengan teori belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia adalah
hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh
lingkungan
Konseling behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi
behavioristik, yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak.
Proses konseling dibingkai dalam bentuk kerangka kerja dalam membantu
konseli untuk mengubah tingkah lakunya. Proses konseling adalah proses belajar.
Konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut dengan cara mendorong
konseli untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu
itu.
Konseling behavior memiliki empat tahap dalam proses konseling,
sebagai berikut:
1) Melakukan assesment
Langkah awal kerja konselor adalah melakukan assesment.
Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi metode atau teknik yang
akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
2) Menetapkan tujuan (goal setting)
Dalam hal ini, konselor dan konseli bersama-sama mendiskusikan
tujuan yang telah ditetapkan konseli yang terkait dengan:
a) Apakah merupakan tujuan yang benar-benar diinginkan konseli
b) Apakah tujuan itu realistis
c) Bagaimana kemungkinan manfaatnya
d) Bagaimana kemungkinan kerugiannya
3) Implementasi teknik( technique implementation)
Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konseli
menentukan strategi belajar yang terbaik untuk membantu konseli
mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. Konselor dan konseli

10
mengimplementasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah
yang dialami konseli Dalam implementasi teknik, konselor
membandingkan perubahan tingkah laku antara baseline data dengan
intervensi.
4) Evaluasi dan pengakhiran
Evaluasi konseling behavior merupakan proses yang
berkesinambungan. Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar untuk
mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik
yang digunakan

Instrumen supervisi

PEDOMAN SUPERVISI

PENDEKATAN KONSELING BEHAVIOR

Konselor :

Konseli :

Pengamat :

Petunjuk pengisian :

Berilah tanda centang (√) pada jenjang skala yang di sediakan sesuai dengan
keadaan yang anda amati, dengan rambu – rambu sebagai berikut :

11
 Skala 0, bila ketrampilan tersebut tidak di lakukan
 Skala 1, jika ketrampilan tersebut di lakukan tetapi tidak tepat
 Skala 2, jika ketrampilan tersebut di lakukan dengan tepat

Skala
No Tahapan / ketrampilan konselor
0 1 2

1. Assesment :
a) Mempersilahkan klien untuk menceritakan
masalahnya
b) Mengidentifikasi perilaku yang bermasalah
c) Mengklarifikasi perilaku yang bermasalah
d) Mengidentikasi peristiwa yang mengawali perilaku
bermasalah
e) Mengidentifikasi peristiwa yang menyertai perilaku
bermasalah
f) Mengidentifikasi intensitas perilaku bermasalah
g) Mengidentifikasi perasaan konseli pada saat
menceritakan perilaku bermasalah
h) Merangkum pembicaraan konseli
i) Menemukan inti masalah
j) Mengidentifikasi hal – hal menarik dalam kehidupan
konseli
k) Memberikan motivasi pada konseli
l) Mengidentifikasi hubungan social dari diri konseli
Goal setting :

12
a) Mengungkapkan kembali pernyataan konseli tentang
tujuan yang ingin di capai
b) Mempertegas tujuan yang ingin di capai
c) Memberikan kepercayaan dan keyakkinan konseli
bahwa konselor benar – benar membantu konseli
mencapai tujuan
d) Membantu konseli memandang masalahnya dengan
memperhatikan hambatan yang di hadapi untuk
mencapai tujuan yang ingin di capai
e) Merinci tujuan menjadi sub tujuan yang yang
berurutan dan operasional
Teknik implementasi :
a) Menentukan teknik konseling yang sesuai dengan
masalah konseli dan tujuan konseling
b) Menyusun prosedur perlakuan sesuai dengan teknik
yang di terapkan
c) Melaksanakan prosedur perlakuan sesuai dengan
teknik yang ditetapkan.
Evaluasi terminasi :
a) Menanyakan dan mengevaluasi apa yang dilakukan
konseli setelah diberi treatment
b) Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari
dalam konseling ke tingkah laku konseli
c) Mengeksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling
tambahan.
d) Menyimpulkan apa yang telah dilakukan dan
dikatakan konseli

13
e) Membahas tugas - tugas yang harus dilakukan pada
pertemuan selanjutnya
f) Mengakhiri proses konseling

Segi positif yang perlu di pertahankan :

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

Kekurangan yang perlu di benahi :

………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………….

Palangka raya, 2022

Supervisor

………………………………………………………….

D. TAHAPAN KONSELING TRAIT AND FACTOR DAN INSTRUMEN SUPERVISINYA

Proses konseling Trait and Factor tercermin dalam tahapan-tahapan tertentu.


Tahapan tersebut merupakan langkah-langkah konseling yang sudah barang tentu harus
urut dalam pelaksanaannya. Adapun langkah-langkah konseling Trait and Factor adalah
sebagai berikut :
1. Analisis (Analysis)

14
Analisis merupakan langkah pengumpulan data atau informasi tentang diri
klien, termasuk lingkungannya. Pengumpulan data yang akurat biasanya dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode atau teknik, terutama tes psikologis dari
berbagai aspek kepribadian klien. Dengan kata lain, pengumpulan data dilakukan
secara integratif dan komprehensif.
2. Sintesis (Synthesis)
Pada langkah ini, yang dilakukan konselor adalahmenyintesiskan data yang
relevan dan berguna, dengan keluhan atau gejala yang muncul. Dalam membuat
sintesis, konselor memadukan, menyusun, dan merangkum data yang ada
untukmemperoleh gambaran lebih jelas tentang keadaan diri klien.
3. Diagnosis (Diagnoses)
Pada langkah ini, konselor menetapkan atau merumuskan kesimpulan
tentang masalah klien serta latar belakang atau sebab-sebabnya. Secara rinci, yang
dilakukan konselor adalah:
a. Melakukan identifikasi masalah secara deskriptif
Misalnya ketergantungan, kekurangan informasi,konflik internal atau
konflik dalam diri sendiri,kecemasan dalam membuat pilihan, atau tidak
adamasalah (bordin).
b. Menemukan sebab-sebab
Dalam hal ini, biasanya konselor mencari hubungan antara masa lalu,
masakini, dan masa depan, sehingga dapat diperoleh kejelasan. Dalam proses
ini, konselor sering menggunakan intuisinya, yang kemudian dicek dengan
logika.

4. Prognosis (Prognosis)
Pada langkah ini, konselor memprediksi tentang kemungkinan keberhasilan
klien dari proses konseling. Artinya, memprediksi tentang hasil yang dapat dicapai
oleh klien dari kegiatan-kegiatannya selama konseling, serta merumuskan bentuk
bantuan yang sesuai

15
5. Perlakuan (Treatment) atau Konseling
Langkah ini merupakan usaha untuk menerapkan metode sebab-akibat dan
menjadi inti dari pelaksanaan konseling. Usaha-usaha yang dilakukan pada langkah
ini adalah:
a. Menciptakan atau meningkatkan hubungan baik antara konselor dengan klien.
b. Menafsirkan data yang telah ada dan mengomuni-klasikannya kepada klien.
c. Memberikan saran atau ide kepada klien atau merencanakan kegiatan yang
dilakukan bersama klien.
d. Membantu klien dalam melaksanakan rencana kegiatan.
e. Jika perlu, menunjukkan kepada konselor atau ahlilain untuk memperoleh
diagnosis atau konseling dalam masalah yang lain
6. Tindak Lanjut (Follow-Up)
Tahapan ini merupakan langkah untuk menentukanapakah usaha konseling
yang dilakukan efektif atau tidak. Usaha - usaha konseling yang dapat dilakukan
pada langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui:
a. apakah klien telah melaksanakan rencana-rencanayang telah dirumuskan atau
belum;
b. bagaimana keberhasilan pelaksanaan rencana-rencana itu;
c. perubahan-perubahan apa yang perlu dibuat jika ternyata belum atau tidak
berhasil dan melakukan rujukan (referral) jika perlu

E. TAHAPAN KONSELING RET DAN INSTRUMEN SUPERVISINYA

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. KRITIK DAN SARAN

17
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai