Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Edutic /Vol.3, No.

2, Mei 2017 p-ISSN 2407-4489


e-ISSN 2528-7303

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN


NEUROSAINS MELALUI KETERAMPILAN MENGINGAT DITINJAU
DARI MOTIVASI BELAJAR

Sigit Dwi Saputro1

1
Dosen di Prodi Pendidikan Informatika, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Trunojoyo Madura
Bangkalan, 60231, Negara
E-mail: sigitd.saputa@trunojoyo.ac.id

Abstrak

Judul penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran fisika dengan pendekatan neurosains melalui
keterampilan mengingat ditinjau dari motivasi belajar pada Program Studi S-1 Pendidikan Informatika Universitas
Trunojoyo Madura (UTM). Tujuannya meliputi a) untuk mengetahui pengaruh pendekatan neurosains melalui
keterampilan mengingat terhadap hasil belajar b) ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar
terhadap hasil belajar setelah diberi pendekatan neurosains melalui keterampilan mengingat. Pendidik memang
bukan pakar otak (neurosains), tetapi pendidik adalah bagian satu-satunya profesi yang pekerjaanya setiap hari
mengubah otak . Setiap informasi dalam pembelajaran akan masuk ke otak melalui sistem syaraf sehingga
diperlukan pembelajaran yang mengoptimalkan sistem kerja otak. Penelitaian menggunakan desain faktorial dengan
mengkaji faktor laur yang mempengaruhi hasil belajar. Polulasi dalam penelitian adalah seluruh mahasiswa
pendidikan informatika, sampelnya adalah mahasiswa pendidikan informatika semester 2, pengambilan sampel
dengan cluster random sampling. Instrumen yang digunakan antara yaitu tes hasil belajar mahasiswa dan angket
motivasi belajar. Hasil penelitian ini Pendekatan neurosains melalui keterampilan mengingat berpengaruh terhadap
hasil belajar dengan taraf signifikansi 0,00. Motivasi belajar tidak berkorelasi terhadap hasil belajar setelah diberi
pendekatan neurosains melalui keterampilan mengingat dengan taraf signifikansi 0,155.

Kata kunci: neurosains, keterampilan mengingat dan motivasi belajar

Abstract

The title of this research is to know the influence of physics learning by neuroscience approach through memory
skill reviewed by learning motivation in Graduate Program of Informatics Education Department of Universitas
Trunojoyo Madura (UTM). The aims include a) to determine the effect of neuroscience approaches through
learning to remember learning outcomes b) to know whether or not there is a relationship between learning
motivation toward learning outcomes. Educators are not brain experts (neurosciences), but educators are the only
part of the profession whose work changes brain every day. Any information in learning will enter the brain
through the nervous system so that effective learning is required. Research uses factorial design by examining
external factors which is influence learning outcomes. The population of this research is all the students of
Informatics Education Department, the sample is the students in second semester, sampling with cluster random
sampling. Instruments used between learning and learning. The results of this study neuroscience approaches
through learning to remember learning outcomes with a significance level of 0.00. Motivation to learn does not
correlate to learning outcomes after interconnected with the level of significance of 0.155.

Keywords: neuroscience,memory skill, learning motivation.

99
Pendahuluan bentuk kejadian dari beberapa kondisi vector.
Pendidik merupakan ujung tombak dalam Agar mahasiswa dapat menyelesaikan
dunia pendidikan, artinya baik buruknya diperlukan kemampuan berfikir dan motivasi
pendidikan ditentukan oleh kualitas yang diri mahasiswa.
dimiliki seorang pendidik. Tugas pendidik Kemampuan berfikir eratkaitanya
adalah melaksanakan proses pembelajaran. dengan cara kerja otak. Ilmu yang mempelajari
Berdasarkan Undang-undang Sistem tentang segala sesuatu yang terkait dengan otak
Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 manusia, serta kaitanya dengan kesadaran
pembelajaran adalah proses interaksi peserta unsur utama pembentuk manusia (Ikrar, 2015).
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada Otak merupakn permata dari mahkota tubuh
lingkungan belajar. Begituhalnya Surya (2015) manusia. Dengan kekuatan dan keajaiban otak
pembelajaran adalah suatu proses yang manusia bisa menemukan berbagai hal yang
dilakukan individu untuk memperoleh sutau dapat kita nikmati dewasa ini (Markam, 2006).
perubahan perilaku yang baru secara Berkaitan dengan keajaiban otak, menurut
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman Sausa (2012) pendidik memang bukan pakar
individu sendiri dalam interaksi dengan otak (neurosains), tetapi pendidik adalah
lingkunganya. Sadirman (2005) menjelaskan bagian satu-satunya profesi yang pekerjaanya
proses interaksi dengan nuansa edukatif yang setiap hari mengubah otak. Begituhalnya
memiliki ciri-ciri a)ada tujuan yang ingin pendapat dari Suyadi (2015) menyampaikan
dicapai; b) ada pesan yang akan ditransfer; c) bahwa terdapat hubungan korelasional antara
ada pengajar; d) ada guru; e) ada metode; f) ada pembelajaran dengan cara kerja otak. Semakin
situasi; dan g) ada penilaian. luas dan mendalam pendidik memahami cara
Menurut Joyce (2009) untuk mencapai kerja otak, semakin mudah ia
tujuan sasaran intruksional yang berbeda-beda menumbuhkembangkan potensi peserta didik.
seorang pendidik memerlukan model Sebaliknya semakin tabu pendidik terhadap
pengajaran tertentu. Setiap mata pelajaran kerja otak, semakin keliru ia
memiliki tujuan instruksional baik ilmu sosial menyelenggarakan pembelajaran.
maupun ilmu alam. Fisika adalah bagian dari Setiap informasi yang masuk akan diolah
ilmu alam sebagaimana disampaikan dalam sistem syaraf. Bagian terpenting dalam
Wospakrik dalam Mundilarto (2010: 3) sistem syararaf adalah neuron yang terdiri dari
menyatakan bahwa fisika merupakan cabang 100 milyar sel-sel saraf dan lebih dari 1000
ilmu alam yang pada dasarnya bertujuan untuk triliun keneksi. Semua Neuron mampu
memperlajari dan memberi pemahaman baik memproses informasi secara stimulant (Ikrar,
secara kualitatif maupun kuantitatif tentang 2015). Agar informasi dapat melekat dalam diri
berbagai gejala atau proses alam dan sifat zat seseorang menurur Depotter (2015) melalui
serta penerapannya. Fisika merupakan suatu pengulangan, sel-sel saraf menjadi terhubung
cabang ilmu pengetahuan sains yang dan termielinisasi untuk mempermudah
mempelajari sesuatu pengetahuan alam yang mengingat informasi. tanpa pengulangan
bersifat deterministik dan konkret yang berkala mielin akan hilang.
meliputi teori, hukum, kaidah, dan asas-asas Bruning et. all (2011) menyampaikan
fisika serta dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa pembelajar merupakan pemproses
berdasakan hasil penelitian (Mundilarto, 2010). informasi yang aktif dan memberikan peran-
Salah satu materi yang dibahas dalam peran kritis terhadap pengetahuan dan
matakuliah Fisika Kejuruan adalah bab tentang prespektif yang dibawa peserta didik dalam
vektor. Vektor memiliki persamaan pembelajaran. Menurut Suyadi (2015) tentang
berdasarkan dari sudut yang membentuk dan pemprosesan informasi dalam kognisi terbagai

100
menjadi tiga hal bagaimana mengambil dan dorongan internal dan eksternal pada siswa –
menyimpan informasi dengan cepat, siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
menyeluruh dan efisien. Kedua, bagaimana perubahan tingkah laku.
menggunakan informasi untuk menciptakan ide Berikut beberapa penelitian yang
baru. Ketiga, bagaimana menggunakan berkaitan dengan neorosains, memori dan
informasi yang telah diubah menjadi ide baru motivasi belajar. Berdasarkan Penelitian Qudsy
tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan (2010) menyimpulkan pendidik masih dapat
masalah. Ketiga hal ini menjadi serangkaian mengeksplorasi lagi hal‐hal yang berkaitan
berpikir yang holistik, dari mengelola dengan otak yang sekiranya dapat membuat
informasi, mengubahnya menjadi ide baru pendidikan pada anak usia dini dapat
hingga penggunaanya secara praksis dalam berjalan secara optimal. Dengan catatan
menyelesaikan masalah. bahwa semua itu dilakukan harus
Agar informasi dapat secara maksimal sesuai dengan tahapan perkembangan seorang
dapat dipelukan keterampilan mengingat. anak dan tidak mengesampingkan
Menurut Windura (2016) keterampilan kebutuhan dasar dan alami pada anak.
mengingat atau memory skills adalah upaya Rustiana (2011) pendekatan neurosains
aktif melibatkan otak kanan saat belajar menekankan efek psikologis dari penjas pada
sehingga azaz pemakain kedua belahan otak gerakan atau aktivitas fisik yang kemudian
terpenuhi. Hukum daya ingat terdiri dari menimbulkan hubungan-hubungan sinaptik
asosiasi, gambar, penumpukan, pengulangan antar sel-sel saraf, sedangkan teori kognitif
keunikan dan penguatan. Begituhalnya sosial menekankan efek psikologis dari penjas
Depotter (2015) menyampaikan bahwa pada akibat dari interaksi sosial antara siswa
mengingat informasi dengan baik bila dengan siswa, dan siswa dengan guru, saat
informasi oleh kualitas: a) Asosiasi indra, mereka bermain atau ikut serta dalam
terutama indra penglihatan; b) konteks permainan/game, atau olahraga. Saputro (2014)
emosional, seperti cinta, kebahagiaan, dan menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang
kesedihan; c) kualitas yang menonjol atau yang signifikan antara kemampuan memori dengan
berbeda; d) asosiasi yang intens; e) kebutuhan prestasi belajar siswa siswa yang memiliki
intuk bertahan hidup; f) hal-hal yang memiliki kemampuan memori tinggi akan memiliki
hubungan pribadi; g) hal-hal yang diulang; hal- rerata hasil belajar yang lebih baik daripada
hal yang pertama dan terakhir dalam satu sesi. siswa yang memiliki kemampuan memori
Berdasarkan pendapat tersebut peneliti rendah. Penelitian motivasi menurut Grahito
menerapkan keterampilan memori dengan (2010) Siswa yang mempunyai motivasi belajar
asosiasi dan pengulangan. siswa tinggi mempunyai kemampuan kognitif
Faktor lain yang mempengaruhi belajar fisika yang lebih baik daripada siswa yang
salah satunya adalah motivasi belajar. Motivasi mempunyai motivasi belajar siswa rendah.
merupakan energi dalam diri manusia yang Berdasarkan hal tersebut, maka
mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu penelititian yang dilakukan dengan judul
dengan tujuan tertentu (Sani, 2013). Menurut “Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan
Uno (2008 ) motivasi adalah dorongan dasar Pendekatan Neurosains melalui Keterampilan
yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Mengingat ditinjau dari Motivasi Belajar”
Dalam hal ini terkandung adanya unsur Tujuan dalam penelitan adalah a) untuk
harapan dan optimisme yang tinggi, sehingga mengetahui pengaruh pendekatan neurosains
memiliki kekuatan dan semangat untuk melalui keterampilan mengingat terhadap hasil
melakukan suatu aktivitas tertentu, misalnya belajar b) ingin mengetahui ada tidaknya
belajar. Hakekat motivasi belajar adalah hubungan antara motivasi belajar terhadap hasil

101
belajar setelah diberi pendekatan neurosains motivasi diperoleh dari panduan penyekoran
melalui keterampilan mengingat. atas jumlah jawaban yang telah diisi oleh
mahasiswa. Mahasiswa yang mempunyai skor
Metode Penelitian di atas rata-rata (≥) skor motivasi seluruh kelas
Metode penelitian meliputi subjek masuk dalam kategori motivasi tinggi dan
penelitian, rancangan penelitian, teknik motivasi rendah bagi mahasiswa yang
pengumpulan data, dan teknik analisis data. mempunyai skor di bawah rata-rata () kelas.
Subjek penelitian meliputi pupulasi dan Untuk mengetahui distribusi frekuensi
sample. Populasi dalam penelitian adalah dan presentase siswa yang memiliki
seluruh mahasiswa Pendidikan Informatika kemampuan motivasi tinggi dan rendah pada
Universitas Trunojoyo Madura. Sedangkan kelas yang diringkas dalam tabel 1.
Sample penelitian adalah mahasiswa angkatan
tahun2016/2017. Teknik pengambilan sampling Tabel 1. Distribusi data motivasi tinggi dan
menggunakan cluster random sampling yaitu rendah
pemilihan kelas dipilih secara acak.
Kategori Jumlah Prosentase
Penelitian ini menggunakan desain
Motivasi Tinggi 25 60 %
factorial yang merupakan modifikasi desaign Motivasi Rendah 17 40%
true experimental, yaitu dengan memperhatikan Jumlah 42 100%
variabel moderator yang mempengaruhi
perlakukan (Sugiono, 2012).
Data diperoleh dengan memberikan Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa
beberapa instrument penelitian. Pertama adalah terdapat 25 mahasiswa yang termasuk memiliki
motivasi tinggi dengan prosentase 60%.
tes. Tes yang terdiri dari pre test dan post
Sedangkan mahasiswa yang termasuk kategori
test yang bertujuan untuk mengetahui hasil motivasi rendah sejumlah 17 mahasiswa dengan
belajar siswa. Kedua adalah dengan pemberian prosentase 40 %. Adapun interval distribusi
angket yang bertujuan untuk mengetahui kategori motivasi rendah dan tinggi
tanggapan motivasi yang dimiliki mahasiswa. sebagaimana dalam tabel 2 dan 3.
Data tes yang telah diperoleh akan
dianalisis menggunakan uji t, menggunakan Tabel 2. Distribusi frekuensi motivasi rendah
program statistic PASW. Begituhalnya data Interval Frekuensi Prosentase
dari angket motivasi akan di analisi 23-26 5 29 %
menggunakan uji korelasi (rxy) dengan 27-30 12 71%
menggunakan program statistic PASW.
Data distrubusi motivasi rendah agar lebih jelas
Hasil Penelitian dan Pembahasan diringkas dengan gambar 1.

Data-data yang terkumpul pada


penelitian ini meliputi data motivasi belajar dan 15
hasil belajar mahasiswa. Data tersebut diperoleh
10
dari hasil angket dan hasil tes pada mahasiswa
pendidikan informatika kelas B siswa dengan 5
Series1
jumlah 42 mahasiswa. 0
Data motivasi belajar diperoleh dari 23-26 27-30
sebanyak 10 pertanyaan dalam angket. Hasil Interval Interval
dari pengolahan angket motivasi
dikelompokkan dalam dua kategori yaitu
Gambar 1. Histogram motivasi rendah.
kemampuan motivasi tinggi dan rendah. Skor

102
Pada Tabel 2 dan Gambar 1 tampak Alpha =
bahwa data motivasi belajar rendah pada 0,05
interval 23-26 sejumlah 5 mahasiswa
sedangkan pada interval 27-30 sejumlah 12 Pend
mahasiswa. Ini berarti bahwa motivasi belajar ekat
mahasiswa rendah paling banyak pada interval an 0,077
27 sampai 30. 0,077 Normal
Neur >0,055
Sedangkan interval distribusi kategori osain
motivasi tinggi disajikan pada tabel 3. s

Tabel 4 memperlihatkan bahwa


Tabel 3. Distribusi frekuensi motivasi tinggi pengujian normalitas pada hasil belajar
Interval frekuensi Prosentase mahasiswa. Pada Hasil belajar P-value
(signifikansi terhadap variabel terikat) lebih
31-33 19 76 % dari (>) 0,05, sehingga disimpulkan bahwa Ho
34-36 6 24% ditolak dan diasumsikan sampel berdistribusi
normal.
Data distrubusi motivasi tinggi agar Uji Hipotesis
lebih jelas diringkas dalam gambar 2.
Hipotesis pertama untuk mengetahui
20 pengaruh pendekatan neurosains melalui
15 keterampilan mengingat terhadap hasil belajar
10
menggunakan uji T. Proses perhitungan
menggunakan program PASW. Hasil data
5 Series1 hipotesis secara ringkas diperlihatkan ke dalam
0 Tabel 5.
31-33 34-36 Tabel 5. Uji pengaruh pendekatan belajar
Interval Interval terhadap hasil belajar.

Uji T Signifika Keputu Simpul


Gambar 2. Histogram motivasi tinggi.
nsi san an
Pada Tabel 3 dan Gambar 2 tampak (Kolmog
bahwa data motivasi belajar rendah pada orov-
interval 31-33 sejumlah 19 mahasiswa Smirnova
)
sedangkan sedangkan pada interval 34-36
sejumlah 6 mahasiswa. Ini berarti bahwa Alpha =
motivasi belajar mahasiswa rendah paling 0,05
banyak pada interval 31 sampai dengan 33.
Hipotesi
Hasil 0,000 <
Uji Normalitas s
Belaja 0,000 0,05
r diterima
Uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui sampel berdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas dilakukan menggunakan
PASW. Data hasil uji normalitas secara ringkas Berdasarkan data pada Tabel 5 dapat
disajikan dalam tabel 4 sebagai berikut. disimpulkan terdapat pengaruh pendekatan
Tabel 4. Tabel data uji normalitas neurosains melalui keterampilan mengingat
terhadap hasil belajar dengan taraf signifikansi
Uji Signifikansi Keputusan Simpulan 0,00.
(Kolmogor Hipotesis kedua yaitu untuk mengetahui
ov-
Smirnova) ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar

103
terhadap hasil belajar menggunakan uji rxy. Hasil informasi sebagaimana pendapat Depotter
data hipotesis secara ringkas diperlihatkan ke (2015) melalui pengulangan, sel-sel saraf
dalam Tabel 6. menjadi terhubung dan termielinisasi untuk
Tabel 6. Uji kotrelasi antara motivasi belajar
mempermudah mengingat informasi. tanpa
terhadap hasil belajar
pengulangan berkala myelin akan hilang.
Uji Perrson Signifikansi Indek Peneliti senantiasa memberikan pengulangan
Correlation korelasi secara bersama-sama kepada seluruh mahasiswa
Hasil setelah konsep diberikan. Selain hal tersebut
belajar peneliti juga memberikan asosiasi materi agar
mudah diingat mahasiswa.
Motivasi 0,155 0,33 Pada saat pembelajaran mahasiswa
belajar secara-bersama mengulang dan menyampaikan
Hal ini menunjukkan tidak ada asosasi materi membuat suasana belajar lebih
aktif dan kerja otak dapat berjalan secara
hubungan yang signifikan antara interaksi sosial
terhadap prestasi belajar setelah diberi maksimal sehingga ketika mendapatkan
pendekatan neurosains melalui keterampilan evaluasi, mahasiswa dapat mengerjakan dengan
baik. Hal ini sependapat dengan Suyadi (2015)
mengingat dengan taraf signifikansi 0, 155 dan
dengan indek korelasi sebesar 0,33. tentang pemprosesan informasi dalam kognisi
terbagai mencadi tiga hal bagaimana mengambil
Pembahasan
dan menyimpan informasi dengan cepat,
Hipotesis pertama untuk mengetahui menyeluruh dan efisien. Kedua, bagaimana
pengaruh pendekatan neurosains melalui menggunakan informasi untuk menciptakan ide
keterampilan mengingat terhadap hasil belajar. baru. Ketiga, bagaimana menggunakan
Hasil uji statistik hasil belajar mahasiswa informasi yang telah diubah menjadi ide baru
menunjukkan P-value bernilai 0,000. Hal ini tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan
berarti bahwa pendekatan neurosains melalui masalah. Ketiga hal ini menjadi serangkaian
keterampilan mengingat berpengaruh terhadap berpikir yang holistic, dari mengelola informasi,
hasil belajar. mengubahnya menjadi ide baru hingga
Berdasarkan hasil rata-rata hasil belajar, penggunaanya secara praksis dalam
dalam pretest atau mahasiswa belum melaui menyelesaikan masalah.
proses belajar dengan pendekatan neurosain Hipotesis kedua yaitu untuk mengetahui
melalui keterampilan mengingat yaitu 54 ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar
sedangkan hasil belajar data diperoleh dari terhadap hasil belaja menggunakan. Hasil uji
posttes dengan pendekatan neurosains yaitu 87. statistik untuk prestasi belajar menunjukkan P-
Hal ini berarti bahwa ada kenaikan rata-rata value bernilai 0,155. Hal ini berarti bahwa tidak
kelas dengan menggunakan pendekatan ada hubungan yang signifikan antara motivasi
neurosain melalui keterampilan mengingat. Hal belajar terhadap hasil belajar setelah diberi
ini sejalan dengan penelitian Gunawan (2015) pendekatan neurosains melalui keterampilan
yang menyimpulkan bahwa Neurosains sebagai mengingat.
sebagai dasar pengembangan konsep Berdasarkan Pendapat Sani (2013)
pendidikan merupakan hal yang penting motivasi merupakan energi dalam diri manusia
mengingat proses pendidikan erat kaitanya yang mendorong untuk melakukan aktivitas
dengan pengembangan potensi otak. tertentu dengan tujuan tertentu Uno (2008)
Proses pembelajaran dengan pendekatan motivasi adalah dorongan dasar yang
neurosain melalui keterampilan mengingan menggerakkan seseorang bertingkah laku. Erat
oatak akan mudah mengulang kembali kaitanya dalam pembelajaran dengan

104
pendekatan neurosain ternyata tingkat motivasi Daftar Pustaka
tidak memberikan hubungan yang signifgikan.
Hal ini ditunjukkan adanya indek korelasi 0,33. Abdullah Sani, Ridwan. 2013. Inovasi
Pembelajaran. Bumi Aksara:
Artinya ada 33 persen ntara mahasiswa yang
Jakarta
memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah
yang hasilnya linier dengan hasil belajarnya. Bruning, Roiger, etc. 2011. Cognitive
Sedangkan 73 persen mahasiswa tidak sesuai Psycology and Instruction: Fifth
dengan motivasi belajarnya. Hal ini berarti Edition: Boston: Pesarson.
antara mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi
Depotter, Bobi and Hernacki Mike. 2015.
dan rendah pada saat menerima pembelajaran
Quantum Learning: Membiasakan
dengan pendekatan neurosain melalui Belajar Nyaman dan
keterampilan mengingat sama-sama memiliki Menyenangkan. Bandung: kaifa.
hasil belajar yang baik.
Mahasiswa yang memiliki motivasi Grahito, Anggit. 2010. Pembelajaran Fisika
belajar rendah pada saat pembelajaran ikut aktif Menggunakan Pendekatan
berinteraksi dalam belajar. Ditunjukkan pada Kontekstual (CTL) Melalui Media
Animasi Dan Media Non Animasi
saat proses pengulangan dan asosiasi secara-
Ditinjau Dari Motivasi Belajar
bersama berdambak terhadap kemampuan Siswa Terhadap Kemampuan
mengingatnya. Akhirnya mahasiswa dapat Kognitif Siswa SMA. Skripsi: UNS.
menyelesaikan soal evaluasi dengan baik setelah
proses pembelajaran selesai. Gunawan, Eko. 2015. Pendidikan Tauhid
Prespektif Neurosain dan
Implikasinya dalam Meningkatkan
Simpulan dan Saran Kecerdasan Spiritual Telaah
Pemikiran Taufik Pasiak. Skripsi:
Berdasarkan hasil penilitian dan UIN Sunan Kali Jaga
pembahasannya yang telah diuraikan
sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut. Ikrar, Taruna. 2015. Ilmu Neurosains Modern.
Pendekatan neurosains melalui Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
keterampilan mengingat berpengaruh terhadap Joyce,Bruce, et all. 2009. Models of Teaching.
hasil belajar dengan taraf signifikansi 0,00. Diterjemahkan oleh Achmad Fawaid
Motifasi belajar tidak berkorelasi terhadap dan Ateilla Mirza. Englewood
hasil belajar setelah diberi pendekatan Cliffs, New Jersey: Prentice Hall,
neurosains melalui keterampilan mengingat Inc.
dengan taraf signifikansi 0,155.
Kemendiknas. Undang-Undang Standar
Saran-saran yang perlu peneliti
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
berdasarkan hasil penelitian ini sebagai berikut 2003. Jakarta: Kemdiknas
para pendidik dapat mempertimbangkan
pendekatan neuroasain pada proses Markam, H. 2006. The Blue Brain Project. Nat
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar Rev Neurosci: 7, 53-60
ditengah keterbatasan dari alat peraga
Mundilarto. 2010. Penilaian Hasil Belajar
Dalam melaksanakan pembelajaran agar
Fisika. Yogyakarta: UNY Press.
selalu diupayakan mahasiswa yang aktif untuk
melakukan belajar, sedangkan pendidik Qudsyi,Hazhira. 2010.
menjadi motivator dan fasilitator. Optimalisasi Pendidikan Anak Usia
Dini Melalui Pembelajaran yang Ber

105
basis Perkembangan Otak. Buletin
Psikologi, Vol 12: 91-111

Rustiana,Eunike R. 2011. Efek Psikologis dari


Pendidikan Jasmani ditinjau dari
Teori Neurosains dan Teori Kognitif
Sosial Jurnal Media Ilmu
Keolahragaan Indonesia, 2:198-200

Saputro, Sigit D. 2014. Pembelajaran Fisika


dengan Pendekatan Konstruktivisme
Melalui Metode Mind Map dan
Diskusi ditinjau dari Kemampuan
Memori dan Verbal Siswa.
Penasains, Vol 1: 64-75

Sardiman, AM. Interaksi dan Motivasi Belajar


Mengajar.Jakarta: Rajawali Press

Sausa, David. A. 2012. Bagimana Otak Belajar,


Edisi Keempat: Jakarta: Indeks.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Surya, Muhammad. 2015. Strategi Kognitif


dalam Proses Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta.

Suyadi. 2015. Teori Pembelajaran Anak Usia


Dini dalam Kajian
Neurosains.Bandung: PT Remaja
Roesdakarya.

Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan


Pengukurannya. Jakarta : Bumi
Aksara.

Windura, Sutanto. 2015. Panduan Praktis How


to Learn Sesuai Cara Kerja Alami
Otak. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo

106

Anda mungkin juga menyukai