Anda di halaman 1dari 14

PERAN NEUROPSIKOLOGI KOGNITIF DALAM

PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Secara sederhana pengertian neuropsikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari

hubungan antara otak dan perilaku. Tujuan utama analisis tentang otak dewasa ini

adalah mempelajari lokalisasi fungsi, terutama fungsi kognitif. Lokalisasi ini mengacu

pada wilayah-wilayah spesifik otak yang mengontrol perilaku-perilaku yang juga

spesifik yang dominan mengarah pada kemampuan individu dalam ranah kognitifnya.

Pemahaman tentang bagaimana otak bekerja akan mendorong seluruh komponen

terkait dalam sistem pendidikan untuk menempatkan diri secara bijaksana. UU RI No

20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, sistem pendidikan didefinisikan sebagai keseluruhan

komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan

pendidikan. Secara filosofis, hakikat pendidikan adalah membentuk manusia sempurna

atau insan kamil dimana manusia yang berkembang seluruh potensi atau kecerdasannya,

baik potensi jasmani, rohani maupun akal (Wathon, 2015).

Prestasi merupakan sesuatu yang didambakan oleh semua orang dalam

menjalani suatu aktifitas, tidak terkecuali di dunia pendidikan. Keadaan ini menjadikan

para pengelola dan pembina pendidikan selalu memperhatikan masalah prestasi belajar

anak didiknya di lembaga pendidikan yang dikelolanya, sebagai wujud perhatiannya

para pengelola dan pembina pendidikan melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan

prestasi yang maksimal bagi para anak didiknya. Suryabrata (2010), memberikan

pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar

sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.


Dengan demikian prestasi belajar menggambaran keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar dan dapat memberikan gambaran kepada kita bahwa dalam

proses belajar mengajar terdapat siswa yang berprestasi tinggi, berprestasi sedang dan

terdapat siswa yang berprestasi rendah. Sardiman (2010), menjelaskan bahwa belajar

merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subyek belajar, dalam

belajar banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi belajar

secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor intern (dari dalam) diri subyek

belajar dan faktor ekstern (dari luar) diri subyek belajar. Faktor dari dalam diri peserta

didik adalah psikologisnya. Psikologis peserta didik akan mempengaruhi proses belajar.

Psikologi kognitif sebagai semua proses yang didapat melalui sensorik

ditransformasikan, dikurangi, diuraikan, disimpan dan dipulihkan (Ambramson, 2015).

Melalui sensorik otak akan meneruskan ke motorik. Pada keadaan inilah neuropsikologi

berperan dalam proses belajar.

Sekolah sebagai salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi

proses belajar, mempunyai pengaruh yang besar terhadap

perkembangan jiwa remaja, karena sekolah mengemban fungsi

pengajaran, dan fungsi pendidikan (transformasi nilai dan norma

sosial).

Kegiatan belajar akademik melibatkan banyak faktor, baik faktor internal siswa

maupun faktor eksternal seperti guru, metode pengajaran, sistem pendidikan, iklim

sekolah, dan lain sebagainya. Belajar akademik merupakan proses yang lebih kompleks

dan sulit dibanding belajar dalam kehidupan sehari-hari, sehingga membutuhkan

motivasi kuat untuk dapat terlibat di dalamnya (Biggs & Moore, 1993).
Dari paparan di atas terlihat bahwa neuropsikologi memiliki peran dalam

pendidikan, baik pada perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari maupun

prestasi peserta didik dalam proses belajar mengajar di sekolah.

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah untuk

mengetahui peran neuropsikologi kognitif dalam pendidikan terutama pada prestasi

belajar peserta didik di sekolah.

PEMBAHASAN

A. Peran neuropsikologi kognitif dalam pendidikan


Neuropsikologi kognitif dalam pendidikan menjadi salah satu aspek yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa (Pramudigdo, 1998). Faktor yang berpengaruh
pada prestasi belajar siswa dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

1. Faktor pelajar:
Aspek
a. Status perkembangan/keadaan otak
b. Status kesehatan umum Neuropsikologi
c. Psikologis

2. Faktor pengajar: PRESTASI


BELAJAR

3. Faktor Program dan Kurikulum

4. Faktor Lingkungan

5. Faktor Alat Pengukur

Gambar : Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik

Aspek neuopsikologi lebih menekankan pada aspek perkembangan otak peserta

didik, walaupun dalam prakteknya tidak dapat meninggalkan aspek yang lain,karena
saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Aspek neuropsikologi yang mempengaruhi

prestasi belajar peserta didik diantaranya adalah:

a. Status perkembangan / keadaan otak

Sujiono (2013; 49 -52) menyatakan bahwa anak manusia sesuai dengan

kodratnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan telah dikarunia sejumlah kemampuan

yang melebihi ciptaan Tuhan lainnya yang ada di muka bumi ini. Kelebihan manusia

dibandingkan makhluk lainnya adalah karena manusia mempunyai akal dan pikiran

yang merupakan satu kesatuan dari hasil kerja otak. Melalui akal dan pikiran inilah

manusia mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk dapat

mempertahnkan diri dan melanjutkan keturunannya. Selanjutnya ciri yang paling

dominan adalah manusia mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin

melalui proses belajar.

Masa usia dini merupakan masa awal perkembangan otak. Banyak pakar

menyakini bahwa masa usia dini merupakan masa keemasan untuk melakukan

stimulasi fungsi otak melalui berbagai aktivitas yang dapat menstimulasi organ

pengindraan berupa kemampuan visual, auditori,sensori dan motorik. Berkat

kemampuan fungsi otaknya manusia dapat menjalankan fungsi fisik dan

psikologisosialnya dan dapat lebih meningkatkan kemampuan tersebut melalui

kegiatan belajar yang berpengaruh terhadap prestasi siswa di sekolah. Otak manusia

terbagi menjadi dua struktur yang sejenis, yakni hemisfer serebal kiri dan kanan.

Kedua hemisfer ini diselubungi oleh lapisan korteks seberal, yakni sejenis material

tipis dan basah,

b. Status kesehatan umum

Thabrani (1993:34) kondisi kesehatan fisik yang sehat, sangat mempengaruhi

keberhasilan dalam belajar terutama yang berkaitan dengan konsentrasi, sebagaimana


Hasbullah Thabrani berpendapat bahwa, kesehatan diri sangat mempengaruhi segala

aktifitas kita, baik aktifitas fisik maupun mental. Jika anda menderita, anda kurang

bisa berkonsentrasi dengan baik, adakah anda sakit, ini juga dapat mengganggu

konsentrasi anda.

Dengan demikian anak yang kurang sehat karena kurang gizi, dapat memberi

pengaruh pada daya tangkap dan kemampuan belajarnya menjadi kurang, selain itu

juga, adanya gangguan pada organ tubuh yang lemah, seperti pusing kepala atau

yang lainnya, maka hal ini akan dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)

sehingga materi yang dipelajarinya akan kurang bahkan tidak berbekas.

c. Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi siswa.yaitu, self efficacy,

motivasi belajar dan konsep diri. Menurut Bandura (1986), self efficacy merupakan

persepsi individu mengenai kemampuannya untuk menghasilkan suatu hasil dan

mencapai kinerja yang diinginkan. Pertimbangan self efficacy akan lebih berorientasi

kepada tugas-tugas dan situasi yang spesifik, akan lebih kontekstual, dan individu

membuat keputusan-keputusan dengan didasarkan pada sejumlah tujuan (goal).

Sedangkan Branden (1996) self efficacy adalah keyakinan untuk mendapatkan

hasil yang diinginkan. Keyakinan dalam dasar efficacy seseorang adalah kemampuan

individu untuk mempelajari apa yang perlu dipelajari, dan melakukan apa yang

diperlukan untuk mendapatkan tujuan, sebagai kesuksesan yang tergantung pada

usaha-usaha individu itu sendiri. Self efficacy bukanlah keyakinan bahwa individu

tidak pernah berbuat salah. Akan tetapi keyakinan bahwa individu mampu

memikirkan, menilai, mengetahui dan memperbaiki kesalahan. Self efficacy adalah

keyakinan apa yang menjadi mungkin bagi individu untuk memperoleh pengetahuan

dan keterampilan serta mendapat kesuksesan (Ratna Jatmika, 1996). Siswa yang
memiliki self efficacy yang tinggi akan mendapatkan hasil prestasi yang tinggi pula,

demikian pula sebaliknya jika self efficacy rendah maka hasil prestasi belajar akan

rendah juga. Sedangkan menurut Sadirman (2004), motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin

kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan

dapat tercapai.

Motivasi belajar (Sardiman, 2004), mempunyai fungsi untuk :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi,

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai,dan

c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut

Konsep diri didefinisikan sebagai pandangan dan perasaan tentang diri sendiri.

Persepsi tentang diri dapat bersifat psikologis, sosial dan juga fisik. Konsep diri

bukan hanya gambaran deskriptif saja, tetapi juga penilaian tentang diri sendiri.

Sehingga dapat dikatakan bahwa konsep diri meliputi apa yang dipikirkan dan apa

yang dirasakan tentang diri (Rahmat, 2007: 99-100). Menurut Hurlock (2005: 237)

konsep diri merupakan konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep ini dapat

dikatakan sebagai bayangan cermin, ditentukan sebagian besar oleh peran dan

hubungan orang lain, apa yang kiranya reaksi orang terhadapnya. Sedangkan konsep

diri idealnya ialah gambaran mengenai penampilan dan kepribadian yang

didambakan.

Menurut Agoes Dariyo (2007), konsep diri bersifat multi aspek yaitu meliputi

aspek fisiologis dan psikologis.


1. Aspek fisiologis

Aspek fisiologis dalam diri berkaitan dengan unsur-unsur seperti warna kulit,

bentuk, berat atau tinggi badan, raut muka, memiliki kondisi badan yang sehat,

normal/cacat lain sebagainya. Karakteristik tersebut mempengaruhi bagaimana

seseorang menilai diri sendiri dan dapat menjadi anggapan penilaian dari orang lain.

Kebanyakan orang seringkali melakukan penilaian awal terhadap penilaian fisik

untuk dijadikan respon perilaku seseorang terhadap orang lain.

2. Aspek psikologis

Aspek psikologis meliputi tiga aspek diantaranya kognitif, afektif, konasi.

Kognitif adalah kemampuan untuk berfikir yang melibatkan kecerdasan, minat dan

bakat, kreativitas, maupun kemampuan konsentrasi. Afektif mencakup perilaku yang

meliputi ketahanan, ketekunan, keuletan kerja, motivasi berprestasi dan juga

mengolah emosi. Konasi sering disebut juga dengan kehendak atau hasrat yang

meliputi kecepatan dan ketelitian kerja. Kehendak merupakan suatu fungsi dalam diri

untuk mencapai sesuatu, sedangkan hasrat dapat dikatakan sebagai suatu keinginan

yang dapat diulang-ulang.

Faktor pengajar

Faktor pengajar selalu terkait dengan kinerja guru, berikut ini akan dikemukakan

pengertian kinerja guru dan pengertian mengajar guru secara terpisah. Kinerja

dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian seseorang secara keseluruhan

selama periode tertentu Kinerja merupakan kemampuan seseorang dalam

melakukan pekerjaan tertentu, dinilai berdasarkan standar yang telah ditetapkan

(Khan, Shah, & M, 2012). Menurut Obilade kinerja guru dapat digambarkan sebagai

tugas yang dilakukan oleh seorang guru pada periode tertentu dalam sistem sekolah

untuk mencapai tujuan organisasi (Adeyemi, 2011). Lebih lanjut Imam Wahyudi
(2012) menjelaskan : “Kinerja guru adalah hasil kerja nyata secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya yang meliputi menyusun

program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran”.

Standar kinerja guru berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan

tugasnya (Rusman, 2010). Tugas guru dalam peningkatan prestasi belajar siswa ialah

bagaimana proses belajar mengajar di kelas berjalan secara optimal dan siswa dapat

memahami materi yang disampaikan. Mengajar suatu hal yang terjadinya proses

interaksi guru dan siswa di kelas. Mengajar semakin digunakan untuk membuat

penilaian tentang kualitas pengajaran, peningkatan karir, dan pendanaan mengajar

itu sendiri (Kuzmanovic, Savic, Gausavace, Nikolic, & Panic, 2012). Berdasarkan

uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja guru adalah kemampuan

seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang

diberikan kepadanya pada periode tertentu dalam sistem sekolah untuk mencapai

tujuan organisasi. Artinya Kierja seorang guru sangat berpengaruh terhadap prestasi

belajar peserta didik selama proses pembelajaran. Baik tidaknya kinerja guru

tergantung dengan kedisiplinan seorang guru. Menurut Santoso (2016) Disiplin guru

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa berada

pada kategori cukup kuat, sehingga menunjukkan bahwa untuk meningkatkan

prestasi belajar dengan cara mendisiplinkan kinerja seorang guru.

Contoh

Guru dapat memberikan solusi dari setiap permasalah dalam permbelajaran kimia,

semisal siswa sulit memahami materi redoks yaitu mengenai penyetarakan reaksi

redoks, maka guru harus bisa memahamkan siswa tersebut dengan sering dikasih
soal- soal melalui permainan yang menyenangkan. Biasanya dalam hal ini guru

menggunakan metode pembelajaran TGT.

Faktor Program dan Kurikulum

Kurikulum lebih luas daripada sekedar rencana pelajaran, tetapi meliputi segala

pengalaman atau proses belajar siswa yang direncanakan dan dilaksanakan di

bawah bimbingan lembaga pendidikan. Artinya bahwa, kurikulum bukan hanya

berupa dokumen bahan cetak, melainkan rangkaian aktivitas siswa yang dilakukan

dalam kelas, di laboratorium, di lapangan, maupun di lingkungan masyarakat yang

direncanakan serta dibimbing oleh sekolah. Suatu kurikulum harus memuat

pernyataan tujuan, menunjukkan pemilihan dan pengorganisasian bahan pelajaran

serta rancangan penilaian hasil belajar. Bahkan kurikulum harus merupakan bahan

pelajaran atau mata pelajaran yang dipelajari siswa, program pembelajaran, hasil

pembelajaran yang diharapkan, reproduksi kebudayaan, tugas dan konsep yang

mempunyai ciri-ciri tersendiri, agenda untuk rekonstruksi social, serta memberikan

bekal untuk kecakapan hidup. Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1)

tujuan, (2) materi, (3) metode, (4) organisasi dan (5) evaluasi. Kelima komponen

tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. (Hamalik, 2010:

95)

Manajemen kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan


dan diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh serta pembinaan secara
kontinyu terhadap situasi belajar secara efektif dan efisien demi membantu
tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Sutomo, 2007:41).
Seluruh kegiatan yang dilakukan manusia pasti mempunyai tujuan, seperti
halnya kegiatan manajemen. Manajemen memiliki fungsi primer. Menurut Nawawi
(2005: 37) fungsi primer dari manajemen yaitu: 1) Fungsi Perencanaan (Planning), 2)
Fungsi Pengorganisasian (Organizing), 3) Fungsi Pelaksanaan (Actuating), 4) Fungsi
Anggaran (Budgeting), 5) Fungsi Pengawasan (Controlling).
Contoh
Semisal penggunaan kurikulum 2013 dengan KTSP, yang mana pada bab 1
kurikulum 2013 tentang hakikat ilmu kimia, metode ilmiah dan keselamatan kerja di
laboratorium serta kimia dalam kehidupan. Sedangkan pada KTSP tidak dipelajari. Hal
ini menandakan bahwa informasi yang yang didapat peserta didik dalam K13 lebih
kompleks daripada KTSP. Sehingga hal berdampak terhadap wawasan peserta didik itu
sendiri.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Neuropsikologi kognitif memiliki peran dalam pendidikan terutama dalam

prestasi belajar peserta didik. Ada 3 aspek neuropsikologi yang berperan dalam

prestasi peserta didik, yaitu status perkembangan/keadaan otak, status kesehatan

umum dan psikologis. Ketiga aspek tersebut bersumber dari dalam diri pribadi

peserta didik itu sendiri.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan di atas, maka selayaknya pendidik perlu secara arif

melakukan upaya-upaya untuk mengenali karakteristik peserta didik agar tidak

mengalami ketertinggalan dalam hal akademik yang dapat mempengaruhi kondisi

psikologis siswa. Selain itu, keluarga juga menyediakan waktu untuk membantu

mengajari anak terkait dengan materi pelajaran yang telah dipelajari di sekolah.

C. Soal dan Jawaban


1. Bagaimana peran neuropsikologi kognitif dalam pendidikan?

2. Apakah motivasi belajar dapat memberikan arah kegiatan belajar sehingga

tujuan yang diharapkan peserta didik dapat tercapai? Jelaskan!

3. Apakah pengaruh self efficacy yang tinggi pada diri peserta didik?jelaskan!

4. Sebut dan jelaskan faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar peserta

didik!

5. Sebut dan jelaskan aspek dalam konsep diri!

Jawaban:

1. Neuropsikologi kognitif dalam pendidikan menjadi salah satu aspek yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Aspek neuropsikologi yang

mempengaruhi prestasi peserta didik diantaranya adalah:

a. Status perkembangan / keadaan otak

Melalui akal dan pikiran inilah manusia mampu menyesuaikan diri

dengan lingkungannya untuk dapat mempertahankan diri dan melanjutkan

keturunannya. Selanjutnya ciri yang paling dominan adalah manusia mampu

mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui proses belajar. Masa usia

dini merupakan masa awal perkembangan otak.. Berkat kemampuan fungsi

otaknya manusia dapat menjalankan fungsi fisik dan psikologisosialnya dan

dapat lebih meningkatkan kemampuan tersebut melalui kegiatan belajar yang

berpengaruh terhadap prestasi siswa di sekolah.

b. Status kesehatan umum

Kondisi kesehatan fisik yang sehat, sangat mempengaruhi keberhasilan

dalam belajar terutama yang berkaitan dengan konsentrasi. Kesehatan diri sangat

mempengaruhi segala aktifitas kita, baik aktifitas fisik maupun mental. Jika anda
menderita, anda kurang bisa berkonsentrasi dengan baik, adakah anda sakit, ini

juga dapat mengganggu konsentrasi anda.

c. Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi siswa yaitu, self efficacy,

motivasi belajar dan konsep diri. Self efficacy merupakan persepsi individu

mengenai kemampuannya untuk menghasilkan suatu hasil dan mencapai kinerja

yang diinginkan. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam

diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah

kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.

2. Motivasi belajar dapat memberikan arah belajar peserta didik untuk mencapai

harapan yang diinginkan. Motivasi belajar mempunyai fungsi untuk :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi,

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai,dan

c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

3. Peserta didik yang memiliki self efficacy yang tinggi akan mendapatkan hasil

prestasi yang tinggi karena peserta didik tersebut mampu memikirkan, menilai,

mengetahui dan memperbaiki kesalahan.

4. Faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi siswa.yaitu, self efficacy, motivasi

belajar dan konsep diri.

− self efficacy adalah keyakinan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan


− motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar

sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.

− Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri sendiri

5. Konsep diri bersifat multi aspek yaitu meliputi aspek fisiologis dan psikologis.

1. Aspek fisiologis

Aspek fisiologis dalam diri berkaitan dengan unsur-unsur seperti warna kulit,

bentuk, berat atau tinggi badan, raut muka, memiliki kondisi badan yang sehat,

normal/cacat lain sebagainya. Karakteristik tersebut mempengaruhi bagaimana

seseorang menilai diri sendiri dan dapat menjadi anggapan penilaian dari orang

lain. Kebanyakan orang seringkali melakukan penilaian awal terhadap penilaian

fisik untuk dijadikan respon perilaku seseorang terhadap orang lain.

2. Aspek psikologis

Aspek psikologis meliputi tiga aspek diantaranya kognitif, afektif, konasi.

Kognitif adalah kemampuan untuk berfikir yang melibatkan kecerdasan, minat

dan bakat, kreativitas, maupun kemampuan konsentrasi. Afektif mencakup

perilaku yang meliputi ketahanan, ketekunan, keuletan kerja, motivasi berprestasi

dan juga mengolah emosi. Konasi sering disebut juga dengan kehendak atau

hasrat yang meliputi kecepatan dan ketelitian kerja. Kehendak merupakan suatu

fungsi dalam diri untuk mencapai sesuatu, sedangkan hasrat dapat dikatakan

sebagai suatu keinginan yang dapat diulang-ulang.


Daftar Pustaka
Abramson, Charles.2013. Problems of Teaching the Behaviorist Perspective in the
Cognitive Revolution . Journal Behav. Sci. 2013, 3, 55–71

Bandura, A. 1982. Self Efficacy in Changing Society. USA: Cambridge University


Press.
Biggs, J., Moore, P.1993. The Process of Learning, New York, Prentice Hall

Dariyo, A. 2007. Psikologi Perkembangan.Bandung : PT. Rafika Adimata

Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosdakarya Offset

Hurlock, B. 2005. Psikologi Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jatmika, R. 1996. Dkk. Self efficacy sebagai predictor yang baik bagi kinerja. Jurnal
Bandung: UNPAD.
Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Pramudigdo, Muttaqien. 1998. Aspek Neuropsikologi Pada Siswa Sekolah Dasar


dengan Prestasi Belajar Rendah. Thesis: Universitas Diponegoro.

Rahmat, J. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya


Santoso, B., Adib, F. 2016. Upaya penigkatan prestasi belajar siswa dengan
disiplin kerja guru. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, Vol. 1, No. 1
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Sujiono,Yuliani N. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks

Suryabrata, S. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Wathon, A. 2015. Neurosains Dalam Pendidikan. Jurnal Lentera: Kajian


Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi Volume 14, Nomor 1, Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai