Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING

Pengertian, tujuan, dan fungsi pelayanan BK serta kesalah pahaman terhadap pelayanan BK

Dosen Pengampu :

Dra. Zikra, M.P. Kons

Disusun Oleh Kelompok 1

Nama Anggota :

1. Adila Tamara (21005028)

2. Fitria Ghea Anggela (21002101)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniannya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok untuk mata kuliah Bimbingan dan
Konseling, dengan judul “Pengertian, tujuan, dan fungsi pelayanan BK serta kesalah
pahaman terhadap pelayanan BK’’ yang di berikan kepada kami.

Bersama dengan salam, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Zikra,
M.P. Kons sebagai Dosen pembimbing. Tanpa persetujuan dari Ibu Dosen kami tidak dapat
melaksanakan dan menyiapkan tugas kelompok kami ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman kami yang telah mendukung kami dalam pembuatan makalah ini.

Jika ada kesalahan penyusunan kata dalam makalah ini, kami mohon maaf yang
sebesar besarnya. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun Ibu
Dosen. Demi tercapainya makalah yang baik dan sempurna.

Padang, 01 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................... i

KATA PEGANTAR.......................................................................................................... ii

DASTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelayanan Bimbingan Konseling ..................................................... 3


B. Tujuan Pelayanan Bimbingan Konseling ........................................................... 3
C. Fungsi Pelayanan Bimbingan Konseling ............................................................ 4
D. Kesalahpahama Terhadap Pelayanan BK.......................................................... 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 10
B. Saran ...................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan konseling merupakan sebuah proses interaksi antara konselor dan konseli,
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka membantu konseli agar dapat
mengembangkan potensi dirinya maupun dapat memecahkan permasalahan yang sedang
dialaminya.

Bimbingan konseling juga dapat disebut sebagai upaya sistematis, objektif, logis, dan
berkelanjutan, serta terprogram yang dilakukan oleh konselor untuk memberi fasilitas
pengembangan konseli agar mencapai kemandirian dan mencapai kehidupan yang lebih
baik lagi.

Sementara itu, pengertian konseling di dalam pengertian bimbingan konseling adalah


hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang yaitu konselor dan
konseli, melalui hubungan dengan mengembangkan kemampuan-kemampuan khusus yang
dimilikinya dan dapat menyediakan situasi belajar.

Dalam hal ini, konselor membantu konseli untuk memahami dirinya sendiri dengan
keadaan sekarang, dan mungkin keadaannya di masa mendatang yang dapat ia ciptakan
menggunakan potensi yang dimilikinya, demi kesejahteraan pribadi maupun masyarakat.

Menurut Tolbert dalam Prayitno (2004), konseli adalah proses belajar bagaimana
memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
Sementara itu, Jones dalam (Insano: 2004) menyebut konseling adalah suatu hubungan
profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan kliennya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pelayanan BK

2. Apa tujuan pelayanan BK

3. Apa fungsi pelayanan BK

4. Apa itu kesalah pahaman terhadap pelayanan BK

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu pelayanan BK

2. Untuk mengetahui apa tujuan pelayanan BK

3. Untuk mengetahui apa fungsi pelayanan BK

4. Untuk mengetahui apa itu kesalah pahaman terhadap pelayanan BK

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pelayanan BK

Bimbingan dan konseling adalah upaya dalam memberikan pelayanan bantuan kepada
anak agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal. Tujuan bimbingan dan konseling
agar anak dapat memilih, mempersiapkan diri, memegang tanggung jawab dan mendapatkan
hal yang berharga dari keputusan yang diambilnya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 29/1990 tentang Pendidikan Menengah Pasal 27


Ayat 1, bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka
upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.

Sedangkan menurut Surat Keputusan Mendikbud No. 025/1995 tentang Petunjuk


Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, menyebutkan bahwa Bimbingan
dan Konseling (BK) adalah layanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan
maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Berikut ini beberapa definisi dan pengertian bimbingan dan konseling dari beberapa sumber
buku:

 Menurut Azzet (2013:11), bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan
kepada anak didik agar dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri
dan bertindak dengan baik sesuai dengan perkembangan jiwanya. Upaya ini dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan.
 Menurut Prayetno, dkk (2004:2), bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan
untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan
berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi,bimbingan sosial, bimbingan
belajar, dan bimbingan karir, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Tujuan Pelayanan BK

Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu


3
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi
yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang
yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai
dengan tuntutan positif lingkungannya (Prayetno dkk, 2009:114).

Secara khusus layanan bimbingan dan konseling memiliki tujuan sebagai berikut (Balitbang,
2006:16) :

1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan


peserta didik di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh peserta didik
seoptimal mungkin.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.
4. Mengetahui hambatan dan kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat.

3. Fungsi Pelayanan BK

Bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar
masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi
yang utuh dan mandiri. Adapun fungsi-fungsi bimbingan dan konseling dijelaskan sebagai
berikut (Hallen, 2003:60) :

a. Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan
pengembangan peserta didik.

b. Fungsi Pencegahan

Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul
yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-
kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

4
c. Fungsi Pengentasan

Melalui fungsi pengentasan ini pelayanan bimbingan dan konseling akan menghasilkan
terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha membantu memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya maupun bentuknya.

d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan


Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif
peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.

e. Fungsi Advokasi

Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi
atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi
secara optimal.

4. Kesalah Pahaman Terhadap Pelayanan BK

Kesalahpahaman terhadap BK dapat menjadikan anggapan yang keliru tentang BK.


Kesalahpahaman terhadap BK merupakan suatu kondisi dimana antara penyampai dan
penerima informasi tentang BK dalam mengartikan informasi yang diterima mempunyai
makna yang berbeda dari yang dimaksud penyampai informasi tentang BK yang
sesungguhnya.

Tohirin (2009:258) menjelaskan :

Munculnya persepsi negatif tentang BK dan tudingan-tudingan miring terhadap guru BK


antara lain disebabkan ketidaktahuan akan tugas, peran, fungsi, dan tanggung jawab guru
bimbingan dan konseling baik oleh para guru mata pelajaran, pengawas, kepala sekolah, dan
madrasah, para siswa, dan orang tua siswa maupun oleh guru bimbingan dan konseling itu
sendiri. Selain itu, bisa disebabkan oleh tidak disusunnya program bimbingan dan konseling
secara terencana dan sistematis di sekolah dan madrasah.

5
Prayitno&ErmanAmti (1994:122) mengungkapkan :

Kesalahpahaman terhadap BK pertama-tama perlu dicegah penyebarannya, dan kedua perlu


diluruskan apabila diinginkan agar gerakan pelayanan bimbingan dan konseling pada
umumnya dapat berjalan dan berkembang dengan baik sesuai kaidah dan praktek
penyelenggaraannya.

Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut kesalahpahaman terhadap BK disebabkan


karena ketidaktahuan tugas, peran, fungsi, tanggung jawab, dan penyusunan program BK
yang kurang terencana, serta kesalahpahaman tersebut perlu dicegah penyebarannya agar
pelayanan BK dapat berjalan dengan baik. Kesalahpahaman terhadap BK dapat
mengakibatkan seseorang mempunyai anggapan yang keliru terhadap BK dan dapat
menimbulkan tidak berfungsinya program dan kegiatan BK di sekolah.

Prayitno&Erman Amti(1994:121) mengemukakan 15 kesalahpahaman terhadap BK,


yaitu :

1) BK disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan (BK hanya
pelengkap kegiatan pendidikan).

Ada pendapat bahwa BK disamakan dengan pendidikan dan ada juga yang berpendapat BK
dilaksanakan secara khusus. BK merupakan bagian dari pendidikan yang saling melengkapi
satu sama lain, tetapi tidak sepenuhnya pembelajaran saja dapat memenuhi kebutuhan siswa.
Tujuan dari pendidikan dan BK sama yaitu mengarahkan siswa untuk mengembangkan diri
seoptimal mungkin. Siswa memerlukan bimbingan secara khusus untuk mencapai
perkembangan yang optimal, dan disini peranan BK sangat dibutuhkan.

2) Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah.

Banyak sekali anggapan jika konselor atau guru BK sebagai polisi sekolah yang tugasnya
menghukum siswa, menertibkan siswa, dan menegakkan disiplin sekolah. Anggapan-
anggapan tersebut menjadikan siswa takut kepada guru BK. Padahal seyogyanya guru BK
menjadi sahabat siswa yang dapat menciptakan suasana yang hangat dan dekat dengan siswa.

3) BK dianggap sebagai proses pemberian nasihat.

Pemberian nasihat merupakan bagian kecil dalam program dan kegiatan BK, pelayanan

6
dalam BK mencakup pemberian layanan informasi, orientasi, penempatan dan penyaluran,
penguasaan konten, konseling, bimbingan belajar, mediasi, dan konsultasi, serta alih tangan
kasus juga upaya tindak lanjut, sehingga keseluruhan upaya pelayanan menjadi suatu
rangkaian yang terpadu dan berkesinambungan.

4) BK dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat insidental.

Penanganan masalah dalam pelayanan BK memang melihat dari gejala yang terjadi pada
klien terlebih dahulu, tetapi di dalam mencari pemecahan masalahnya, konselor melakukan
diagnosis terhadap masalah tersebut, mencakup masa lalu, sekarang, dan yang akan datang.

5) BK dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja.

BK ditujukan untuk semua siswa tanpa membeda-bedakan kondisi siswa. Semua siswa
berhak dan mendapatkan kesempatan sama untuk mendapatkan pelayanan BK dan guru BK
menyelenggarakan pelayanan BK untuk semua siswa.

6) BK melayani “orang sakit” dan/atau “kurang normal”.

Pelayanan BK ditujukan pada orang normal yang mengalami masalah tertentu. Melayani
orang sakit atau kurang normal sudah tidak termasuk ranah BK.

7) BK bekerja sendiri.

Program dan kegiatan BK di sekolah tidak dapat berfungsi optimal tanpa bantuan dari pihak-
pihak lain, oleh karena itu BK tidak bekerja sendiri. Penanganan masalah siswa misalnya,
guru BK juga bekerja sama dengan guru, orang tua, dan pihak lain untuk dapat
menyelesaikan masalah tersebut.

8) Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif.

Kegiatan BK dapat berjalan dengan optimal jika ada kerja sama antara klien dan konselor.
Jika hanya konselor yang aktif, hasilnya kurang optimal.

9) Menganggap pekerjaan BK dapat dilakukan oleh siapa saja.

Penyelenggaraan BK dilakukan oleh orang yang ahli dan terlatih dalam bidang BK dan
dilakukan secara professional sehingga hasilnya dapat optimal.

7
10) Pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama saja.

Pelayanan BK dalam menangani masalah siswa, memang diawali dengan melihat gejala yang
nampak dan yang dirasakan siswa. Penanganan masalah selanjutnya adalah dengan
mendiagnosis masalah tersebut, sehingga diketahui penyebabnya. Penanganan masalah
dilakukan secara berkelanjutan dan tidak hanya didasarkan pada keluhan pertama saja.

11) Menyamakan pekerjaan BK dengan pekerjaan dokter atau psikiater.

Pekerjaan BK dengan pekerjaan dokter atau psikiater memang sama dalam hal prognosis dan
mendiagnosis masalah, tetapi dalam hal penyembuhan berbeda. Dokter atau psikiater
menggunakan obat untuk menyembuhkan kliennya, sedangkan konselor menggunakan
penguatan dan teknik-teknik yang ada dalam BK untuk membantu klien memecahkan
masalah yang sedang dihadapinya.

12) Menganggap hasil pekerjaan BK harus segera dilihat.

Hasil akhir dari penyelenggaraan BK adalah untuk memandirikan siswa dan mengarahkan
siswa untuk berperilaku yang baik. Hasil dari pelayanan BK tersebut tentunya memerlukan
waktu dan tidak bisa langsung dapat dilihat hasilnya.

13) Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.

Pemecahan masalah bagi setiap klien tidaklah sama tergantung dari masalah yang dihadapi.
Pemecahan masalah untuk klien, diberikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing klien,
dilihat dari penyebab dan tujuan yang akan dicapai.

14) Memusatkan usaha BK hanya pada penggunaan instrumentasi (misalnya tes, inventori,
angket, dan alat pengungkap lainnya).

Penyelenggaran BK tidak sepenuhnya bergantung pada penggunaan instrumen BK.


Penggunaan instrumen merupakan alat pendukung dalam kegiatan BK. Pelayanan BK
terpusat untuk memandirikan siswa dan dapat mengaktualisasikan diri secara optimal.

15) BK dibatasi hanya menangani masalah-masalah yang ringan saja.

Peranan BK adalah membantu siapa saja yang memerlukan bantuan untuk memecahkan

8
masalah yang sedang dihadapi, tidak melihat masalah itu berat atau ringan. Bantuan tersebut
diberikan kepada orang yang normal. Penanganan masalah tersebut disesuaikan dengan
kemampuan konselor, jika konselor sudah tidak mampu baru dialih tangankan kepada pihak
lain, misalnya kepada psikiater jika masalahnya sudah menyangkut tentang kejiwaan
seseorang.

Kesalahpahaman yang dijelaskan kedua tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa


kesalahpahaman terhadap BK yaitu BK disamakan saja dengan atau dipisahkan dari
pendidikan, konselor dianggap polisi sekolah, BK dianggap proses pemberian nasehat,
dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat insidental, untuk klien-klien tertentu
saja, melayani “orang sakit” dan/atau “kurang normal”, bekerja sendiri, konselor harus aktif,
sedangkan pihak lain pasif, menganggap pekerjaan BK dapat dilakukan oleh siapa saja,
berpusat pada keluhan pertama saja, menyamakan pekerjaan BK dengan pekerjaan dokter
atau psikiater, menganggap hasil pekerjaan BK harus segera dilihat, menyamaratakan cara
pemecahan masalah bagi semua klien, memusatkan pada penggunaan instrumentasi BK,
dibatasi pada hanya menangani masalah yang ringan. Kesalahpahaman terhadap BK jika
dibiarkan terjadi dapat mengakibatkan siswa menjadi salah paham dengan adanya BK di
sekolah, sehingga siswa beranggapan BK merupakan tempat siswa yang bermasalah saja, BK
sebagai polisi sekolah yang bertugas menghukum siswa yang melakukan kesalahan, serta
dapat mengakibatkan siswa menjadi takut dengan guru BK. Hal tersebut tentunya dapat
menghambat tujuan pelayanan BK di sekolah yaitu memandirikan siswa dan membantu siswa
mengenali potensi yang dimiliki serta membantu mengembangkan potensi siswa seoptimal
mungkin

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum bahwa tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan yang dimilikinya
(seperti kemampuan dasar dan bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar
belakang keluarga, pendidikan, status ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif
lingkungannya. Dan memiliki tujuan umum dan tujuan khusus, dalam tujuan khusus
dijelaskan kembali yang pertama aspek tugas perkembangan pribadi-sosial, yang kedua aspek
tugas perkembangan belajar dan yang terakhir aspek tugas perkembangan karier.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang jauh dari kata
sempurna. Tentunya penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu kepada
sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah diatas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Azzet, Akhmad Muhaimin. 2013. Bimbingan & Konseling di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.

Prayetno dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdiknas.

Prayetno dan Emti, Erman. 2009. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rieneka
Cipta.

Balitbang. 2006. Panduan dan Pengembangan Diri: Pedoman untuk Satuan Pendidika
Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP dan PUSBANGKURANDIK.

Hallen, A. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers

11

Anda mungkin juga menyukai