OLEH :
KELOMPOK 1
Agus Firmansyah (030518)
Clarisa (0305183148)
Khairunnisa Hasibuan (030518)
Nurhanifah (030518)
Siska (030518)
A. Kerangka Teori
1. Hakikat Pembelajaran Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan latin Mathematika yang mulanya diambil
dari perkataan Yunani Mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai
asal katanya Mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Jadi berdasarkan asal
katanya, maka kata matematika dapat pula diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan
yang didapatkan dengan cara berpikir. Matematika sebenanya lebih menekankan
kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan hasil eksperimen atau hasil
observasi matematika berbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan
dengan idea, proses, dan penalaran.1
Matematika, menurut James (1976) adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya.
Matematika terbagi dalam 3 tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematik terbagi atas aljabar, geometris,
dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika. Sedangkan
hakikat matematika menurut Soedjadi (2000:13) yaitu suatu ilmu yang didasarkan atas
akal (rasio) yang berhubungan benda-benda dalam pikiran yang abstrak atau
matematika memiliki kajian objek yang abstrak.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang telah diajarkan sejak duduk
dibangku sekolah. Baik Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas, bahkan sampai Perguruan Tinggi matematika pun masih tetap
diterapkan
Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu
kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar.2.
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada
peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik
memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Salah satu
komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi
pembelajaran matematika, yang sesuai dengan (1) topic yang sedang dibicarakan, (2)
tingkat perkembangan intelektual peserta didik, (3) prinsip dan teori belajar,(4)
1
Nur Rahma, (2013), Hakikat Pendidikan Matematika, Al-Khwarizmi,2. Hal.2
2
Indah Komsiyah,(2012), Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : Teras, hal.3.
keterlibatan aktif peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan peserta didik sehari-
hari, (6) pengembangan dan pemahaman penalaran matematis.3
Pembelajaran matematika berorientasi pada matematika formal dengan beberapa
pengertian seperti hubungan, fungsi, kelompok, vektor diperkenalkan dan dimasukkan
dalam definisi dan dihubungkan satu dengan lain dalam satu sistem yang disusun secara
deduktif. Konsep lain berhubungan dengan sekeliling dimana pembelajaran matematika
bertugas mematematisasikan lingkungan sekitar.
Berdasarkan paparan diatas, maka hakikat pembelajaran matematika adalah suatu
ilmu yang didapatkan dengan cara berpikir menggunakan akal(rasio) dan penalaran
yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam
menyelesaikan masah matematis
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri tas dua kata yaitu “hasil” dan belajar”. Hasil merupakan
suatu perolehan dilakukan pada suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan
berubahnya input secara fungsional.4 Sedangkan belajar adalah suatu usaha yang
dilakukan untuk membuat adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar,
perubahan perilaku yang diperoleh itu merupakan perolehan dari hasil belajar.
Dalam presfektif islam mengenai proses belajar, proses kerja sistem memori
akal dan proses dikuasainya pengetahuan dan keterampilan manusia. Namun Islam
menekankan dalam signifikasi fungsi kognitif dan fungsi sensori (indera-indera)
sebagai alat-alat penting untuk belajar sangat jelas. Sebagaimana firman Allah Swt
dalam surat An-Nahl ayat 78 :
َ َوهَّللا ُ أَ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن بُطُو ِن أُ َّمهَاتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُمونَ َش ْيئًا َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َواأْل َ ْب
َصا َر َواأْل َ ْفئِ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون
Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur.”
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa ragam alat fisio-psikis dalam proses
belajar yang terungkap dalam beberapa firman Allah SWT adalah sebagai berikut :
1) Indera penglihat (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima
informasi visual.
3
Gatot Muhseto,et al,(2010),Pembelajaran Matematika SD, Jakarta : Universitas Terbuka,hal.1.26
4
Purwanto,(2011), Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal. 44.
2) Indera pendengar (telinga) yakni alat fisik yang berguna untuk
menerima informasi verbal.
3) Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang
kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi
kembali item-item informasi dan pengetahuan, ranah kognitif.
Selain itu dalam beberapa ayat Al-Qur’an juga terdapat kata-kata kunci
seperti ya’qilun, yatafakkarun, yubshirun, yasma’un dan sebagainya terdapat
dalam Al-Qur’an merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan fungsi ranah
cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan. Dari kata
kunci tersebut Kegiatan belajar menurut Islam dapat berupa menyampaikan,
menelaah, mencari, dan mengkaji, serta meniliti.
5
Nana Syaodih Sukmadinata, (2005), Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya,
hal. 102
6
Rosma Hartiny Sam’s, (2010), Model PTK Teknik Bermain Konstruktif Untuk Peningkatan Hasil Belajar
Matematika, Yogyakarta : Teras, hal. 33
7
Asep Jihad, (2009), Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta : Multi Pressindo, hal. 14
8
Purwanto, (2009), Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal. 45
Hasil belajar memiliki tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan asfek
motorik. Pertama aspek kognitif meliputi perubahan-perubahan dalam segi
penguasaan pengetahuan dan perkembangan ketrampilan/kemampuan yang
diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Kedua aspek afektif,
meliputi perubahan-perubahan dalam sikap mental, perasaan dan kesadaran dan
ketiga aspek psikomotrik, meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk
tindakan motorik.9
9
Zakiah Djarajat,dkk, (2008), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta : PT. Bumi Aksara, hal. 197
10
Nana Sudjana, (2017), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,Bandung : Remaja Rosda Karya, hal. 22-23
11
Zakiah Darajat, Op.Cit. hlm,207.
a. Faktor Internal (faktor dalam diri siswa) yaitu keadaan kondisi jasmani
dan rohani siswa
Faktor internal meliputi 2 aspek yaitu :
1. Aspek psikologis
merupakan kondisi umum jasmani dengan kata lain kondisi tubuh atau
kesehatan siswa.
2. Aspek psikologis
adapun kondisi psikologis setiap manusia atau anak-anak didik pada dasarnya
memiliki kondisi psikologi yang berbeda-beda , ada beberapa faktor psikologis yang
dianggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar diantara nya adalah
intelegensi , minat, kecerdasan, bakat, motivasi.
b. Faktor eksternal
Merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik diantaranya
1. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor environmental input (lingkungan). Kondisi
lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat
berupa lingkungan alam termasuk didalamnya adalah seperti keadaan suhu ,
kelembaban, kepengapan, udara, dan sebagainya. Selain itu juga lingkungan sosial
dimana peserta didik itu tinggal dan menjalani kehidupanya.
2. Faktor instrumental
Faktor ini merupakan faktor dan keberadaan dan pengaruhnya dicanangkan
sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan, adapun faktor instrumental ini antara
lain kurikulum atau bahan pelajaran, guru, gedung , perlengkapan belajar, alat-alat
praktikum , perpustkaan dan sebagainya.
c. Faktor pendekatan belajar12
14
Ibid, hal. 211
15
Aris Shoimin, 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media.hal. 48
16
Agus Suprijono, (2015), Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka
Belajar, hal.110
3) Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya
(kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-
masingGuru memimpin hasil pleno kecil diskusi, tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya
4) Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan
pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum
diungkapkan para peserta didik
5) Guru memberikan kesimpulan
6) Penutup
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini juga memiliki kelebihan dan
kekurangan tersendiri sama seperti model pembelajaran kooperatif lainnya.
Kelebihan dari model pembelajaran Kooperatif TPS ini adalah :
1) Dapat meningkatkan daya nalar siswa, daya kritis siswa, daya
imajinasi siswa dan daya analisis terhadap suatu permasalahan
2) Meningkatkan kerja sama antara siswa karena mereka dibentuk
dalam kelompok
3) Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan
menghargai pendapat oranglain
4) Meningkatkan kemampuansiswa dalam menyampaikan pendapat
sebagai implementasi ilmu pengetahuannya
5) Guru lebih memungkinkan untuk menambahkan pengetahuan anak
ketika selesai diskusi
Sedangkan kelemahan dari penerapan pembelajaran kooperatif ini adalah
sebagai berikut :
1) Sulit menentukan permasalahan yang cocok dengan tingkatpemikiran
siswa
2) Bahan-bahan yang berkaitan denganmembahas permasalahan yang ada
tidak dipersiapkan baik oleh guru dan siswa
3) Kurang terbiasa memulai pembelajaran dengan suatu permasalahanyang
nyata
4) Pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah relative terbatas
5. Materi Himpunan
a. Pengantar
Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang mempunyai syarat tertentu
dan jelas. Objek dapat berupa bilangan, manusia, hewan, tumbuhan, negara, dan
sebagainya, selanjutnya objek ini dinamakan anggota atau elemen dari himpunan.
Syarat tertentu dan jelas dalam menentukan anggota suatu himpunan untuk
membedakan antara anggota himpunan dan bukan anggota himpunan,
selanjutnya dinamakan himpunan yang terdefinisi dengan baik (well-defined set).
b. Notasi
Listing method
Mendaftarkan semua anggotanya:
A={ 1,2,3,4,5,6 }
Description method
Contoh
{ x |x adalah bilanganbulat positif lebih kecil dari 5 }
atau
d. Diagram Venn
Kardinalitas:
atau : B= {2,4,5,7,11,13,17,19 }
maka |B|=8
[2] T ={ kucing , a Amir , 10 paku }
maka
[3] A = { a, {a}, {{a}} }
maka
Himpunan kosong:
Himpunan dengan kardinal = 0 disebut himpunan kosong atau null
set.
Notasinya: {} atau
Contoh :
E={ x|x < x } , makan ( E )=0 atau|E|=0
1. Himpunan Bagian
Contoh:
[1] { , 2 ,3 } ⊆ {1 , 2, 3 , 4 ,5 }
[2] { , 2 ,3 } ⊆ {1 , 2, 3 }
Contoh:
Jika A={ x|x ∈ P , x <8 } dan {10 , 20 , 3 0 }
Maka : A ∕ ∕ B
Irisan (intersection)
Notasi : A ∩ B= { x |x } ∈ A dan x ∈ B
Diagram Venn:
Contoh:
[1] Jika A={ 2 , 4 , 6 , 8 ,10 } dan B= { 4 , 10 , 14 , 18 } ,
Maka : A ∩ B= { 4 , 10 }
[2] Jika A { 3 , 5 ,9 } dan B= {−2 ,6 }
Maka: A ∩ B=∅ artinya : A ∕ ∕ B
1. Gabungan (union)
Notasi : A ∪ B={ x |x ∈ A atau x ∈ B }
Diagram Venn:
Contoh:
[1] Jika A={ 2 ,5 , 8 } dan B={ 7 , 5 , 22 } maka : A ∪B={ 2 ,5 , 7 , 8 , 22 }
[2] A ∪ ∅= A
2. Komplemen (complement)
Notasi: Á={ x|x ∈U , x ∉ A } a t au A c = { x |x ∈ U , x ∉ A }
Diagram Venn:
Contoh:
Misalnya U ={ 1, 2 , 3 , 4 , 5 ,6 ,7 , 8 , 9 }
[1] Jika A={ 1, 3 , 7 , 9 } maka A c ={ 2 , 4 , 5 ,6 ,8 }
x
[2] jika A= x { 2 ∈ p , x <9 }adalah A= {1 , 3 , 5 ,7 }
|
Penjelasan : A={ x|x <9 } adalah A= {1 , 2, 3 , 4 ,5 , 6 , 7 , 8 }
x
A= x {| } 2
∈ p adalah A={ 2 , 4 , 6 , 8 }
3. Selisih (difference)
Notasi : A−B={ x| x ∈ A dan x ∉ B }
Diagram Venn:
Contoh:
[1] Jika A={ 1, 2 , 3 , 4 , 5 , 6 ,7 ,8 , 10 } dan B={ 2 , 4 , 6 , 8 , 10 }
Maka A−B={ 1 ,3 , 5 , 7 , 9 } dan B−A=∅
A × B= {( a , b|a∈ A dan b ∈ B ) }
Contoh:
[1] Misalkan C={ 1 ,2 , 3 } dan D= {a ,b }
Maka : C × D={ ( 1 , a ) , (1 , b ) , ( 2 , a ) , ( 2 , b ) , ( 3 ,a ) , ( 3 , b ) }
[2] Misalkan:
A=himpunan makanan={ s=soto , g=gado−gado , n=nasi ,m=mie }
B=himpunan minuman= { c=coca−cola ,t =teh , d=dawet }
Penyelesaian :
A={ s , g , n , m }
B= { c , t , d }
A × B=|A|.|B|=4.3=12 kombinasi makanandan minumam yaitu :
A × B= { ( s , c ) , ( s ,t ) , ( s , d ) , ( g , c ) , ( g , t ) , ( g , d ) , ( n , c ) ( n , t ) , ( n , d ) , ( m , c ) , ( m, t ) , ( m , d ) }
.
B. Kerangka Berfikir
Salah satu pelajaran yang sulit menurut siswa adalah matematika, sehingga hasil
belajar siswa menjadi rendah. Sehubungan dengan anggapan tersebut, para guru
matematika harus berupaya melakukan pembelajaran dengan kreatif dan menarik
mungkin dalam proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat
agar siswa dapat lebih aktifdan tidak bosan ketika pembelajaran berlangsung.
Model Think Pair Share yaitu dengan tiga tahap. Think (berfikir), Pair
(berpasangan), Share (berbagi). Dengan diterapkannya model pembelajaran ini,
diharapkan dapat mempermudah kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar matematika,
sehingga hasil belajar matematika siswa akan meningkat.
C. Penelitian Yang Relevan
1. Berdasarkan penelitian Sri Yuliani Dewi (2017), Jurusan Pendidikan Matematika,
Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan, UINSU Medan yang berjudul “ Pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar
matematika siswa pada materi himpunan dikelas VII SMP Muhammadiyah 7
Medan Tahun Ajaran 2016/ 2017”, merupakan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi himpunan dikelas VII SMP
Muhammadiyah 7 Medan Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian tersebut terbukti
mampu meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS), hal itu dapat dilihat dari hasil post test diperoleh rata-
rata 81,25 yang sebelumnya menggunakan model pembelajaran konvensional
memperoleh nilai rata-rata 62,00.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli Efendi
Program Studi PendidikanMatematika. STKPI PGRI Sidoharjo 2013 judul
“penerapan model pembelajaran think pair share untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada pokok bahasan materiks tahun 2013”. Berdasarkan hasil analisis data
pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa 71,34 dengan siswa yang tuntas
sebanyak 25 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 15 siswa. sehingga dilakukan
tindakan pada siklus II dengan nilai rata-rata 78.87 dan nilai ketuntasan 70.73%
atau sebnyak 29 siswa sudah tuntas dengan nilai > 65. Dan pada siklus III
diperoleh nilai rata-rata 82.02 dengan nilai ketuntasan 85.36% atau sebanyak 35
siswa sudah tuntas dengan nilai > 65 sehingga target nilai ketuntasan telah
tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model Think Pair
Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat diambil suatu hipotesis
tindakan dari penelitian ini adalah upaya peningkatan hasil belajar matematika siswa
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
pada materi Himpunan kelas VII Cerdas Murni dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pembelajaran matematika.