Anda di halaman 1dari 17

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

a. Belajar

Menurut Baharuddin (2009: 162) “Belajar merupakan aktivitas yang

dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui

pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman”, Dimyati & Mujiono

(2006: 18) “Belajar merupakan proses internal yang kompleks”. Yang terlibat

dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Arifin (2011: 10) “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

karena interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman”. Sagala (2003:

37) definisi manapun konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada “suatu

proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan peraktek atau

pengalaman tertentu”. Jihad & Haris (2008: 4) menyimpulkan bahwa

“perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya

yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek,

diantaranya pengetahuan, sikap, dan keterampilan”. Fathani & Masykur

(2007: 32) menyimpulkan bahwa “ belajar adalah proses pengubahan individu

( secara kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang relative permanen akibat

adanya latihan, pembelajaran atau pengetahuan konkret sebagai produk

adanya interaksi dengan lingkungan luar”.

8
9

Dari uraian di atas tentang pengertian belajar dapat disimpulkan

bahwa belajar itu merupakan suatu proses atau perbuatan yang dilakukan

seseorang karena adanya interaksi dengan lingkungan dan pengalaman yang

akan menghasilkan perubahan tingkah laku pada berbagai aspek diantaranya

pengetahuan, sikap dan keterampilan.

b. Pembelajaran

Menurut Sagala (2009: 64) pembelajaran adalah setiap kegiatan yang

dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu

kemampuan dan nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui

tahap rancagan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar

mengajar. Dalam arti sempit pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu

proses atau cara yang dilakukan seseorang agar dapat melakukan kegiatan

belajar (Arifin, 2011: 10). Pasal 1 butir 20 Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS menyatakan

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Sagala, 2009: 62)

pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan

pada penyediaan sumber belajar. Mulyasa dalam (Baharudin, 2009:183)

pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik

dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah lebih baik.

Pernyataan dari beberapa pendapat dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru secara terprogram untuk
10

membantu seseorang melakukan kegiatan belajar. Sedangkan didalam

pembelajaran terdapat proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya sehingga terjadi interaksi antara peserta didik dan

lingkungannya menuju perubahan perilaku kearah lebih baik.

2. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar (SD)

a. Pengertian Matematika

Istilah matematika berasal dari kata Yunani “mathein” atau

“manthenenin”, yang artinya “mempelajari”. Mungkin juga, kata tersebut erat

hubungannya dengan kata sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya

“kepandaian”, “ketahuan”, atau “intelegensi” (Maskur & Halim 2007:50).

Menurut Russefendi dalam Heruman (2007:1), matematika adalah bahasa

simbol; ilmu dedukatif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu

tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisikan, ke aksioma atau

postulat, dan akhirnya ke dalil. Wittgenstein (dalam Maskur & Halim

2007:50) matematika merupakan metode berfikir yang logis. Disimpulkan

oleh Bertrand Russel (dalam Maskur dan Halim 2007:50) “Matematika

adalah masa kedewasaan logika, sedangkan logika adalah masa kecil

matematika”.

Sedangkan Soedjadi (2000: 11) menyebutkan beberapa definisi

matematika yang diungkapkan para ahli sebagai berikut:

1) Matematika adalah cabang Ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara


sistematik
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan
bilangan.
4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk.
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat
11

Dari uraian di atas tentang pengertian matematika dapat disimpulkan

bahwa matematika itu merupakan pengkajian ide-ide abstrak yang diberi

simbol-simbol yang disusun secara hirarkis dan dalam mempelajarinya

memerlukan metode berfikir yang logis.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Secara detail, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI

Nomor 22 Tahun 2006, dijelaskan bahwa tujuan pelajaran matematika

disekolah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep

matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam

pemecahan masalah; Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menejelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Memecahkan masalah

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah. Memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,

perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan

percaya diri dalam memecahkan masalah.

Atas dasar itu, dapat disimpulkan bahwa matematika sangat berperan

dalam membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama sehingga mereka


12

dapat menggunakan pola pikir tersebut dalam menghadapi perubahan yang

cepat di kehidupan sehari-hari.

c. Pembelajaran Matematika dalam Kurikulum Sekolah Dasar

Menurut (Heruman, 2008: 2) konsep-konsep pada kurikulum

matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman

konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan

keterampilan. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan

pada konsep-konsep matematika.

1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran

suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah

mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari

isi kurikulum, yang dicirikan dengan “mengenal”. Pembelajaran

penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat

menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan

konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran

konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan

untuk membantu kemampuan pola piker siswa.

2) Pemahaman Konsep, yaitu pemebelajaran lanjutan dari penanaman

konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep

matematika. Pemahaman konsep terdiri dua pengertian. Pertama,

merupakan kelanjutan dari pembelajaran menanamkan konsep dalam

satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep

dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan

lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman


13

konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya,

disemester atau kelas sebelumnya.

3) Pembinaan Keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman

konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan

keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan

berbagai konsep matematika.

d. Pengertian Nilai Tempat

Menurut Ashlok Nilai tempat adalah pemberian suatu nilai kapada masing-

masing tempat/posisi dalam lambang bilangan multi digit.

Satuan adalah suatu nilai tempat yang menunjukkan satu angka

Puluhan adalah suatu nilai tempat yang menunjukkan dua angka

Ratusan adalah suatu nilai tempat yang menunjukkan tiga angka

1) Nilai tempat puluhan dan satuan

Biasanya dalam pendidikan matematika anak SD usia awal yaitu kelas

1,2,3 adalah masih Ratusan, Puluhan, dan Satuan yaitu angka yang jumlahnya

ada 3 seperti contoh 125 dimana

1 bernilai 100

2 bernilai 20

5 bernilai 5

Yang apabila dijumlahkan menjadi 100 + 20 + 5 = 125

Penulisan bilangan dua angka dapat ditentukan nilai puluhan dan satuannya.

Misalnya:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
100 200 300 400 500 600 700 800 900 -
14

Selain dengan tabel kita juga mengajarkan cara mencari nilai tempat sebagai

berikut

Misal Angka 135

Dimana 1 bernilai 100

3 bernilai 30

5 bernilai 5

2) Nilai tempat Satuan,Puluhan,Ratusan

Seperti misal:

Angka 123 artinya angka

1 = menunjukkan Ratusan yang bernilai 100 (Seratus)

2 = menunjukkan Puluhan yang bernilai 20 (DuaPuluh)

3 = menunjukkan Satuan yang bernilai 3 (Tiga)

Selain dengan cara diatas untuk kelas 3 bisa kita latih mengerjakn soal

nilai tempat seperti berikut 973 dimana dapat dirinci sebagai berikut:

Angka 3 menempati tempat satuan dan nilainya 3

Angka 7 menempati tempat puluhan dan nilainya 70

Angka 9 menempati tempat ratusan dan nilainya 900

3. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2005:3) Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah

perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai pengertian yang luas mencakup

bidang kognitif, afektif dan psikomotoris. Jihad dan Haris (2008:14)

menyimpulkan bahwa “hasil belajar berupa pencapaian bentuk perubahan perilaku

yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses

belajar yang dilakukan dari waktu tertentu”.


15

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah segala

sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan siswa sebagai akibat dari kegiatan

belajar yang dilakukan. tiga ranah dalam hasil belajar adalah kognitif, afektif dan

psikomotorik.

Gagne dalam sudjana (2005: 22) membagi lima kategori hasil belajar,

yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d)

sikap, dan (e) keterampilan motoris.

Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Sudjana (2005: 22-

31) terbagi menjadi tiga ranah, sebagai berikut :

a) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif

tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat

tinggi.

b) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

Tipe belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti

perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai

guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.

c) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk

keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam aspek

ranah psikomotorik, yakni (1) gerakan reflek, (2) keterampilan gerakan

dasar, (3) kemampuan perceptual, (4) keharmonisan atau ketepatan, (5)


16

gerakan keterampilan kompleks, dan (6) gerakan ekspresif dan

interpretatif.

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Munadi (2010: 7) media pembelajaran dapat difahami sebagai “Segala

sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan sumber secara

terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana

penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”.

Daryanto (2010:4) dapat dikatakan media pembelajaran merupakan sarana

perantara dalam proses pembelajaran. Uno (2007: 114) media dalam

pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan

untuk menyampaikan informasi dari sumber ke peserta didik yang bertujuan

merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

Dari uraian diatas dapat disimpulka media adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari sumber

kepenerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat

serta perhatian siswa untuk dapat melakukan proses belajar secara efisien dan

efektif.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Daryanto (2010: 7) dalam proses pembelajaran, media

memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju

penerima (siswa). Secara rinci, fungsi media dalam proses pembelajaran

menurut Daryanto (2010: 9-11) adalah sebagai berikut: 1) Menyaksikan benda

yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. 2) Mengamati benda
17

atau peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya,

maupun terlarang. 3) Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda atau hal-

hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak

memungkinkan. 4) Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga

secara langsung. 5) Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar

diamati secara langsung karena sukar ditangkap. 6) Mengamati peristiwa-

peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. 7) Mengamati

dengan jelas benda-benda yang muah rusak atau sukar diawetkan. 8) Dengan

mudah membandingkan sesuatu. 9) Dapat melilhat secara cepat suatu proses

yang berlangsung secara lambat. 10) Dapat melihat secara lambat gerakan-

gerakan yang berlangsung secara cepat. 11) Mengamati gerakan-gerakan mesin

atau alat yang sukar diamati secara langsung. 12) Melihat bagian-bagian yang

tersembunyi dari suatu alat. 13) Melihat ringkasan dari suatu rangkaian

pengamatan yang panjang atau lama. 14) Dapat dijangkau audien yang besar

jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak. 15) Dapat belajar

sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing.

Dari fungsi media diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya media

pembelajaran memiliki fungsi sebagai pengantar pesan atau informasi untuk

mempermudah siswa dalam menghadapi hambatan-hambatan dalam proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh guru.

5. Media KAREB (Kartu Remi Bilangan)

a. Pengertian

Media KAREB (Kartu Remi Bilangan) adalah media atau alat bantu

yang terbuat dari kertas permainan remi yang sudah di modifikasi. Mulai dari
18

mengganti warna depan kartu remi agar menarik minat siswa serta memberi

angka bilangan pada kartu untuk memudahkan siswa dalam Menentukan Nilai

Tempat.

6. Alat, Bahan Dan Cara Pembuatan Media KAREB (Kartu Remi

Bilangan)

a. Alat :

1) Kartu remi

2) Kertas kado berwarna merah, kuning, dan hijau

3) Gunting

4) Lem kertas

5) Spidol

b. Bahan :

1) Materi pelajaran MATEMATIKA yang sesuai dengan

Kompetensi Dasar

c. Cara Pembuatan

1) Siapkan kartu remi dan kertas kado berwarna merah, kuning,

dan hijau.

2) Tempelkan kartu remi pada belakang kertas kado berwarna

merah, kuning, dan hijau dengan menggunakan lem kertas.

3) Tunggu kartu remi yang sudah ditempelkan kertas kado

berwarna merah, kuning, dan hijau sampai kering.

4) Potong kertas kado berwarna merah, kuning, dan hijau sesuai

panjang dan lebar kartu remi yang sudah ditempelkan tadi.

5) Media KAREB (Kartu Remi Bilangan) siap digunakan.


19

7. Cara Penggunaan Media KAREP (Kartu Remi Bilangan)

Cara kerja penggunaan media KAREB (Kartu Remi Bilangan).

a) Guru menjelaskan sedikit materi tentang menentukan nilai tempat

sebagai pengantar pembelajaran

b) Guru membagi kelas menjadi 5 kelompok, setiap kelompok tediri dari

4 siswa

c) Guru mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk

menjelaskan cara kerja media KAREB (Kartu Remi Bilangan).

d) Guru menjelaskan bagaimana cara penggunaan atau pemakaian media

KAREB (Kartu Remi Bilangan).

e) Media KAREB (Kartu Remi Bilangan) disiapkan dan dibagi pada

siswa-siswa dan bisa langsung di mainkan untuk membantu proses

belajar mengajar.

f) Guru membagi lembar kerja kelompok yang akan dikerjakan siswa

secara berdiskusi

g) Siswa diminta untuk menyelesaikan lembar kerja dengan

menggunakani media KAREB (Kartu Remi Bilangan) tersebut.

h) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan soal, dimulai dari

kelompok pertama untuk mendiskripsikan hasil diskusi didepan kelas

dan dilanjutkan oleh kelompok berikutnya

i) Guru memberikan penguatan terhadap materi yang telah disampaikan

melalui media KAREB (Kartu Remi Bilangan).


20

8. Kelebihan Dan Kelemahan Media KAREP (Kartu Remi Bilangan)

Suatu media pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kelebihan.

Adapaun kelebihan dari Media KAREB (Kartu Remi Bilangan) adalah sebagai

berikut:

a) Dapat mempermudah siswa dalam menentukan nilai tempat ratusan,

puluhan dan satuan karena menggunakan pembelajaran yang konkrit

b) Dapat mengetahui nilai tempat bilangan ratusan, pulihan dan satuan

dengan gambar

c) Menarik bagi peserta didik karena dapat dilakukan sendiri

d) Guru dan peserta didik dapat berinteraksi secara cepat

e) Peserta didik dapat memahami dan mengaplikasikannya secara

langsung.

Sedangkan kekurangan dari Media KAREB (Kartu Remi Bilangan)

adalah sebagai berikut:

a) Hanya terbatas pada materi menentukan nilai tempat ratusan, puluhan

dan satuan

b) Membutuhkan pendampingan supaya peserta didik tidak

menyalahgunakan media ini ke sesuatu yang negatif, seperti

digunakan berjudi.

Untuk meminimalisir kelemahan Media KAREB (Kartu Remi

Bilangan), maka diharapkan guru lebih mengembangkan Media KAREB ini

dengan memodifikasinya untuk materi lain.

Dalam penyajiannya siswa dibagi berkelompok masing masing

kelompok terdapat 4 siswa dengan 1 pack kartu.


21

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Media KAREB (Kartu Remi Bilangan) sebelumnya belum ada yang

menggunakan. Berdasarkan temuan-temuan penulis cenderung kebanyakan pada

Media kartu pecahan. Dapat dibuktikan bahwa Kartu bilangan dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik, seperti penelitian yang

dilakukan oleh Edy Pranoto (2004) yang berjudul “Meningkatkan hasil belajar

siswa sub pokok bahasan operasi bilangan dengan menggunakan kartu bilangan

pada siswa kelas II MI Miftahul Huda Desa Jatisono Kecamatan Gajah Kabupaten

Demak tahun ajaran 2004/2005”.

Dari penelitian ini seluruh pelaksanaan tindakan di kelas II MI Miftahul

Huda terjadi peningkatan hasil belajar pada sikus I dari rata-rata pre tes 5,24 dan

rata rata pos tes 7,18. Siklus II dari rata-rata pre test 8,91 dan rata-rata pos test

9,64. Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan kartu

bilangan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika, pada sub pokok

bahasan operasi bilangan siswa kelas II MI Miftahul Huda Kec. Gajah Kab.

Demak Tahun Ajaran 2004/2005.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah pada proses

pembuatan media pembelajaran dan cara menggunakannya. Jika pada penelitian

sebelumnya media pembelajaran kartu bilangan terbuat dari kertas karton yang

dipotong dengan ukuran 5 cm x 6 cm dan peneliti harus memotong kertas karton

tersebut sebanyak yang diinginkan yang akan digunakan menjadi alat bantu untuk

meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Sedangkan pada media KAREB

(Kartu Remi Bilangan) peneliti tidak perlu memotong kertas untuk di jadikan

menjadi kartu karena pada media ini terbuat dari kartu remi. Cara untuk
22

mendapatkan kartu remi cukup mudah, karena kartu ini dijual di toko-toko atau

mini market dan dengan harga yang sangat terjangkau.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa media kartu

bilangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehubungan dengan hal itu

maka prerlu dikembangkan penelitian-penelitian dengan media kartu bilangan

yang dimodifikasi. Oleh karena itu, peneliti mencoba membuat kartu bilangan

yang memodifikasi dari kartu remi dengan judul penelitian penggunaan Media

KAREB (Kartu Remi Bilangan) untuk meningkatkan hasil belajar matematika

materi menentukan nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan siswa kelas II SDN

Sambongbangi 03 Kabupaten Grobogan.


23

C. Kerangka pikir

Permasalahan mengenai pembelajaran matematika di SDN Sambongbangi

03 berdasarkan hasil observasi adalah penjelasan hubungan antara peningkatan

hasil belajar siswa dengan penggunaan Media KAREB (Kartu Remi Bilangan),

dapat disusunkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Kerangka konsep penelitian


Guru belum
memanfaatkan alat
peraga dalam Hasil belajar materi menentukan
pembelajaran nilai tempat ratusan, puluhan,
matematika materi dan satuan rendah.
menentukan nilai
tempat ratusan,
puluhan, dan satuan

Diduga dengan
Diduga melalui
menggunakan media Media
Menggunakan
pemanfaatan media
Media KAREB KAREP KAREB (Kartu
kartu REP dapat
(Kartu Remi Remi Bilangan) Hasil
menigkatkan dapat
Bilangan) menigkatkan hasil belajar
belajar siswa
meningkatnilai tempat
menentukan
ratusan, puluhan, dan satuan
rendah.

∑ Dapat mempermudah menentukan nilai tempat


ratusan, puluhan, dan satuan rendah karena
menggunakan pembelajaran yang konkrit.
∑ Peserta didik lebih mudah memahami
menentukan nilai tempat ratusan, puluhan, dan
satuan rendah sambil bermain.
∑ Peserta didik memahami dan mengaplikasikannya
secara langsung.
24

D. Hipotesis tindakan

Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian ini, maka hipotesis

tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Jika Media KAREB (Kartu Remi Bilangan) diterapkan kepada siswa kelas II

SDN Sambongbangi 03 Kabupaten Grobogan dalam pelajaran matematika materi

menentukan nilai tempat hasil belajar siswa dapat meningkat”.

Anda mungkin juga menyukai