Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Devita Wulan Dari (2211010037)
2. Jian Berliana Sari (2211010043)
3. Dia Nala Ratih (2211010045)
4. Suksesa Bagus Saputra (2211010062)
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
BAB III.................................................................................................................................8
PENUTUP............................................................................................................................8
A. KESIMPULAN.....................................................................................................8
B. SARAN..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bimbingan adalah prosedur dan proses yang diorganisir untuk mencapai tujuan pendidikan
dan pribadi secara nyata (Shertzer,1981). Konseling merupakan salah satu jenis teknik
pelayanan bimbingan di antara pelayanan-pelayanan lainnya, dan sering dikatakan sebagai inti
dan keseluruhan pelayanan bimbingan. Pada dasarnya bimbingan dan konseling juga
merupakan upaya bantuan untuk menunjukan perkembangan manusia secara optimal baik
secara kelompok maupun idividu sesuai dengan hakekat kemanusiannya dengan berbagai
potensi, kelebihan dan kekurangan, kelemahan serta permasalahanya.
Adapun dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling juga sangat diperlukan karena
dengan adanya bimbingan dan konseling dapat mengantarkan peserta didik pada pencapai
standar dan kemampuan profesi dan akademis, serta perkembangan dini yang sehat dan
produktif, dan di dalam bimbingan dan konseling selain ada pelayanan juga ada fungsi serta
prinsip – prinsipnya.
Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang fungsi dan prinsip bimbingan dan konseling
dalam proses pemberian bimbingan kepada orang lain dapat menyebabkan lemahnya daya
hantar pengetahuan serta cara-cara yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan si klien.
Bagaimanapun fungsi dan prinsip bimbingan konseling bagi seorang konselor sangatlah
penting dalam hal pemberian bantuan kepada si klien tersebut.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi bimbingan dan konseling?
2. Apa saja fungsi bimbingan dan konseling?
3. Apa saja prinsip dari bimbingan dan konseling?
B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mendeskripsikan definisi bimbingan dan konseling
2. Untuk menjelaskan apa saja fungsi bimbingan dan konseling
3. Untuk menjelaskan apa saja prinsip dari bimbingan dan konseling
BAB II
PEMBAHASAN
Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna
membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatanya dalam menentukan dan
mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-
pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat.
(Lefever, dalam McDaniel, 1959).
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu "consilium"
yang berarti "dengan" atau "bersama" yang dirangkai dengan "menerima" atau
"memahami". Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari
"sellan" yang berarti "menyerahkan" atau "menyampaikan"
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua
orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan
khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu
untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya
masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya,
demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat
belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-
kebutuhan yang akan dating (Tolbert, 1959).
Bimbingan dan Konseling adalah proses interaksi antara konselor dengan konseli
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu konseli
agar dapat mengembangkan potensi dirinya ataupun memecahkan permasalahan yang
dialaminya.1
1 .Fungsi Pemahaman
1
Prayitno & Amti Erman, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT
RINEKA CIPTA, 2008), hal. 93-101
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian bantuan terhadap
klien. Sebelum seorang konselor atau pihak-pihak lain dapat memberikan layanan
tertentu kepada klien, maka perlu memahami individu yang akan dibantu. Pemahaman
tersebut tidak hanya sekadar mengenal diri klien, melainkan lebih jauh lagi, yaitu
pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi klien, kekuatan dan
kelemahannya, serta kondisi lingkungannya.
2 .Fungsi Pencegahan
Bagi konselor profesional yang misi tugasnya dipenuhi dengan perjuangan untuk
menyingkirkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi perkembangan individu,
upaya pencegahan tidak sekadar merupakan ide yang bagus, tetapi adalah suatu
keharusan yang bersifat etis (Horner & McElhaney, 1993).Upaya pencegahan sudah ada
sejak puluhan tahun yang lalu ada sebuah slogan yang berkembang di bidang kesehatan
yaitu "mencegah lebih baik daripada mengobati" slogan tersebut relevan dalam bidang
bimbingan dan konseling sangat disarankan agar individu tidak mengalami masalah,
a. Pengertian Pencegahan
b. .Upaya Pencegahan
Timbul dua sikap yang berbeda terhadap upaya pencegahan, khususnya dalam bidang
kesehatan mental, yaitu sikap skeptik dan optimistik. Sikap skeptik yaitu gangguan
mental emosional yang tidak dapat dicegah, dan sebaliknya sikap optimistis yaitu
anggapan bahwa upaya pencegahan itu sangat penting, mereka sangat menekankan
pengaruh hubungan timbal balik antara lingkungan dan organisme (individu)
3. Fungsi Pengentasan
Pada umumnya diagnosis di kenal sebagai istilah medis yang berarti proses
penentuan jenis penyakit dengan meneliti gejala-gejalanya. Sejak tahun 40 an,
hordin memakai konsep diagnostik yang mirip dengan pengertian medis itu dalam
pelayanan bimbingan dan konseling (dalam Hansen, Stevice dan Warner, 1977).
Pengertian diagnostik yang dipakai oleh Bordin lebih lanjut dikenal sebagai
“Diagnostik pengklasifikasian”. Dalam upaya diagnostik itu masalah-masalah di
klasifikasi, di lihat sebab-sebabnya, dan ditentukan cara pengentasanya.
Sejumlah ahli telah mengantarkan berbagai teori konseling, antara lain teori ego-
counseling yang di dasarkan pada tahap perkembangan psikososial menurut
Erickson, pendekatan transactional analysis dengan tokohnya Eric Berne,
pendekatan konseling berdasarkan self-theory dengan tokohnya Carl Rogers, gestalt
counseling dengan tokohnya Frita Perl, pendekatan konseling yang bersifat
behaviortistik yang didasarkan pada pemikiran tentang tingkah laku oleh B.F.
Skinner, pendekatan rasional dalam konseling dalam bentuk Reality Therapy
dengan tokohnya William Glasser dan Rational Emotive Therapy dengan tokohnya
Albert Ellis (dalam Hansen, dkk., 1977); dan Brammer & Shastrom, 1982). Masing-
masing teori konseling itu dilengkapi dengan teori tentang kepribadian individu,
perkembangan tingkah laku individu yang dianggap sebagai masalah, tujuan
konseling, serta proses dan teknik-teknik khusus konseling. Tujuan teori-teori
tersebut tidak lain adalah cara mengentaskan masalah yang di derita oleh klien
dengan cara yang paling cepat, cermat, dan tepat. Meskipun tujuan umumnya sama,
namun dari segi teori prinsip-prinsip dan unsur-unsur teknik operasional rasional
masing-masing teori konseling itu sering kali tidak sama, bahkan ada yang saling
bertolak belakang.
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri
individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang
telah dicapai selama ini. Inteligensi yang tinggi, bakat yang istimewa, minat yang
menonjol untuk hal-hal yang positif dan produktif, sikap dan kebiasaan yang telah
terbina dalam bertindak dan bertingkah laku sehari hari, cita-cita yang tinggi dan cukup
realistik, Kesehatan dan kebugaran jasmani, hubungan sosial yang harmonis dan
dinamis, dan berbagai aspek dan positif lainnya dari individu perlu dipertahankan dan
dipelihara.
2
Prayitno & Amti Erman, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT
RINEKA CIPTA, 2008), hal. 194-217
(a) Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak terkandung
kebaikan-kebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah
mampu membantu anak memanfaatkan potensinya itu.
(b) Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik; seseorang anak
berbeda dari yang lain.
(c) Bimbingan merupakan bantuan kepada anak-anak dan pemuda dalam
pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat.
(d) Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk
mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan umumnya.
(e) Bimbingan adalah pelayanan unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan
latihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan
diperlukan minat pribadi khusus pula.
Semua butir yang dikemukakan oleh Van Hoose itu benar, tetapi butir-butir tersebut
belum merupakan prinsip-prinsip yang jelas aplikasinya dalam praktek bimbingan dan
konseling. Apabila butir-butir tersebut hendak dijadikan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling, maka aspek-aspek operasionalisasinya harus ditambahkan.
Berikut ini dicatatkan sejumlah prinsip bimbingan dan konseling yang diramu dari
sejumlah sumber (Bernard & Fullmer, 1969 dan 1979; Crow & Crow, 1960; Miller &
Frueshling, 1978).
Untuk warga lembaga tempat konselor bertugas, yaitu warga yang pemberian pelayanan
bimbingan dan konselingnya menjadi tanggung jawab konselor sepenuhnya, konselor
dituntut untuk menyusun program pelayanan. Program ini berorientasi kepada seluruh
warga lembaga itu (misalnya sekolah atau kantor) dengan memperhatikan variasi
masalah yang mungkin timbul dan jenis layanan yang dapat diselengarakan, rentangan
dan unit unit waktu yang tersedia (misalnya caturwulan, atau semester, atau bulan).
Ketersediaan staf, kemungkinan hubungan antarpersonal dan lembaga. Kemudahan-
kemudahan yang tersedia, dan faktor-faktor lainnya yang dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan di lembaga tersebut. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan
bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut:
a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan
pengembangan; oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun dan
dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh.
c. Program pelayanan bimbingan dan konseling disusun dan diseleng garakan secara
berkesinambungan kepada anak-anak sampai dengan orang dewasa; di sekolah misalnya
dari jenjang pendidikan taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
a. Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu; oleh
karena itu pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan
klien agar mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi setiap kesulitan atau
permasalahan yang dihadapinya.
b. Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh klien
hendaklah atas kemauan klien sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari
konselor.
c. Permasalahan khusus yang dialami klien (untuk semua usia) harus ditangani oleh
(dan kalau perlu dialihtangankan kepada) tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan
permasalahan khusus tersebut.
d. Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional; oleh karena itu dilaksanakan
oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam bidang
bimbingan dan konseling.
e. Guru dan orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan
bimbingan dan konseling. Oleh karena itu bekerjasama antara konselor dengan guru dan
orang tua amat diperlukan.
f. Guru dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan. Oleh karena itu
keduanya harus mengembangkan peranan yang saling melengkapi untuk
mengurangi kebodohan dan hambatan-hambatan yang ada pada lingkungan
individu/siswa.
g. Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan sejauh
mungkin memenuhi tuntutan individu, program pengukuran dan penilaian
terhadap individu hendaknya dilakukan, dan himpunan data yang memuat hasil
pengukuran dan penilaian itu dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik.
Dengan pengadministrasian instrumen yang benar-benar dipilih dengan baik,
data khusus tentang kemampuan mental, hasil belajar, bakat dan minat, dan
berbagai ciri kepribadian hendaknya dikumpulkan, disimpan, dan dipergunakan
sesuai dengan keperluan.
h. Organisasi program bimbingan hendaknya fleksibel, disesuaikan dengan
kebutuhan individu dengan lingkungannya. 5.
i. Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dan konseling hendaknya
diletakkan di pundak seorang pimpinan program yang terlatih dan terdidik
secara khusus dalam pendidikan bimbingan dan konseling, bekerjasama dengan
staf dan personal, lembaga di tem ia bertugas dan lembaga-lembaga lain yang
dapat menunjang prog ram bimbingan dan konseling.
j. Penilaian periodik perlu dilakukan terhadap program yang sedang berjalan.
Kesuksesan pelaksanaan program diukur dengan melihat sikap-sikap mereka
yang berkepentingan dengan program yang disediakan (baik pihak-pihak yang
melayani maupun yang dilayani), dan perubahan tingkah laku mereka yang
pernah dilayani.
Pertama, konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja
yang jelas, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program
tersebut. Konselor juga memberikan kesempatan kepada seluruh personal sekolah
dan siswa untuk mengetahui program-program yang hendak dijalankan itu.
3
Prayitno & Amti Erman, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT
RINEKA CIPTA, 2008), hal. 218-224
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Definisi bimbingan dan konseling adalah proses interaksi antara konselor dengan
konseling baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk
membantu konseling agar dapat mengembangkan potensi dirinya ataupun
memecahkan permasalahan yang dialaminya.
2. Ada beberapa fungsi dalam bimbingan konseling yaitu:
a. Fungsi pemahan yaitu klien dengan berbagai permasalahannya, dan dengan
tujuan-tujuan konseling.
b. Fungsi pencegahan adalah untuk menyingkirkan berbagai hambatan yang
dapat menghalangi perkembangan individu
c. Fungsi pengentasan adalah usaha untuk membantu klien dalam
menyesuaikan diri dengan lingkunganya
d. Fungsi pemeliharaan adalah memelihara segala sesuatu yang baik yang ada
pada diri
3. prinsip bimbingan konseling yaitu rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan
proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan.
B. SARAN
Jika dilihat dari berbagai tinjauan materi tersebut, tentunya masih belum
sempurna dan tidak lepas dari koreksi para pembaca. Dari makalah yang kami
sajikan tentunya masih terdapat kekurangan yang tidak kami ketahui. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menambah
pengetahuan kami agar nantinya makalah ini bisa jadi makalah yang sempurna
dan mudah di mengerti.
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno & Amti Erman. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA