Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGANTAR BK
ASAS ASAS BK

DISUSUN OLEH:
IKHSANUL ARIF (22060011)
ROZA WULANDARI (22060012
HARIYATI MUSTHAFA (220600

DOSEN PEMBIMBING:
FADIL MAISEPTIAN. S.sos.i. M.pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA
BARAT
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat melaksanakan dan menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini bertujuan untuk memenuhi syarat tugas kelompok mata kuliah Bimbingan
Konseling Islam semester V kelas PAI-4 di UIN Sumatera Utara dengan materi
“Asas-asas Bimbingan Konseling dan Asas-asas Bimbingan Konseling Islam”.

Makalah ini dapat terselesaikan berkat kerja sama kelompok. Semoga


dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua
dalam memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling Islam di Perguruan
Tinggi. Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan juga bisa menjadi pedoman
dalam menyusun makalah selanjutnya.

Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha dengan segenap


kemampuan, serta masih banyak kekurangan dan kesalahan. Kami mempunyai
keterbatasan dan ke tidak sempurnaan dalam berbagai hal, oleh karena itu tidak
ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan
makalah ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan
dalam makalah ini..

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagaimana


mestinya dan dapat memenuhi salah satu tugas kuliah. Amin.

Padang, 09, Desember 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Masalah...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asas-asas Bimbingan Konseling dan Konseling Islam....................3
B. Asas-asas Bimbingan Konseling.........................................................................3
C. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam...............................................................11

BAB III PENUTUP


A. Simpulan.............................................................................................................18
B. Saran...................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan pekerjaan pelayanan yang
professional, yang menguraikan pemahaman, penanganan dan penyikapan
tentang keadaan seseorang yang meliputi unsur kognisi, afeksi, dan
psikomotori.Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia pendidikan,
agar tercipta keserasian atau keharmonisan antara guru dengan siswa. Hal
ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 dan 6 :Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat
ditentukan oleh kaidah-kaidah yang berlaku atau dalam kata lain disebut
“asas”. Asas-asas bimbingan dan konseling adalah merupakan rukun yang
harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang guru pembimbing/
konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan bimbingan dan
konseling. Asas-asas tersebut adalah sebagai jiwa dan nafas dari seluruh
kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak
dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling
akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian asas-asas bimbingan konseling?
2. Apa saja asas-asas bimbingan konseling?
3. Apa saja asas-asas bimbingan konseling islam?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian asas-asas bimbingan konseling.
2. Untuk mengetahui asas-asas bimbingan konseling.
3. Untuk mengetahui asas-asas bimbingan konseling islam.

2
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Pengertian Asas-asas Bimbingan Konseling dan Konseling Islam


Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia asas ialah dasar (suatu yang
menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat). Asas-asas ini adalah prinsip-prinsip
yang dijadikan rujukan dalam penyelenggaraan konseling dan konseling Islam.
Jadi, asas bimbingan konseling dan konseling Islam adalah dasar atau prinsip
yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang pembimbing atau konselor
dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling. Setiap
kegiatan kadang-kadang ada asas yang dijadikan pegangan dalam melaksanakan
kegiatan tersebut. demikian juga dengan layanan atau kegiatan bimbingan
konseling dan bimbingan konseling islam, ada asas yang dijadikan pegangan dan
harus ditetapkan dalam menjalankan kegiatan itu

B. Asas-asas Bimbingan Konseling


Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Sesuai
dengan makna uraian tentang kefahaman, penanganan dan penyikapan yang
meliputi unsur kognisi, afeksi dan perlakuan konselor terhadap kasus, pekerjaan
profesional itu harus dilaksanakan dengan mengikuti, kaidah yang menjamin
efesien dan efektifitas proses dan lainnya. Kaidah-kaidah tersebut didasarkan atas
tuntutan keilmuan layanan di satu segi, antara lain bahwa layanan harus
didasarkan atas data dan tingkat perkembangan klien dan tuntutan optimalisasi
proses penyelenggaraan layanan dari segi lain. yaitu antara lain suasana konseling
ditandai oleh adanya kehangatan, kefahaman, penerimaan, kebebasan dan
keterbukaan, serta berbagai sumber daya yang perlu diaktifkan.
Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah-
kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu
ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan ituu.

3
Asas-asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan,
keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan,
kenormatifan, keahlian, alih tangan dan tut wuri handayani.1
1. Asas Kerahasiaan
Penyelenggaraan konseling dilakukan melalui interaksi antara satu
atau lebih individu yang menghadapi kesulitan dan memerlukan
bantuan (konsele) dengan satu orang yang dilatih secara profesional
(konselor). Masih banyak individu yang memiliki masalah selalu
ingin menutupi masalahnya, yaitu jangan sampai orang lain me-
ngetahui masalah yang dialami. Sehingga dapat dimaklumi apabila
layanan bimbingan dan konseling akan dimanfaatkan oleh individu
yang bermasalah, bahwa layanan bimbingan dan konseling me-
laksanakan asas kerahasiaan.
Asas kerahasiaan merupakan asas yang harus dipegang teguh
oleh seorang konselor, jika konselor tidak dapat memegang teguh
asas kerahasiaan, maka kredibilitas konselor akan hilang. Kredibilitas
bagi konselor merupakan karakteristik yang utama, sehingga konsele
akan merasa bebas, aman, nyaman, dan terbuka dalam me-
ngemukakan permasalahan yang dirasakan selama mengikuti
konseling. Konseling merupakan hubungan emosional yang di
dalamnya ada saling percaya mempercayai, saling bertanggung
jawab dan terbuka satu sama lainnya.2

2. Asas Kesukarelaan
Jika asas kerahasiaan sudah bisa terlaksana dengan baik, maka dapat
diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan dengan sukarela
membawa masalahnya itu kepada konselor ataupun pembimbing untuk
dibimbing. Asas kesukarelaan adalah asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) untuk
mengikuti atau menjalani layanan atau kegiatan yang diperuntukan baginya.

1
Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling + Konseling Islam,
(Binjai: DiFA NIAGA, 2014), hlm. 24.
2
Giyono, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Media Akademi, 2015), hlm. 102.

4
Proses bimbingan dan konseling itu harus berlangsung atas dasar
kesukarelaan, baik dari pihak klien ataupun dari konselornya. Dalam hal ini
klien diharapkan secara suka rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa
untuk menyampaikan masalah yang dihadapinya berdasarkan fakta, data,
dan seluk beluk yang berkenaan dengan masalahnya itu kepada konselor.
Dan hendaknya konselor dapat memberikan bantuan yang tidak terpaksa
serta disampaikan secara terbuka pula. Dalam asas kesukarelaan, seharusnya
para pembimbing juga harus mampu untuk menghilangkan rasa bahwa tugas
menjadi seorang guru bimbingan dan konseling itu merupakan paksaan pada
diri mereka.

3. Asas Keterbukaan
Pelayanan bimbingan dan konseling akan berjalan secara efisien dan
efektif apabila dilaksanakan dalam suasana keterbukaan, baik si
terbimbing maupun si pembimbing bersikap terbuka. Keterbukaan
bukan hanya berarti “bersedia menerima bantuan dari luar” tetapi masing-
masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan
bersama yaitu dalam memecahkan masalah yang di- hadapi konsele.
Misalnya, dalam konseling konsele diharapkan dapat berbicara sejujur-
jujurnya dan terbuka tentang dirinya sendiri.
Perlu dipahami bahwa keterbukaan bukan hanya akan terjadi
apabila konselor tidak lagi mempersoalkan asas kerahasiaan yang
semestinya diterapkan oleh konselor. Konselor mulai dari awal
konseling harus terus membina hubungan yang baik (rapport) dengan
konsele. Keterbukaan konselor dengan konselenya dan konsele
dengan konselornya dapat menciptakan hubungan yang harmonis
dalam konseling, konselor hendaknya bersikap terbuka dan yakin
bahwa asas keterbukaan benar-benar terselenggara. Dengan baik.
Kesukarelaan konsele dan kesukarelaan konselor dapat mendorong
adanya keterbukaan dalam proses konseling, dengan demikian
kemungkinan untuk berhasil dalam konseling sangat terbuka. Ke-

5
berhasilan konseling salah satunya ditentukan oleh keterbukaan
khusunya konsele kepada konselor dan juga keterbukaan konselor.

4. Asas Kekinian
Masalah konsele yang dicari solusinya dalam konseling adalah
masalah-masalah yang dihadapi konsele saat sekarang bukan masalah-
masalah masa lampau dan/atau masalah-masalah yang akan
datang (masalah yang kemungkinan terjadi). Masalah masa lampau
maupun kemungkinan masalah yang akan datang dapat dianalisis
untuk mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi saat sekarang.
Karena bisa terjadi apa yang dihadapi oleh konsele saat sekarang
merupakan akibat dari masalah masa lampau dan masalah yang akan
datang, misalnya individu datang kepada konselor menceriterakan
bahwa waktu dulu dia pernah mengalami depresi ini masalah masa
lalu. Masalah masa yang akan datang misalnya bagaimana andaikata
saya besok tidak dapat menyekolahkan anak saya. Tetapi apabila
terjadi ada individu menyatakan bahwa dia duhulu waktu di sekolah
dasar suka membolos dan sampai sekarang susah untuk meng-
hilangkan kebiasaan tersebut (ini masalah sekarang yang disebabkan
masa lalu). Ada individu yang menyatakan bahwa dirinya sekarang
merasa cemas jangan-jangan saya besuk setelah berkeluarga tidak
dapat memenuhi kebutuhan keluarganya (ini masalah sekarang yang
disebabkan masa yang akan datang).
Asas kekinian juga mengandung makna bahwa konselor tidak
boleh menunda-nunda untuk memberi bantuan kepada konsele, jika
diminta bantuan oleh konsele. Misalnya, ada peserta didik yang
mengalami masalah maka konselor hendaknya segera membantunya.
Yang paling penting adalah masalah yang dihadapi konsele segera
dapat teratasi. Masalah sekarang apabila tidak segera teratasi maka
dapat menimbulkan masalah pada waktu mendatang. Konselor dapat
menunda memberi bantuan kepada konsele apabila menurut per-
timbangan konselor penundaan tersebut justru demi kepentingan

6
konsele dan konselor dalam hal ini dapat mempertanggungjawab-
kannya, mengapa bantuan tidak segera diberikan.

5. Asas Kemandirian
Asas kemandirian adalah asas bimbingan dan konseling yang
menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu peserta didik
(klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan bisa
menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya. Dalam pelayanan bimbingan dan
konseling bertujuan untuk menjadikan si terbimbing dapat berdiri sendiri,
tidak bergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor. Dalam
memberikan bimbingan, hendaknya para petugas bimbingan dan konseling
selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing,
jangan membiarkan orang yang dibimbing itu menjadi tergantung pada
orang lain, khususnya pada konselor. Individu yang dibimbing setelah
dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok, diantaranya:
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya,
b. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis,
c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri,
d. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu,
e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan
kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.3
Kemandirian dengan ciri-ciri umum diatas juga haruslah disesuaikan
dengan tingkat perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-
hari. Kemandirian sebagai hasil dari konseling menjadi arah dari
keseluruhan proses konseling, dan itu harus disadari baik oleh konselor
maupun konseli.

3
Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2004), hlm, 117.

7
6. Asas Kegiatan
Asas kegiatan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi
secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan bimbingan. Usaha
bimbingan dan konseling akan menghasilkan buah yang berarti jika klien
tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan
konseling. Para konselor seharusnya bisa menimbulkan suasana agar konseli
yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksudkan
dalam penyelesaian masalah. Asas kegiatan ini merujuk pada pola konseling
yang multi dimensional, yang tidak hanya mengandalkan transaksi verbal
antara klien dan konselor. artinya klien harus aktif dalam menjalani proses
konseling dan aktif pula dalam melaksanakan/menerapkan hasil-hasil dari
konseling.

7. Asas Kedinamisan
Asas kedinamisan yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama
kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang
serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya
dari waktu ke waktu. Usaha bimbingan dan konseling menghendaki
terjadinya perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah
yang lebih baik. Dan perubahan yang terjadi adalah perubahan yang selalu
menuju ke suatu pembaruan dan lebih maju. Asas kedinamisan ini
hendaknya mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya terdapat pada proses
konseling dan hasil-hasilnya.

8. Asas Keterpaduan
Asas keterpaduan yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar berbagai layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling,
baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis, dan terpadukan. Pelayanan bimbingan dan konseling
berusaha untuk memadukan berbagai aspek pribadi dari klien. Sebagaimana

8
diketahui, bahwa setiap klien itu memiliki berbagai aspek kepribadian yang
tidak seimbang, serasi, dan terpadu, sehingga hal itu bisa menimbulkan
masalah. Keterpaduan yang diharapkan adalah keterpaduan dari diri konseli
itu sendiri dan juga keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan.
Untuk mewujudkan asas keterpaduan ini, konselor perlu memiliki wawasan
yang luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien,
serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah
klien.

9. Asas Kenormatifan
Asas kenormatifan yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma-
norma yang ada. Norma-norma ini adalah norma agama, hukum, kesopanan,
kesusilaan, kebiasaan berperilaku, dan adat istiadat. Asas kenormatifan ini
diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan
konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada.
Selain itu, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling juga harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut.

10. Asas Keahlian


Asas keahlian adalah asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Untuk itu para
konselorperlu mendapat keahlian yang secukupnya, sehingga dapat dicapai
keberhasilan usaha pemberian layanan. Keprofesionalan seorang guru
pembimbing/konselor harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-
jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam
penegakan kode etik bimbingan dan konseling.4 Asas keahlian selain

4
Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling + Konseling
Islam,... hlm.26.

9
mengacu pada kualifikasi konselor, juga kepada pengalaman yang ada pada
diri konselor. Teori dan praktek bimbingan dan konseling perlu dipadukan
satu sama lain. Maka dari itu, seorang konselor harus benar-benar ahli
dalam menguasai teori dan praktek konseling secara baik.

11. Asas Alih Tangan


Asas alih tangan ialah asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (klien) agar bisa mengalihtangankan
permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Asas ini mengisyaratkan jika
seorang konselor sudah mengerahkan kemampuannya untuk membantu
klien, namun klien belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan,
maka konselor boleh mengalihtangankan kepada klien (konseli). Disamping
itu asas ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling
hanya menangani masalah-masalah individu sesuai dengan kewenangan
petugas/konselor yang bersangkutan, dan setiap ada masalah harus ditangani
oleh pihak yang berwenang untuk hal itu. Konselor juga dapat menerima
pengalihtanganan kasus dari orang tua, guru-guru lain, ataupun ahli lain, dan
pada guru mata pelajaran.

12. Asas Tut Wuri Handayani


Asas tut wuri handayani adalah asas bimbingan dan konseling yang
menghedaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan
dapat menciptakan suasana yang mengayomi, mengembangan keteladanan,
memberikan rangsangan dan dorongan, serta memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju. Demikian juga
dengan segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun
suasana pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti itu. Asas ini
menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan
pada waktu klien mengalami masalah dan saat menghadap kepada konselor

10
saja, namun juga saat diluar hubungan proses bimbingan dan konselingpun
hendaknya bisa dirasakan adanya manfaat pelayanan bimbingan dan
konseling.
Asas-asas tersebut harus saling terkait satu sama lain, dan segenap
asas itu perlu diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, artinya yang
satu tidak boleh didahulukan atau dikemudiankan daripada yang lain. Asas-
asas itu sangat penting, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu
merupakan jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan pelayanan bimbingan dan
konseling. Apabila asas-asas itu tidak dilaksanakan dengan baik, maka
penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan tersendat atau bahkan bisa
terhenti.

C. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam


Berikut adalah asas-asas yang ada pada bimbingan dan konseling Islam:
1. Asas-asas kebahagiaan dunia akhirat
Bimbingan dan konseling Islam tujuan akhirnya adalah membantu klien
atau konseling, yakni orang yang dibimbing, mencapai kebahagian hidup
yang senantiasa didambakan oleh setiap muslim. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam Surat Al-baqarah: 201, yaituAllah Subhanahu Wa
Ta’ala berfirman:

َ ‫َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن يَّقُوْ ُل َربَّن َۤا ٰاتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َّوفِى ااْل ٰ ِخ َر ِة َح َسنَةً َّو قِنَا َع َذا‬
‫ب النَّا ِر‬

Wa min-hum may yaquulu robbanaaa aatinaa fid-dun-yaa hasanataw wa


fil-aakhiroti hasanataw wa qinaa ‘azaaban-naar

“Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab
neraka.””

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 201)

Bagi seorang muslim kebahagian hidup di dunia ini ialah kebahagian


11
yang bersifat sementara saja, dan kebahagiaan akhirat ialah yang menjadi
tujuan utama dari seorang muslim, sebab kebahagiaan akhirat ialah
kebahagiaan yang kekal dan abadi yang amat banyak. Kebahagiaan akan
tercapai bagi semua manusia apabila dalam kehidupan dunianya dia ingat
selalu dengan Allah SWT. dengan mengingat Allah SWT dalam kehidupan
di dunia maka seseorang akan mendapat ketentraman. Bukan hanya mencari
kebahagiaan dunia seorang manusia juga harus mencari kebahgiaan akhirat
yang dijanjikan Allah SWT. maka dari itu Islam selalu mengajarkan hidup

12
dalam keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara kehidupan di dunia
dan kehidupan di akhirat.

2. Asas Fitrah
Bimbingan dan konseling Islam merupakan bantuan yang diberikan
kepada klien atau konseling untuk mengenal, memahami, dan menghayati
fitrahnya, sehingga gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan
fitrahnya tersebut. Manusia menurut pandangan Islam, dilahirkan dalam
atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan
dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama Islam.
Bimbingan dan konseling membantu klien atau konseling mengenal dan
memahami fitrahnyaitu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala
pernah “tersesat”, serta menhayatinya, sehingga dengan demikian akan
mampu mencapai kebahgiaan hidup di dunia dan akhirat karena bertingkah
laku sesuai fitrahnya tersebut. Terdapat pada Q.S. Ar-Rum: 30 yaitu:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama Allah (tetaplah


atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu,. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. Ar-Rum: 30).

3. Asas “Lillahi ta’ala”


Bimbingan dan Konseling Islam diselenggarakan semata-mata niat
karena Allah. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan
tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanpa pamrih, sementara yang
dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan dan konseling dengan
ikhlas, rela dan tanpa paksaan. Karena merasa bahwa semua yang akan
dilakukan adalah karena untuk pengabdiaan kepada Allah semata, sesuai
dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa
mengabdi padanya. Hal ini dijelaskan dalam surah Al-An’am ayat 162
yaitu:
.‫َ ي و ِكي مح َم ِ ِل ر ِب ا ْلعلَ ِم ْي َن‬ َ ‫قُ ْل‬
‫ِل‬ ‫ن و س َيا َما ِت‬ ‫ل‬ ‫ّن‬
‫يو ي‬ ‫ص‬

13
“Katakanla: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

4. Asas Bimbingan Seumur Hidup


Manusia hidup tidak akan ada yang sempurna dan selalu bahagia.
Mungkin saja manusia akan menjumpai brbagai kesulitandan kesusahan di
dalam kehidupannya. Oleh karena itulah maka bimbingan dan konseling
Islam diperlukan selama hayat masih dikandung badan. Bimbingan dan
konseling ini, selain dilihat dari kenyataan hidup manusia, dapat pula dilihat
dari sudut pendidikan. Seperti telah diketahui, bimbingan dan konseling
merupakan bagian dari sebuah pendidikan. Pendidikan sendiri berdasarkan
pendidikan seumur hidup, karena belajar menurut Islam wajib dilakukan
oleh semua orang islam, tanpa membedakan usia.

5. Asas Kesatuan Jasmani dan Rohani


Manusia itu dalam hidupnya di dunia merupakan satu kesatuan
jasmaniah dan rohaniah. Bimbingan dan konseling Islam memperlakukan
kliennya sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah, tidak memandangnya
sebagai makhluk biologis semata, atau makhluk rohaniah semata.

6. Asas Keseimbangan Rohaniah


Rohani manusia memilki unsur daya kemampuan pikir, merasakan atau
menghayati dan berkehendak atau hawa nafsu, serta juga akal. Bimbingan
dan konseling Islam menyadari dan mengakui akan keadaan kodrat manusia
itu, dengan berlandaskan atau berpijak pada irman-firman Allah dan hadis-
hadis Nabi akan membantu klien yang dibimbing untuk memperoleh
keseimbangan diri dalam segi mental rohaninya.
Orang yang dibimbing diajak untuk mengetahui apa-apa yang perlu
diketahui olehnya, kemudian memikirkan apa-apa yang perlu dipikirkannya,
sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja, kemudian
diajak memahami dan dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran dan
analisis yang jernih diperoleh keyakinan tersebut dan orang yang dibimbing

14
diajak untuk menginternalisasikan norma dengan mempergunakan semua
kemampuan rohaniah potensialnya tersebut, bukan cuma mengikuti hawa
nafsu (perasaan dangkal, kehendak) semata.

7. Asas Kemaujudan Individu


Bimbingan dan Konsling Islam memandang seseorang individu
merupakan suatu maujud (eksistensi) tersendiri. Individu tersebut memiliki
hak, memiliki perbedaan individu dari yang lainnya, dan memiliki
kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan
fundamental potensial rohaniyahnya.
Mengenai hak individu nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya
sebagai berikut:
“Bahwasannya Tuhanmu mempunyai hak atasmu yang wajib engkau
tunaikan, begitu juga dirimu dan ahlimu semuanya memiliki hak yang wajib
engkau tunaikan, maka dari itu hendaklah engkau berpuasa sewaktu-waktu
dan berbuka sewaktu-waktu, berjaga malam sewaktu-watu (untuk beribadah
atau sholat malam) dan tidur sewaktu-waktu. Dekatilah ahlimu dan
berikanlah hak kepada masing-masing yang mempunyai hak.” (H.R.
Bukhari).
Dan mengenai perbedaan suatu individu dapat dilihat dan dipahami
dalam ayat di bawah ini:
“Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (Q.S
Al-Qamar: 49)
Tentang kemerdekaan dari individu, tersirat dalam firman Allah yang
artinya sebagai berikut:
“Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” Sesungguhnya kami telah sediakan bagi
orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika
mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air
seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman

15
yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”. (Q.S Al-kahfi:
29).

8. Asas Sosialitas Manusia


Manusia merupakan makhluk sosial. Hal ini diakui dan diperhatikan
dalam bimbingan dan konseling Islam. Dalam bimbingan dan konseling
Islam, sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan hak individu, dan
hak individu juga diakui dalam batas tanggung jawab sosial.

9. Asas Kekhalifahan Manusia


Manusia, menurut Islam diberi kedudukan yang tinggi sekaligus
tanggung jawab yang besar, yaitu sebagai pengelola alam semesta
(“Khalifatullah fil ard”). Atau dengan kata lain, manusia dipandang sebagai
makhluk yang mengelola alam sekitar sebaik-baiknya. Sebagai khalifah,
manusia harus memelihara keseimbangan ekosistem tersebut untuk
kebahagiaan dirinya dan umat manusia.

10. Asas Keseleraan dan Keadailan


Islam menghendaki keharmonisan, keseleraan, keseimbangan,
keserasian, dalam segala segi. Dengan kata lain, Islam menghendaki
manusia berlaku “adil” terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain. “Hak”
alam semesta (hewan, tumbuhan, dsb), dan juga hak Tuhan.

11. Asas Pembinaan Akhlaqul Kharimah


Asas ini sekaligus melingkupi tujuan dan proses konseling Islam. Dari
sisi tujuan konseling diharapkan sampai pada tahap memiliki akhlak mulia.5
Menurut pandangan Islam manusia memiliki sifat-sifat yang baik (mulia),
sekaligus mempunyai sifat-sifat lemah. Sifat-sifat baik itulah yang akan
dikembangkan oleh bimbingan dan konseling Islam. Bimbingan dan
konseling Islam membantu klien atau yang dibimbing, memelihara,
mengembangkan, menyempurnakan sifat-sifat yang baik tersebut.

5
Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Islam, (Yogyakarta: elSAQ Press, 2007), hal 121.

16
12. Asas kasih sayang
Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan kasih sayang dari orang
lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan banyak
hal. Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan berlandaskan kasih
dan sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah bimbingan dan konseling
akan berhasil. Sesuai dengan hadits Nabi yang artinya:
“Sayangilah siapa saja yang ada di muka bumi ini, maka penghuni langit
akan menyayangimu”. (H.R. Thabrani dan Hakim dengan sunah yang
shahih)

13. Asas Saling Menghargai dan Menghormati


Dalam bimbingan dan konseling Islam kedudukan pembimbing atau
konselor dengan yang dibimbing atau klien pada dasarnya sama,
perbedaannya terletak pada fungsinya saja. Yakni pihak yang satu
memberikan bantuan dan yang satu menerima bantuan. Hubungan yang
terjalin antara pihak pembimbing dengan yang dibimbing meruapakan
hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukan masing-
masing sebagai makhluk Allah. Pembimbing dipandang diberi kehormatan
yang dibimbing karena dirinya dianggap mampu memberikan bantuan
mengatasi kesulitannya atau untuk tidak mengalami masalah, sementara
yang dibimbing diberi kehormatan atau dihargai oleh pembimbing dengan
cara yang bersangkutan bersedia membantuatau membimbingnya.

14. Asas Musyawarah


Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan asas musyawarah
artinya antara lain pembimbing/konselor dengan yang dibimbing atau klien
terjadi dialog yang baik.6 Baik konselor atau konseling satu sama lain tidak
saling mendikte, tidak saling bersikap keras lagi kasar, tidak saling menekan

6
Annur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII
Press, 2004), hal.34.

17
dan tidak ada keinganan tertekan, semua dilakukan dengan baik-baik agar
proses bimbingan dan konseling dapat berjalan sesuai dengan keinginan.

15. Asas Keahlian


Bimbingan dan konseling Islam dilakukan oleh orang-orang yang
memang memiliki kemampuan keahlian dibidang tersebut, baik keahlian
dalam metodologi dan tekhnik-tekhnik bimbingan konseling, maupun dalam
bidangyang menjadi permasalahan bimbingan dan konseling.

18
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Asas-asas bimbingan dan konseling islam ialah dasar atau prinsip
yang harus di pegang dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang
pembimbing atau konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling sehingga akan mendapatkan hasil yang di
inginkan dari suatu proses konseling.
Asas-asas bimbingan konseling ada 12 asas yaitu kerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan,
keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tut wuri handayani
Ada 15 asas yang dimiliki bimbingan dan konseling islami yaitu:
asas hidup bahagia dunia dan akhirat, asas fitrah, asas “lillahi ta’ala”, asas
bimbingan seumur hidup, asas kesatuan jasmani dan rohani, asas
keseimbangan rohaniah, asas kemaujudan individu, asas sosialitas
manusia, asas kekhalifahan manusia, asas keselarasan dan keadilan, asas
pembinaan akhlakul qarimah, asas kasih sayang, asas saling menghargai
dan menghormati, asas musyawarah dan asas keahlian.

B. Saran
Dari uraian tersebut di atas, asas bimbingan dan konseling
merupakan hal yang sangat penting yang harus dipegang teguh oleh para
konselor/ guru pembimbing dalam memberikan pelayanan pada konseli/
siswa. Maka dari itu penulis dapat memberikan saran kepada semua pihak
yang terlibat sebagai pelaksana pendidikan atau bisa disebut sebagai
seorang guru (pembimbing) dan calon guru (mahasiswa jurusan
pendidikan), agar tetap selalu bertanggungjawab atas keberhasilan siswa
dalam rangka mencetak kepribadian yang luhur. Dan bagi calon guru
diharapkan mencari refrensi lain yang berkaitan dengan bimbingan dan
konseling.

19
DAFTAR PUSTAKA

Faqih, Annur Rahim. 2004. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta:
UII Press.
Giyono. 2015. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Media Akademi
Lubis, Syaiful Akhyar. 2007. Konseling Islam. Yogyakarta: elSAQ Press.
Luddin, Abu Bakar M. 2014. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling +
Konseling Islam. Binjai: DiFA NIAGA.
Prayitno & Amti, Erman. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
PT Rineka Cipta.

20

Anda mungkin juga menyukai