Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA


MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
PADA MATERI HIMPUNAN KELAS VII MTS CERDAS MURNI

DOSEN PENGAMPU : Drs. Isran Rasyid Karo-Karo, M.Pd

OLEH :
KELOMPOK 1
Agus Firmansyah (030518)
Clarisa (0305183148)
Khairunnisa Hasibuan (030518)
Nurhanifah (030518)
Siska (030518)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Hakikat Pembelajaran Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan latin Mathematika yang mulanya diambil
dari perkataan Yunani Mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai
asal katanya Mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Jadi berdasarkan asal
katanya, maka kata matematika dapat pula diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan
yang didapatkan dengan cara berpikir. Matematika sebenanya lebih menekankan
kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan hasil eksperimen atau hasil
observasi matematika berbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan
dengan idea, proses, dan penalaran.1
Matematika, menurut James (1976) adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya.
Matematika terbagi dalam 3 tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematik terbagi atas aljabar, geometris,
dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika. Sedangkan
hakikat matematika menurut Soedjadi (2000:13) yaitu suatu ilmu yang didasarkan atas
akal (rasio) yang berhubungan benda-benda dalam pikiran yang abstrak atau
matematika memiliki kajian objek yang abstrak.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang telah diajarkan sejak duduk
dibangku sekolah. Baik Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas, bahkan sampai Perguruan Tinggi matematika pun masih tetap
diterapkan
Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu
kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar.2.
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada
peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik
memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Salah satu
komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi
pembelajaran matematika, yang sesuai dengan (1) topic yang sedang dibicarakan, (2)
tingkat perkembangan intelektual peserta didik, (3) prinsip dan teori belajar,(4)
1
Nur Rahma, (2013), Hakikat Pendidikan Matematika, Al-Khwarizmi,2. Hal.2
2
Indah Komsiyah,(2012), Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : Teras, hal.3.
keterlibatan aktif peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan peserta didik sehari-
hari, (6) pengembangan dan pemahaman penalaran matematis.3
Pembelajaran matematika berorientasi pada matematika formal dengan beberapa
pengertian seperti hubungan, fungsi, kelompok, vektor diperkenalkan dan dimasukkan
dalam definisi dan dihubungkan satu dengan lain dalam satu sistem yang disusun secara
deduktif. Konsep lain berhubungan dengan sekeliling dimana pembelajaran matematika
bertugas mematematisasikan lingkungan sekitar.
Berdasarkan paparan diatas, maka hakikat pembelajaran matematika adalah suatu
ilmu yang didapatkan dengan cara berpikir menggunakan akal(rasio) dan penalaran
yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam
menyelesaikan masah matematis
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri tas dua kata yaitu “hasil” dan belajar”. Hasil merupakan
suatu perolehan dilakukan pada suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan
berubahnya input secara fungsional.4 Sedangkan belajar adalah suatu usaha yang
dilakukan untuk membuat adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar,
perubahan perilaku yang diperoleh itu merupakan perolehan dari hasil belajar.
Dalam presfektif islam mengenai proses belajar, proses kerja sistem memori
akal dan proses dikuasainya pengetahuan dan keterampilan manusia. Namun Islam
menekankan dalam signifikasi fungsi kognitif dan fungsi sensori (indera-indera)
sebagai alat-alat penting untuk belajar sangat jelas. Sebagaimana firman Allah Swt
dalam surat An-Nahl ayat 78 :
َ ‫َوهَّللا ُ أَ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن بُطُو ِن أُ َّمهَاتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُمونَ َش ْيئًا َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َواأْل َ ْب‬
َ‫صا َر َواأْل َ ْفئِ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬

Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur.”

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa  ragam alat fisio-psikis dalam proses
belajar yang terungkap dalam beberapa firman Allah SWT adalah sebagai berikut :
1) Indera penglihat (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima
informasi visual.

3
Gatot Muhseto,et al,(2010),Pembelajaran Matematika SD, Jakarta : Universitas Terbuka,hal.1.26
4
Purwanto,(2011), Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal. 44.
2) Indera pendengar (telinga) yakni alat fisik yang berguna untuk
menerima informasi verbal.
3) Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang
kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi
kembali item-item informasi dan pengetahuan, ranah kognitif.
Selain itu dalam beberapa ayat Al-Qur’an juga terdapat kata-kata kunci
seperti  ya’qilun, yatafakkarun, yubshirun, yasma’un dan sebagainya terdapat
dalam Al-Qur’an merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan fungsi ranah
cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan. Dari kata
kunci tersebut Kegiatan belajar   menurut Islam dapat berupa menyampaikan,
menelaah, mencari, dan mengkaji, serta meniliti. 

Berikut beberapa paparan pengertian hasil belajar menurut para ahli,


diantaranya :
1) Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, hasil belajar merupakan realisasi
potensial atau kapasitas yang dinmiliki seseorang. Penguasaan hasil
belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan, keterampilan berfikir maupun ketrampilan
motorik.5
2) Menurut Gagne dan Briggs hasil belajar adalah sebagai kemampuan
yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar.6
3) Menurut Asep Jihad hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa
secara nyatasetelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai
tujuan pembelajaran7
4) Menurut Winkel hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.8
Dari uraian definisi-definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil
belajar adalah suatu peorlehan yang didapat setelah melakukan usaha yang
berinteraksi dengan lingkungannya guna untuk memperoleh ilmu pengetahuan
yang akan menimbulkan perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan
pembelajaran.

5
Nana Syaodih Sukmadinata, (2005), Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya,
hal. 102
6
Rosma Hartiny Sam’s, (2010), Model PTK Teknik Bermain Konstruktif Untuk Peningkatan Hasil Belajar
Matematika, Yogyakarta : Teras, hal. 33
7
Asep Jihad, (2009), Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta : Multi Pressindo, hal. 14
8
Purwanto, (2009), Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal. 45
Hasil belajar memiliki tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan asfek
motorik. Pertama aspek kognitif meliputi perubahan-perubahan dalam segi
penguasaan pengetahuan dan perkembangan ketrampilan/kemampuan yang
diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Kedua aspek afektif,
meliputi perubahan-perubahan dalam sikap mental, perasaan dan kesadaran dan
ketiga aspek psikomotrik, meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk
tindakan motorik.9

Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan


kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu :
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek
yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kogniti tingkat rendah, dan keempat
aspek berikutnya disebut kognitif tingkat tinggi.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak.10
Semua hasil belajar pada dasarnya bisa dievaluasi. Pada umunya kesulitan
menilai hasil belajar timbul disebabkan karena, Pertama perumusan tujuan yang
kurang baik, Kedua ketidakmampuan mengembangkan alat evaluasi yang tepat dan
mengenai sasaran11

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung kepada faktor dan
kondisi belajar yang mempengaruhi oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar
yang sebaik-baiknya perlu mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi terhadap
proses belajar. Secara global menurut Muhibin Syah, faktor yang mempegaruhi hasil
belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

9
Zakiah Djarajat,dkk, (2008), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta : PT. Bumi Aksara, hal. 197
10
Nana Sudjana, (2017), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,Bandung : Remaja Rosda Karya, hal. 22-23
11
Zakiah Darajat, Op.Cit. hlm,207.
a. Faktor Internal (faktor dalam diri siswa) yaitu keadaan kondisi jasmani
dan rohani siswa
Faktor internal meliputi 2 aspek yaitu :
1. Aspek psikologis
merupakan kondisi umum jasmani dengan kata lain kondisi tubuh atau
kesehatan siswa.
2. Aspek psikologis
adapun kondisi psikologis setiap manusia atau anak-anak didik pada dasarnya
memiliki kondisi psikologi yang berbeda-beda , ada beberapa faktor psikologis yang
dianggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar diantara nya adalah
intelegensi , minat, kecerdasan, bakat, motivasi.
b. Faktor eksternal
Merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik diantaranya
1. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor environmental input (lingkungan). Kondisi
lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat
berupa lingkungan alam termasuk didalamnya adalah seperti keadaan suhu ,
kelembaban, kepengapan, udara, dan sebagainya. Selain itu juga lingkungan sosial
dimana peserta didik itu tinggal dan menjalani kehidupanya.
2. Faktor instrumental
Faktor ini merupakan faktor dan keberadaan dan pengaruhnya dicanangkan
sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan, adapun faktor instrumental ini antara
lain kurikulum atau bahan pelajaran, guru, gedung , perlengkapan belajar, alat-alat
praktikum , perpustkaan dan sebagainya.
c. Faktor pendekatan belajar12

Menurut Ngalim Purwanto faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar


mengajar antar lain :
a. Kematangan
b. Kecerdasan
c. Latihan dan ulangan
d. Motivasi
e. Sifat-sifat pribadi
f. Keadaan keluarga
g. Guru dan cara mengajar
12
Muhibbin Syah, (1991), Psikologi Belajar, Jakarta : Logos, hlm. 130
h. Alat-alat pelajar
i. Lingkungan dan konsumen
3. Model Pembelajaran Kooperatif
Kata “model” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti pola
(contoh, acuan, ragam dan srbagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau
dihasilkan. Sedangkan pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang
kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simple
dapat artikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Jadi moedel pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian
materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran
yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara
langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran kooperatif (kooperatif learning) merupakan “bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dalamkelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur
kelompok yang bersifat heterogen.
Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Oleh
karena itu, banyak guru yang tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative
learning karena mereka beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran
cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Oleh karena itu, Abdulhak
mengatakan bahwa: “pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses
antara peserta belajar, sehingga dalammewujudkan pemahaman bersama antara
peserta belajar itu sendiri”.13
Cooperative learning adalah teknik pengelompokkan yang didalamnya siswa
bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya
terdiri dari 4-5orang. Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil
dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok
tersebut.
Strategi dalam pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa didalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat empat hal penting dalam strategi
pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) Aadanya peserta didik dalam kelompok, (2)
Adanya aturan main dalam kelompok, (3) Adanya upaya belajar dalam kelompok,
13
Rusman, (2016), Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persad,. Hal.202
(4) Adanya kompetensi yang harus dicapai oeleh kelompok. Berkenaan dengan
pengelompokkansiswadapat ditentukanberdasarkan atas: (1) minat dan bakat siswa,
(2) latar belakang kemampuan siswa, (3) perpaduan minat danbakat siswa dan latar
kemampuan siswa.
Setiap kelompok diberikan kemampuan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini memberi siswa bentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota. Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses
kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama
lebih efektif.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

TAHAP TINGKAH LAKU GURU


Tahap 1 Guru menyaampaikan tujuan pelajaran yang akan
Menyampaikan Tujuan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan
dan Memotivasi Siswa pentingnya topik yang akan dipelajari dan
memotivasi siswa belajar.
Tahap 2 Guru menyampaikan informasi atau materi kepada
Menyajikan informasi siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan
bacaan.
Tahap 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
Mengorganisasikan siswa membentuk kelompok belajar dan membimbing
ke dalam kelompok- setiao kelompok agar melakukan transisi secara
kelompok Belajar efektif dan efisien.
Tahap 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
Membimbing kelompok saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Bekerja dan Belajar
Tahap 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Evaluasi telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
Memberikan Penghargaan maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Pembelajaran kooperatif ini juga mempunyai tujuan yaitu “untuk


mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja dan kolaboras.
Selain memiliki tujuan pembelajaran kooperatif juga memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan kooperatif ini adalah sebagai berikut :
1) Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata
secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3) Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain,
mengembangkan keterampilan, dan sikap positif terhadap sekolah.
4) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri,
menerima umpan balik. Siswa dapat memecahkan masalah tanpa
takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah
tanggung jawab kelompoknya.
5) Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan
siswa mengelola informasi dan kemampuan belajar abstrak
menjadi nyata.
6) Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
7) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata
secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
8) Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain,
mengembangkan keterampilan, dan sikap positif terhadap sekolah.
9) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri,
menerima umpan balik. Siswa dapat memecahkan masalah tanpa
takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah
tanggung jawab kelompoknya.
10) Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan
siswa mengelola informasi dan kemampuan belajar abstrak
menjadi nyata.14
Sedangkan kelemahan dari penerapan pembelajaran kooperatif ini adalah
sebagai berikut :
1) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Banyak
peserta tidak senang apabila disuru bekerja sama dengan yang lain.
2) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya
karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus banyak
menyesuaikan diri dengan kelompok
3) Banyak peserta takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau
secara adil bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan
tersebut.15
4. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Seperti namanya “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan
guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran untuk
dipikirkan oleh peserta didik, Guru memberi kesempatan kepada mereka
memikirkan jawabannya.
Selanjutnya, “Pairing”, pada tahap ini guru meminta peserta
didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan pasangan-pasangan itu untuk
berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban
yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya
dibicarakan dengan seluruh pasangan didalam kelas. Tahap ini dikenal dengan
“Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan. Tanya jawab yang mendorong pada
pengonstruksian pengetahuan secara interagtive. Peserta didik dapat
menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.16
Langkah-langkah dalam pembelajaran Tipe Think Pair Share
adalah sebagai berikut :
1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2) Peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan
yang disampaikan guru

14
Ibid, hal. 211
15
Aris Shoimin, 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media.hal. 48
16
Agus Suprijono, (2015), Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka
Belajar, hal.110
3) Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya
(kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-
masingGuru memimpin hasil pleno kecil diskusi, tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya
4) Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan
pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum
diungkapkan para peserta didik
5) Guru memberikan kesimpulan
6) Penutup
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini juga memiliki kelebihan dan
kekurangan tersendiri sama seperti model pembelajaran kooperatif lainnya.
Kelebihan dari model pembelajaran Kooperatif TPS ini adalah :
1) Dapat meningkatkan daya nalar siswa, daya kritis siswa, daya
imajinasi siswa dan daya analisis terhadap suatu permasalahan
2) Meningkatkan kerja sama antara siswa karena mereka dibentuk
dalam kelompok
3) Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan
menghargai pendapat oranglain
4) Meningkatkan kemampuansiswa dalam menyampaikan pendapat
sebagai implementasi ilmu pengetahuannya
5) Guru lebih memungkinkan untuk menambahkan pengetahuan anak
ketika selesai diskusi
Sedangkan kelemahan dari penerapan pembelajaran kooperatif ini adalah
sebagai berikut :
1) Sulit menentukan permasalahan yang cocok dengan tingkatpemikiran
siswa
2) Bahan-bahan yang berkaitan denganmembahas permasalahan yang ada
tidak dipersiapkan baik oleh guru dan siswa
3) Kurang terbiasa memulai pembelajaran dengan suatu permasalahanyang
nyata
4) Pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah relative terbatas

5. Materi Himpunan
a. Pengantar
Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang mempunyai syarat tertentu
dan jelas. Objek dapat berupa bilangan, manusia, hewan, tumbuhan, negara, dan
sebagainya, selanjutnya objek ini dinamakan anggota atau elemen dari himpunan.
Syarat tertentu dan jelas dalam menentukan anggota suatu himpunan untuk
membedakan antara anggota himpunan dan bukan anggota himpunan,
selanjutnya dinamakan himpunan yang terdefinisi dengan baik (well-defined set).
b. Notasi

Notasi dan simbol-simbol baku yang digunakan dalam penulisan


himpunan:
 Himpunan dinyatakan dengan huruf besar, dan
menggunakan simbol {...} contoh: A = {1, 2, 3, ...}
 Anggota himpunan
dinyatakan dengan huruf
kecil. contoh: A = {a, b, c, x,
y}
 ∈= notasi anggota himpunan
contoh: A = {1, 2, 3}, maka 1 ∈ A (1 anggota himpunan A)
 ∉= notasi bukan anggota himpunan
contoh: A = {1, 2, 3}, maka 4 ∈ A(4 bukan anggota himpunan A).
 ⊆= notasi himpunan bagian
contoh: A ⊆B , artinya himpunan A adalah himpunan bagian dari
himpunan B
 ⊂= notasi propersubset
Jika A dan B adalah himpunan sedemikian rupa sehingga A ⊆ B
tetapi A ≠ B , maka A adalah propersubset dari himpunan B,
notasinya: A ⊂ B .
Contoh: A={ 1,2,3,4,5 } dan B= {1,2,3 } , maka B⊂ A .
 |… .|= banyaknya anggota himpunan, contoh: A = {a, b, c, d, e},
maka |A| = 5
 ⋃= himpunan Universal (Semesta), contoh: U = {1, 2, 3, 4, 5}
 Simbol-simbol baku:
P = himpunan bilangan bulat positip,
contoh P = {1, 2, 3, ...} N = himpunan
bilangan natural, contoh N = {1, 2, ...}
Z = bilangan bulat, contoh Z = {
..., -2, -1, 0, 1, 2, ... } Q =
himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks

c. Cara Penulisan Himpunan

Listing method
Mendaftarkan semua anggotanya:
A={ 1,2,3,4,5,6 }

Description method

Menggunakan notasi pembentuk himpunan:

Contoh
{ x |x adalah bilanganbulat positif lebih kecil dari 5 }
atau

A={ x|x ∈ p , x<5 }

Yang ekivalen dengan A={ 1,2,3,4 }

d. Diagram Venn

Misalkan U = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8} atau dapat ditulis U = {1, 2, ..., 7, 8}


dan B = {2, 5, 6, 8} dapat dibuat diagram Venn sebagai berikut:

Kardinalitas:

 Jumlah elemen di dalam A disebut kardinal dari himpunan A


 Notasi : n ( A ) atau| A|
Contoh:
[1] B= { x |x merupakan bilangan prima lebih kecil dari20 }

atau : B= {2,4,5,7,11,13,17,19 }
maka |B|=8
[2] T ={ kucing , a Amir , 10 paku }
maka
[3] A = { a, {a}, {{a}} }
maka
 Himpunan kosong:
 Himpunan dengan kardinal = 0 disebut himpunan kosong atau null
set.
 Notasinya: {} atau
Contoh :
E={ x|x < x } , makan ( E )=0 atau|E|=0

e. Hubungan Antar Himpunan

1. Himpunan Bagian

 Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subet) dari


himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A
merupakan elemen dari B.
 Himpunan B disebut superset dari A
 Notasi : A ⊆B
 Diagram Venn:

Contoh:
[1] { , 2 ,3 } ⊆ {1 , 2, 3 , 4 ,5 }
[2] { , 2 ,3 } ⊆ {1 , 2, 3 }

2. Himpunan saling lepas (disjoint)


 Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika
keduanya tidak memiliki elemen yang sama.
 Notasinya :
 Diagram Venn : A ∕ ∕ B

Contoh:
Jika A={ x|x ∈ P , x <8 } dan {10 , 20 , 3 0 }
Maka : A ∕ ∕ B

Irisan (intersection)
Notasi : A ∩ B= { x |x } ∈ A dan x ∈ B

Diagram Venn:

Contoh:
[1] Jika A={ 2 , 4 , 6 , 8 ,10 } dan B= { 4 , 10 , 14 , 18 } ,
Maka : A ∩ B= { 4 , 10 }
[2] Jika A { 3 , 5 ,9 } dan B= {−2 ,6 }
Maka: A ∩ B=∅ artinya : A ∕ ∕ B

1. Gabungan (union)
Notasi : A ∪ B={ x |x ∈ A atau x ∈ B }
Diagram Venn:

Contoh:
[1] Jika A={ 2 ,5 , 8 } dan B={ 7 , 5 , 22 } maka : A ∪B={ 2 ,5 , 7 , 8 , 22 }
[2] A ∪ ∅= A

2. Komplemen (complement)
Notasi: Á={ x|x ∈U , x ∉ A } a t au A c = { x |x ∈ U , x ∉ A }
Diagram Venn:
Contoh:
Misalnya U ={ 1, 2 , 3 , 4 , 5 ,6 ,7 , 8 , 9 }
[1] Jika A={ 1, 3 , 7 , 9 } maka A c ={ 2 , 4 , 5 ,6 ,8 }

x
[2] jika A= x { 2 ∈ p , x <9 }adalah A= {1 , 3 , 5 ,7 }
|
Penjelasan : A={ x|x <9 } adalah A= {1 , 2, 3 , 4 ,5 , 6 , 7 , 8 }

x
A= x {| } 2
∈ p adalah A={ 2 , 4 , 6 , 8 }

3. Selisih (difference)
Notasi : A−B={ x| x ∈ A dan x ∉ B }
Diagram Venn:

Contoh:
[1] Jika A={ 1, 2 , 3 , 4 , 5 , 6 ,7 ,8 , 10 } dan B={ 2 , 4 , 6 , 8 , 10 }
Maka A−B={ 1 ,3 , 5 , 7 , 9 } dan B−A=∅

[2] Jika A={ 0 , 2, 4 , ,6 , … } maka A c = {1 , 3 ,5 … }

4. Perkalian Kartesian (cartesian


product) Notasi :

A × B= {( a , b|a∈ A dan b ∈ B ) }

Contoh:
[1] Misalkan C={ 1 ,2 , 3 } dan D= {a ,b }

Maka : C × D={ ( 1 , a ) , (1 , b ) , ( 2 , a ) , ( 2 , b ) , ( 3 ,a ) , ( 3 , b ) }
[2] Misalkan:
A=himpunan makanan={ s=soto , g=gado−gado , n=nasi ,m=mie }
B=himpunan minuman= { c=coca−cola ,t =teh , d=dawet }
Penyelesaian :
A={ s , g , n , m }
B= { c , t , d }
A × B=|A|.|B|=4.3=12 kombinasi makanandan minumam yaitu :
A × B= { ( s , c ) , ( s ,t ) , ( s , d ) , ( g , c ) , ( g , t ) , ( g , d ) , ( n , c ) ( n , t ) , ( n , d ) , ( m , c ) , ( m, t ) , ( m , d ) }
.

B. Kerangka Berfikir
Salah satu pelajaran yang sulit menurut siswa adalah matematika, sehingga hasil
belajar siswa menjadi rendah. Sehubungan dengan anggapan tersebut, para guru
matematika harus berupaya melakukan pembelajaran dengan kreatif dan menarik
mungkin dalam proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat
agar siswa dapat lebih aktifdan tidak bosan ketika pembelajaran berlangsung.
Model Think Pair Share yaitu dengan tiga tahap. Think (berfikir), Pair
(berpasangan), Share (berbagi). Dengan diterapkannya model pembelajaran ini,
diharapkan dapat mempermudah kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar matematika,
sehingga hasil belajar matematika siswa akan meningkat.
C. Penelitian Yang Relevan
1. Berdasarkan penelitian Sri Yuliani Dewi (2017), Jurusan Pendidikan Matematika,
Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan, UINSU Medan yang berjudul “ Pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar
matematika siswa pada materi himpunan dikelas VII SMP Muhammadiyah 7
Medan Tahun Ajaran 2016/ 2017”, merupakan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi himpunan dikelas VII SMP
Muhammadiyah 7 Medan Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian tersebut terbukti
mampu meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS), hal itu dapat dilihat dari hasil post test diperoleh rata-
rata 81,25 yang sebelumnya menggunakan model pembelajaran konvensional
memperoleh nilai rata-rata 62,00.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli Efendi
Program Studi PendidikanMatematika. STKPI PGRI Sidoharjo 2013 judul
“penerapan model pembelajaran think pair share untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada pokok bahasan materiks tahun 2013”. Berdasarkan hasil analisis data
pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa 71,34 dengan siswa yang tuntas
sebanyak 25 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 15 siswa. sehingga dilakukan
tindakan pada siklus II dengan nilai rata-rata 78.87 dan nilai ketuntasan 70.73%
atau sebnyak 29 siswa sudah tuntas dengan nilai > 65. Dan pada siklus III
diperoleh nilai rata-rata 82.02 dengan nilai ketuntasan 85.36% atau sebanyak 35
siswa sudah tuntas dengan nilai > 65 sehingga target nilai ketuntasan telah
tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model Think Pair
Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat diambil suatu hipotesis
tindakan dari penelitian ini adalah upaya peningkatan hasil belajar matematika siswa
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
pada materi Himpunan kelas VII Cerdas Murni dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pembelajaran matematika.

Anda mungkin juga menyukai