TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh
Komalasari (2010: 2) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam
pengetahuan,sikap dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama
dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya
kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal. Trianto (2010: 15),
dilakukan oleh seseorang guru dan peserta didik sebagai salah satu sumber ilmu guru
menyampaikan materi yang bermakna bagi peserta didik. Belajar adalah proses yang
9
10
Menurut slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan tingkah laku. Belajar
memang penting dilakukan oleh setiap orang untuk menambah kemampuan dan
suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam
situasi tersebut, perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan atau didasarkan
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
2. Pembelajaran Matematika
adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam
persekolahan atau proses sosialisasi individu siswa dengan sekolah, seperti guru,
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek,
yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar
berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.
11
karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar
(belajar untuk memahami, belajar untuk berkarya, dan melakukan kegiatan nyata)
secara maksimal.
2. Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa karena
4. Penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif sebagai diagnosis
berarti belajar atau hal yang harus dipelajari sedangkan dalam bahasa Belanda disebut
”wiskunde” atau ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran. Matematika merupakan
kembali semua aturan-aturan yang ada yang harus dipenuhi untuk menguasai materi
kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta
2008: 127). Belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-
12
struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-
Menurut Suyitno (2004: 2), pembelajaran matematika adalah suatu proses atau
para siswanya, yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim
dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa
tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru
dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika.
pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak
contoh dan bukan contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu
konsep. Selanjutnya, dengan abstraksi ini siswa dilatih untuk membuat perkiraan,
penalarannya, dikembangkan pola pikir induktif maupun deduktif. Namun proses itu
merupakan suatu proses belajar mengajar terencana dan terprogram yang melibatkan
dan proses komunikasi di dalamnya dengan tujuan untuk melatih cara berpikir dan
penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai
Menurut Reigeluth juga menyatakan bahwa hasil belajar dapat diukur dari
perilaku sebagai hasil pengalaman (Ahiri, 2008: 2). Menurut Suyitno (2004: 27) hasil
belajar tidak lain adalah hasil akhir dari proses belajar mengajar sebagai perwujudan
segala upaya yang telah dilakukan selama proses itu berlangsung. Sementara itu,
pencapaian hasil belajar lebih sering dikaitkan dengan nilai perolehan siswa setelah
proses belajar mengajar dan evaluasi diberikan. Nilai perolehan siswa biasanya
dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau symbol yang dapat mencerminkan hasil
yang telah dicapai oleh siswa dalam periode tertentu. Menurut Ahiri (2008: 1) hasil
belajar yang berkualitas dapat diketahui apabila dalam diri individu terjadi suatu
perubahan perilaku kearah yang lebih baik atau sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Perubahan perilaku tersebut umumnya bersifat permanen. Hasil belajar bukan suatu
14
penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Hasil belajar akan tampak
pada setiap perubahan aspek-aspek: (1) pengetahuan, (2) pengertian, (3) kebiasaan,
(4) keterampilan, (5) apresiasi, (6) emosional, (7) hubungan sosial, (8) jasmani, (9)
Menurut Sudjana (2001: 67) ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang
berpengaruh pada hasil belajar siswa, yakni kompetensi guru, karakteristik kelas dan
karakteristik sekolah. Berkaitan dengan kompetensi guru, yang merupakan salah satu
unsur yang mempengaruhi kualitas belajar, maka dalam pembelajaran guru harus
pandai-pandai memilih pendekatan dan cara mengajar yang sesuai dengan isi materi
pelajaran. Cara tersebut harus benar-benar sesuai dengan materi efektif dan efisien.
Sardiman (2007: 51) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai selalu
yang dapat dipahami dan diterima oleh akal. Untuk mencapai hasil belajar,
muridnya amat dituntut. Jika guru dalam keadaan siap dan memiliki profesiensi
adalah nilai yang dicapai oleh siswa melalui evaluasi materi pelajaran matematika
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai desain dalam pembelajaran di
instructional process which may be used for many different topics in variety
subjects”. Kutipan tersebut berarti bahwa suatu model pembelajaran adalah suatu
mencapai tujuan belajar (Ibid, 59). Oleh karena itu agar tujuan belajar bisa
16
tercapai dengan baik, maka model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan
menggambarkan suatu model pembelajaran, yaitu (1) sintaks, yakni suatu urutan
pembelajaran yang biasa juga disebut fase; (2) sistem sosial, yaitu peran siswa dan
guru serta norma yang diperlukan; (3) prinsip reaksi, yaitu memberikan gambaran
kepada guru tentang cara memandang dan merespon apa yang dilakukan siswa; (4)
sistem pendukung, yaitu kondisi atau syarat yang diperlukan untuk terlaksananya
fasilitas belajar, dan media belajar; dan (5) dampak instuksional dan dampak
pengiring. Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan
cara mengarahkan para pelajar pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan dampak
pengiring adalah ahsil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar
mengajar, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh
para pelajar tanpa arahan langsung dari guru.Selanjutnya Arends memberikan empat
ciri khusus dari model pembelajaran yang tidak dimiliki oleh strategi tertentu, yakni
sebagai berikut: (1) rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pencipta atau
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4)
Adapun fungsi dari model pembelajaran disini adalah sebagai pedoman bagi
perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan Pembelajaran (Ibid, 58).
17
bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual atau rancangan yang
belajar.
b. Problem Posing
siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang lebih sederhana. Selain peserta didik menyusun pertanyaan yang
siswa yang dapat mereka pikirkan tanpa pembatasan apapun baik terkait isi maupun
1) Pengajuan pre-solusi (presolution posing) yaitu seorang siswa membuat soal dari
3) Pengajuan soal solusi (post solution posing), yaitu seorang siswa memodifikasi
tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal baru.
(problem posing semi terstruktur), dan structured problem posing (problem posing
siswa, hasil belajar siswa, atau tingkat berpikir siswa. Berikut diuraikan masing-
1) Free problem posing (problem posing bebas). Menurut tipe ini siswa diminta
Tugas yang diberikan kepada siswa dapat berbentuk: “buatlah soal yang
sederhana atau kompleks”, buatlah soal yang kamu sukai, buatlah soal untuk
kompetisi matematika atau tes, buatlah soal untuk temanmu atau buatlah soal
2) Semi-structured problem posing (problem posing semi terstruktur). Dalam hal ini
siswa diberikan suatu situasi bebas atau terbuka dan diminta untuk
konsep yang telah mereka miliki. Bentuk soal yang dapat diberikan adalah soal
dengan konteks yang sama dengan soal yang diberikan, membuat soal yang
19
yang diberikan.
3) Structured problem posing (problem posing terstruktur). Dalam hal ini siswa
diminta untuk membuat soal yang diketahui dengan mengubah data atau
informasi yang diketahui. Brown dan Walter merancang formula pembuatan soal
yang strategis. Pengajuan masalah dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin
kemampuan matematika siswa. Sebab dalam mengajukan soal siswa perlu membaca
1) Berikan kepada siswa soal cerita tanpa pertanyaan, tetapi semua informasi yang
diperlukan untuk memecahkan soal tersebut ada. Tugas siswa adalah membuat
2) Guru menyeleksi sebuah topik dan meminta siswa untuk membagi kelompok.
Sebelumnya soal diberikan kepada guru untuk diedit tentang kebaikan dan
dalam masing-masing kelompok dan kelas. Hal ini akan memberi nilai
tersebut ambigu atau tidak. Soal yang dibuat siswa tergantung ketertarikan
3) Siswa diberikan soal dan diminta untuk mendaftar sejumlah pertanyaan yang
Lowrie menyarankan guru matematika untuk meminta siswa membuat soal untuk
teman dekatnya sehingga mereka lebih menguasai dalam pembuatan soal. Guru
yang lebih tinggi. Guru juga perlu mendorong siswa untuk membuat soal
kontekstual atau sesuai dengan situasi sehari hari. Selain itu, siswa juga perlu
2010: 9).
sebagai berikut :
2) Guru menyajikan informasi baik secara ceramah atau tanya jawab selanjutnya
3) Guru membentuk kelompok belajar antar 5-6 siswa tiap kelompok yang
4) Guru memberikan tugas yang berbeda pada setiap kelompok untuk membuat
pertanyaan.
7) Guru mengevalusi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan cara
2009: 212).
mungkin sehingga siswa mampu memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh
guru dengan baik dan bisa memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Dalam setiap pembelajaran pasti ada sisi kelebihan atau keunggulan dan kekurangan
Kelebihan :
Kekurangan :
Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak
bahan ajar yang akan dipelajari yang disertai dengan pemberian contoh soal,
pemberian tugas, diskusi dan tanya jawab sampai pada akhirnya siswa dapat
mengerti apa yang diajarkan oleh guru (Trianto, 2007: 41). Pembelajaran ini
sebenarnya sudah tidak layak lagi kita gunakan sepenuhnya dalam suatu proses
pengajaran, dan perlu diubah. Tapi untuk mengubah pembelajaran ini tidak mudah
bagi guru, karena guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan menggunakan
atau materi yang diiringi dengan penjelasan,serta pembagian tugas dan latihan dari
awal sampai akhir proses pembelajaran (Sholihah, 2012: 23) Dalam kaitannya
bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan,yang dikenal
pendekatan ekspositori pusat kegiatan ada pada guru, guru sebagai pemberi
24
menggunakan komunikasi satu arah. Oleh sebab itu pembelajaran siswa kurang
contoh soal beserta penyelesaiannya, member kesempatan siswa untuk bertanya, dan
penelitian ini,yaitu:
1) Persiapan, dalam tahap ini guru mempersiapkan bahan yang akan diajarkan secara
2) Apersepsi, dalam tahap ini guru mengaitkan materi sebelumnya dengan materi
yang akan dibahas, bias dengan bertanya atau memberikan ulasan secara singkat.
3) Penyajian, dalam tahap ini guru memberikan penjelasan materi, bias dengan
4) Evaluasi, dalam tahap ini guru memberikan Lembar Kerja Pesera Didik (LKPD)
untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai materi yang telah diajarkan.
dipapan tulis. Guru bersama siswa secara interaktif mengoreksi hasil tersebut.
5) Memberikan umpan balikan (feedback), pemberian umpan balik ada pada tahap
dilakukan oleh peneliti, ada beberapa hasil penelitian yang relevan yang dikaji oleh
Model Problem Posing terhadap hasil belajar matematika materi pokok keliling
dan luas segi empat pada peserta didik kelas VII SMP Islam Durenan”. Adapun
hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut hasil hitung baik
pada taraf signifikansi 1% maupun 5% ternyata nilai t hitung > ¿ t tabel (5 %=¿2,048
pengaruh 24,11%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Elin Nur Hidayati dengan judul “Pengaruh model
pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII
menggunakan uji-t pada taraf signifikansi 5 % diperoleh nilai (t hitung ¿ t tabel) yaitu
matematika pada materi Persegi panjang dan persegi panjang siswa kelas VII
pembelajaran problem posing yang terlihat dari hasil tes sebelum tindakan dan
26
setelah tindakan. Nilai yang diperoleh siswa dihitung rata-rata dan didapatkan
hasil sebagai berikut : pada siklus I dan II nampak bahwa terjadi peningkatan
terhadap hasil belajar siswa. Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh 84,61%,
meningkat dari sebelum tindakan hanya 47,30%. Sedangkan pada siklus II nilai
membuat penelitian yang sedikit berbeda dengan penelitian di atas, yakni dengan
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran sangat mendukung
dari keberhasilan proses kegiatan belajar. Dalam penelitian ini dengan model
pembelajaran problem posing yang menekankan siswa untuk aktif dalam mencari,
VIII SMP Negeri 8 Kendari masih menekankan pada aspek kognitif dengan
C. Kerangka berpikir
mampu berlatih mengerjakan soal-soal yang telah diberikan, dengan cara mencari
problem posing ini, diharapkan mampu menjadikan siswa belajar dari pengalaman-
waktu ujian siswa dapat dengan cepat, karena terbiasa berlatih sebelumnya. Guru
mengajar dapat berlangsung dengan baik, dan dapat terjalin interaksi antara guru
dan siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus memahami dan
pembelajaran problem posing, hasil belajar siswa dapat meningkat serta dapat
D. Hipotesis Penelitian
telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
H 0 : μ 1≤ μ 2
H 1 : μ 1> μ 2
Keterangan :
μ1 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran
problem posing.
μ2: Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Konvensional.
28
matematika siswa.