Anda di halaman 1dari 64

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/318743506

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling

Book · May 2017

CITATION READS

1 122,280

1 author:

Mulawarman Mulawarman
Universitas Negeri Semarang
130 PUBLICATIONS 570 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Mulawarman Mulawarman on 28 July 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Buku Ajar
Pengantar Keterampilan Dasar Konseling
bagi Konselor Pendidikan

Mulawarman, Ph.D.
Jurusan Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

[COMPANY NAME] | [Company address]


KATA PENGANTAR

Buku ajar ini disusun sebagai salah satu buku pegangan


mahasiswa dan dosen dalam penyelenggaraan perkuliahan dalam
matakuliah Keterampilan Dasar Konseling. Buku ajar ini juga dapat
dijadikan pengayaan teori dan konsep bagi praktisi untuk
menunjang praktik konseling profesional. Buku ajar ini terdiri atas
garis-garis besar penjelasan tentang hakekat konseling, prinsip-
prinsip dan etika konseling, sikap dasar konselor dan keterampilan/
teknik-teknik dasar wawancara konseling meliputi: Attending,
Opening, Acceptance, Restatement, Reflection of Feeling, Paraphrashing,
Clarification, Structuring, Leading, Silence, Reassurance, Rejection,
Advice, Confrontation, Interpretation, Summary dan Termination. Oleh
karena itu, mahasiswa diharapkan memperkaya setiap bahasan
dalam buku ajar ini dari bahan bacaan lain yang menunjang. Buku
ajar tersebut diharapkan dapat membantu mahasiswa menguasai
keterampilan/teknik-teknik dasar wawancara konseling sehingga
mereka dapat melaksanakan wawancara konseling dengan efektif
dan efisien.
Sebagaimana upaya peningkatan kualitas yang tidak akan
pernah selesai, demikian pula buku ajar ini nantinya akan
memerlukan revisi berdasarkan masukan dari lapangan. Oleh karena
balikan, saran-saran perbaikan dari berbagai pihak sangat
diharapkan bagi penyempurnaannya.

Semarang, Mei 2017


Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1


A. Tujuan ............................................................................................ 1
B. Lingkup Isi Buku .......................................................................... 1

BAB II HAKIKAT KONSELING ....................................................... 2


A. Sejarah dan Batasan Konseling ................................................... 2
B. Definisi Konseling ........................................................................ 4
C. Tujuan dan Harapan Klien .......................................................... 7
D. Kondisi Hubungan Konseling .................................................... 8
E. Proses Konseling .......................................................................... 10

BAB III PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA DALAM KONSELING . 12


A. Prinsip-Prinsip Konseling ............................................................ 12
B. Etika Dalam Konseling ................................................................ 13

BAB IV MIND SKILLS KONSELOR DALAM PROSES KONSELING


A. Rasional Mind-Skills Konselor dalam Proses Konseling ........... 16
B. Konsep Dasar Mind-Skills ............................................................ 17
C. Komponen Mind-Skills ................................................................. 18
D. Etika Dalam Konseling ................................................................ 13

BAB V TEKNIK-TEKNIK DASAR KOMUNIKASI KONSELING . . 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 44


BAB I
PENDAHULUAN

Keterampilan-keterampilan dasar konseling merupakan


kemampuan mendasar yang harus dimiliki setiap konselor dalam
setiap pelaksanaan proses konseling dan sangat berguna dalam
rangka lebih mengefektifkan proses komunikasi dalam konseling.
Keterampilan-keterampilan dasar komunikasi dalam konseling
dapat dilatih atau dipelajari. Tempat-tempat belajar antara lain kelas,
laboratorium dan praktek langsung dengan klien.

A. Tujuan

Tujuan umum yang akan dicapai dari keterampilan dasar


konseling adalah:

1. Memahami dasar keterampilan mengenai dasar-dasar


komunikasi konseling.
2. Menguasai teknik-teknik dasar komunikasi konseling
3. Mempraktekkan teknik-teknik dasar komunikasi konseling dalam
proses konseling.

B. Lingkup Isi Buku

Di dalam tiap-tiap bab buku ini di cantumkan tujuan yang ingin


dicapai

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 1


BAB II
HAKEKAT KONSELING

Konseling sebagai salah satu upaya profesional adalah


berdimensi banyak. Konseling muncul karena adanya banyak
pertanyaan dan masalah yang dihadapi oleh individu dan ketika
individu tersebut berusaha memecahkan masalahnya individu
merasa perlu mendapatkan bantuan secara profesional. Jika dilihat
dari keberadaan konseling itu sendiri merupakan salah satu usaha
bantuan profesional yang dapat disejajarkan dengan misalnya,
psikiater, dokter, psikolog ataupun pekerja sosial.

Konseling sebagai usaha bantuan (helping) profesional karena


sifatnya yang didasarkan pada pengetahuan khusus. Menurut Mc
Cully dalam Mappiare (2002: 2) Suatu profesi helping dimaknakan
sebagai adanya seseorang, didasarkan pengetahuan khasnya,
menerapkan suatu teknik intelektual dalam suatu pertemuan khusus
dengan orang lain dengan maksud agar orang lain tadi dapat lebih
efektif menghadapi dilema-dilema, pertentangan, yang merupakan
ciri khas kondisi manusia.

A. Sejarah dan Batasan Konseling


Sejak satu abad yang lampau dan khususnya dalam waktu tiga
dekade yang lalu, psikoanalis telah tiba dan melakukan langkah-
langkah bantuan dalam menolong penyakit mental yang ketika
banyak diderita oleh warga Amerika Serikat.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 2


Perkembangan konseling sebagai suatu metode menolong para
individu memecahkan kesulitan-kesulitan dan berhubungan dengan
masalah-masalah langsung dipengaruhi oleh Sigmund Freud dan
para ahli psikoanalisis yang tugasnya menstimulir interest dalam
realita emosional.

Perang Dunia II mempunyai pengaruh yang cukup berarti


terhadap konseling. Studi-studi penelitian dan tugas-tugas personel
yang berhubungan dengan perang diarahkan sebagian besar kepada
rehabilitasi kepribadian atau mental. Setelah perang Program-
program konseling terhadap para veteran memberikan bantuan yang
ekstensif dalam membantu orang-orang tersebut untuk
merencanakan hari-hari depan mereka, mengatasi problem-problem
pengaturan kepribadian dan disesuaikan kembali dengan kehidupan
warga negara sipil.

Peningkatan perhatian terhadap konseling pada akhir tahun 1940-


an dan awal tahun 1950-an memberikan semangat terhadap beberapa
gerakan untuk meningkatkan kualifikasi-kualifikasi tentang layanan
konseling. Pada tahun 1947, The National Vocational; Guidance
Association membentuk suatu komite untuk mempersiapkan
konselor-konselor. Laporan akhir dari komite ini menyusun suatu
garis-garis besar tentang suatu wadah umum untuk pendidikan bagi
semua konselor. Wadah ini tidak hanya mempunyai bidang dalam
hal penggunaan alat-alat dan teknik-teknik berupa test dan
interview, tetapi juga studi tentang kepribadian dan pertumbuhan
serta perkembangan individu. Beberapa tahun kemudian the Division

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 3


of Counseling Psychology of America Psychological Association (APA)
memusatkan perhatiannya pada usaha-usaha untuk mempersiapkan
tenaga-tenaga konselor yang profesional. Sampai kurun waktu
berikutnya pada tahun 1951 didirikanlah APGA (American Personel
and Guidance Association) yang lebih meningkatkan perhatiannya
terhadap konseling dan memprofesional-kan konseling. Akhirnya
departemen-departemen negara dalam bidang pendidikan
menentukan standar dan memberikan sertifikat kepada konselor
sekolah. Pertengahan tahun 1970-an beberapa gerakan terbukti
memberikan ijin bagi para konselor untuk membuka praktik swasta.

Selanjutnya perkembangan konseling di Indonesia tidak lepas


dari perkembangan Bimbingan dan Konseling terutama Bimbingan
dan Konseling di sekolah. Secara garis besar perkembangan
konseling di Indonesia berkembang pada awal tahun 1960-an.
Faktor-faktor pendorong perkembangan konseling sekolah secara
umum di Indonesia menurut Mappiare (2002:10) yaitu

a. Pada diri individu terdapat masa-masa kritis pada setiap masa


perkembangan terutama pada masa remaja.
b. Pada kondisi luar individu seperti kondisi teknologi yang
berkembang pesat; kondisi nilai-nilai demokratis, nilai-nilai
humanistis vs nilai-nilai pragmatis, adanya ketidaksesuaian
antara pendidikan dan lapangan kerja yang ada serta masalah
kehidupan sosial-ekonomi yang semakin kompleks diantara
dengan adanya krisis ekonomi, dekadensi moral.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 4


B. Definisi Konseling
Konseling adalah suatu layanan profesional yang dilakukan oleh
para konselor yang terlatih secara profesional. Hal ini bukan
meripakan hubungan yang secara kebetulan direncanakan untuk
membereskan masalah klien. Konseling merupakan suatu proses
yang direncanakan untuk mempercepat pertumbuhan klien.

Untuk memperoleh definisi atau pengertian lebih jelas tentang


konseling maka berikut ini beberapa pendapat dari para ahli
mengenai definisi konseling:

a. Rogers (1952) dalam Rosjidan (1994:4), mengemukakan bahwa


konseling merupakan proses dimana sturktur diri (pribadi)
dibuat sesantai mungkin demi menjaga hubungan dengan ahli
terapi, dan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang tertolak
dirasakan dan selanjutnya diintegrasikan kedalam suatu diri
(self) yang telah dirubah.
b. Rogers (1942) dalam Hendrarno (2003:24), menyatakan bahwa
konseling merupakan rangkaian-rangkaian kontak atau
hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya
memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah
lakunya.
c. Gibson (1985) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan
bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada
pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 5


d. Stefflre (1970) dalam Rosjidan (1994 : 5), menyatakan
Konseling merupakan suatu hubungan profesional….
dilakukan untuk membantu pengertian klien dan
menjernihkan memperjelas pendapatnya selama
kehidupannya sehingga dia bisa menentukan pilihan yang
berguna dan dinyatakan dengan sifat esensial dan
lingkungan yang dimilikinya….
Konseling merupakan suatu proses belajar-mengajar,
karena klien belajar tentang kehidupannya…Apabila dia
harus membuat pilihan-pilihan yang berarti, dia harus
mengetahui tentang dirinya sendiri fakta-fakta tentang
situasi yang dimilikinya sekarang, dan kemungkinan-
kemungkinan…serta konseksuensi-konsekuensi yang
sangat mungkin adanya dari berbagai pilihan tersebut….

e. Menurut Pietrofesa, Leonarddan Hoose (1978) dalam Mappiare


(2002:16) menyatakan bahwa definisi konseling dapat
digambarkan konseling adalah suatu proses dimana ada
seseorang yang dipersiapkan secara profesional untuk
membantu orang lain dalam memahami diri, pembuatan
keputusan dan memecahkan masalah. Selain itu konseling
adalah pertemuan “dari hati ke hati” antarmanusia yang
hasilnya sangat bergantung pada kualitas hubungan.
f. Menurut C. H. Patterson (1959) dalam Abimanyu dan Manrihu
(1996:9), mengemukakan bahwa konseling adalah proses yang
melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang terapis
dengan satu atau lebih klien dimana terapis menggunakan

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 6


metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematik
tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan
kesehatan mental klien.
g. Menurut Edwin C. Lewis (1970) dalam Abimanyu dan Manrihu
(1996:9), mengemukakan definisi konseling sebagai berikut.
Konseling adalah suatu proses dimana orang yang
bermasalah (klien) dibantu secara pribadi untuk merasa dan
berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi
dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang
menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang
klien untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang
memungkinkannya berhubungan secara lebih efektif
dengan dirinya dan lingkungannya.

Dari berbagai rumusan definisi-definisi yang dikemukakan


terdapat beberapa kesamaan. Kesamaaan tersebut menyangkut
ciri-ciri pokok konseling yaitu sebagai berikut :

1) Konseling dilakukan oleh seorang konselor yang mempunyai


kemampuan secara profesional dalam menangani masalah-
masalah yang berkaitan dengan keputusan-keputusan pribadi,
sosial, karier dan pendidikan serta memahami proses-proses
psikis maupun dinamika perilaku pada diri klien.
2) Konseling melibatkan interaksi dan komunikasi antara dua
orang yaitu konselor dan klien baik secara langsung (bahasa
verbal) maupun secara tidak langsung (non verbal).
3) Tujuan dari hubungan konseling ialah terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri klien sesuai dengan kemampuan dan potensi

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 7


yang dimiliki oleh klien. Konselor berupaya untuk memfasilitasi
dan memberikan dukungan, bersama klien membuat alternatif-
alternatif pemecahan masalah demi perubahan ke arah lebih baik
dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam konseling.
4) Konseling merupakan proses yang dinamis, di mana individu
klien dibantu untuk dapat mengembangkan dirinya,
mengembangkan kemampauan-kemampuannya dalam
mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapi.
5) Konseling merupakan suatu proses belajar terutama bagi klien
untuk mengembangkan perilaku baru dan membuat pilihan,
keputusan sendiri (autonomous) kearah perubahan yang
dikehendaki.
6) Adanya suatu hubungan yang salaing menghargai dan
menghormati sehingga timbul saling kepercayaan, dengan kata
lain konselor menjamin kerahasiaan klien.

Dengan beberapa rumusan definisi dan ciri-ciri pokok


konseling maka dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan
suatu proses bantuan secara profesional antara konselor dan klien
yang bertujuan membantu individu (klien) dalam memecahkan
masalahnya agar individu dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya sesuai potensi atau kemampuan yang ada pada
dirinya.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 8


C. Tujuan dan Harapan Klien
Sebelum membahas lebih lanjut apa tujuan dan harapan klien
dalam konseling, maka perlu dibahas apa itu tujuan konseling dan
tujuan konselor. Dengan demikian akan terlihat keterkaitan tujuan
konseling, konselor dan tujuan serta harapan yang dari klien.

Ada beberapa pernyataan mengenai tujuan konseling yang


dikemukakan oleh beberapa ahli, dalam hal ini dikemukakan oleh
Shertzer dan Stone (1981) yaitu:

1) Perubahan tingkah laku


2) Kesehatan mental positif
3) Pemecahan masalah.
4) Kefektifan pribadi.
5) Pembuatan keputusan
Dalam berbagai sumber tujuan konselor berada dalam
rentangan atau kontinum dari tujuan yang sifatnya umum mengarah
kepada tujuan yang sifatnya lebih spesifik (Corey, 2005). Tujuan yang
sifatnya umum tersebut direfleksikan oleh konselor selama proses
konselor berlangsung. Menurut Rao (1984) dalam Mappiare (2002:44)
mengemukakan bahwa konselor mempunyai tujuan memahami
tingkah laku, motivasi-maotivasi dan perasaan klien. Adapun tujuan
sesaat (immediate goals) adalah agar klien mendapat kelegaan,
sedangkan tujuan jangka panjang (long-term goals) agar klien menjadi
pribadi yang lebih bermakna.

Adapun tujuan klien yang datang menemui konselor


bersumber dari harapan klien mengenai masalah yang segera atau

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 9


mendesak yang sedang dihadapi oleh klien. Terkadang klien tidak
memiliki tujuan-tujuan masa datang yang tidak dirumuskan dengan
jelas. Dengan kata lain konselor membantu para klien menegaskan
dan mengkhususkan tujuan-tujuan yang hendak diperoleh para klien
sebagai suatu hasil pertalian klien dengan konselor.

D. Kondisi Hubungan Konseling


Tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam proses konseling dapat
efektif apabila kondisi atau iklim yang memungkinkan klien dapat
berkembang dan menggali potensi-potensi yang ada pada dirinya.
Kondisi ini mau tidak harus diciptakan oleh konselor mengingat
perannya sebagai fasilitator dalam proses konseling. Rogers
menyebut kondisi ini dengan kondisi konseling yang
fasilitatif.Kondisi ini adalah kongruensi (Congruence), penghargaan
positif tanpa syarat (positive regard), dan memahami secara empati
(Emphatic Understanding). Para ahli lain (Cappuzzi,1991)
menambahkan kondisi seperti kepedulian (respect), dan kesadaran
akan budaya (Cultural awareness) dan. Berikut penjelasan secara
singkat mengenai kondisi fasilitatif tersebut.

1) Kongruensi
Kongruensi dalam hubungan konseling dapat dimaknakan
dengan “menunjukkan diri sendiri” apa adanya, berpenampilan
terus terang dan yang lebih penting adalah ada keseuaian antara
apa yang dikomunikasikan secara verbal dengan non verbal.
Kongruensi dalam beberapa referensi yang lain memiliki

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 10


kesamaan istilah dengan otentik (authenticity), kesejatian
(genuineness). Jika klien tahu bahwa konselor tidak kongruensi
maka bisa berakibat mengurangi dan bahkan menghilangkaan
kepercayaan klien kepada konselor. Konselor dalam hubungan
konseling diharapkan dapat menimbulkan kongruensi pada diri
klien, artinya klien mempunyai sikap apa adanya, terus terang,
tidak bersikap defensif karena jika klien memiliki sikap-sikap
demikian akan menghambat hubungan konseling.

2) Penghargaan positif tanpa syarat.


Konseling akan lebih efektif jika kondisi penghargaan yang positif
ini diciptakan konselor dan dilakukan tanpa syarat. Dengan kata
lain konselor menerima setiap individu (klien) tanpa menilai
aspek-aspek pribadinya yang “lemah” ataupun “kuat”.
Penghargaan positif tanpa syarat memiliki kesamaan makna
dengan hangat (warmth), kepedukian (respect). Dengan demikian
dapat tercipta kondisi yang harmonis antara konselor dan klien
dan dalam hal ini klien dapat belajar bahwa dirinya dengan
kenyataan yang ada dapat diterima oleh orang lain sekaligus klien
sendiri dapat menerima dirinya apa adanya baik kekurangan
maupun kelebihan yang ia miliki

3) Pemahaman secara empati


Memahami secara empati merupakan suatu kemampuan untuk
memahami cara pandang (pikiran, ide) dan perasaan orang lain.
Memahami secara empati ini bermakna bahwa konselor
memahami cara pandang dan perasaan klien berdasarkan

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 11


kerangka pemikiran yang dimiliki oleh klien sendiri (internal frame
of reference). Konselor hendaknya berpikir dengan (bersama-sama)
klien daripada berpikir tentang atau mengenai klien. Dengan
kondisi ini maka konselor yang efektif mestilah menghayati
perasaan klien sebagaimana klien mempersepsi perasaan-
perasaannya maupun cara pandangnya terhadap sesuatu. Dengan
adanya pemahaman secara empati maka klien akan merasakan
bahwa ada orang lain yang mau dan bersedia memahami dirinya
yang sebelumnya belum diperolehnya.

4) Kesadaran budaya
Kesadaran akan budaya mengacu pada kemampuan konselor
untuk terbuka dan memotivasi untuk belajar menerima dan
memahami budaya yang berbeda dengan budaya yang ia miliki
terutama budaya yang klien miliki. Dengan menggunakan
kesadaran budaya klien tidak memaksakan kehendaknya (nilai-
nilai) yang dianutnya sekaligus didalamnya terkandung budaya
yang konselor miliki tetapi konselor memberikan dorongan
kepada klien untuk mengubah apa yang seharusnya ia inginkan
sesuai dengan nilai-nilai budaya yang ia miliki.

E. Proses Konseling
Tyler (1969) dalam Rosjidan (1994) menyatakan bahwa tujuan dari
prose konseling adalah membuat atau berusaha agar klien bisa
menguasai kehidupan. Sedangkan Stefflre dalam Rosjidan (1994)

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 12


mengambarkan bahwa konseling adalah suatu proses teaching-
learning yang dilakukan agar klien klien mempelajari dirinya sendiri.

Dalam proses konseling akan dibatasi sebagai prosedur sistematis


dimana intervensi konselor dalam kehidupan orang lain (klien)
dengan tujuan menolong orang tersebut untuk merubah tingkah
lakunya. Proses konseling lebih jauh dapat digambarkan sebagai
suatu keberlanjutan interaksi antara konselor dan klien. Proses
tersebut dimulai pada waktu persetujuan atau “kontrak” atara
konselor dan klien untuk memasuki sesi hubungan tersebut.

Hubungan konseling tidak terjadi begitu saja tetapi ada


beberapa tahap-tahap atau langkah-langkah yang dilalui dalam
proses konseling tersebut.. Secara garis besar ada beberapa tahapan
atau langkah-langkah dalam proses konseling. Tahap-tahap dalam
proses konseling secara umum (Capuzzi dan Gross, yaitu

1) Tahap 1: Pengembangan/pembinaan hubungan.


Pada tahap ini adanya inisiatif untuk mempertemukan/bertemu
antara konselor dan klien, membangun/membina hubungan baik
antara konselor dengan klien, mengumpulkan informasi (data)
mengenai klien, dan menentukan tujuan yang akan dicapai dalam
konseling.

2) Tahap 2 : Memperdalam penggalian.


Pada tahap ini merupakan pondasi yang dibangun pada tahap 1
kemudian memilih pendekatan dan strategi secara teoritis yang
sesuai, selanjutnya menggali kedalaman emosi dinamika kognitif

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 13


klien, merumuskan masalah, mencari alternatif pemecahan
masalah, kemampuan dalam pengambilan keputusan dan
mengevalusi ulang penentuan tujuan dari tahap 1.

3) Tahap 3 : Menetapkan dan memecahkan masalah .


Pada tahap ini berbekal dari dua tahap sebelumya, konselor
berupaya untuk memfasilitasi, mendemonstrasikan,
mengajarkan, menyediakan lingkungan yang nyaman dan aman
dalam pengembangan perubahan. Aktivitas klien difokuskan
pada pengevaluasian emosinal dan dinamika kognitif, mencoba
tingkah laku baru baik didalam sesi maupun di luar sesi
konseling, dan membuang atau menghilangkan perilaku yang
tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses
konseling.

4) Tahap 4 : Pengakhiran dan tindak lanjut.


Tahap ini merupakan tahap untuk menutup sesi konseling
selanjutnya pada tahap akhir ini menentukan prioritas yang akan
ditindak lanjuti sesuai dengan metode dan prosedurnya

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 14


BAB III

PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA


DALAM KONSELING

A. Prinsip-prinsip Konseling

Prinsip-prinsip konseling merupakan pedoman atau acuan


yang digunakan dalam melaksanakan konseling. Prinsip-prinsip
tersebut dibuat berdasarkan kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan
pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan
budaya, pengertian, tujuan, fungsi dan proses penyelenggaraan
konseling. Prinsip-prinsip konseling ini juga akan mendasarkan pada
faktor proses, tanggung jawab serta tujuan dari konseling.

Adapun prinsip-prinsip konseling yang dimaksud meliputi:

1) Konseling merupakan kegiatan yang sangat penting dalam


keseluruhan program bimbingan di sekolah, atau merupakan
bagian integral dengan bimbingan.
2) Program konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi
lembaga (misalnya sekolah), kebutuhan individu dan
masyrakat.
3) Dalam konseling terlibat dua individu yaitu konselor dan klien
yang memproses penyelesaian masalah melalui serangkaian
interview.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 15


4) Konseling merupakan proses belajar yang mengarah pada suatu
perubahan yang fundamental dalam diri klien, terutama dalam
perubahan sikap dan tindakan.
5) Konseling lebih banyak menekankan pada masalah sikap
daripada tindakan.
6) Konseling berlangsung pada situasi pertemuan dan jalinan
hubungan yang khas.
7) Konseling lebih menekankan pada penghayatan emosional
daripada intelektual.
8) Konseling sebagai kegiatan profesional, dilaksanakan oleh
orang-orang yang telah memiliki persyaratan profesional baik
dalam pengetahuan maupun kepribadiannya. Oleh karena itu
tenaga ahli yang memperoleh pendidikan dan latihan khusus
dalam bidang bimbingan dan konseling.
9) Konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku bangsa, agama dan status sosial ekonomi.
10) Dalam konseling perbedaan individu harus dipahami dan
dipertimbangkan dalam rangka upaya yang bertujuan
memberikan bantuan atau konseling pada individu-individu
tertentu.
11) Konseling pada umumnya dibatasi hanya pada hal-hal yang
menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu
terhadap penyesuaian dirinya dirumah, sekolah serta yang
berkaitan dengan kontak sosial dan pekerjaan.
12) Tujuan akhir konseling adalah kemandirian setiap
individu;maka dari iru layanan konseling harus diarahkan

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 16


untuk mengembangkan klien agar mampu mengarahkan
dirinya dalam menghadapi kesulitan atau masalah yang
dihadapinya.
13) Dalam proses konseling, keputusan yang diambil dan hendak
dilakukan oleh klien hendaklah atas kemauan klien sendiri,
bukan karena kemauan atau desakan dari konselor.
14) Permasalahan khusus yang dialami klien harus ditangani oleh
(dan kalu perlu dialihtangankan kepada) tenaga ahli dalam
bidang yang relevan dengan permasalahan khusus tersebut.

B. Etika dalam Konseling.

Konseling merupakan proses bantuan yang sifatnya profesional.


Setiap pekerjaan yang sifatnya profesional tentulah memiliki
seperangkat aturan atau pedoman yang mengatur arah dan gerak
dari pekerjaan profesi tersebut. Hal ini sering disebut etika. Konselor
sebagai pelaksana dari pekerjaan konseling juga terikat dengan etika.

Etika merupakan standard tingkah laku seseorang, atau


sekelompok orang yang didasarkan atas nilai-nilai yang disepakati.
Ada beberapa aspek dalam membahas etika konseling itu. Aspek-
aspek ini adalah aspek kesukarelaan, aspek kerahasiaan, keputusan
oleh klien sendiri, dan aspek sosial budaya klien.

1) Aspek Kesukarelaan
Pada aspek ini konselor perlu mengetahui apakah klien datang
secara sukarela atau tidak. Hal ini penting karena besar

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 17


manfaatnya dalam hubungan konseling sehingga
kemungkinan keterlibatan diri klien secara lebih efektif dalam
proses konseling akan terwujud, dan keterbukaan diri dari
klien akan memberikan kesan positif dalam hubungan
terapeutik tersebut.

2) Aspek Kerahasiaan (konfidensialitas)


Aspek kerahasiaan berkaitan dengan apakah hal-hal yang
dibicarakan dalam konseling itu bersifat rahasia atau tidak.
Kerahasiaan dalam proses konseling terkadang overlap dengan
kata privacy. Privasi mempunyai sifat sesuatu yang pribadi dan
tidak perlu diketahui atau dikeemukakan kepada orang lain.
Dengan kata lain privasi itu dengan hak untuk kehidupannya
seendiri tanpa turut campur dari pihak lain. Sementara
kerahasiaan lebih bersifat dengan pengendalian informasi yang
diterima dari seseorang. Sebuah informasi dikatakan rahasia
jika dianggap tidak perlu dan seharusnya tidak disampaikan ke
pihak lain atau publik.

Berkaitan dengan konseling dapat dinyatakan bahwa informasi


yang dibicarakan oleh klien baik yang menyangkut diri klien
bersifat rahasia dan tidak dapat disampaikan secara terbuka
oleh konselor kepada siapapun termasuk kolega-koleganya.

3) Aspek keputusan oleh klien sendiri


Membuat keputusan tertentu penting artinya bagi klien. Oleh
karena itu klien harus membuat keputusan yang lebih tepat
untuk dirinya dan masa depannya. Menurut Corey (2005)

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 18


menegaskan bahwa tujuan konseling tidak sekedar untuk
memperoleh kepuasan klien. Konseling dapat juga
mengajarkan pada klien untuk membuat dan menghasilkan
keputusan yang sifatnya jangka panjang (Long-term goals).
Berkaitan dengan hal tersebut konselor memberikan dorongan
untuk berani membuat keputusan yang disesuai dengan resiko
yang sudah dipertimbangkannya.

4) Aspek Sosial Budaya


Dalam hubungan konseling, konselor dituntut sadar akan
aspek-aspek sosial dan budaya dan ilai-nilai pihak klien. Klien
mungkin memiliki pengalaman-pengalaman sosial dan budaya
yang sangat berlainan dengan konselor. Dengan kata lain
konselor hendaknya mempelajari karakteristik budaya nilai-
nilai dan kebiasaan klien mereka. Hal ini sangat penting oleh
karena dapat dinyatakan bahwa layanan konseling tanpa
pemahaman budaya dan nilai-nilai di tempat konselor bekerja
maka konselor belum memenuhi apa yang disebut etika profesi
konselor.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 19


BAB IV

MIND SKILLS KONSELOR


DALAM PROSES KONSELING

A. Rasional Mind Skills Konselor dalam Proses Konseling


Salah satu kompetensi profesional yang perlu dimiliki oleh
konselor adalah menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan
dan konseling. Hal ini seperti yang diamanahkan pula dalam
Permendiknas no.27 tahun 2008 mengenai standar kualifikasi dan
kompetensi konselor. Terkait dengan hal tersebut maka dalam
pelaksanaannya konselor atau guru BK dituntut untuk memiliki
keterampilan yang profesional terutama dalam melakukan layanan
konseling. Kompetensi yang harus dibentuk agar konselor dapat
menjalankan konseling dengan profesional adalah kompetensi
mengelola pikiran atau lebih dikenal dengan mindskills (Jones, 2005)

Mindskills terdiri atas enam komponen, yaitu: menciptakan


peraturan yang membantu, menciptakan persepsi yang membantu,
menciptakan wicara diri yang membantu, menciptakan citra visual
yang membantu, menciptakan penjelasan yang membantu, dan
menciptakan pengharapan yang membantu. Penguasaan mindskill
yang baik akan membuat mahasiswa mampu mengelola proses
konseling dan menjalankan teknik-teknik yang sudah dikuasainya
dengan baik sehingga akan bermuara pada keberhasilan konseling
yang dilakukan demi tercapainya kemaslahatan konseli. Temuan

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 16


Hidayah (2009) menjelaskan bahwa pendidikan prajabatan konselor
belum sampai pada pengembangan mindskills, tetapi baru sampai
pada area transfer pengetahuan. Lebih-lebih lagi, dalam kurikulum
di semua lembaga pendidik calon konselor masih belum terdapat
matakuliah khusus untuk membahas dan melatihkan mindskills. Hal
ini dimungkinkan karena terdapat asumsi bahwa keterampilan-
keterampilan internal, seperti mindskills dan empati, akan
berkembang secara otomatis sebagai nurturant effect dari penguasaan
teknik-teknik konseling.

Kenyataannya, asumsi tersebut tidak terbukti. Hal ini


ditunjukkan oleh penelitian Hidayah (2012) yang menjumpai bahwa
penguasaan para mahasiswa terhadap teknik dan prosedur
konseling sudah baik, namun ketika mereka dihadapkan pada
konseling sesungguhnya, mereka masih merasa was-was dan takut
melakukan kesalahan, ingin segera mengakhiri konseling, yang
akhirnya berakibat pada kacaunya proses konseling yang dilakukan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
konseling mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan
prajabatan berkorelasi dengan keterampilan konselor yang sudah
berpraktik di lapangan. Karenanya, diperlukan upaya yang
sistematis dan ilmiah untuk secepat mungkin membenahi
pembelajaran konseling pada pendidikan prajabatan konselor dan
menajamkan pula keterampilan mindskills konselor dilapangan agar
dapat memberikan pelayanan yang professional kepada pengguna.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 17


B. Konsep Dasar Mind-skills

Konselor yang efektif adalah konselor yang mampu


menggunakan keterampilan konseling secara komprehensif,
sehingga dapat menyertai konselinya dalam keseluruhan proses
konseling. Keterampilan menyertai konseli dapat terjadi ketika
konselor mampu menggunakan tidak saja teknik-teknik dan
komunikasi konseling, tapi juga keterampilan mengelola pikiran
yang disebut mind skills.
Mind skills dapat diartikan sebagai keterampilan konselor
untuk mengelola proses yang terjadi dalam pikiran, meliputi
mendefinisikan proses yang terjadi dalam kognisi, memaknai,
merefleksi, dan merevisi proses berpikir tersebut sehingga bermuara
pada seleksi komponen berpikir yang terarah. Dengan keterampilan
tersebut, seorang konselor dapat meninjau kembali tindakan-
tindakan yang telah dilakukan dalam konseling dan melakukan
refleksi tertentu pada tindakan berikutnya secara berkelanjutan
sehingga konseling yang dilakukan dapat berlangsung secara tepat
dan efektif.
Menurut Jones (2005), mind skills merupakan keterampilan
yang harus dikembangkan oleh konselor agar ia dapat menjalankan
proses konseling dengan lebih efektif. Keterampilan ini dapat
berkembang dengan baik jika konselor mampu memanfaatkan
potensi-potensi pikiran yang ia miliki. Dengan mengelola potensi
pikiran yang dimiliki, konselor dapat mengontrol cara
berkomunikasi dan cara berperilaku dalam konseling, sehingga

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 18


bermuara pada konseling yang memperhatikan kemaslahatan
konseli. Terdapat beberapa keuntungan yang akan diperoleh ketika
konselor mampu mengelola mind skillnya dengan baik, di antaranya
adalah:

1. Konselor dapat menyadari dan memahami bahwa ia memiliki


kemampuan untuk berpikir dengan kesadaran super (super-
conscious thinking) yang dapat dikembangkannya menjadi lebih
baik.

2. Konselor dapat bertindak dengan lebih efektif jika ia mampu


melihat proses mental yang terjadi dalam setiap pilihan
tindakan yang diambilnya dalam konseling, sehingga ia
memiliki kesempatan untuk menyadari, mengukur, dan
mengontrol keterampilan berpikir (mind skills) yang
dimilikinya.
3. Konselor dapat melatih keterampilan berpikir (mind skills) yang
dimilikinya sebaik ia melatih keterampilan komunikasi atau
penguasaan teori dan teknik konseling, sehingga pada
akhirnya ia dapat mengembangkan keterampilan konseling
yang dimilikinya dengan lebih tepat dan efektif.

B. Komponen Mind-skills

Jones (2005) mendeskripsikan bahwa terdapat enam komponen


mind skills yang seharusnya dimiliki oleh konselor agar ia dapat
menjalankan konseling dengan baik, yaitu: menciptakan peraturan
yang membantu, mencitakan persepsi yang membantu, menciptakan

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 19


wicara diri yang membantu, menciptakan citra visual yang
membantu, menciptakan penjelasan yang membantu, dan
menciptakan pengharapan yang membantu.

a. Menciptakan Peraturan yang Membantu


Peraturan diartikan sebagai sesuatu yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh seseorang. Setiap konselor memiliki peraturan-
peraturan tertentu dalam dirinya yang pada akhirnya akan menjadi
ukuran dasar bagaimana ia bisa menjalani kehidupan dan
pekerjaannya. Dalam menyelenggarakan layanan konseling,
konselor perlu untuk menciptakan peraturan yang membantu
sehubungan dengan siapa dirinya, siapa konseli yang dilayaninya,
dan bagaimana sifat hubungan konseling yang sedang dibangunnya.
Menciptakan peraturan yang membantu berarti konselor perlu
membuat peraturan yang realistis dan preferensial, bukan yang
bersifat absolut dan tidak realistis. Peraturan yang membantu akan
membuat konselor dapat menempatkan diri sesuai dengan porsinya,
tidak memaksakan diri ketika melakukan konseling, yang bermuara
pada tercapainya tujuan konseling.

b. Menciptakan Persepsi yang Membantu


Persepsi diartikan sebagai tingkat akurasi atau ketepatan
konselor dalam menyadari dan menilai dirinya sendiri, orang lain
dan situasi. Menciptakan persepsi yang membantu diarahkan pada
persepsi positif terhadap diri sendiri sebagai profesional
penyelenggara layanan konseling, terhadap konseli yang dilayani,
maupun terhadap proses konseling yang dijalankannya. Dengan

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 20


memanfaatkan keterampilan menciptakan persepsi yang membantu,
konselor akan melihat permasalahan dari banyak sudut pandang,
sehingga akan mengarahkannya pada kesimpulan, sikap dan
tindakan yang positif.

c. Menciptakan Wicara Diri yang Membantu


Percakapan yang terjadi dalam konseling setidaknya terdiri
dari tiga hal, yaitu percakapan umum antara konselor dan konseli,
percakapan dalam diri konseli, dan percakapan dalam diri konselor.
Wicara diri dalam hal ini ditekankan pada bagaimana konselor
memberikan instruksi kepada dirinya (self-talk) secara positif,
mengenai apa yang harus dipikirkannya pada awal, proses, dan
akhir layanan konseling. Fungsi wicara diri secara khusus adalah
untuk memfokuskan pikiran konselor sehingga mampu menangkap
apa yang dikatakan oleh konseli dengan tepat, mampu merespons
dengan tepat, tidak bermain dengan angan-angannya sendiri ketika
melakukan konseling, sehingga konseling bisa berjalan dengan fokus
dan terarah.

d. Menciptakan Citra Visual yang Membantu


Ketika mengalami perasaan yang bersifat signifikan, seseorang
biasanya menggambarkan apa yang ia rasakan dalam pikiran. Begitu
pula, apa yang diceritakan oleh orang lain juga direspons dengan
menggambarkannya dalam kepala menggunakan gambar-gambar
tertentu. Semakin baik seseorang terlibat dalam apa yang diceritakan
oleh orang lain, maka semakin baik pula ia menggambarkan hal
tersebut di kepala. Konselor hendaknya menggambarkan secara

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 21


visual di dalam kepala apa yang diceritakan oleh konselinya
sehingga ia mampu membaca dengan tepat bagaimana alur pikir
konseli yang sedang dihadapinya. Dimensi lain yang harus
dilakukan oleh konselor adalah menghilangkan gambaran negatif
yang tidak perlu sehingga tidak mengganggu jalannya konseling.
e. Menciptakan Penjelasan yang Membantu
Penjelasan adalah alasan-alasan yang diberikan oleh individu
kepada diri mereka sendiri untuk segala sesuatu yang terjadi.
Penjelasan akan berpengaruh pada perasaan, reaksi fisik, dan
tindakan individu. Konselor harus dapat menciptakan penjelasan
yang membantu. Penjelasan dalam hal ini adalah penjelasan
mengenai permasalahan yang dihadapinya dan yang dibawa oleh
konselinya. Dengan menciptakan penjelasan atas penyebab
permasalahan, konselor diharapkan dapat mendiagnosa
permasalahan konseli dengan tepat. Hal ini akan membuat konselor
mampu membantu konseli menemukan penyelesaian masalah yang
tepat serta mencapai tujuan konseling sebagaimana yang
diharapkan.
f. Menciptakan Pengharapan yang Membantu
Pengharapan seseorang akan mempengaruhi perasaannya,
perasaan orang lain, reaksi fisik, pendapat, serta kemampuannya
berkomunikasi dengan orang lain. Dalam konseling, menciptakan
pengharapan yang membantu berarti bahwa konselor menciptakan
pengharapan-pengharapan yang realistis tentang tingkat
kemampuannya sendiri untuk mengatasi situasi dan orang-orang
sulit.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 22


BAB V

TEKNIK-TEKNIK DASAR
KOMUNIKASI KONSELING

Konseling merupakan suatu proses komunikasi antara


konselor dan klien. Sebagai suatu proses komunikasi, konseling
melibatkan keterampilan konselor dalam menangkap atau merespon
pernyataan klien dan mengkomunikasikannya kembali kepada klien
tersebut. Agar proses komunikasi tersebut efektif dan efisien, maka
konselor hendaknya memiliki kemampuan dalam memberikan
bantuan terhadap klien. Salah satu kemampuan tersebut ialah
keterampilan berkomunikasi dengan klien.
Dalam berkomunikasi dengan klien, konselor seharusnya
menggunakan respon-respon yang fasilitatif bagi pencapaian tujuan
konseling. Secara umum, respon-respon tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam berbagai teknik dasar komunikasi
konseling, yaitu teknik attending, opening, acceptance, paraprashing,
restatement, reflection of feeling, clarification, structuring, lead, silence,
reassurance, rejection, advice, confrontation, interpretation, summary dan
termination.

Berikut penjelasan dari teknik-teknik dasar dalam komunikasi


konseling.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 23


1). Attending (Perhatian)

Pengertian

Attending adalah keterampilan/teknik yang digunakan


konselor untuk memusatkan perhatian kepada klien agar klien
merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga klien
bebas mengekspresi kan /mengungkap-kan tentang apa saja yang
ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya.

Keterampilan attending meliputi:

a. Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan eksprsi muka)


diantara posisi badan yang baik dalam attending mencakup
1. Duduk dengan badan menghadap klien

2. Tangan diatas pangkuan atau berpegang bebas atau kadang-


kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang
sedang dikomunikasikan secara verbal

3. Responsif dengan menggunakan bagian wajah, umpamnya


senyum spontan atau anggikan kepala sebagai persetujuan
atau pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak mengerti

4. Badan tegak lurus tanpa kaku dan sesekali condong kearah


klien untuk menunjukkan kebersamaan dengan klien.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 24


Posisi badan yang tidak baik mencakup:
1. Duduk dengan badan dan kepala membungkuk
menghadap klien.
2. Duduk dengan sangat kaku
3. Gelisah atau tidak tenang (resah)
4. Mempergunakan tangan, kertas dan kuku tangan.
5. Sama sekali tanpa gerak isyarat pada tangan
6. Selalu meukul-mukul dan menggerakkan tangan dan
lengan.
7. Wajah tidak menunjukkan perasaan
8. Terlalu banyak senyum, kerutan dahi atau anggukan
kepala yang tidak berarti

b. Kontak mata
1. Kontak mata yang baik berlangsung dengan melihat klien
pada waktu dia berbicara kepada konselor dan sebaliknya.
Kontak mata harus dipertahankan atau dipelihara dengan
menggunakan pandangan spontan yang mengekspresikan
minat dan keinginan mendengarkan serta merespon klien.

2. Kontak mata yang tidak baik mencakup:

2.1. Tidak pernah melihat klien

2.2. Menatap klien untuk secara tetap dan tidak memberi


kesempatan klien untuk membalas tatapan.

2.3. Mengalihkan pandangan dari klien segera sesudah klien


melihat kepada konselor.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 25


c. Mendengarkan
Mendengarkan dalam keterampilan ini adalah mendengar
dengan tepat dan mengingat apa yang klien katakan dan
bagaimana mengatakannya. Dengan mendengar yang tepat
memungkinkan konselor merumuskan tanggapan yang dapat
menangkap dengan tepat perasaan dan pikiran klien. Cara
mendengarkan yang baik mencakup:

1. memelihara perhatian penuh dengan terpusat kepada


klien.
2. mendengarkan segala suatu yang dikatakan oleh klien.
3. Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-katanya,
perasaan dan perilakunya). Memahami pesan baik verbal
maupun non verbal dari diri klien.
4. Mengarahkan apa yang konselor katakan terhadap apa
yang telah dikatakan oleh klien.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 26


Penerapan Nilai-nilai Budaya Indonesia dalam
ketrampilan komunikasi konseling
Dalam keterampilan attending terdapat beberapa aspek
yang sering digunakan, aspek ini meliputi:
1. Kontak Mata.
Bila konselor berbicara dengan klien, maka
pandanglah dia (budaya barat). Tingkah laku ini
tidak seluruhnya tepat bagi klien Indonesia.
Kebiasaan sehari-hari jika kita berbicara dengan
orang lain, kita tidak terus menerus menatap muka
lawan bicara, apa lagi orang lain itu orang yang
lebih usianya, tidaklah sopan mengarahkan
pandangan mata kepadanya. Klien akan
mengasosiasikan pembicaraan dengan kontak mata
keseharian kepada orang tua.
2. Bahasa tubuh
Masyarakat Indonesia umumnya tidak terbiasa
menggunakan bahasa tubuh untuk menyertai
pembicaraan kita dengan orang, kecuali yang
banyak dilakukan adalah penggunaan gerakan
tangan.
3. Kualitas suara
Bahasa Indonesia yang kita gunakan tidak termasuk
bahasa berlagu, klien dalam kehidupan sehari-hari
dalam percakapan biasa mendengar kata-kata orang
lain dengan intonasi yang lebih mendatar. Klien
mendengarkan kata-kata konselor dengan intonasi
suara yang lebih variatif mungkin klien akan merasa
asing dalam komunikasi itu.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 27


2). Opening (Pembukaan)

Pengertian
Opening (pembukaan) adalah keterampilan/teknik untuk
membuka/memulai komunikasi/hubungan konseling.

Hal-hal yang perlu dilakukan.


Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh konselor dalam
menggunakan teknik opening antara lain adalah menyambut
kehadiran klien, membicarakan topik netral, dan memindahkan
pembicaraan topik netral ke dalam permulaan konseling.
A. Penyambutan
1. Verbal
Konselor memberi atau mejawab salam, menyebut nama
klien, mempersilahkan duduk, dll.
2. Non verbal
Konselor segera membuka pintu ruang konseling, jabat
tangan, senyum dengan ceria, mendampingi/mengiringi
klien saat menuju tempat duduk, menempatkan klien
pada tempat duduj yang lebih baik, duduk sesudah
kliennya duduk, dll.
B. Pembicaraan Topik Netral
1. Topik netral adalah bahan pembicaraan yang sifatnya
umum dan tidak menyinggung perasaan klien.
2. Bahan topik netral antara lain kejadian-kejadian hangat
di lingkungan klien, hobi klien, bahan-bahan atau

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 28


gambar-gambar yang ada di ruang konseling, potensi
lingkungan asal klien, dll.
C. Pemindahan Topik Netral ke Permulaan Konseling.
1. Cara
1.1. Menggunakan kalimat “jembatan”, misalnya:
“Setelah kita membicarakan………(isi topik netral),
barangkali ada sesuatu hal yang perlu kita bicarakan
bersama dalam pertemuan ini”.
1.2. Mengembangkan sebagaian isi topik netral, misalnya:
“Itu tadi hobimu di bidang musik, lalu bagaimana
dengan prestasimu dalam perkuliahan”.

3). Acceptance
Pengertian
Acceptance (penerimaan) adalah teknik yang digunakan
konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-
hal yang dikemukakan klien.

Bentuk
A. Verbal
1. Bentuk pendek: teruskan/terus, oh ….ya; lalu/kemudian,
ya…ya…;hem… hem….. dll
2. Bentuk panjang: Saya memahami…..;saya menghayati….; Saya
dapat merasakan…..; Saya dapat mengerti……,dll.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 29


B. Nonverbal: anggukan kepala, posisi duduk condong ke depan,
perubahan mimik, memelihara kontak mata, dll.

Contoh:
Klien : “ Bu, saya selalu kesepian sejak ditinggal pacar saya”.
Konselor : “Saya dapat memahami bagaimana perasaan Anda
Klien : “Bagaimana tak akan kesepian Bu, yang biasanya dia
berkunjung (apel) setiap tiga hari sekali sekarang
tidak lagi”.
Konselor : “(Konselor mengangguk-anggukkan kepala
sambil bersuara hem…hem…)

4). Restatement (Pengulangan)


Pengertian
Restatement (pengulangan kembali) adalah teknik yang
digunakan konselor untuk mengulang/menyatakan kembali
pernyataan klien (sebagian atau seluruhnya) yang dianggap
penting.

Cara
1. Pengulangan harus persis sama dengan pernyataan klien, tidak
boleh menambah/menguranginya.
2. Intonasi konselor hendaknya variatif dengan memperhatikan
penyataan klien.

Contoh

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 30


Klien : “Sebetulnya saya ingin masuk Jurusan Teknik Industri,
tetapi ibu tidak setuju bila saya memasuki jurusan tersebut”.
Konselor : “Ibu tidak setuju..”

5). Reflection of Feeling (Pemantulkan perasaan)


Pengertian
Refelection of feeling (pemantulan perasaan) adalah teknik
yang digunakan konselor untuk memantulkan perasaan/sikap yang
terkandung di balik pernyataan klien.

Bentuk
Respon konselor didahului oleh kata-kata pendahuluan,
seperti agaknya, sepertinya, tampaknya, rupa-rupanya,
kedengarannya, nada-nadanya, dsb.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Hindari stereotip
2. Pilih waktu yang tepat untuk merespon pernyataan klien.
3. Gunakan kata-kata perasaan yang melambangkan
perasaan/sikap klien secara tepat.
4. Sesuaikan bahasa yang digunakan dengan kondisi klien.

Contoh
Klien : “Pak, saya sudah belajar dengan giat sebelum menghadapi
UNC, tetapi nilai yang saya terima jauh di bawah yang saya
harapkan“.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 31


Konselor : “ Sepertinya Anda merasa kecewa terhadap nilai UNC
yang Anda terima “.

6). Clarification
Pengertian
Clarification (klarifikasi) ialah teknik yang digunakan untuk
mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan
kata-kata baru dan segar.

Bentuk
Respon konselor didahului oleh kata-kata pendahuluan: pada
dasarnya, pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata
lain, dsb.

Contoh
1. Klien : “Saya pernah meminjamkan buku catatan kuliah
Konseling Individual kepada Andi, tetapi ia tidak
mengembalikannya lagi kepada saya. Ee… kemarin
lusa adiknya, Ari, mau pinjam buku Psikologi Belajar
pada saya. Saya tidak memberinya Pak. Dia kan adik
Andi, sudah tentu dia juga tidak akan mengembalikan
buku yang dipinjamnya itu pada saya”.
Konselor : “Dengan kata lain, Anda menyamakan Ari dengan
Andi”.
2. Klien : “ Begini Pak, saya sekarang ini dalam keadaan sulit.
Setelah lulus nanti saya ingin berwiraswasta dengan

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 32


membuka usaha kecil-kecilan di rumah, tetapi ibu
menginginkan saya jadi pegawai negeri. Katanya, jadi
pegawai negeri itu lebih tenang dibandingkan dengan
jadi seorang wirausahawan”.
Konselor : “Pada dasarnya, ada perbedaan keinginan antara
Anda dengan ibu Anda dalam hal pilihan pekerjaan”.

7). Paraprashing
Pengertian

Paraprashing adalah kata-kata konselor untuk menyatakan


kembali esensi dari ucapan-ucapan klien.

Paraprase yang efektif:

a. Klien menjadi merasakan kebersamaan dengan


pembimbing.
b. Lebih mengarahkan pembicaraan klien berikutnya.
c. Dapat mengecek ketepatan/kecermatan pembimbing dalam
menangani klien.

Paraprse yang efektif akan sering diikuti dengan kata-kata “ya”


atau “benar/betul” secara spontan dari klien.

Cara paraprase:

a. Dengarkan pesan utama dari kata-kata klien


b. Nyatakan kemabli pesan utama secara sederhana dan singkat.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 33


c. Amati pertanda atau minta respon dari klien tentang
kecermatan konselor.
Contoh:

Klien: “Dia tidak mengijinkan saya melamar pekerjaan itu, saya


menginginkan pekerjaan itu, tetapi dia menggagalkannya,
sebenarnya dia hanya tidak membiarkan saya meninggalkan
kota ini”.

Pesan utama: pada kalimat terakhir, yaitu ia takut berpisah.

Paraprasenya: Apakah anda merasakan bahwa ia sebenarnya


takut berpisah dengan anda?.

Harus diingat !!!

a. Paraprase hanya menyatakan kembali secara lebih esensial,


bantuan untuk memperoleh klasifikasi tambahan yang cermat.
b. Paraprase bukanlah upaya membaca apa yang terlintas di
benak klien (interprestasi) atau pemikiran konselor terhadap
ucapan klien.
c. Paraprase biasanya diikuti dengan “pernyataan mengundang
pembicaraan terbuka”.

8). Structuring (Pembatasan)


Pengertian
Structuring (Pembatasan) adalah teknik yang digunakan
konselor untuk memberikan batas-batas/pembatasan agar proses

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 34


konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam
konseling.

Jenis-jenis Structuring
Teknik structurting terdiri atas beberapa macam, antara lain
sebagai berikut:
1. Time limit (Pembatasan waktu)
a. Time limit dari Klien
Klien : “Pak, sebetulnya saya sudah seminggu yang lalu
ingin menemui Bapak, tetapi baru kali ini saya
dapat berjumpa dengan Bapak. Dan hari ini saya
dapat menghadap Bapak dari jam 8.00 sampai jam
8.30, karena jam 8.30 nanti saya ada acara
pembekalan PPL di Laboratorium.
K’or :“Kalau demikian, marilah kita manfaatkan waktu
selama 30 menit ini dengan sebaik-baiknya”
b. Time Limit dari Konselor
Klien : “Saya sulit sekali menyesuaikan diri dengan
teman-teman di kampus ini, karena itulah saya
kemari untuk membicangkannya dengan ibu”
K’or : “bagus, Anda kemari untuk membahas masalah
Anda dengan saya, namun perlu diketahui bahwa
jam 10.00 nanti saya diundang oleh dekan
menghadiri rapat dan kita hanya memiliki waktu
selama 45 menit. Oleh karena itu marilah kita
gunakan waktu ini sebaik-baiknya.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 35


2. Role Limit (Pembatasan peran)
Klien : ”Akhir-akhir ini saya sulit sekali mengkonsentrasikan
diri dalam belajar, karena itu saya menemui Bapak untuk
meminta nasihat bagaimana cara belajar yang baik”.
Ko’r : “Anda meminta nasehat dari saya?” Perlu anda ketahui
bahwa saya tidak dapat memberikan nasihat
sebagaimana yang anda minta, tetapi marilah kita
bicarakan bersama masalah Anda itu kemudian kita cari
jalan keluarnya”.
3. Problem Limit (Pembatsan Masalah)
Klien : “Pak saya sulit sekali berkonsentrasi belajar sehingga
ketika ujian berlangsung saya tidak dapat mengerjakan
dengan baik maka dari itu nilai saya menjadi jelek.
Disamping itu, dikelas saya juga sulit sekali bergaul
dengan lawan jenis dan satu hal lagi Pak, gimana ya
caranya agar saya dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru?”
Ko’r : “Dalam masalah yang Anda kemukakan tadi
setidaknya ada tiga masalah yaitu masalah
berkonsentrasi belajar, masalah dengan bergaul dengan
lawan jenis, dan masalah penyesuain diri. Nah dari
ketiga masalah tersebut mana yang mendesak untuk kita
bicarakan terlebih dahulu?”

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 36


4. Action Limit (Pembatasan tindakan)
Klien : “(Datang ke ruang konseling dengan marah-marah,
wajah memerah dan sambil menyobek-yobek kertas)”
Ko’r : “Tenang-tenang..,Anda boleh mengutarakan apa saja
disini, tetapi satu hal yang tidak boleh anda lakukan
disini yaitu mengotori ruangan ini”

9). Lead (Pengarahan)


Pengertian
Lead adalah teknik/keterampilan yang digunakan konselor
untuk mengarahkan pembicaraan klien dari satu hal ke hal yang lain
secara langsung. Keterampilan ini sering pula disebut keterampilan
bertanya, karena dalam penggunaannya banya menggunkan
kalimat-kalimat tanya
Tujuan dari keterampilan pengarahan ini adalah mendorong
klien untuk merespon pembicaraan terutama pada awal-awal
pertemuan

Jenis-jenis Lead
Secara umum ada dua jenis pengarahan (Lead) yaitu lead
umum dan lead khusus.

1. Lead Umum
Lead umum ialah teknik pengarahan/pertanyaan yang
memberikan kesempatan kepada klien untuk bebas
mengelaborasi, mengeksplorasi, atau memberikan

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 37


reaksi/jawaban dari berbagai kemungkinan sesuai dengan
keinginan klien.

Contoh :

Klien : “Pak kemarin saya baru saja ikut lomba lari tingkat
nasional”

Ko’r : “Coba ceritakan kepada bapak bagaimana suasana


waktu kamu mengikuti lomba tersebut?”
2. Lead Khusus
Lead Khusus adalah teknik pengarahan/pertanyaan yang klien
untuk memberikan suatu reaksi/jawaban yang spesifik/tertentu.

Contoh

Klien : “Pak saya merasa kesal dengan Budi karena dia malas
diajak belajar kelompok padahal ada tugas yang harus
dikerjakan dengan dia”
Ko’r : “Siapa saja anggota kelompok belajarmu selain Budi?”

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan lead:


1. Pada awal-awal pertemuan/pembicaraan konselor hendaknya
lebih banyak menggunakan lead umu daripada lead khusus hal
ini berguna untuk memberi suasana kebebasan atau
keleluasaan bagi klien
2. Hendaknya konselor dapat menggunakan variasi komunikasi
dan tidak terpaku dengan teknik lead saja dalam pertemuan
konseling, dengan demikian konselor dapat menghindari

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 38


warna pertemuan seperti pertemuan tanya jawab atau
interogasi.

10). Silence (Diam)

Pengertian
Silence adalah suasana hening, tidak ada interaksi verbal antara
konselor dan klien, dalam proses konseling.

Tujuan
Silence digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan kepada klien untuk istirahat atau
mereorganisasi pikiran dan perasaannya atau mereorganisasi
kalimat yang akan dikemukakan selanjutnya.
2. Mendorong klien atau memotivasi klien mencapai tujuan
konseling.

Jenis-jenis Silence
Secara umum ada dua jenis silence, yaitu silence dari konselor
dan silence dari klien.

1. Silence dari konselor


Jenis silence ini terjadi pada saat pusat komunikasi berada pada
konselor. Pada waktu-waktu tertentu, konselor merespon
dengan silence.

Contoh:

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 39


Konselor merasa dirinya terlalu aktif dan memutuskan
untuk mengurangi keaktifan tersebut dengan memberikan
kesempatan kepada klien untuk lebih banyak aktif dan
bertanggungjawab dengan menggunakan teknik diam (silence).
Di samping itu, kemungkinan konselor menyadari adanya
suatu momentum pada diri klien yang dapat mengarahkan
kesadaran, komitmen, atau issu-issu baru yang relevan. Dalam
hal ini konselor menggunakan teknik diam agar tidak
mengganggu momentum psikologis klien tersebut.

Misalnya:

Klien :”Bu, selama ini saya selalu bertanya-tanya pada diri


saya sendiri sebetulnya siapa bertanggungjawab atas kematian
ayah?”.

Ko’r : “………(diam untuk memberikan kesempatan kepada


klien istirahat sejenak setelah menumpahkan perasaan-
perasaannya berkaitan dengan pertanyaan mengenai kematian
ayahnya)”

2. Silence dari klien.


Silence jenis ini terjadi pada saat pusat komunikasi berada pada
klien, yaitu setelah klien bercakap-cakap dan menerima
tanggung jawab. Pada saat itu, ia berhenti berbicara beberapa
saat. Silence tersebut terjadi antara lain karena klien mau
beristirahat sejenak setelah mengungkapkan perasaan-
perasaan dan konfliknya, mereorganisasi pikiran dan

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 40


perasaan-perasaannya, memadukan pengalaman-pengalaman
atau issu-issu baru kedalam dirinya, menyusun kalimat yang
akan dikemukakan selanjutnya, atau dirinya, menyusun
kalimat yang akan dikemukakan selanjutnya, atau mungkin
penolakan terhadap proses konseling.

Misalnya:

Klien : “ya itu Pak, saya selalu menggunakan kebiasaan-


kebiasaan orang tua saya sebagai ukuran menilai tingkah laku
istri saya sehingga ia selalu marah kepada saya. Kalau ingat itu
semua, saya sedih sekali……….(klien diam)”

Ko’r : “………………(diam beberapa saat untuk memberikan


kesempatan kepada klien untuk mengalami perasaan-
perasaannya secara mendalam)”

11). Reassurance (Penguatan/Dukungan)


Pengertian
Reassurance adalah keterampilan/teknik yang digunakan oleh
konselor untuk memberikan dukungan/penguatan terhadap
pernyataan positif klien agar ia menjadi lebih yakin dan percaya diri.
Keterampilan/teknik ini juga dapat digunakan untuk mendorong
diri klien agar dirinya dapat lebih tabah dan tegar dalam menghadapi
situasi atau hal-hal yang tidak menyenangkan bagi dirinya.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 41


Jenis-jenis Reassurance
Reassurance terdiri atas prediction reassurance, postdiction
reassurance, dan factual reassurance.

1. Prediction Reassurance (Penguatan prediksi)


Penguatan prediksi adalah penguatan yang dilakukan
oleh konselor terhadap pernyataan/rencana positif yang kan
dilaksanakan klien.

Contoh:

Klien : “Pak nilai semester ini bagi saya adalah nilai yang
sangat mengecewakan, hal ini terjadi karena saya
memang malas belajar, namun mulai semester depan
saya akan belajar dengan giat dan selalu belajar
walaupun tidak ada ulangan.

Ko’r : “Bagus sekali, jika anda mulai semester dapan akan


belajar lebih giat dan selalu belajar walaupun tidak ada
ulangan tidak mustahil nilaimu akan lebih baik dari
semester ini”.
2. Posdiction Reassurance (Penguatan postdiksi)
Penguatan postdiksi adalah penguatan/dukungan
konselor terhadap tingkah laku positif yang telah dilakukan
klien dan tampak hasil yang diperoleh dari apa yang dilakukan
oleh klien tersebut.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 42


Contoh:

Klien : “Pak dua hari yang lalu saya bertengkar dengan adik
saya gara-gara saya secara tidak sengaja menumpahkan
air di kertas pekerjaan rumahnya dan semenjak itu dia
tidak mau menyapa ataupun tersenyum pada saya
meskipun kami satu rumah, tetapi saya berusaha
menjelaskan kepada adik dan meminta maaf atas
kesalahan saya itu. Ya..Alhamdulillah Pak sekarang adik
saya mulai menyapa saya dan tidak marah lagi kepada
saya.
Ko’r : “Bagus sekali, setelah anda berusaha menjelaskan dan
meminta maaf atas kesalahan yang anda perbuat
ternyata adik anda sekarang dapat memaafkan dan
bersikap baik kepada anda”.

3. Factual Reassurance (Penguatan factual)


Penguatan faktual merupakan penguatan yang digunakan
konselor untuk mengurangi beban penderitaan secara psikis
klien dengan cara mengumpulkan bukti-bukti/fakta bahwa
kejadian yang tidak diharapkan yang menimpa klien bila
dialami oleh orang lain akan memberi dampak yang sama atau
relatif sama dengan apa yang dialami oleh klien.

Contoh:

Klien : “Bu, selama ini saya dan adik selalu dekat dan saya
sangat menyayanginya, tetapi Bu saya tidak mengira

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 43


kemarin saya dapat telpon dari ayah kalau adik saya
meninggal karena jatuh dari sepeda motor. Kejadian ini
sangat memukul dan membuat saya sedih”.

Ko’r : “Setiap kakak yang menyayangi adiknya sudah barang


tentu merasa terpukul dan sedih ketika mendengar kabar
adik yang sangat disayanginya meninggal”.

12). Rejection (Penolakan)


Pengertian
Rejection adalah keterampilan/teknik yang digunakan
konselor untuk melarang klien melakukan rencana yang akan
membahayakan/merugikan dirinya atau orang lain.

Jenis-jenis Rejection
Secara umum ada dua jenis penolakan, yaitu penolakan secara
halus dan penolakan secara terang-terangan/langsung.

Contoh

Klien : “Pak kemarin pacar saya mengirim surat kepada saya, dan
isinya dia mengatakan kalau mulai saat ini saya harus
menjauhi dia dan memutuskan hubungan dengan saya.
Saya amat sakit hati dengan peristiwa itu dan mulai besok
saya tidak akan menyapa dia dan tidak mau lagi berteman
dengan dia sampai kapanpun!”

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 44


Konselor : “ Coba pikirkan masak-masak, empat-lima kali lagi
sebelum melaksanakan rencana itu” (penolakan secara
halus)

Konselor: “Jangan, jangan anda lakukan rencana itu, karena


akibatnya akan merugikan Anda dan orang tua Anda”.
(penolakan secara terang-terangan/langsung)

13). Advice (Saran/Nasehat)


Pengertian
Advice adalah keterampilan/teknik yang digunakan konselor
untuk memberikan nasehat atau saran bagi klien agar dia dapat lebih
jelas, pasti mengenai apa yang akan dikerjakan.

Jenis-jenis Advice
Secara umum ada tiga jenis advice, yaitu advice langsung,
advice persuasif dan advice alternatif

1. Advice langsung
Advice langsung adalah saran/nasehat yang diberikan
langsung pada klien berupa fakta jika klien sama sekali tidak
mempunyai informasi tentang fakta/hal yang ia hadapi.

Contoh:

Klien : “Pak, saya ingin sekali masuk ke sekolah taruna AKPOL


tetapi saya sama sekali tidak tahu syarat-syarat yang
diperlukan untuk itu. Apakah Bapak mengetahuinya?”

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 45


Ko’r : “Kebetulan di kantor Bapak belum ada informasi
tersebut dan saya sendiri kurang mengetahuinya, namun
seyogyanya kamu datang ke sekretariat atau mungkin kamu
telpon ke bagian penerimaan siswa taruna untuk memperoleh
informasi tersebut lebih jelas”.

2. Advice persuasif
Advice persuasif adalah saran/nasehat yang diberikan
konselor bilamana klien telah mengemukakan alasan-alasan
yang logis dan dapat diterima dari rencana yang akan
dilakukan.

Contoh:

Klien : “Pak, saya merasa tidak kerasan tinggal dengan paman


saya karena saya merasa memberatkan kehidupan
keluarga paman dan lagi saya tahu paman tidak
mempunyai pekerjaan yang tetap serta rumah paman
yang jauh dari kampus membuat saya agak kerepotan
jika ada kuliah mendadak atau tugas yang harus
dikerjakan di kampus. Saya ingin kos yang jaraknya
tidak jauh dari rumah paman. Selain itu saya juga tidak
merasa terbebani dengan perasaan tidak enak atau
sungkan dengan paman.

Ko’r : “Berdasarkan alasan-alasan yang kamu kemukakan


tadi yaitu kamu ingin kos yang jaraknya tidak jauh dari
kampus dan perasaan yang tidak terbebani karena

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 46


memberatkan keluarga pamanmu maka baik sekali jika
rencanamu dilaksanakan”.

3. Advice alternatif
Advice alternatif adalah nasihat/saran yang diberikan
konselor setelah klien mengetahui kelbihan dan kelemahan
setiap alternatif

Contoh:

Klien : “Pak, saya ingin sekali kuliah di Yogyakarta karena


banyak teman-teman saya yang akan kuliah di Yogya,
namun ayah menyarankan saya untuk kuliah di
Semarang karena menurut ayah lebih dekat. Saya
bingung dan tidak tahu harus bagaimana Pak?”

Ko’r : “Baiklah, mari kita bicarakan bersama keuntungan


dan kerugiannya bila anda kuliah di Yogya dan kuliah
di Semarang, sehingga nanti kita temukan pilihan yang
paling menguntungkan anda”.

Konselor dan klien membahas keuntungan dan kerugian


atu faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat
setiap pilihan di atas sehingga akhirnya klien mengetahui
keuntungan dan kekurangan masing-masing pilihan tersebut

Ko’r : “ Setelah Anda mengetahui kelebihan dan kelemahan


setiap pilihan tersebut, maka sebaiknya Anda memilih

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 47


pilihan yang paling menguntungkan bagi Anda dengan
segala resikonya”

14. Summary (Ringkasan/Kesimpulan)


Pengertian
Summary (kesimpulan) adalah keterampilan/teknik yang
digunakan konselor untuk menyimpulkan atau ringkasan mengenai
apa yang telah dikemukakan klien pada proses komunikasi
konseling.

Jenis-jenis Summary
Summary terdiri atas dua jenis, yaitu summary bagian dan
summary keseluruhan /akhir.

1. Summary Bagian
Summary bagian merupakan kesimpulan yang dibuat
setiap saat dari percakapan klien dan konselor yang dipandang
penting. Untuk kesimpulan tersebut didahului kata-kata
pendahuluan seperti: untuk sementara ini…., sampai saat
ini…., sejauh ini….., selama ini….,dsb.

Contoh:

Ko’r : “Sejauh ini dari pembicaraan kita dapat disimpulkan


bahwa kita telah membahas masalah yang anda hadapi yaitu
masalah penyesuaian diri dan faktor-faktor penyebab kesulitan
dalam penyesuaian diri dengan lingkungan baru. Sekarang

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 48


marilah kita cari cara-cara yang dapat membantu Anda
mengatasi masalah tersebut”.

2. Summary Akhir/keseluruhan
Summary akhir merupakan kesimpulan yang dibuat
pada akhir komunikasi konseling sebagai kesimpulan
keseluruhan pembicaraan. Bentuk kesimpulan yang dibuat
pada akhir komunikasi konseling sebagai kesimpulan
keseluruhan pembicaraan. Bentuk kesimpulan akhir tersebut
didahului oleh kata-kata pendahuluan seperti: sebagai
kesimpulan akhir…., sebagai puncak pembicaraan kita….,
sebagai penutup pembicaraan kita…., dari awal hingga akhir
pembicaraan kita…, dsb.

Contoh:

Ko’r : “Sebagai kesimpulan akhir dari pembicaraan kita dapat


Bapak kemukakan bahwa Anda mempunyai kesulitan
untuk berkonsentrasi dalam belajar oleh karena itu mulai
besok anda akan belajar dengan menggunakan beberapa
metode belajar yang tadi telah kita bicarakan”.

15). Konfrontasi (Pertentangan)

Pengertian
Konfrontasi adalah keterampilan/teknik yang digunakan oleh
konselor untuk menunjukkan adanya kesenjangan, diskrepansi atau
inkronguensi dalam diri klien dan kemudian konselor
mengumpanbalikkan kepada klien.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 49


Kesenjangan itu terjadi:
1. Antara dua pernyataan
Klien mengatakan satu pihak dia sangat memperhatikan
pacarnya tapi dalam pernyataan lain dia malas menghubungi.
2. Antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan
Klien mengatakan bahwa dia sangat minat mengambil tes
pegawai, tapi dia tidak datang ketempat tes tersebut.
3. Antara pernyataan dan tingkah laku nonverbal
Klien menyatakan bahwa dia sangat senang bertemu pacarnya
tetapi sewaktu bercerita raut wajahnya sedih.
4. Antara dua tingkah laku nonverbal
Kaki gemetar sedangkan bibir tersenyum

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan konfrontasi:


1. Konfrontasi dapat dilakukan jika hubungan klien dan konselor
sudah mencapai kepercayaan, jika tidak justru terjadi resistensi
(mempertahankan diri) pada diri klien.
2. Konselor harus cukup yakin tentang apa yang ditunjukan
sebagai pertentangan, dan tidak boleh bicara dengan nada
mengadili, menuduh atau memamerkan ketajaman
pengamatannya.

16). Interpretasi (Penafsiran)


Pengertian
Interpretasi adalah keterampilan/teknik yang digunakan oleh
konselor dimana berarti atau karena tingkah laku klien

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 50


ditafsirkan/diduga dan dimengerti dengan dikomunikasikan pada
klien. Selain itu dalam interpretasi konselor menggali arti dan makna
yang terdapat di belakang kata-kata klien atau dibelakang
perbuatan/tindakannya yang telah diceritakannya.

Tujuan
Tujuan dari interpretasi adalah membantu klien lebih
memahami ddiri sendiri bilamana klien bersedia
mempertimbangkannya dengan pikiran terbuka.
Contoh:

Ko’r : “Anda mengatakan tadi bahwa anda merasa malu berbadan


gemuk. Anda juga mengatakan dilain waktu, bahwa anda
sering berkata-kata kasar terhadap teman-teman dan suka
membeberkan kepada mereka semua kesalahan yang mereka
perbuat. Apakah mungkin semua itu hanyalah merupakan
siasat yang anda gunakan untuk menutupi rasa malu itu?,
Bagaimana menurut pendapat anda?”

Hal-hal yan perlu diperhatikan:

Sebaiknya konselor mengemukakan lebih dahulu kata-kata atau


tindakan klien yang melandasi pemberian interpretasi baru
kemudian konselor menawarkan interpretasinya sebagai
kemungkinan dengan disertai permintaan umpan balik, sehingga
klien bebas untuk menerimanya atau menolaknya.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 51


17). Termination (Pengakhiran)
Pengertian
Termination (pengakhiran) adalah keterampilan/teknik yang
digunakan konselor untuk mengakhiri komunikasi konseling, baik
mengakhiri untuk dilanjutkan pada pertemuan berikutnya maupun
mengakhiri karena komunikasi konseling betul-betul telah
“berakhir”.

Bentuk
Cara pengakhiran ini dapat dilakukan dengan syarat misalnya
konselor merapikan kembali alat-alat yang telah digunakan,
membuat kesimpulan alkir, membicarakan tugas-tugas yang hendak
dilakukan sebelum pertemuan yang akan datang, dan dapat
dilakukan secara langsung, misalnya konselor menunjukkan
pembatasan waktu (time limit) konseling yang telah disepakati pada
awal pertemuan.

Contoh:
Ko’r : “ Baik, sekarang waktu telah menunjukkan pukul 10.00
sesuai kesepakatan kita diawal pertemuan tadi bahwa
pertemuan ini hanya sampai pukul 10,00, maka marilah kita
akhiri pertemuan ini dan dapat kita lanjutkan minggu
depan”.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 52


DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli dan Manrihu, Thayeb. 1996. Tehnik dan


Laboratorium Konseling. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

Brammer, L.M. 1985. The Helping Relationship;Process and Skills:


3ed. New Jersey: Prentice Hall Inc.

Brammer, L.M dan Shostrom, E.L. 1982. Therapeutic Psychology:


Fundamental of Counseling and Psychoterapy: Fourth
Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc.

Borck, L.E, dan Farveett, S.B. 1982. Learning Counseling and


Problem Solving Skills. New York: The Hawarth Press.

Capuzzi, D & Gross, D.R. ___. Counseling & Psychotherapy;


Theories and Interventions. New Jersey: Merril Prentice
Hall.

Corey, Gerald. 2005. Theory and Practice of Counseling and


Psychotheraphy: Seventh edition. Belmont, CA:
Brooks/Cole-Thompson Learning

Hendrarno, Edy dkk. 2003. Bimbingan dan Konseling. Semarang:


Perc. Swadaya Manunggal.

Hidayah, N. 2009.Process-Audit dalam Penyelenggaraan


Pendidikan Akademik S1 Bimbingan dan Konseling. Disertasi
tidak diterbitkan. Malang: PPs UM

Hidayah, N. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis


Pengalaman untuk Mengembangkan Mind Competence Calon
Konselor. Laporan penelitian tidak diterbitkan. Malang:
LPPM UM.

Ivey, Allen E, Ivey, M.B, Downing, L.S. 1987. Counseling and


Psychoterapy; Integrating Skills, Theory, and Practice: Second
Edition. New Jersey: Prentice Hall inc.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 53


Jones, R. N. 2003. Introduction to Counseling Skills. London: Sage
Publications.

Jones, R. N. 2005. Practical Counselling and Helping Skills.


London: Sage Publications.

Geldard, David. 1993. Basic Personal Counseling: Second Edition.


Sydney: Prentice Hall.

Mappiare, Andi, AT. 2002. Pengantar konseling dan Psikoterapi.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rosjidan. Handout Keterampilan Komunikasi Konseling. Tidak


diterbitkan.

Rosjidan. 2005. Konseling Bercorak Budaya: Penerapannya Dalam


Komunikasi Konseling. Makalah. Konvensi XIV dan
Konggres Nasional X ABKIN. Semarang.

Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi


Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling____________________________________________ 54


Buku ajar ini disusun sebagai salah satu buku pegangan
mahasiswa dan dosen dalam penyelenggaraan perkuliahan
dalam matakuliah Keterampilan Dasar Konseling. Buku ajar
ini juga dapat dijadikan pengayaan teori dan konsep bagi
praktisi untuk menunjang praktik konseling profesional.

Buku ajar ini terdiri atas garis-garis besar penjelasan tentang


hakekat konseling, prinsip-prinsip dan etika konseling, sikap
dasar konselor dan keterampilan/ teknik-teknik dasar
wawancara konseling meliputi: Attending, Opening, Acceptance,
Restatement, Reflection of Feeling, Paraphrashing, Clarification,
Structuring, Leading, Silence, Reassurance, Rejection, Advice,
Confrontation, Interpretation, Summary dan Termination.

Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan memperkaya setiap


bahasan dalam buku ajar ini dari bahan bacaan lain yang
menunjang. Buku ajar tersebut diharapkan dapat membantu
mahasiswa menguasai keterampilan/teknik-teknik dasar
wawancara konseling sehingga mereka dapat melaksanakan
wawancara konseling dengan efektif dan efisien.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai