Anda di halaman 1dari 13

ASAS DAN KODE ETIK BIMBINGAN KONSELING

OLEH :

KELOMPOK 5

KELAS/ SEMESTER : PMM - 1/ VI

Azizah Suci Mestika Nasution (0305183219)

Masliana Hasibuan (0305182122)

Nabila Fatin (0305181031)

Nur Hanifah (0305181032)

DOSEN PENGAMPU : Ita Karina Bancin, M. Pd.

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya- Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Bimbingan
dan Konseling yang berjudul “Asas dan Kode Etik Bimbingan Konseling”. Shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari alam kegelapan
menuju alam terang benderang.

Terimakasih kami ucapkan kepada ibu dosen pengampu yang memberikan tugas
makalah ini. Kami sadar bahwa tugas makalah yang kami tulis ini jauh dari kata
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Atas semua itu dengan rendah hati kami
harapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca.

Medan, 15 Mei 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asas Bimbingan Konseling............................................................. 2
B. Asas-Asas Bimbingan Konseling...................................................................... 2
C. Kode Etik Bimbingan Konseling....................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan bimbingan dan konseling secara profesional di Indonesia sampai
saat ini masih terfokus pada generasi muda yang masih duduk dibangku
pendidikan formal atau di sekolah. itupun nampaknya yang paling terealisasi
hanyalah pada jenjang pendidikan sekolah menegah dan perguruan tinggi saja.
Hampir semua tenaga bimbingan konseling profesional yang telah mendapat
pendidikan formal di bidang bimbingan dan konseling, bertugas dilembaga-
lembaga pendidikan di atas jenjang pendidikan dasar.
Diantara tenaga-tenaga bimbingan dan konseling itu sebagian terbesar terlibat
didalam jenjang pendidikan menegah. Kegiatan-kegiatan bimbingan dan
konseling yang diwujudkan dalam suatu program bimbingan dan konseling yang
terorganisasi dan terencana, sampai saat ini lebih banyak dikembangkan untuk
jenjang pendidikan ditingkat menengah. Sehingga seakan-akan ia menjadi urutan
yang pertama. Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan
oleh tenaga-tenaga profesional dijenjang pendidikan tinggi menempati urutan ke
dua dan kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan di jenjang pendidikan
dasar menempati urutan ketiga. Kenyataan ini hendaknya tidak harus berarti
bahwa, urutan prioritas yang terdapat dilapangan, sebagaimana dijelaskan di atas,
tidak dapat diubah menjadi urutan prioritas yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian asas bimbingan konseling?
2. Apa saja Asas-Asas Bimbingan Konseling?
3. Apa saja kode etik bimbingan konseling?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian asas bimbingan konseling
2. Untuk mengetahui asas-asas bimbingan konseling
3. Untuk mengetahui kode etik bimbingan konseling

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asas Bimbingan Konseling
Dalam Kamus besar bahasa indonesia asas berarti “ Dasar ”. Jadi Asas bimbingan
konseling yang berarti “Dasar yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang
guru pembimbing atau konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling”.1

Asas-Asas Bimbingan dan konseling adalah sebuah dasar yang yang dijadikan
pedoman dalam melaksanakan pelayanan /kegiatan bimbingan dan konseling. Setiap
kegiatan kadang-kadang ada asas yang dijadikan pegangan dalam melaksanakan
kegiatan tersebut. Dalam layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ada asas yang
dijadikan pegangan dalam menjalankan kegiatan itu. Menurut Prayitno ada dua belas
asas yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan
dan konseling .

B. Asas-Asas Bimbingan Konseling


Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional sesuai dengan
makna pemahaman, penanganan, penyikapan, dan perlakuan konselor terhadap kasus,
pekerjaan profesional itu harus dilaksnakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang
menjamin efisien dan efektivitas proses dan lainnya. Kaidah-kaidah tersebut
didasarkan atas tuntutan keilmuan layanan di satu segi (antara lain bahwa layanan
harus didasarkan atas data dan tingkat perkembangan klien), dan tuntutan optimalisasi
proses penyelenggaraan layanan yaitu antara lain suasana konseling ditandai oleh
adanya kehangatan, pemahaman, penerimaan, kebebasan, dan keterbukaan serta
berbagai sumberdaya yang perlu diaktifkan .
Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan konseling kaidah-kaidah
tersebut dikenal dengan asas- asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-
ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggraan pelayanan itu. Apabila Asas-
asas itu diikuti dan terselenggara dengan baik sangat diharapkan proses pelayanan
mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila asas-asas itu
dibaikan atau dilanggar sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru
berlawanan

1
A Hellen, Bimbingan & Konseling. (Jakarta : Quantum Teaching, 2010), h.155.

2
dengan tujuan bimbingan dan konseling , bahkan akan dapat merugikan orang-
orang yang terlibat di dalam pelayanan, serta profrsi bimbingan dan konseling itu
sendiri.
Asas-asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasian, kesukarelaan, keterbukaan,
kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifanm, keahlian,
ahli tangan, dan tutwuri handayani.2
1. Asas Kerahasiaan (Confidential)
Asas- asas kerahasian yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan
keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau
keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain . Oleh karena
itu konselor harus menjaga kerahasiaan data yan diperolehnya dari kaliennya.3
Sebagai konselor berkewajiban untuk menjaga rahasia data tersebut, baik
data yang diperoleh dari hasil wawancara atau konseling, karena hubungan
menolong dalam bimbingan konseling hanya dapat berlangsung dengan baik
jika data informasi yang dipercayakan kepada konselor atau guru pembimbing
dapat dijamin kerahasiaannya . Asas Kerahasiannya ini dikatakan sebagai
“Asas Kunci” dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling . Apabila
Asas ini dipegang teguh, konselor Akan mendapat kepercayaan dari klien
sehingga mereka akan memanfaatkan jasa bimbingan konseling sebaik-
baiknya. Sebaliknya, apabila asas ini tidak dipegang teguh, konselor akan
kehilangan kepercayaan dari klien (siswa)sehingga siswa akan enggan
memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling karena merasa takut masalah
dan dirinya menjadi bahan gunjingan.4
Berdasarkan apa yang dikemukakan diatas asas kerahasiaan sangat sesuai
dengan ajaran islam. Dalam islam sangat dilarang seseorang menceritakan aib
atau keburukan orang lain bahkan islam mengancam bagi orang-orang yang
suak membuka aib saudaranya diibaratkan memakan bangkai daging
saudaranya sendiri. Pada Ayat Qur’an Surah An-Nur 24: 19 menegaskan
bahwa “Sesungguhnya orang-orang yang senang akan tersiarnya suatu
kekejian (keburukan atau kejahatan) di tengah-tengah orang-orang yang

2
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 114-115.
3
Sulistyarini dan Mohammad Jauhar, Dasar-Dasar Konseling. (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2014), h.33.
4
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.
68.

3
beriman, bagi mereka itu akan memperoleh siksa yang pedih di dunia dan di
akhirat , dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui”.5
2. Asas Kesukarelaan
Asas Kesukarelaan yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan peserta didik (klien) mengikuti atau menjalani layanan dan kegiatan
yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing (konselor)
berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.6
Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu ataupun terpaksa,
menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan segenap
fakta, data, dan seluk beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada
konselor, dan konselor juga hendaknya dapat memberikan bantuan dengan
tidak terpaksa atau konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.
3. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersifat terbuka, baik dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan
dirinya. Dalam hal ini konselor berkewajiban mengembangkan keterbukaan
klien. Agar klien dapat terbuka, konselor terlebih dahulu harus bersikap
terbuka dan tidak pura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas
kerahasian dan kesukarelaan.7
Keterbukaan ditinjau dari dua arah. Pihak klien diharapkan pertama-tama
mau membuka diri sendiri sehingga apa yang ada pada dirinya dapat
diketahui oleh orang lain, dan kedua mau membuka diri dalam menerima
saran-saran dan masukkan dari pihak luar lainnya.
4. Asas Kekinian
Asas kekinian yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan
bimbingan konseling yang berupa permasalahan mampu dihadapi peserta
didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Masalah-masalah yang ditanggulangi
dalam proses bimbingan dan konseling adalah masalah-masalah yang sedang
dirasakan oleh siswa bukan masalah yang mungkin akan dialami di masa yang

5
Q.S. An- Nur 24: 19
6
Abu Bakar M.Luddin, Bimbingan & Konseling. (Bandung: Cita Pustaka Media, 2009), h. 16.
7
Sulistyarini, Mohammad Jauhar. Dasar-Dasar Konseling. ( Jakarta : Prestasi Pustaka, 2014), h.34.

4
akan datang. Masalah yang sedang dirasakan oleh siswa mungkin terkait
dengan masa lalu dan masa yang akan datang.
Asas kekinian juga mengandung makna bahwa pembimbing atau konselor
tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan. Apabila klien meminta
bantuan atau fakta menujukkan ada siswa yang perlu bantuan (mengalami
masalah) maka konselor hendaklah segera memberikan bantuan. Konselor
hendaklah lebih mementingkan kepentingan klien dari pada yang lainnya.8
5. Asas Kemandirian
Asas Kemadirian yaitu pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan
menjadikan siswa (klien) yang telah dibimbing hendaklah bisa mandiri dan
tidak tergantung apada orang lain dan kepada konselor. Ciri-ciri kemandirian
pada siswa yang telah dibimbing adalah :
1) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
2) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
3) Mengambil keputusan untuk diri sendiri .
4) Mengarahkan diri sesuai denagn keputusan itu
5) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan
kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.
Menentukan kemandirian dengan ciri-ciri diatas harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan siswa. Kemandirian murid Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah jangan diukur dengan kemandirian siswa SMP/MTs dan
seterusnya
Guru pembimbing (konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap
layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan nya bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik.
6. Asas Kegiatan
Asas kegiatan yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang
menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif dalam penyelenggraan/
kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
Konselor hendaklah membangkitkan semangat klien sehingga ia mampu
dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah
yang menjadi pokok pembicaraan dalam proses konseling.
8
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007),
h.90-91.

5
Asas ini bermakna bahwa masalah klien (siswa) tidak akan terpecahkan
apabila siswa tidak melakukan kegiatan seperti yang dibicarakan dalam
konseling.
7. Asas Kedinamisan
Asas Kedinamisan yaitu Asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya
selalu bergerak maju, tidak menonton dan terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari
waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan
Asas Keterpaduan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh konselor maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan
terpadu.
Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki
wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan
klien, serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah
klien. Dalam hal ini, kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang
terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi sangat penting dan harus
dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan
Asas kenormatifan yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama,
hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari.
Asas kenormatifan ini ditetapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan
bimbingan dan konseling. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling, konselor
tentu akan menyertakan norma-norma yang dianutnya ke dalam hubungan
konseling, baik secara langsung atau tidak langsung.
Seluruh layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling ini didasarkan pada
norma- norma yaitu norma agama, hukum, adat istiadat, ilmu pengetahuan
dan kebiasan-kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi,
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan
kemampuan siswa (klien) dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan
norma- norma tersebut.

6
10. Asas Keahlian
Asas keahlian yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah
profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan atau kegiatan bimbingan
dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan
konseling. Keprofesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik
dalam penyelenggaraan jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus
Asas alih tangan kasus yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang
tidak mampu menyelenggrakan layanan bimbingan dan konseling tepat dan
tuntas atas suatu permasalahan klien mengalih tangankan permasalahan
kepada pihak yang lebih ahli. Guru Pembimbing/konselor dapat menerima alih
tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula
konselor dapat mengalih tangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktek
dan lain-lain.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Asas tut wuri handayani yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan
dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan
serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju.
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya
dirasakan adanya pada waktu siswa mengalami masalah. Bimbingan dan
Konseling hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya sebelum dan sesudah
siswa menjalani layanan bimbingan dan konseling secara langsung. Dalam
asas ini, pembimbing atau konselor bisa menjadikan dirinya sebagai contoh
pemencah masalah yang efektif (Counselling by modeling).
C. Kode Etik Bimbingan Konseling
Asas dan kode etik adalah ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang
harus ditaati oleh siapa saja yang ingi berkecimpung dalam bidang bimbingan dan
konseling demi untuk kebaikan. Kode etik dalam suatu jabatan bukan merupakan hal
yang baru. Tiap-tiap jabatan pada umumnya mempunyai kode etik sendiri-sendiri,
sekalipun tetap ada kemungkinan bahwa kode etik itu tidak secara formal diadakan.

7
Kode etik dalam bimbingan dan konseling dimaksudkan agar bimbingan dan
konseling tetap dalam keadaan baik, serta diharapkan akan menjadi semakin baik,
terlebih di Indonesia dimana bimbingan dan konseling masih relatif baru. Kode etik
ini mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau diabaikan tanpa
membawa akibat yang menyenangkan.
Ada beberapa kode etik dan bimbingan tersebut, antara lain:9
1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang
bimbingan dan konseling harus memegang teguh prinsip bimbingan dan
konseling.
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil
yang baik, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Oleh
karna itu, pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang dan
tanggungjawab yang bukan atau tanggungjawabnya.
3. Karena pekerjaan pembimbing berhubungan langsung dengan kehidupan
pribadi orang, maka seorang pembimbing harus:
a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
b. Menunjukkan sikap hormat pada klien.
c. Menghargai bermacam-macam klien. Jadi, menghadapi klien dalam
derajat yang sama.
4. Pembimbing tidak diperkenankan:
a. Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
b. Mennggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan.
c. Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal
yang tidak baik bagi klien.
d. Mengalihkan klien pada konselor lain tanpa persetujuan klien.
5. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain diluar kemampuan dan
keahliannya atau di luar keahlian staffnya yang diperlukan dalam bimbingan
dan konseling.
6. Pembimbing harus selalu menyadari tanggungjawabnya yang berat, yang
memerlukan pengabdian sepenuhnya.

9
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier), (Yogyakarta: ANDI Yogyakarta,2010), h. 37.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di sekolah guru mata pelajaran juga sangat berperan penting dalam
proses bimbingan dan konseling, karena siswa yang mempuyai masalah
yang terlebih dahulu mengetahui ialah guru mata pelajaran tersebut. Untuk
itu BK bekerjasama dengan guru mata pelajaran dalam membimbing siswa
yang mempunyai masalah sesuai dengan kode etik yang ada dalam
bimbingan dan konseling tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA.
A, Hellen. (2010), Bimbingan & Konseling, Jakarta : Quantum Teaching.
Bakar, Abu dan M.Luddin. Bimbingan & Konseling .(2009), Bandung: Cita Pustaka Media.
Prayitno dan Erman Amti.(2011), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sulistyarini dan Mohammad Jauhar. (2014)Dasar-Dasar Konseling . Jakarta : Prestasi
Pustaka.
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. (2007), Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). (2010), Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta.
Q.S. An- Nur 24: 19

iii

Anda mungkin juga menyukai