Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran


1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Belajar menurut James L. Mursell (Sagala, 2012: 13) adalah
upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi,
menelusuri, dan memperoleh sendiri.
http://www.materibelajar.id/2016/10/pengertian-belajar-dan-pembelajaran.html

Sedangkan menurut Vigotsky (1978: 134) mengartikan bahwa


belajar adalah suatu kegiatan kontruktivisme dimana siswa merupakan
subjek belajar aktif yang menciptakan struktur-struktur kognitifnya
sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam pembelajaran
kontruktivis, kreativitas, dan keaktifan siswa akan membantu dalam
membentuk struktur kognitifnya.
http://www.materibelajar.id/2016/10/pengertian-belajar-dan-pembelajaran.html

Mengacu pada penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa


pengertian belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
langsung dan mandiri dengan mengalami, menjelajahi, menelusuri
serta memperoleh dengan diri sendiri dengan menciptakan struktur-
struktur kognitif dari pengalaman-pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan.
Menurut Munandar (dalam Suyono dan Hariyanto, 2011 : 207)
yang menyatakan bahwa pembelajaran dikondisikan agar mampu
mendorong kreativitas anak secara keseluruhan, membuat peserta didik
aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan berlangsung
dalam kondisi menyanangkan. http://www.materibelajar.id/2016/10/pengertian-
belajar-dan-pembelajaran.html

Kondisi lingkungan sekitar dari siswa sangat berpengaruh


terhadap kreativitas yang akan diciptakan oleh siswa. Disaat ketika
siswa merasa nyaman, maka tujuan pembelajaran akan lebih mudah

6
7

untuk dicapai.
Adapula pernyataan oleh Winataputra (2007 :1) yang
menyatakan bahwa arti pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan
kualitas belajar pada diri peserta didik.
http://www.materibelajar.id/2016/10/pengertian-belajar-dan-pembelajaran.html

Atas dasar-dasar teori pembelajaran menurut ahli diatas, maka


dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi
antara siswa dengan guru dan juga beserta seluruh sumber belajar yang
lainnya yang menjadi sarana belajar guna mencapai tujuan yang
diinginkan dalam rangka untuk perubahan akan sikap serta pola pikir
siswa.
b. Tujuan Belajar
Diantara beberapa tujuan belajar adalah sebagai berikut:
(Sadirman. 008:28)
1) Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak bisa
dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan
kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan ialah
yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya
didalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peran guru sebagai
pengajar lebih menonjol.
2) Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga
memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan itu memang dapat
di didik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.
3) Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi
anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam
8

pendekatannya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan


motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru
itu sendiri sebagai contoh.
c. Hasil Belajar
Pengertian hasil belajar menurut Bloom (Supriono,2009:6-7)
hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan,
ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,
menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain efektif
adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),
valuing (nilai), organitation (organisasi), dan characterization
(karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine,
dan reuntinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif,
teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual.
https://www.zonareferensi.com/pengertian-hasil-belajar/

Sedangkan menurut Sudjana (2004:22) pengertian hasil belajar


adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. https://www.zonareferensi.com/pengertian-hasil-belajar/
Secara umum pengertian hasil belajar adalah perubahan
perilaku dan kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh siswa
setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotor (bukan hanya salah satu aspek potensi saja) yang
disebabkan oleh pengalaman.
Definisi hasil belajar lainnya bisa juga diartika sebagai sesuatu
yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran
yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek
kehidupan sehingga nampak pada diri individu penggunaan nilai
terhadap sikap, pengetahuan, kecakapan dasar dan perubahan tingkah
9

laku secara kuantitatif.


Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa memperoleh
suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam
proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan
pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk
mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi
tersebut.
Jadi, hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa
dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu
perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Hasil belajar
sebagai pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau proses belajar
dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan
hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.
Melihat uraian diatas bisa disimpulkan bahwa pengertian hasil
belajar secara umum adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah
siswa tersebut melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta
bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang dengan
melibatkan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, yang
dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat.
Hasil belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor internal ini meliputi faktor jasmaniah dan faktor
psikologis. Lalu ada faktor eksternal yaitu faktor yang ada diluar
individu. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat.
d. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi sendiri memiliki pengertian suatu proses untuk
mendapatkan informasi secara menyeluruh dan berkesinambungan
tentang suatu proses serta hasil sebuah kegiatan. Sedangkan pengertian
evaluasi pembelajaran, yaitu proses untuk memperoleh informasi yang
menyeluruh dan berkesinambungan tentang suatu proses dan hasil
10

belajar siswa, sehingga bisa dijadikan sebagai dasar dalam penentuan


perlakuan lanjut.
2. Pembelajaran Matematika di SD
a. Pengertian Matematika
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran,
struktur, bangun ruang, dan perubahan-perubahan yang ada pada suatu
bilangan. Matematika berasal dari bahasa Yunani Mathematikos yang
artinya ilmu pasti. Dalam bahasa Belanda matematika disebut sebagai
Wiskunda yang artinya ilmu tentang belajar. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia, definisi matematika adalah ilmu tentang bilangan
dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya yang mencakup
segala bentuk prosedur oprasional yang digunakan dalam
menyelesaikan masalah mengenai bilangan.
Matematika merupakan salah satu ilmu yang banyak
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik secara umum maupun
secara khusus. Secara umum matematika digunakan dalam transaksi
perdagangan, pertukangan, dan lain-lain. Hampir disetiap aspek
kehidupan ilmu matematika yang diterapkan. Karena itu matematika
mendapatkan julukan sebagai ratu segala ilmu. Matematika juga
mempunyai banyak kelebihan disbanding ilmu pengetahuan lain.
Selain sifatnya yang fleksible dan dinamis, matematika juga selalu
dapat mengimbangi perkembangan zaman. Terutama dimasa sekarang
ketika segala sesuatu dapat dilakukan dengan computer. Matematika
menjadi salah satu bahasa program yang efektif dan efisien.
Menurut James dan James (1976) dalam kamus matematikanya
mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu
dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi
kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
http://www.rumusmatematikadasar.com/2014/09/pengertian-matematika-menurut-pendapat-

ahli-dan-kurikulum.html Sedangkan Jhonson dan Rising (1972) dalam


11

bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola


mengorganisasikan, pembuktian yang logic, matematika itu adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,
jelas, dan akurat, refresentasinya dengan symbol dan padat, lebih
berupa bahasa symbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi.
http://www.rumusmatematikadasar.com/2014/09/pengertian-matematika-menurut-pendapat-

ahli-dan-kurikulum.html Sementara Reys, dkk. (1984) mengatakan bahwa


matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau
pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.
Berdasarkan pendapat diatas, maka disimpulkan bahwa ciri
yang sangat penting dalam matematika adalah disiplin berfikir yang
didasarkan pada berfikir logis, konsisten, inovatif, dan kreatif.
b. Cakupan Pembelajaran Matematika
Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat
kompetensi matematika yang dibukukan dan harus ditunjukkan oleh
peserta didik pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika.
Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil
belajarnya, indikator dan materi pokok untuk setiap aspeknya.
Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada materi didasarkan
menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau
kecakapan yang hendak dicapai. Aspek atau ruang lingkup materi pada
standar kompetensi matematika adalah bilangan, pengukuran dan
geometri, aljabar, trigonometri, peluang dan statistik, dan kalkulus.

B. Metode dan Media Pembelajaran


1. Pengertian Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “methodas” yang berarti cara
atau jalan yang ditempuh. Menurut Heri Rahyubi (2012: 236) mengartikan
metode adalah suatu model cara yang dapat dapat dilakukan untuk
menggelar aktivitas belajar-mengajar agar berjalan dengan baik. Hamid
Darmadi (2010: 42) berpendapat bahwa “ metode adalah cara atau jalan
12

yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. Sedangkan menurut Sri
Anitah dan Yetti Supriyanti (2008: 4.3) “metode adalah suatu cara yang
teratur atau yang telah difikirkan secara mendalam untuk digunakan dalam
mencapai sesuatu”.
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
metode adalah suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran kepada
siswa. Metode juga dapat dipergunakan oleh seorang pengajar sebagai
jalan menuju keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Pemilihan
metode yang tepat juga akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Sangat pentingnya penggunaan metode dalam pembelajaran membuat
pengajar harus pintar-pintar dalam menentukan metode manakah yang
sesuai dengan kondisi kelas yang sedang dia ajar.
2. Jenis-jenis Metode
Proses memerlukan metode-metode khusus yang jelas untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Metodelogi
pembelajaran merupakan cara-cara dalam melakukan aktivitas antara
pendidik dan peserta didik ketika berinteraksi dalam proses belajar.
Pendidik perlu mengetahui dan mempelajari metode pengajaran agar dapat
menyampaikan materi dan dimengerti dengan baik oleh peserta didik.
Metode pengajaran dipraktekan pada saat mengajar dan dibuat semenarik
mungkin agar peserta didik mendapat pengetahuan dengan efektif dan
efisien. Berikut ini metode-metode pengajaran dalam proses belajar.
Berikut ini metode-metode pengajaran dalam proses belajar:
a. Metode Konvensional/metode Ceramah
Metode pengajaran dengan cara berceramah atau
menyampaikan informasi secara lisan kepada siswa. Metode ini
merupakan metode yang paling praktis dan ekonomis, tidak
membutuhkan alat bantu. Metode ini mampu digunakan untuk
mengatasi kelangkaan literatur atau sumber rujukan informasi karena
daya beli siswa yang diluar jangkauan. Namun metode ini juga
memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan.
13

b. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode pengajaran yang erat
hubungannya dengan belajar pemecahan masalah. Metode ini juga
biasa dilakukan secara berkelompok atau diskusi kelompok.
c. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi digunakan pada pengajaran dengan proses
yaitu menggunakan benda atau bahan ajar pada saat pengajaran. Bahan
ajar akan memberikan pandangan secara nyata terhadap apa yang akan
dipelajari, bisa juga melalui bentuk praktikum. Metode demonstrasi ini
memiliki manfaat antara lain siswa jadi lebih tertarik dengan apa yang
diajarkan, siswa lebih fokus dan terarah pada materi, pengalaman
terhadap pengajaran lebih diingat dengan baik oleh siswa.
d. Metode Resitasi
Metode resitasi merupakan metode mengajar dengan siswa
diharuskan membuat resume tentang materi yang sudah disampaiakan
guru, dengan menuliskannya pada kertas dan menggunakan bahasa
sendiri.
e. Metode Percobaan
Metode resitasi merupakan metode mengajar dengan siswa
diharuskan membuat resume tentang materi yang sudah disampaiakan
guru, dengan menuliskannya pada kertas dan menggunakan bahasa
sendiri.
f. Metode Pemecahan Masalah ( Problem based learning)
Metode PBL ini dilakukan dalam kelas kecil, siswa diberikan
kasus untuk menstimulasi diskusi kelompok. Kemudian siswa
mengutarakan hasil pencarian materi terkait kasus dan didiskusikan
dalam kelompok.
g. Metode Discovery
Metode discovery merupakan metode pengajaran modern yang
dilakukan dengan cara mengembangkan cara belajar siswa menjadi
lebih aktif, mandiri, dan pemahaman yang lebih baik. Siswa mencari
14

jawaban atas pertanyaannya sendiri, sehingga dapat diingat lebih baik.


Strategi ini dinamakan strategi penemuan. Siswa menjadi lebih aktif
mencari, memahami, dan menemukan jawaban atau materi terkait.
Siswa juga mampu menganalisa pengetahuan yang diperolehnya
kemudian ditransfer kepada masyarakat.
h. Metode Inquiry
Metode inquiry merupakan metode yang mampu membangun
siswa untuk menyadari apa yang dia dapatkan selama belajar. Guru
tetap memiliki peranan penting dalam metode ini yaitu dengan
membuat design pengalaman belajar. Inquiry memiliki arti  memahami
apa yang telah dilalui. Metode ini melibatkan intelektual dan menuntut
siswa memahami apa yang mereka pelajari sebagai sesuatu yang
berharga.
i. Berbagi peran/Role Playing
Metode pembelajaran dengan role playing yaitu dengan metode
drama atau peran. Metode ini dengan melibatkan siswa dalam
berakting sebagai suatu karakter dalam suatu situasi tertentu dan
menunjukkan respon yang seharusnya dilakukan. Pembelajaran
melalui role playing ini melatih interaksi dan mengekspresikan diri
secara nyata sebagai contoh atas kejadian yang sebenarnya. Hal ini
juga bisa digunakan untuk latihan komunikasi yang baik, atau interaksi
dengan orang lain atau klien.
3. Metode Pembelajaran Matematika Realistik
a Pengertian Metode Matematika Realistik
Kata ‘realistik’ merujuk pada pendekatan pembelajaran dalam
pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Belanda selama
kurang lebih 33 tahun (dimulai tahun 1971). Kata tersebut  diambil
dari klasifikasi yang dikemukakan Teffers (Streefland, 1991: 32) yang
membedakan pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika
yaitu mechanistic, empiristic, strukturalistik, dan realistik. Pendekatan
Matematika Realistik mengacu pada pendapat Freudenthal
15

(Gravenmeijer, 1994) yang mengatakan bahwa matematika adalah


aktivitas manusia dan banyak berhubungan dengan realitas.
Soedjadi (2001a: 2) mengemukakan bahwa pendekatan
Matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan
lingkungan yang dipahami oleh peserta didik untuk memperlancar
proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan
pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa lalu. Lebih
lanjut Soedjadi (2001a: 3) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
realitas adalah hal-hal nyata atau konkret yang dapat diamati atau
dipahami siswa lewat membayangkan. Sedangkan yang dimaksud
dengan lingkungan adalah lingkungan tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat yang dapat
dipahami siswa. Lingkungan ini disebut kehidupan sehari-hari siswa.
Jadi Pendekatan Matematika Realistik pada dasarnya
merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang memanfaatkan
realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar
proses pembelajran matematika sehingga dapat mencapai pendidikan
matematika secara lebih baik dari pada masa yang lalu. Seperti halnya
pandangan baru tentang proses belajar mengajar, dalam Pendekatan
Matematika Realistik juga diperlukan upaya mengaktifkan siswa.
Upaya tersebut dapat diwujudkan dengan cara (1) Mengoptimalkan
keikutsertaan unsur-unsur proses belajar mengajar (2)
Mengoptimalkan keikutsertaan seluruh sense peserta didik. Salah satu
kemungkinannya adalah dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk dapat menemukan atau mengkontruksi sendiri
pengetahuan yang akan dikuasainya.
Pendekatan Matematika Realistik memberikan kemudahan bagi
guru matematika dalam mengembangkan konsep-konsep dan gagasan-
gagasan matematika bermula dari dunia nyata. Dunia nyata tidak
berarti konkret secara fisik dan kasad mata, namun juga termasuk yang
dapat dibayangkan oleh pikiran anak. Jadi dengan demikian
16

Pendekatan Matematika Realistik menggunakan situasi dunia nyata


atau suatu konteks nyata sebagai titik tolak belajar matematika.

b Langkah-langkah Metode Matematika Realistik


Menurut Supinah dan Agus D.W (2008), langkah-langkah
pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut :
1) Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang
real bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat
pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam
pembelajaran secara bermakna.
2) Permasalahan yang diberikan harus diarahkan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.
3) Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik
secara informal terhadap persoalan/permasalahan yang diajukan.
4) Pembelajaran berlangsung secara interaktif, siswa menjelaskan dan
memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya,
memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap
jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif
penyelesaian yang lain, dan melakukan refleksi terhadap setiap
langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pembelajaran (http:
//p4tkmatematika.org/../matematika-sd/).
c Kelebihan Metode Matematika Realistik
1) Karena siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa
tidak mudah lupa dengan pengetahuannya.
2) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena
menggunakan realita kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan
untuk belajar matematika.
3) Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban
siswa ada nilainya.
4) Memupuk kerjasama dalam kelompok.
5) Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan jawabannya.
17

6) Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan


pendapat.
7) Pendidikan budi pekerti misalnya: saling kerjasama dan
menghormati teman yang sedang berbicara.
d Kelemahan Metode Matematika Realistik
1) Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka siswa
masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya.
2) Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah.
3) Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti
temannya yang belum selesai.
4) Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran
saat ini.
5) Belum ada pedoman penilaian sehingga guru merasa kesulitan
dalam evaluasi/memberi nilai.
4. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin “Medius” yang secara
harfiyah berarti “tengah, perantara atau pengantar”. Dalam bahasa
Arab, media adalah pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan (Azhar Arsyad, 2003:3).
Nayional Education Association (NEA) mendefinisikan media
sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam
kegiatan belajar mengajar dapat mempengaruhi efektifitas program
intruksional (Basyirudin Usman, 2002:11).
Gagne yang dikutip oleh Azhar Arsyad dalam bukunya “Media
Pembelajaran” menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar. Sementara Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat
fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar (Arif Sadiman, 2003:6).
18

Sedangakan menurut Oemar Hamalik media pendidikan adalah


suatu bagian integral dari proses pendidikan di sekolah, karena itu
menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru professional
(Oemar Hamalik, 1989:1).
Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan
dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien (siswa)
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa)
untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
b. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pengajaran merupakan komponen intruksional yang
meliputi pesan, orang dan peralatan. Dalam perkembangannya media
pengajaran mengikuti perkembangan tehnologi. Tehnologi yang paling
tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan yang
bekerja keras atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir tehnologi
audio visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis
untuk tujuan pengajaran. Kemudian yang muncul terakhir adalah
tehnologi mikro-prosesor yang melahirkan pemakaian computer dan
kegiatan interaksi.
Dari berbagai bentuk dan jenis media yang telah dipaparkan
dimuka, akan diambil sebagian saja yaitu :
1) Media cetak
Media cetak adalah alat pengajaran yang berbentuk tulisan
atau bacaan, baik yang berupa buku, majalah dan bulletin. 
2) Media Gamabr atau Foto
Gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai.
Dia merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan
dinikmati dimana-mana.
3) Media Audio
19

Menurut Muhaimin, dkk (1996:95) mengatakan bahwa :


Media audio adalah media yang berkaitan dengan indera
pendengaran. Seperti: radio dan tape recorder.
4) Media Audio Visual
Media audio visual ditinjau dari  segi tehnik, yaitu
menunjuk pada beberapa macam perangkat keras yang dipakai
guru untuk menyampaikan ide dan pengalaman melalui mata dan
telinga (Arif Sadiman, 2086:34). Seperti: televisi dan video.
c. Langkah-langkah Penggunaan Media Benda Konkret/nyata
Agar proses pembelajaran dengan memanfaatkan benda asli
tersebut dapat berlangsung dan berhasil dengan baik, maka perlu
menempuh beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut menurut
Soulier (dalam Yetrae, 2013) adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan tujuan yang jelas.
Langkah awal yang dilakukan dalam pemanfaatan benda
asli yakni penetapan tujuan secara jelas. Tujuan pembelajaran ini
sifatnya masih umum, namun dapat menggambarkan bentuk
kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah proses
pembelajaran.
2) Merumuskan tujuan prilaku khusus secara tepat.
Setelah menetapkan tujuan umum kemudian guru
merumuskan tujuan yang sifatnya lebih khusus. Tujuan khusus ini
rumusannya jelas menggambarkan tentang kemampuan yang
diharapkan dapat dimiliki peserta didik setelah proses
pembelajaran. Bentuk prilaku sebagai tujuan, dapat diklasifikasi ke
dalam tiga domain yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
3) Memilih alat pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
sebelumnya dan mengetahui karakteristik peserta didik secara
tepat.
Benda asli yang akan diamanfaatkan terlebih dahulu harus
dipilih secara cermat sehingga dapat menunjang pencapaian tujuan
20

pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, mungkin ada


sejumlah alternatif yang dianggap cocok untuk tujuan-tujuan itu.
Sedapat mungkin pilihlah yang paling cocok. Kecocokan banyak
ditentukan oleh kesesuaian karakteristik tujuan yang akan dicapai
dengan karakteristik benda asli yang akan digunakan. Disamping
itu perlu disesuaikan juga dengan karakteristik peserta didik,
seperti dalam hal kemampuan atau taraf berpikir, pengalaman,
jumlah peserta didik dan gaya belajarnya.
4) Menyusun perencanaan pelajaran.
Langkah keempat dari pemanfaatan benda asli kegiatan
pembelajaran yaitu menyusun perencanaan pembelajaran, maka
diharapkan pembelajarannya dapat berlangsung secara lancar.
5) Melaksanakan penyajian pembelajaran yang berpusat keterlibatan
peserta didik dan dikombinasikan dengan media.
Setelah rencana pelajaran disusun dengan baik, maka
langkah berikutnya yaitu melaksanakan penyajian materi pelajaran.
Dalam penyajian atau pembahasan materi dengan memanfaatkan
benda asli, peserta didik perlu dilibatkan secara aktif.
6) Melakukan kegiatan tindak lanjut
Setelah penyajian materi dengan memanfaatkan benda asli
selesai, kemudian perlu dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan
ini dapat berupa diskusi, penyusunan laporan, pemberian latihan
dan eksperimen.
7) Melakukan evaluasi
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian terhaadap tujuan
yang telah dirumuskan pada awal kegiatan pembelajaran perlu
dilakukan evaluasi. Evaluasi dimaksudkan bukan hanya untuk
menentukan angka keberhasilan, namun sebagai feedback bagi
guru dan peserta didik
setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan
memanfaatkan benda asli. Ketujuh langkah tersebut di atas sangat
21

perlu untuk diperhatikan guru dalam melaksanakan kegiatan


pembelajaran dengan memanfaatkan benda asli atau konkret,
sehingga pembelajaran yang dilakukannya dapat berlangsung
secara efektif.
d. Kelebihan dan Kelemahan Media Konkret/nyata.
Media konkret memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
seperti yang di ungkapkan Ibrahim dan Syaodih (2008: 118)  yaitu:
1) Kelebihannya:
a) Dapat memberikan kesempatan semaksimaal mungkin pada
peserta didik untuk mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan
tugas-tugas dalam situasi nyata.
b) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya dan melatih
keterampilan mereka dengan menggunakan sebanyak mungkin
alat indra.
2) Kelemahannya:
a) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai media
konkret kadang-kadang tidak sedikit, apalagi ditambah dengan
kemungkinan kerusakan dalam penggunaanya.
b) Tidak selalu dapat memberikan semua gambaran dari benda
yang sebenarnya, seperti pembesaran, pemotongan, dan gambar
bagian demi bagian, sehingga pengajaran harus didukung pula
dengan media lain.
Jadi berdasarkan kelebihan dan kelemahan media
konkret diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa media
konkret dapat mempelajari sesuatu dalam situasi yang nyata
serta melatih kerampilan indra peserta didik, namun semua
tidak media konkret menelan biaya yang murah.

C. Karakteristik Siswa SD
Anak  SD yang berada di kelas  rendah adalah anak yang berada pada
22

rentang usia dini. Massa usia dini ini merupakan massa perkembangan anak
yang pendek tetapi massa  yang sangat penting bagi kehidupannya, oleh
karena itu seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong agar potensi
anak akan berkembang secara optimal .
Perkembangan dan karakteristik anak pada usia SD berbeda-beda
antara anak yang satu dengan anak yang lainnya, karakter anak pada masa
kelas rendah berbeda dengan karakter anak pada  kelas tinggi halini dapat
dilihat dalam proses pembelajaran anak. Usia sekolah dasar utamanya yang
ada di kelas rendah belum dapat mengembangkan keterampilan kognitifnya
secara penuh, akan tetapi anak di kelas rendah belum dapat mengembangkan
keterampilan kognitifnya secara penuh, akan tetapi anak di kelas tinggi sudah
dapat berfikir, berkreasi secara luas. 
Adapun karakteristik anak masa kelas rendah menurut Sumantri dan
Nana Syaodih (2006) adalah :
1. Senang Bermain
Pada umumnya anak SD terutama kelas-kelas rendah itu senang bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah.
Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan adanya unsure permainan di dalamnya. Guru hendaknya
mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan
jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara matapelajaran serius
seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsure
permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan
(SBK).
2. Senang Bergerak
Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa
dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang
paling lama sekitar 30 menit.Oleh karena itu, guru hendaknya merancang
model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.
Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama,
23

dirasakan anak sebagai siksaan.


3. Senangnya Bekerja dalam Kelompok
Melalui pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak dapat belajar
aspek-aspek penting dalam proses sosialisasi seperti :belajar memenuhi
aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada
orang dewasa di sekelilingnya, mempelajari perilaku yang dapat diterima
oleh lingkungannya, belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing
secara sehat bersama teman-temannya, belajar bagaimana bekerja dalam
kelompok, belajar keadilan dan demokrasi melalui kelompok.
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model
pembelajaran yang, memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam
kelompok.
Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil
dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu
tugas secara kelompok.
4. Senang Merasakan atau Melakukan Sesuatu Secara Langsung
Berdasarkan teori tentang psikologi perkembangan yang terkait
dengan perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasi konkret.
Dari apa yang dipelajari di sekolah, anak belajar menghubungkan antara
konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Pada masa ini anak
belajar untuk membentuk konsep-konsep tentang angka ,ruang,waktu,
fungsi badan, peran jenis kelamin, moral. Pembelajaran di SD cepat
dipahami anak, apabila anak dilibatkan langsung melakukan ataup raktik
apa yang diajarkan gurunya. Dengandemikian guru hendaknya merancang
model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam
proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang
arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas,
kemudian menunjuk langsung setiap arah angin, bahkan dengan sedikit
menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angin saat
itu bertiup.
24

D. Kerangka Berfikir
Matematika merupakan suatu cara untuk berpikir, dan dalam

mempelajari matematika, siswa perlu menghubungkan suatu konsep

matematika dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Penekanan

pada hubungan ini sangat diperlukan untuk kesatuan dan kontinuitas

konsep dalam matematika sekolah sehingga siswa dapat dengan segera

menyadari bahwa suatu konsep yang mereka pelajari memiliki

persamaan atau perbedaan dengan konsep yang sudah mereka pelajari.

Dengan demikian manfaat praktis yang akan diperoleh adalah

berkaitan dengan pengembangan kemampuan siswa untuk menggunakan

matematika untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan kehidupan

sehari-hari. Dalam usaha tersebut dibutuhkan suatu proses belajar. Teori

belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan

proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Menurut teori ini, ilmu

pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses

interaksi yanng berkesinambungan dengan lingkungan (Hamzah B. Uno,

2005:10). Jerome Bruner (Hamzah B. Uno, 2005:10) menyatakan bahwa

pengetahuan tidak dapat diperoleh dengan cara diberikan atau ditransfer

dari orang lain, tetapi dibentuk dan dikonstruksi oleh individu itu sendiri,

sehingga siswa itu mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya.

Masalah hasil belajar, menjadi masalah yang cukup penting

dalam proses belajar mengajar, karena sering kali hasil belajar dijadikan

tolak ukur indikator keberhasilan suatu proses belajar (pembelajaran).

Dalam mencapai hasil belajar yang optimal banyak faktor yang

mempengaruhinya, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik.


25

Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut banyak alternatif cara

yang bisa digunakan. Dalam penelitian ini dipilih pendekatan pembelajaran

matematika realistik. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)

merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang selalu

menggunakan masalah-masalah yang realistik. Kebermaknaan konsep

matematika merupakan konsep utama dari Pendidikan Matematika Realistik.

Dalam proses belajar, hanya akan terjadi jika pengetahuan yang dipelajari

bermakna bagi siswa. Suatu pengetahuan akan menjadi bermakna bagi siswa

jika proses pembelajaran dilaksanakan dalam suatu konteks atau

pembelajaran menggunakan masalah realistik. Pembelajaran akan bermakna

jika siswa dapat mengkonstruk sendiri pengetahuannya.

Hal ini sesuai dengan karakteristik perkembangan anak yang masih

berada pada masa operasional konkret. Pada tahap ini, anak lebih mudah

mempelajari sesuatu yang nyata dan dapat ditemui dalam kehidupan mereka

dan masih kesulitan untuk dapat mempelajari sesuatu yang bersifat abstrak,

sehingga diharapkan guru dapat menyampaikan matematika dengan diawali

permasalahan yang nyata atau kontekstual bagi siswa.

Matematika sebelumnya dianggap sebagai suatu mata pelajaran

yang menjenuhkan, membosankan dan sulit bagi siswa. Pembelajaran

matematika realistik merupakan pembelajaran matematika berdasar pada

ide bahwa aktivitas manusia harus dihubungkan secara nyata. Dimana

siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya. Hal tersebut sesuai dengan

teori kognitif bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke

siswa, tetapi belajar harus dapat melibatkan siswa secara aktif mengalami
26

sendiri secara realistik agar dapat menentukan suatu konsep.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika realistik

tepat apabila digunakan untuk meningkatkan hasil belajar anak dalam

pembelajaran matematika.

E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, dapat diajukan hipotesis tindakan

yaitu hasil belajar siswa dapat meningkat melalui penerapan

Pembelajaran Matematika Realistik pada mata pelajaran matematika

untuk kelas III SD Negeri Sukatenang 04 Kecamatan Sukawangi

Kabupaten Bekasi.

Anda mungkin juga menyukai