Anda di halaman 1dari 16

KARAKTERISTIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Psikologi Konseling


Dosen Pengampu : Syarifah Ainy Rambe, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 4
KARMILA NPM : 23421311670
HERNITA NPM : 23421311686
PITRI WULANDARI NPM : 23421311679
FARIS WASIM NPM : 23421311689

PRODI BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TAKENGON
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sangat dalam kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan
karunia-Nya kepada seluruh isi alam. Dia yang telah menciptakan manusia
sebagai makhluk yang terbaik (ahsan taqwim). Dia pula yang mengajarkan
manusia dengan kalam-Nya untuk menggali keagungan dan kebesaran-Nya.
Rangkaian shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Nabi
Muhammad SAW pembawa risalah pamungkas yang menjadi panutan bagi
seluruh manusia. Dengan membawa wahyu Al-Qur’an sebagai teks suci yang
mampu menerangi dan menembus sampai segala penjuru zaman.
Adapun judul makalah ini adalah “Karakteristik dan Kompetensi
Konselor”.
Selama penulisan makalah ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dihadapi dan dialami pemakalah, baik yang menyangkut pengaturan waktu,
pengumpulan bahan-bahan (data), maupun pembiayaan dan sebagainya. Namun,
berkat kesungguhan hati dan kerja keras yang disertai dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu Alhamdulillah dapat
diatasi dengan sebaik-baiknya, sehingga penulisan makalah ini dapat
terselesaikan.
Atas bantuan, bimbingan, sumbangan saran yang telah diberikan oleh semua pihak
pemakalah ucapkan terima kasih. Semoga menjadi tabungan amal di akhirat nanti.
Amin...amin yarabbal ’alamin.

Takengon, September 2023


Pemakalah,

Kelompok 4
NPM. 23421311670

2
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Konselor............................................................................ 3
B. Karakteristik Konselor.................................................................... 4
C. Sosok Utuh Kompetensi Konselor.................................................. 5
D. Standart Kompetensi Konselor....................................................... 6
E. Konselor Agama............................................................................. 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................. 10
C. Saran............................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan
di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan
dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat
dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil
pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan
kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam
tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa
dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan,
khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien).
Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam
berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya
pihak para penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan
tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para konselor
tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya.
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan
bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini akan
dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak
langkah bimbingan dan konseling.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud konselor?
2. Bagaimana sosok utuh kompetensi konselor?
3. Bagaimana standart kompetensi konselor?
4. Apakah yang dimaksud konselor agama?

4
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian konselor
2. Mengetahui sosok utuh kompetensi konselor
3. Mengetahui standart kompetensi konselor
4. Mengetahui pengertian konselor agama

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Konselor
Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling.
Sebagai pihak yang paling memahami dasar dan teknik konseling secara luas,
konselor dalam menjalankan perannya bertindak sebagai fasilitator bagi klien.
Selain itu, konselor juga bertindak sebagai penasihat, guru, konsultan yang
mendampingi klien sampai klien dapat menemukan dan mengatasi masalah yang
dihadapinya (Lesmana, 2005). Maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa
konselor adalah tenaga profesional yang sangat berarti bagi klien.
Dalam melakukan proses konseling , seorang konselor harus dapat
menerima kondisi klien apa adanya. Konselor harus dapat menciptakan suasana
yang kondusif saat proses konseling berlangsung. Posisi konselor sebagai pihak
yang membantu, menempatkannya pada posisi yang benar-benar dapat memahami
dengan baik permasalahan yang dihadapi klien.
Setiap konselor pada masing-masing pendekatan teknik konseling yang
digunakan memiliki karasteristik dan peran yang berbeda-beda. Hal ini tergantung
dari konsep pendiri teori yang dijadikan landasan berpijak. Misalnya, pada
konselor yang menggunakan pendekatan behavioristik, konselor berperan sebagai
fasilitator bagi klien. Hal tersebut tidak berlaku bagi konseling yang
menggunakan pendekatan humanistis di mana peran konselor bersifat holistis.
Sikap dan keterampilan merupakan dua aspek penting kepribadian
konselor. Sikap sebagai suatu disposisi tidaklah tampak nyata, tidak dapat dilihat
bentuknya secara langsung. Berbeda dengan sikap, keterampilan dapat tampak
wujudnya dalam perbuatan. Fungsi keterampilan bagi konselor adalah upaya
memancarkan sikap-sikap yang dimilikinya terhadap para klien disamping
penunjukan kredibilitas lain seperti penampilan kompetensi intelektual dan aspek-
aspek non intelektif lainnya.
Selanjutnya, berikut ini diuraikan secara luas karakteristik seorang
konselor yang efektif, peran dan fungsi konselor, masalah yang dihadapi konselor
dan resistensi konselor.

6
B. Karakteristik konselor
Setelah memahami gambaran seorang konselor secara umum marilah kita
lihat beberapa karakteristik konselor efektif yang dikemukakan oleh beberapa
ahli. Karakteristik inilah yang wajib dipenuhi oleh seorang konselor untuk
mencapai keberhasilannya dalam proses konseling. Kita awali dari pandangan
Carl Rogers sebagai peletak dasar konsep konseling. Rogers (dikutip dari
lesmana, 2005) menyebutkan ada tiga karakteristik utama yang harus dimiliki
oleh seorang konselor, yaitu congruence, unconditional positive regard, dan
empathy.
a. Congruence
Menurut pandangan Rogers, seorang konselor haruslah terintegrasi dan
kongruen. Pengertiannya di sini adalah seorang konselor terlebih dahulu
harus memahami dirinya sendiri. Antara pikiran, perasaan, dan
pengalamannya harus serasi. Konselor harus sungguh-sungguh menjadi
dirinya sendiri, tanpa menutupi kekurangan yang ada pada dirinya.
b. Unconditional positive regard
Konselor harus dapat menerima/respek kepada klien walaupun dengan
keadaan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan. Setiap individu
menjalani kehidupannya dengan membawa segala nilai-nilai dan
kebutuhan yang dimilikinya. Rogers mengatakan bahwa setiap manusia
memiliki tendensi untuk mengaktualisasikan dirinya ke arah yang lebih
baik. Untuk itulah, konselor harus memberikan kepercayaan kepad klien
untuk mengembangkan diri mereka.
c. Empathy
Empathy di sini maksudnya adalah memahami orang lain dari sudut
kerangka berpikirnya. Selain itu empathy yang dirasakan juga harus
ditunjukkan. Konselor harus dapat menyingkirkan nilai-nilainya sendiri
tetapi tidak boleh ikut terlarut didalam nilai-nilai klien.
Selain tiga karakteristik yang dikemukakan Rogers tersebut, seorang
konselor yang berperan sebagai "pembantu" bagi klien harus memiliki
karakteristik yang positif untuk menjamin keefektifannya dalam memberikan

7
penanganan. Dalam hal ini, Latipun (2001) membaginya dalam dua aspek utama,
yaitu:
1) Keahlian dan ketrampilan
Konselor adalah orang yang harus benar-benar mengerti dunia
konseling dan menyelesaikan permasalahan klien dengan tepat. Aspek
keahlian dan ketrampilan wajib dipenuhi oleh konselor yang efektif.
2) Kepribadian konselor
Kepribadian seorang konselor juga turut menentukan keberhasilan
proses konseling. Dalam hubungannya dengan faktor kepribadian
seorang konselor. Comb A (dikutip dari latipun 2001)
mengungkapkan bahwa kepribadian konselor tidak hanya bertindak
sebagai pribadi semata bagi konselor, akan tetapi dapat dijadikan
dengan instrumen dalam meningkatkan kemampuan dalam membantu
kliennya.

C. Sosok Utuh Kompetensi Konselor


Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan
profesional sebagai satu keutuhan.Kompetensi akademik merupakan landasan
ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling.
Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi
profesional, yang meliputi:
1. Memahami secara mendalam konseling yang dilayani
2. Menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling
3. Menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang
memandirikan, dan
4. Mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara
berkelanjutan.
Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan ke empat
komptensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi
yang mendukung. Kompetensi akademik dan profesional konselor secara
terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan

8
profesional.
Konselor berusaha menjajaki atau menaksir kemungkinan mengembangkan
isu atau masalah, dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan
membangkitkan semua potensi klien, dan dia menentukan berbagai alternatif yang
sesuai bagi antisipasi masalah.

D. Standart Kompetensi Konselor


Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di samping
kode etik sebagai regulasi perilaku profesi dan kredensi yang ditetapkan dalam
prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai
sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi,
menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi
yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan
tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari
suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat
(lifelong learning process).
Kompetensi profesi konselor merupakan keterpaduan kemampuan
personal, keilmuan dan teknologi, serta sosial yang secara menyeluruh
membentuk kemampuan standar profesi konselor.
Profil kompetensi Konselor meliputi komponen berikut.
1. Kompetensi pengembangan kepribadian (KPK), yaitu kompetensi berkenaan
dengan pengembangan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, mandiri dan
mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
a) Menampilkan kepribadian beriman dan bertakwa, bermoral, terintegritas,
mandiri.
b) Menghargai dan meninggikan hakikat, harkat dan kehidupan kemanusiaan.

2. Kompetensi landasan keilmuan dan keterampilan (KKK),


yaitu kompetensi berkenaan dengan bidang keilmuan sebagai
landasan keterampilan yang hendak dibangun. Kompetensi ini meliputi

9
substansi dalam bidang pendidikan, psikologi, dan budaya.
3. Kompetensi keahlian berkarya (KKB), yaitu kompetensi berkenaan dengan
kemampuan keahlian berkarya dengan penguasaan keterampilan yang tinggi.
a. Hakikat pelayanan konseling.
b. Paradigma,visi dan misi konseling.
c. Dasar keilmuan konseling
d. Bentuk/format pelayanan konseling
e. Pendekatan pelayanan konseling.
f. Teknik konseling.
g. Instrumentasi konseling.
h. Sumber dan media dalam konseling.
i. Jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling.
j. Pengelolaan pelayanan konseling.
4. Kompetensi perilaku berkarya (KPB), yaitu kompetensi
berkenaan denganperilaku berkarya berlandaskan dasar-dasar keilmuan dan
profesi sesuai dengan pilihan karir dan profesi.
a. Etika profesional konseling
b. Riset dalam konseling
c. Organisasi profesi konseling
5. Kompetensi berkehidupan bermasyarakat (KBB), yaitu
kompetensi berkenaan dengan pemahaman kaidah berkehidupan dalam
masyarakat profesi sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
a. Hubungan antar-individu dan berhubungan dengan lingkungan.
b. Hubungan kolaboratif dengan tenaga profesi lain: pembentukan tim
kerjasama, pelaksanaan kerjasama, dan tanggung jawab bersama.

Keutuhan kompetensi tersebut mencakup:


(1) memahami secara mendalam konseli yang dilayani,
(2) menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling,
(3) menyelenggarakan pepelayanan bimbingan dan konseling yang
memandirikan.

10
(4) mengembangkan profesionalitas profesi secara berkelanjutan,
(5) yang dilandasi sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung.

D. Konselor Agama
Bimbingan Islami merupakan proses pemberian bantuan, artinya
bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu
individu. Individu dibantu, dibimbing, agar mampu hidup selaras dengan
ketentuan dan petuntuk Allah. Maksudnya sebagain berikut:
a. Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodratnya
yang ditentukan Allah, sesuai dengan sunnatullah, sesuai dengan
hakekatnya sebagai makhluk Allah
b. Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai denga pedoman
yang telah ditentukan Allah melalui Rasul-Nya (ajaran Islam)
c. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berrati menyadari
eksistensi diri sebagai makhluk Allah yang diciptakan Allah untuk
mengabdi kepada-Nya.
Dengan demikian bimbingan konseling agama (islam) merupakan proses
bimbingan terhadap individu agar mampu hidup selaras yang berlandaskan Al-
Qur’an dan As Sunnah untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
1. Tujuan Bimbingan Konseling Agama
Dalam perjalanan hidup, karena berbagai faktor atau latar belakang
manusia selalu berhadapan dengan masalah (problem), yaitu menghadapi adanya
kesenjangan antara yang seharusnya (ideal) dengan yang senyatanya. Orang yang
mengahadapi masalah, lebih-lebih jika berat, maka orang yang bersangkutan tidak
merasa bahagia. Maka bimbingan berusaha membantu memecahkan masalah yang
dihadapinya. Bimbingan dan konseling Islami berusaha membantu individu agar
bisa hidup bahagia, bukan saja di dunia, melainkan juga di akhirat.
Dengan demikian, tujuan dari bimbingan, konseling, dan tujuan bimbingan
dalam islam, yaitu:
1. Tujuan Bimbingan
Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat:

11
a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier,
serta kehidupannya di masa yang akan datang.
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin.
c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat, serta lingkungan kerja.
d. Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun
lingkungan kerja.
2. Tujuan Bimbingan Konseling dalam Islam
a. Tujuan umum bimbingan konseling Islam
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
b. Tujuan khusus bimbingan konseling Islam
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan
kebersihan jiwa dan mental.
2. Untuk menghasilkan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan
manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja
maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi. Kesetiakawanan, tolong-
menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga
muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada
Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan
menerima ujian-Nya.
5. Untuk menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga dengan potensi itu
individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan
benar, ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup
dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi
lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.

12
6. Membantu individu/kelompok individu mencegah timbulnya masalah-
masalah dalam kehidupan keagamaan, antara lain dengan cara :
a) Membantu individu menyadari fitrah manusia
b) Membantu individu mengembangkan fitrahnya
(mengaktualisasikannya)
c) Membantu individu memahami dan menghayati ketentuan dan
petunjuk Allah dalam kehidupan keagamaan
d) Membantu individu menjalankan ketentuan dan petunjuk Allah
mengenai kehidupan keagamaan.
7. Membantu individu memecahkan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan keagamaannya, antara lain dengan cara :
a) Membantu individu memahami problem yang dihadapinya;
b) Membantu individu memahami kondisi dan situasi dirinya dan
lingkungan;
c) Membantu individu memahami dan menghayati berbagai cara
untuk mengatasi problem kehidupan keagamaannya sesuai dengan
syariat Islam;
d) Membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan
problem keagamaan yang dihadapinya.
8. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi kehidupan
keagamaan dirinya yang telah baik agar tetap baik dan atau menjadi
lebih baik.
9. Untuk mengungkapkan kemampuan dasar mental-spiritual dan agama
dalam pribadi anak agar diaktualisasikan dan difungsionalkan
menjadi tenaga pendorong (motivator) bagi peningkatan proses
kegiatan belajar mengajar anak didik.
10. Berusaha meletakkan kemampuan mental-spiritual tersebut
sebagai benteng pribadi anak didik dalam menghadapi tantangan dan
rongrongan dari luar dirinya, baik yang berbentuk mental maupun
yang berbentuk material.
11. Berusaha menanamkan sikap dan orientasi kepada hubungan dalam

13
empat arah yaitu dengan Tuhannya, dengan masyarakatnya, dengan
alam sekitarnya dan dengan dirinya sendiri sehingga menjadi pola
hidup yang bersendikan nilai-nilai agamanya.
12. Berusaha mencerahkan kehidupan batin sehingga segala kesulitan yang
dihadapi, akan mudah diatasi dengan kemampuan mental rohaniahnya.

14
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling. Sebagai
pihak yang paling memahami dasar dan teknik konseling secara luas.
2. Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan
profesional sebagai satu keutuhan.Kompetensi akademik merupakan landasan
ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling.
Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi
profesional, yang meliputi:
a. Memahami secara mendalam konseling yang dilayani,
b. Menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling,
c. Menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang
memandirikan, dan
d. Mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara
berkelanjutan.
3. Kompetensi Konselor meliputi komponen berikut:
a. Kompetensi pengembangan kepribadian (KPK),
b. Kompetensi landasan keilmuan dan keterampilan (KKK),
c. Kompetensi keahlian berkarya (KKB)
d. Kompetensi perilaku berkarya (KPB),
e. Kompetensi berkehidupan bermasyarakat (KBB)
4. Konselor Agama ialah Bimbingan Islami merupakan proses pemberian
bantuan, artinya bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan
sekedar membantu individu. Individu dibantu, dibimbing, agar mampu hidup
selaras dengan ketentuan dan petuntuk Allah

15
DAFTAR PUSTAKA

Namora Lumongga lubis, Memahami dasar-dasar konseling (Jakarta:Pt


kharisma putra utama, 2013).

Andi mappiare, Pengantar konseling dan psikoterapi (Jakarta:Pt


Rajagrafindo Persada,2006)

Sofyan S. Willis, Konseling Individual teori dan


praktek, (Bandung:Alfabeta, 2013)

Huston smith, Agama-agama Manusia. (Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia,2008).

Adz-Dzaky , Hamdani Bakran, Konseling & psikoterapi


Islam, Jogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2004

Nurihsan, Achmad Juntika, Bimbingan & Konseling dalan Berbagai Latar


Kehidupan, Bandung: PT Refika Aditama, 2006

http://cucuwahyuniuin.wordpress.com/2012/04/11/bimbingan-konseling-
islam/

http://cucuwahyuniuin.wordpress.com/2012/04/11/bimbingan-konseling-
islam/

16

Anda mungkin juga menyukai