PENGANTAR BK
ASAS ASAS BK
DISUSUN OLEH:
IKHSANUL ARIF (22060011)
ROZA WULANDARI (22060012
HARIYATI MUSTHAFA (220600
DOSEN PEMBIMBING:
FADIL MAISEPTIAN. S.sos.i. M.pd
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat melaksanakan dan menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini bertujuan untuk memenuhi syarat tugas kelompok mata kuliah Bimbingan
Konseling Islam semester V kelas PAI-4 di UIN Sumatera Utara dengan materi
“Asas-asas Bimbingan Konseling dan Asas-asas Bimbingan Konseling Islam”.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Masalah...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asas-asas Bimbingan Konseling dan Konseling Islam....................3
B. Asas-asas Bimbingan Konseling.........................................................................3
C. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam...............................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan pekerjaan pelayanan yang
professional, yang menguraikan pemahaman, penanganan dan penyikapan
tentang keadaan seseorang yang meliputi unsur kognisi, afeksi, dan
psikomotori.Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia pendidikan,
agar tercipta keserasian atau keharmonisan antara guru dengan siswa. Hal
ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 dan 6 :Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat
ditentukan oleh kaidah-kaidah yang berlaku atau dalam kata lain disebut
“asas”. Asas-asas bimbingan dan konseling adalah merupakan rukun yang
harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang guru pembimbing/
konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan bimbingan dan
konseling. Asas-asas tersebut adalah sebagai jiwa dan nafas dari seluruh
kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak
dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling
akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian asas-asas bimbingan konseling?
2. Apa saja asas-asas bimbingan konseling?
3. Apa saja asas-asas bimbingan konseling islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian asas-asas bimbingan konseling.
2. Untuk mengetahui asas-asas bimbingan konseling.
3. Untuk mengetahui asas-asas bimbingan konseling islam.
2
BAB II
PEMBAHASA
N
3
Asas-asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan,
keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan,
kenormatifan, keahlian, alih tangan dan tut wuri handayani.1
1. Asas Kerahasiaan
Penyelenggaraan konseling dilakukan melalui interaksi antara satu
atau lebih individu yang menghadapi kesulitan dan memerlukan
bantuan (konsele) dengan satu orang yang dilatih secara profesional
(konselor). Masih banyak individu yang memiliki masalah selalu
ingin menutupi masalahnya, yaitu jangan sampai orang lain me-
ngetahui masalah yang dialami. Sehingga dapat dimaklumi apabila
layanan bimbingan dan konseling akan dimanfaatkan oleh individu
yang bermasalah, bahwa layanan bimbingan dan konseling me-
laksanakan asas kerahasiaan.
Asas kerahasiaan merupakan asas yang harus dipegang teguh
oleh seorang konselor, jika konselor tidak dapat memegang teguh
asas kerahasiaan, maka kredibilitas konselor akan hilang. Kredibilitas
bagi konselor merupakan karakteristik yang utama, sehingga konsele
akan merasa bebas, aman, nyaman, dan terbuka dalam me-
ngemukakan permasalahan yang dirasakan selama mengikuti
konseling. Konseling merupakan hubungan emosional yang di
dalamnya ada saling percaya mempercayai, saling bertanggung
jawab dan terbuka satu sama lainnya.2
2. Asas Kesukarelaan
Jika asas kerahasiaan sudah bisa terlaksana dengan baik, maka dapat
diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan dengan sukarela
membawa masalahnya itu kepada konselor ataupun pembimbing untuk
dibimbing. Asas kesukarelaan adalah asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) untuk
mengikuti atau menjalani layanan atau kegiatan yang diperuntukan baginya.
1
Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling + Konseling Islam,
(Binjai: DiFA NIAGA, 2014), hlm. 24.
2
Giyono, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Media Akademi, 2015), hlm. 102.
4
Proses bimbingan dan konseling itu harus berlangsung atas dasar
kesukarelaan, baik dari pihak klien ataupun dari konselornya. Dalam hal ini
klien diharapkan secara suka rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa
untuk menyampaikan masalah yang dihadapinya berdasarkan fakta, data,
dan seluk beluk yang berkenaan dengan masalahnya itu kepada konselor.
Dan hendaknya konselor dapat memberikan bantuan yang tidak terpaksa
serta disampaikan secara terbuka pula. Dalam asas kesukarelaan, seharusnya
para pembimbing juga harus mampu untuk menghilangkan rasa bahwa tugas
menjadi seorang guru bimbingan dan konseling itu merupakan paksaan pada
diri mereka.
3. Asas Keterbukaan
Pelayanan bimbingan dan konseling akan berjalan secara efisien dan
efektif apabila dilaksanakan dalam suasana keterbukaan, baik si
terbimbing maupun si pembimbing bersikap terbuka. Keterbukaan
bukan hanya berarti “bersedia menerima bantuan dari luar” tetapi masing-
masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan
bersama yaitu dalam memecahkan masalah yang di- hadapi konsele.
Misalnya, dalam konseling konsele diharapkan dapat berbicara sejujur-
jujurnya dan terbuka tentang dirinya sendiri.
Perlu dipahami bahwa keterbukaan bukan hanya akan terjadi
apabila konselor tidak lagi mempersoalkan asas kerahasiaan yang
semestinya diterapkan oleh konselor. Konselor mulai dari awal
konseling harus terus membina hubungan yang baik (rapport) dengan
konsele. Keterbukaan konselor dengan konselenya dan konsele
dengan konselornya dapat menciptakan hubungan yang harmonis
dalam konseling, konselor hendaknya bersikap terbuka dan yakin
bahwa asas keterbukaan benar-benar terselenggara. Dengan baik.
Kesukarelaan konsele dan kesukarelaan konselor dapat mendorong
adanya keterbukaan dalam proses konseling, dengan demikian
kemungkinan untuk berhasil dalam konseling sangat terbuka. Ke-
5
berhasilan konseling salah satunya ditentukan oleh keterbukaan
khusunya konsele kepada konselor dan juga keterbukaan konselor.
4. Asas Kekinian
Masalah konsele yang dicari solusinya dalam konseling adalah
masalah-masalah yang dihadapi konsele saat sekarang bukan masalah-
masalah masa lampau dan/atau masalah-masalah yang akan
datang (masalah yang kemungkinan terjadi). Masalah masa lampau
maupun kemungkinan masalah yang akan datang dapat dianalisis
untuk mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi saat sekarang.
Karena bisa terjadi apa yang dihadapi oleh konsele saat sekarang
merupakan akibat dari masalah masa lampau dan masalah yang akan
datang, misalnya individu datang kepada konselor menceriterakan
bahwa waktu dulu dia pernah mengalami depresi ini masalah masa
lalu. Masalah masa yang akan datang misalnya bagaimana andaikata
saya besok tidak dapat menyekolahkan anak saya. Tetapi apabila
terjadi ada individu menyatakan bahwa dia duhulu waktu di sekolah
dasar suka membolos dan sampai sekarang susah untuk meng-
hilangkan kebiasaan tersebut (ini masalah sekarang yang disebabkan
masa lalu). Ada individu yang menyatakan bahwa dirinya sekarang
merasa cemas jangan-jangan saya besuk setelah berkeluarga tidak
dapat memenuhi kebutuhan keluarganya (ini masalah sekarang yang
disebabkan masa yang akan datang).
Asas kekinian juga mengandung makna bahwa konselor tidak
boleh menunda-nunda untuk memberi bantuan kepada konsele, jika
diminta bantuan oleh konsele. Misalnya, ada peserta didik yang
mengalami masalah maka konselor hendaknya segera membantunya.
Yang paling penting adalah masalah yang dihadapi konsele segera
dapat teratasi. Masalah sekarang apabila tidak segera teratasi maka
dapat menimbulkan masalah pada waktu mendatang. Konselor dapat
menunda memberi bantuan kepada konsele apabila menurut per-
timbangan konselor penundaan tersebut justru demi kepentingan
6
konsele dan konselor dalam hal ini dapat mempertanggungjawab-
kannya, mengapa bantuan tidak segera diberikan.
5. Asas Kemandirian
Asas kemandirian adalah asas bimbingan dan konseling yang
menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu peserta didik
(klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan bisa
menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya. Dalam pelayanan bimbingan dan
konseling bertujuan untuk menjadikan si terbimbing dapat berdiri sendiri,
tidak bergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor. Dalam
memberikan bimbingan, hendaknya para petugas bimbingan dan konseling
selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing,
jangan membiarkan orang yang dibimbing itu menjadi tergantung pada
orang lain, khususnya pada konselor. Individu yang dibimbing setelah
dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok, diantaranya:
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya,
b. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis,
c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri,
d. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu,
e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan
kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.3
Kemandirian dengan ciri-ciri umum diatas juga haruslah disesuaikan
dengan tingkat perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-
hari. Kemandirian sebagai hasil dari konseling menjadi arah dari
keseluruhan proses konseling, dan itu harus disadari baik oleh konselor
maupun konseli.
3
Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2004), hlm, 117.
7
6. Asas Kegiatan
Asas kegiatan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi
secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan bimbingan. Usaha
bimbingan dan konseling akan menghasilkan buah yang berarti jika klien
tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan
konseling. Para konselor seharusnya bisa menimbulkan suasana agar konseli
yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksudkan
dalam penyelesaian masalah. Asas kegiatan ini merujuk pada pola konseling
yang multi dimensional, yang tidak hanya mengandalkan transaksi verbal
antara klien dan konselor. artinya klien harus aktif dalam menjalani proses
konseling dan aktif pula dalam melaksanakan/menerapkan hasil-hasil dari
konseling.
7. Asas Kedinamisan
Asas kedinamisan yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama
kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang
serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya
dari waktu ke waktu. Usaha bimbingan dan konseling menghendaki
terjadinya perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah
yang lebih baik. Dan perubahan yang terjadi adalah perubahan yang selalu
menuju ke suatu pembaruan dan lebih maju. Asas kedinamisan ini
hendaknya mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya terdapat pada proses
konseling dan hasil-hasilnya.
8. Asas Keterpaduan
Asas keterpaduan yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar berbagai layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling,
baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis, dan terpadukan. Pelayanan bimbingan dan konseling
berusaha untuk memadukan berbagai aspek pribadi dari klien. Sebagaimana
8
diketahui, bahwa setiap klien itu memiliki berbagai aspek kepribadian yang
tidak seimbang, serasi, dan terpadu, sehingga hal itu bisa menimbulkan
masalah. Keterpaduan yang diharapkan adalah keterpaduan dari diri konseli
itu sendiri dan juga keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan.
Untuk mewujudkan asas keterpaduan ini, konselor perlu memiliki wawasan
yang luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien,
serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah
klien.
9. Asas Kenormatifan
Asas kenormatifan yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma-
norma yang ada. Norma-norma ini adalah norma agama, hukum, kesopanan,
kesusilaan, kebiasaan berperilaku, dan adat istiadat. Asas kenormatifan ini
diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan
konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada.
Selain itu, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling juga harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut.
4
Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling + Konseling
Islam,... hlm.26.
9
mengacu pada kualifikasi konselor, juga kepada pengalaman yang ada pada
diri konselor. Teori dan praktek bimbingan dan konseling perlu dipadukan
satu sama lain. Maka dari itu, seorang konselor harus benar-benar ahli
dalam menguasai teori dan praktek konseling secara baik.
10
saja, namun juga saat diluar hubungan proses bimbingan dan konselingpun
hendaknya bisa dirasakan adanya manfaat pelayanan bimbingan dan
konseling.
Asas-asas tersebut harus saling terkait satu sama lain, dan segenap
asas itu perlu diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, artinya yang
satu tidak boleh didahulukan atau dikemudiankan daripada yang lain. Asas-
asas itu sangat penting, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu
merupakan jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan pelayanan bimbingan dan
konseling. Apabila asas-asas itu tidak dilaksanakan dengan baik, maka
penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan tersendat atau bahkan bisa
terhenti.
َ َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن يَّقُوْ ُل َربَّن َۤا ٰاتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َّوفِى ااْل ٰ ِخ َر ِة َح َسنَةً َّو قِنَا َع َذا
ب النَّا ِر
“Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab
neraka.””
12
dalam keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara kehidupan di dunia
dan kehidupan di akhirat.
2. Asas Fitrah
Bimbingan dan konseling Islam merupakan bantuan yang diberikan
kepada klien atau konseling untuk mengenal, memahami, dan menghayati
fitrahnya, sehingga gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan
fitrahnya tersebut. Manusia menurut pandangan Islam, dilahirkan dalam
atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan
dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama Islam.
Bimbingan dan konseling membantu klien atau konseling mengenal dan
memahami fitrahnyaitu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala
pernah “tersesat”, serta menhayatinya, sehingga dengan demikian akan
mampu mencapai kebahgiaan hidup di dunia dan akhirat karena bertingkah
laku sesuai fitrahnya tersebut. Terdapat pada Q.S. Ar-Rum: 30 yaitu:
13
“Katakanla: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
14
diajak untuk menginternalisasikan norma dengan mempergunakan semua
kemampuan rohaniah potensialnya tersebut, bukan cuma mengikuti hawa
nafsu (perasaan dangkal, kehendak) semata.
15
yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”. (Q.S Al-kahfi:
29).
5
Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Islam, (Yogyakarta: elSAQ Press, 2007), hal 121.
16
12. Asas kasih sayang
Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan kasih sayang dari orang
lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan banyak
hal. Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan berlandaskan kasih
dan sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah bimbingan dan konseling
akan berhasil. Sesuai dengan hadits Nabi yang artinya:
“Sayangilah siapa saja yang ada di muka bumi ini, maka penghuni langit
akan menyayangimu”. (H.R. Thabrani dan Hakim dengan sunah yang
shahih)
6
Annur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII
Press, 2004), hal.34.
17
dan tidak ada keinganan tertekan, semua dilakukan dengan baik-baik agar
proses bimbingan dan konseling dapat berjalan sesuai dengan keinginan.
18
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Asas-asas bimbingan dan konseling islam ialah dasar atau prinsip
yang harus di pegang dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang
pembimbing atau konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling sehingga akan mendapatkan hasil yang di
inginkan dari suatu proses konseling.
Asas-asas bimbingan konseling ada 12 asas yaitu kerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan,
keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tut wuri handayani
Ada 15 asas yang dimiliki bimbingan dan konseling islami yaitu:
asas hidup bahagia dunia dan akhirat, asas fitrah, asas “lillahi ta’ala”, asas
bimbingan seumur hidup, asas kesatuan jasmani dan rohani, asas
keseimbangan rohaniah, asas kemaujudan individu, asas sosialitas
manusia, asas kekhalifahan manusia, asas keselarasan dan keadilan, asas
pembinaan akhlakul qarimah, asas kasih sayang, asas saling menghargai
dan menghormati, asas musyawarah dan asas keahlian.
B. Saran
Dari uraian tersebut di atas, asas bimbingan dan konseling
merupakan hal yang sangat penting yang harus dipegang teguh oleh para
konselor/ guru pembimbing dalam memberikan pelayanan pada konseli/
siswa. Maka dari itu penulis dapat memberikan saran kepada semua pihak
yang terlibat sebagai pelaksana pendidikan atau bisa disebut sebagai
seorang guru (pembimbing) dan calon guru (mahasiswa jurusan
pendidikan), agar tetap selalu bertanggungjawab atas keberhasilan siswa
dalam rangka mencetak kepribadian yang luhur. Dan bagi calon guru
diharapkan mencari refrensi lain yang berkaitan dengan bimbingan dan
konseling.
19
DAFTAR PUSTAKA
Faqih, Annur Rahim. 2004. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta:
UII Press.
Giyono. 2015. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Media Akademi
Lubis, Syaiful Akhyar. 2007. Konseling Islam. Yogyakarta: elSAQ Press.
Luddin, Abu Bakar M. 2014. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling +
Konseling Islam. Binjai: DiFA NIAGA.
Prayitno & Amti, Erman. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
20