Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

(ASAS MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Manajemen Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu:
Dr. Jarkawi, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 3

Luth Febriano : NPM 2002020056


Ahmad Ridho Billah : NPM 2002020051

KELAS REG BANJARMASIN A


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. Jarkawi, M.Pd. sebagai dosen
pengampu mata kuliah Manajemen Bimbingan Konseling yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Banjarmasin, September 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI
JUDUL........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asas Bimbingan dan Konseling...................................................2
B. Asas Bimbingan Konseling............................................................................2
C. Deskripsi Asas-Asas Bimbingan dan Konseling............................................3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................6
B. Saran...............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan pekerjaan pelayanan yang professional, yang
menguraikan kefahaman, penanganan dan penyikapan tentang keadaan seseorang yang
meliputi unsure kognisi, afeksi, dan psikomotori. Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam
dunia pendidikan, agar tercipta keserasian atau keharmonisan antara guru dengan siswa. Hal
ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 Ayat 1 dan 6 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh kaidah- kaidah
yang berlaku atau dalam kata lain disebut “asas”. Asas-asas bimbingan dan konseling adalah
merupakan rukun yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang guru pembimbing/
konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling. Asas-asas
tersebut adalah sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan
konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan
bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan asas bimbingan dan konseling?
2. Apa saja asas-asas dalam pelayanan bimbingan dan konseling?
3. Bagaimana Deskripsi asas-asas bimbingan dan konseling tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian asas bimbingan dan konseling
2. Untuk mengetahui asas-asas dalam pelayanan bimbingan dan konseling
3. Untuk dapat memahami asas-asas bimbingan dan konseling

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asas Bimbingan dan Konseling
Dalam kamus besar bahasa Indonesia asas berarti “Dasar”. Tetapi asas dalam pengertian
disini adalah bukan dasar tetapi “Rukun”. Jadi asas bimbingan dan konseling berarti “Rukun
yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang guru pembimbing atau konselor dalam
menjalankan pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling”.(hasil diskusi kelas : 25-03-
2012). Setiap kegiatan kadang-kadang ada asas yang dijadikan pegangan dalam
melaksanakan kegiatan tersebut. Demikian pula dalam layanan/ kegiatan bimbingan dan
konseling, ada asas yang dijadikan pegangan dalam menjalankan kegiatan itu. Menurut
Prayitno ada dua belas asas yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan
pelayanan bimbingan dan koseling. Asas-asas bimbingan dan konseling itu adalah : Asas
kerahasiaan, Asas Kesukarelaan, Asas Keterbukaan, Asas kekinian, Asas Kemandirian, Asas
Kegiatan, Asas Kedinamisan, Asas Keterpaduan, Asas Kenormatifan, Asas Keahlian, Asas
Alih Tangan, Asas Tut Wuri Handayani. (Dra. Hallen A., M.Pd.,Bimbingan & Konseling :
2005 hal. 62-69).

B. Asas – Asas Bimbingan Konseling


1. Asas Kerahasiaan
2. Asas Kesukarelaan
3. Asas Keterbukaan
4. Asas Kekinian
5. Asas Kemandirian
6. Asas Kegiatan
7. Asas Kedinamisan
8. Asas Keterpaduan
9. Asas Kenormatifan
10. Asas Keahlian
11. Asas Alih Tangan
12. Asas Tut Wuri Handayani

C. Deskripsi Asas-Asas Bimbingan dan Konseling

1. Asas Kerahasiaan
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan dan koseling, kadang- kadang
konseli harus menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi/ rahasia kepada konselor. Oleh
karena itu konselor harus menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya dari konselinya.
Sebagai konselor berkewajiban untuk menjaga rahasia data tersebut, baik data yang diperoleh
dari hasil wawancara atau konseling, karena hubungan menolong dalam bimbingan dan
konseling hanya dapat berlangsung dengan baik jika data atau informasi yang dipercayakan
kepada konselor atau guru pembimbing dapat dijamin kerahasiaannya. Asas ini bisa
dikatakan sebagai “Asas Kunci” dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, karena
dengan adanya asas kerahasiaan ini dapat menimbulkan rasa aman dalam diri konseli.
Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka apa yang terjadi saat pelayanan bimbingan
dan konseling yang dilakukan oleh konselor dan konseli baik itu isi pembicaraan atau pun
sikap konseli, kerahasiaanya perlu dihargai dan dijaga dengan baik. Demikian pula catatan-
catatan yang dibuat sewaktu atau pun sesudah wawancara atau konseling perlu disimpan
dengan baik dan kerahasiaanya dijaga dengan cermat oleh konselor.
2. Asas Kesukarelaan
Telah dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu. Perkataan
membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan bukan merupakan suatu paksaan, akan
tetapi merupakan suatu binaan. Oleh karena itu dalam kegiatan bimbingan dan konseling
diperlukan adanya kerjasama yang demokratis antara konselor/ guru pembimbing dengan
konselinya. Kerjasama akan terjalin bilamana konseli dapat dengan suka rela menceritakan
serta menjelaskan masalah yang dialaminya kepada konselor.
3. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan merupakan asas yang sangat penting bagi konselor/ guru pembimbing,
karena hubungan tatap muka antara konselor dan konseli merupakan pertemuan bathin tanpa
tedeng aling-aling. Dengan adanya keterbukaan ini dapat ditumbuhkan kecenderungan pada
konseli untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok hidupnya yang menjadi penghalang
bagi perkembangan psikisnya. Konselor yang sukses adalah konselor yang bisa memudahkan
konseli untuk membuka dirinya dan berusaha memahami lebih jauh tentang dirinya sendiri.
Truax dan Carkhuff menyimpulkan bahwa “ada hubungan yang erat antara keterbukaan
konselor dan kemampuan klien membuka diri (self exploration).”[1]
Asas ini menghendaki agar konseli bersifat terbuka dan tidak berpura-pura dalam
memberikan keterangan maupun informasi. Dalam hal ini konselor/ guru pembimbing
berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli. Agar konseli dapat terbuka, guru
pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Hal demikian
akan mendorong konseli mengekspresikan pengalaman pribadinya.
4. Asas Kekinian
Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah yang
dirasakan konseli saat kini atau sekarang, namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan
konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu masa lalu, sekarang,
dan masa yang akan datang. Permasalahan yang dihadapi oleh konseli sering bersumber dari
rasa penyesalannya terhadap apa yang terjadi pada masa lalu, dan kekhawatiran dalam
menghadapi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, sehingga ia lupa dengan apa
yang harus dan dapat dikerjakannya pada saat ini.
Sesuai apa yang terkemukan di atas, maka diharapkan konselor dapat mengarahkan konseli
untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya sekarang. Sebagaimana firman Allah
SWT.
5. Asas Kemandirian
Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar konselor berusaha
menghidupkan kemandirian di dalam diri konseli. Ciri-ciri kemandirian tersebut yaitu
mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu
mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi
berkembangnya kemandirian konseli. Agar dapat tumbuh sikap kemandirian tersebut, maka
konselor harus memberikan respon yang cermat terhadap konseli atas keluhan-keluhan yang
diungkapkan.
6. Asas Kegiatan
Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang konselor memberikan
beberapa tugas dan kegiatan pada konslinya. Dalam hal ini konseli harus mampu
melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka mencapai tujuan bimbingan
dan konseling yang telah ditetapkan. Asas ini menghendaki agar konseli bisa berpartisipasi
secara aktif atas kegiatan yang diselenggarakan oleh konselor. Di pihak lain konselor harus
berusaha/ mendorong agar konseli mampu melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan
tersebut.
7. Asas Kedinamisan
Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan terjadinya
perubahan sikap dan tingkah laku konseli ke arah yang lebih baik. Untuk mewujudkan
terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu membutuhkan proses dan waktu tertentu
sesuai dengan kedalaman dan kerumitan masalah yang dihadapi konseli. Isi layanan
bimbingan dan konseling dari asas ini adalah selalu bergerak maju, tidak monoton,dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari
waktu ke waktu. Konselor dan pihak-pihak lain diminta untuk memberikan kerjasama
sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat dengan cepat
menimbulkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku konseli.
8. Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan berbagai aspek dari
individu yang dibimbing. Untuk itu konselor perlu bekerja sama dengan orang- orang yang
diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi konseli. Dalam hal ini
peranan guru, orang tua, dan siswa-siswa yang lain sering kali sangat menentukan. Konselor
harus pandai menjalin kerja sama yang saling mengerti dan saling membantu demi
terbantunya konseli yang mengalami masalah.
9. Asas Kenormatifan
Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan hendaknya tidak bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat dan lingkungannya. Dalam kegiatan
bimbingan dan konseling, konselor tentu akan menyertakan norma-norma yang dianutnya ke
dalam hubungan konseling, baik secara langsung atau tidak langsung. Tetapi harus diingat
bahwa konselor tidak boleh memaksakan nilai atau norma yang dianutnya itu kepada
konselinya. Seluruh layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling ini adalah didasarkan
pada norma-norma yang berlaku yaitu norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu
pengetahuan, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, layanan/
kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan siswa/ konseli
dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus
mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai. Pengetahuan, keterampilan, sikap dan
kepribadian yang ditampilkan oleh konselor/ guru pembimbing akan menunjang hasil
konseling. Pendek kata bahwa para pelaksana layanan bimbingan dan konseling ini harus
benar-benar ahli dibidang bimbingan dan konseling, atau dalam istilah lain adalah
profesional.
11. Asas Alih Tangan
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang menangani masalah- masalah
yang cukup pelik. Berhubung hakekat masalah yang dihadapi konseli adalah unik
(kedalamannya, keluasannya, dan kedinamisannya), disamping pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh konselor adalah terbatas, maka ada kemungkinan suatu
masalah belum dapat diatasi setelah proses konseling berlangsung. Dalam hal ini konselor
perlu mengalih tangankan (referal) konseli pada pihak lain (konselor) yang lebih ahli untuk
menangani masalah yang sedang dihadapi oleh konseli tersebut. “Pengalihan tanganan seperti
ini adalah wajib, artinya masalah klien tidak boleh terkatung-katung di tangan konselor yang
terdahulu itu.” (Prayitno: 1981).[2]
12. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagaimana yang telah dipahami dalam pengertian bimbingan dan konseling bahwa
bimbingan dan konseling itu merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis, sengaja,
berencana, terus menerus, dan terarah kepada suatu tujuan. Oleh karena itu kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada saat konseli
mengalami masalah dan menghadapkannya kepada konselor/ guru pembimbing saja.
Kegiatan bimbingan dan konseling harus senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif
sampai sejauh mana konseli telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Asas ini
menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat
menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan,
dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada
konseli untuk maju. (Anas Salahudin. Bimbingan dan Konseling: 2010 Hal. 42).

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Asas-asas bimbingan dan konseling adalah merupakan subuah dasar yang dijadikan pedoman
dalam melaksanakan pelayanan/ kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno ada
dua belas asas yang mendasari layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, asas-asas
tersebut sesuai dengan apa yang sudah dikemukakan di atas. Kedua belas asas bimbingan dan
konseling tersebut pada dasarnya menegaskan bahwa para konselor merupakan para ahli yang
memiliki kemampuan untuk membimbing konselinya, baik secara ikhlas maupun profesional
sehingga mereka mampu meningkatkan taraf kehidupannya yang lebih baik, terutama
berkaitan dengan persoalan mentalitas konseli, baik dalam menghadapi lingkungannya
maupun orang-orang yang ada di sekelilingnya.

Demikianlah beberapa asas-asas penting yang dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling

B. Saran

Dari uraian tersebut di atas, asas bimbingan dan konseling merupakan hal yang sangat
penting yang harus dipegang teguh oleh para konselor/ guru pembimbing dalam memberikan
pelayanan pada konseli/ siswa. Maka dari itu penulis dapat memberikan saran kepada semua
pihak yang terlibat sebagai pelaksana pendidikan atau bisa disebut sebagai seorang guru
(pembimbing) dan calon guru (mahasiswa jurusan pendidikan), agar tetap selalu
bertanggungjawab atas keberhasilan siswa dalam rangka mencetak kepribadian yang luhur.
Dan bagi calon guru diharapkan mencari refrensi lain yang berkaitan dengan bimbingan dan
konseling, karena kami (penulis) merasa isi makalah ini ada kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA

A, Hallen. 2005. Bimbingan & Konseling. Jakarta : Quantum Teaching.

Luddin, Abu Bakar. 2010. Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik. Bandung :
Citapustaka Media Perintis.

Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung : CV. Pustaka Setia.

[1] Hallen A. 2005. Bimbingan & Konseling. Jakarta : Quantum Teaching. Hal. 63

[2] Hallen A. Op Cit Hal. 68.

Anda mungkin juga menyukai