) Moench)
AKSESI TOFU GUMADI ASAL DESA TANOMEHA
KECAMATAN KALEDUPA SELATAN,
KABUPATEN WAKATOBI
(Kajian Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Kelas XII SMA)
HASIL PENELITIAN
OLEH:
LA RAHMAN
A1J116053
HASIL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada
Jurusan/Program Studi Pendidikan Biologi
OLEH
LA RAHMAN
A1J116053
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
SKRIPSI
Oleh:
LA RAHMAN
A1J116053
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui Oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
ii
PERNYATAAN
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Apabila kelak ternyata terbukti plagiat,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
La Rahman
A1J116053
ABSTRAK
iii
Sorgum di Sulawesi Tenggara telah lama dibudidayakan dan
beranekaragam, salah satunya adalah akseksi Tofu Gumadi yang berada di
Kabupaten Wakatobi tetapi masih belum ada karakterisasi sorgum yang
diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan karakter morfologi
dan agronomi sorgum aksesi Tofu Gumadi asal Desa Tanomeha Kecamatan
Kaledupa Selatan, Kabupaten Wakatobi 2) membandingkan karakter
morfologi dan agronomi antara aksesi Tofu Gumadi dan varietas Numbu.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 10
ulangan. Karakter yang diamati 25 karakter morfologi dan agronomi. Analisis
data dilakukan secara deskriptif dan inferensial. Hasil analisis deskriptif
diperoleh dari 25 karakter yang diamati ada 6 karakter unggul aksesi Tofu
Gumadi dibandingkan dengan varietas Numbu yaitu umur berbunga, bulu pada
bunga, lapisan lilin pada bunga, rasa cairan batang, kilau biji, dan tipe endosperm.
Hasil analisis inferensial dari 8 karakter yang diuji beda ada 1 karakter yang
tidak berbeda nyata yaitu tinggi tanaman dan 7 karakter yang berbeda yaitu
panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah biji per malai, kerontokan biji,
bobot 1000 biji, dan ketebalan biji. Disimpulkan bahwa terdapat 6 karakter
unggul dan 7 karakter yang berbeda.
Kata Kunci: Karakterisasi, Sorgum, Karakter Morfologi-Agronomi
DAFTAR ISI
iv
Halaman
HALAMAN SAMPUL...............................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................iii
PERNYATAAN..........................................................................................iv
UCAPAN TERIMA KASIH......................................................................v
ABSTRAK...................................................................................................vii
DAFTAR ISI...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................x
DAFTAR TABEL.......................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Penelitian....................................................................................2
D. Manfaat Penelitian..................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori............................................................................................4
1. Sejarah Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench)...............5
2. Taksonomi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench).........5
3. Deskripsi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench)............5
4. Karakterisasi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench)......6
5. Varietas Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench)..............................7
6. Syarat Tumbuh Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench). .8
B. Kajian Empirik.......................................................................................9
C. Kerangka Berpikir..................................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................................12
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................13
C. Objek Penelitian.....................................................................................13
D. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian.......................................13
1. Definisi Operasional.........................................................................13
2. Indikator Penelitian..........................................................................14
E. Metode Penelitian...................................................................................14
F. Instrumen Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data.........................15
1. Instrumen Penelitian.........................................................................15
2. Prosedur Pengumpulan Data............................................................16
G. Teknik Analisis Data..............................................................................26
v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil........................................................................................................27
B. Pembahasan............................................................................................33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................................39
B. Saran.......................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................40
LAMPIRAN................................................................................................45
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
2.1 Tanaman Sorgum...................................................................................5
2.2 Bagan Kerangka Berpikir.......................................................................11
3.1 Rancangan Denah Penempatan Ember Tanam..................................................12
vi
DAFTAR TABEL
vii
4.5 Data Karakter kuantitaif Sorgum Aksesi Tofu Gumadi
dan Varietas Numbu.........................................................................................29
4.6 Data Karakter kualitatif Sorgum Aksesi Tofu Gumadi
dan Varietas Numbu.........................................................................................30
4.7 Hasil Uji Beda Sorgum Aksesi Tofu Gumadi dengan Varietas Numbu............32
DAFTAR LAMPIRAN
viii
dan Varietas Numbu..........................................................................................68
9. Kuesioner Rasa Biji Sorgum Aksesi Tofu Gumadi dan Varietas Numbu.........89
10. Surat Izin Penelitian..........................................................................................110
11. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian.........................................................111
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah Indonesia yang membentang luas dengan kondisi geografi dan
ekologi yang bervariasi mempunyai potensi keanekaragaman plasma nutfah yang
sangat tinggi, salah satunya adalah tanaman sorgum. Tingginya tingkat
keanekaragaman plasma nutfah tersebut, merupakan potensi untuk memperoleh
manfaat yang tinggi pula yaitu dalam mencari dan memanfaatkan sumber-
sumber gen yang ada untuk program pemuliaan tanaman.
Sorgum lokal menjadi sumber plasma nutfah di bumi yang sangat penting
sehingga harus dijaga dan dilestarikan. Pentingnya sumber plasma nutfah agar
tetap dilestarikan, sehingga masuk dalam salah satu strategi konservasi sedunia
untuk menjamin kelestarian sumber daya tersebut di dalam ekosistem. Semakin
beranekaragam plasma nutfah yang hidup di dalam suatu ekosistem, maka
semakin beranekaragam pula kondisi lingkungan yang ada.. Plasma nutfah dapat
dipertahankan secara optimal dalam bentuk kegiatan inventarisasi (koleksi),
pendataan (dokumentasi), pelestarian (konservasi), dan karakterisasi (Leunutfna,
2007: 82).
Karakterisasi merupakan proses kegiatan untuk mengetahui sifat
morfologi (tipe malai, bentuk dan warna sekam, dan lain-lain) dan sifat
agronomi (tinggi tanaman, rasa cairan batang, dan lain-lain) suatu plasma nutfah
yang dimanfaatkan untuk membedakan antara aksesi (Sasmita, dkk., 2019: 2).
Melalui karakterisasi data-data yang diperoleh dapat membandingkan karakter
dari satu genotipe dengan genotipe lainnya yang potensial untuk dikembangkan
sebagai sumber pembentukan varietas baru yang unggul (Panjaitan, dkk., 2015:
7).
Sorgum lokal di Sulawesi Tenggara khususnya masyarakat di Desa
Tanomeha, Kabupaten Wakatobi telah dibudidayakan dengan nama lokal aksesi
Tofu Gumadi yang populasinya semakin berkurang. Sorgum aksesi Tofu Gumadi
hanya ditanam sebagai tanaman selingan dengan tanaman jagung yang
akarnya tidak dimanfaatkan, batangnya sering dikonsumsi oleh masyarakat
1
2
A. Kajian Teori
1. Sejarah Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench)
Sorgum merupakan tanaman asli Ethiopia pada daerah tropis dan
dataran tinggi. Dari Ethiopia sorgum menyebar ke Afrika Timur dan Afrika
Barat dilakukan oleh kelompok masyarakat Nilotic (nilotes) dan Bantu (bantu
people), kemudian menyeberang ke Sudan, pertama kali ditanam oleh
kelompok masyarakat Mande (mande) berasal dari Sungai Niger (Charyulu,
dkk., 2016: 12).
Sorgum menyebar dari Ethiopia melewati sungai Nil menuju ke arah
timur dan masuk ke India pada awal abad Masehi dengan nama yavanala
yang diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti biji alang-alang, masuk ke
Italia 60-70 Masehi, Thailand, kemudian Arab pada masa pemerintahan
Sabian (1.000-800 tahun Sebelum Masehi), menyebar melalui rute
perdagangan darat dan laut melalui semenanjung Arab sampai ke China
(Irlani, dkk., 2013: 1).
Tanaman sorgum menyebar melewati Asia Selatan hingga mencapai
China pada abad ke-13, dari Afrika Barat menyebar ke Benua Amerika
melalui perdagangan budak sekitar pertengahan abad ke-19. Sebelum tahun
1900, budidaya sorgum dimulai secara besar-besaran di Amerika Serikat
bagian selatan. Tahun 1925 sorgum dibawa oleh Belanda masuk ke Indonesia
(Rifa’i, dkk., 2015: 331).
Sorgum di Indonesia mulai dikembangkan pada tahun 1955 mudah
untuk dibudidayakan karena daya adaptasi yang luas, namun pengetahuan
petani untuk memanfaatkan potensi sorgum sangatlah kurang dibandingkan
dengan negara-negara luar yang dapat memanfaatkan potensi sorgum yang
lebih baik. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan
bahwa sorgum memiliki kandungan protein, kalsium, zat besi, fosfor, dan
vitamin B1 yang yang lebih tinggi dari beras (Panjaitan, dkk., 2015: 2-3).
4
5
24, bertepi kasar dengan pertulangan daun sejajar, panjang 20-100 cm. Batang;
silinder panjang dengan diameter pada bagian pangkal berkisar antara 0,5-5,0
cm, berbuku-buku (nodes), beruas-ruas (internodes) dan tidak berkambium,
memiliki gabus yang memiliki kandungan nira, tinggi batang bervariasi,
berkisar antara 0,5-4,0 m. Malai; panjang malai 15-50 cm, lebar 2-20 cm,
posisi malai ada yang tegak, miring dan melengkung, kerapatan malai ada
yang kompak, longgar dan intermedial. Bunga; banci, kadang-kadang
berkelamin tunggal, terdiri atas 2 daun kelopak yang berlekatan, mahkota
terdiri atas 2 daun (jarang 3), benang sari 1-6, tangkai sari halus, kepala sari
beruang dua. Buah; biasanya berupa buah padi (caryopsis) yaitu buah dengan
1 biji yang bijinya berlekatan dengan kulit buah, jarang berupa buah buni
(buah keras). Biji; bentuk bulat, gepeng, elips dengan ukuran kecil, sedang
atau besar (van Steenis, dkk., 2013: 115).
4. Karakterisasi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakterisasi
merupakan gabungan dari dua kata yaitu “karakter” yang berarti sifat, ciri dan
“isasi" yang berarti proses, cara, perbuatan. Berdasarkan gabungan arti kata
tersebut karakterisasi adalah proses, cara, perbuatan untuk mengetahui sifat
atau ciri dengan melihat perbedaan yang dimiliki antara jenis yang satu
dengan jenis lainnya.
Karakterisasi merupakan proses kegiatan untuk mengetahui sifat
morfologi suatu plasma nutfah yang dimanfaatkan untuk membedakan antara
aksesi, keragaman genetik, mengidentifikasi varietas, menilai jumlah aksesi,
yang bertujuan untuk menghasilkan deskripsi tanaman dan sebagai upaya
pemulihan tanaman (Miswati, dkk., 2014: 167). Karakterisasi dapat dilakukan
dengan syarat melihat semua ciri atau sifat yang dimiliki pada setiap organ
tanaman dengan melihat panduan karakterisasi terhadap tanaman yang akan
dikarakterisasi (Harlan, dkk., 2014: 36). Karakter yang diamati pada tanaman
sorgum dapat berupa karakter morfologi (bentuk daun, bentuk buah, warna
biji, dan sebagianya), karakter agronomi (tinggi tanaman, panjang tangkai
malai, jumlah anakan, umur panen, dan sebagiannya) dan karakter fisiologi
7
B. Kajian Empirik
Kajian empirik yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Liana, dkk. (2016: 675) menyimpulkan bahwa varietas Super 1, Numbu, dan
Kawali memiliki karakter malai yang berwarna krem. Selain itu, terdapat
hubungan yang positif dan nyata antar karakter batang yaitu diameter ruas dan
tingkat kemanisan pada sorgum manis.
2. Kusumawati, dkk. (2013: 10) menyimpulkan bahwa morfologi daun genotipe
sorgum hampir memiliki sifat yang seragam antara parameter yang diamati
tidak terlihat perbedaan yang jelas antara bentuk ujung daun, kehadiran ligula,
bentuk lidah daun, keadaan permukaan daun, dan pertulangan daun.
Perbedaan genotipe sorgum dapat dikenali lebih jelas pada fase generatif
dibandingkan fase vegetatif. Sifat malai dan sifat sekam juga dapat dijadikan
parameter untuk membedakan ciri-ciri masing-masing genotipe.
3. Rachman (2019: 51) menyimpulkan bahwa galur-galur sorgum hasil pemulian
IPB memiliki karakter kualitatif (warna tulang daun, warna sekam, panjang
sekam, bentuk biji, dan tekstur endosperm ) dan kuantitatif (panjang daun,
lebar daun, panjang cabang malai, tinggi tanaman, panjang malai, dan bobot
1000 biji) yang beragam.
4. Setiyagama, dkk. (2017: 22) menyimpulkan bahwa pada masa vegetatif
pertumbuhan tanaman sorgum yang diamati tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan secara morfologi kuantitatif antara genotipe Pasuruan,
Tulungagung, Lamongan, dan Sampang. Karakter kualitatif yang
menunjukkan perbedaan pada setiap genotipe sorgum lokal yaitu jumlah biji
yang dihasilkan.
10
5. Sugianto, dkk. (2015: 12) menyimpulkan bahwa karakter tinggi tanaman dan
panjang malai memiliki variabilitas genetik yang luas dan digunakan sebagai
kriteria seleksi yang lebih efektif untuk mendapatkan karakter yang terbaik.
C. Kerangka Berpikir
Wilayah Indonesia yang membentang luas dengan kondisi geografi dan
ekologi yang bervariasi mempunyai potensi keanekaragaman plasma nutfah yang
sangat tinggi, salah satunya adalah tanaman sorgum. Sumber plasma nutfah di
bumi sangat penting sehingga harus dijaga dan dilestarikan. Semakin
beranekaragam plasma nutfah yang hidup di dalam suatu ekosistem, maka
semakin beranekaragam pula kondisi lingkungan yang ada. Oleh karena itu,
tingginya keanekaragaman plasma nutfah merupakan aspek yang penting untuk
dipertahankan salah satu cara dengan karakterisasi (Leunutfna, 2007: 82).
Sorgum lokal di Sulawesi Tenggara khususnya masyarakat di Desa
Tanomeha, Kabupaten Wakatobi telah dibudidayakan dengan nama lokal aksesi
Tofu Gumadi yang populasinya semakin berkurang.. Sorgum aksesi Tofu Gumadi
belum dilakukan karakterisasi sehingga kurangnya pengetahuan masyarakat untuk
memaksimalkan potensi sorgum dan membuat masyarakat mulai beralih ke
tanaman lain.
Karakterisasi merupakan proses kegiatan untuk mengetahui sifat suatu
plasma nutfah dengan melihat karakter morfologi dan agronomi yang
dimanfaatkan untuk membedakan antar aksesi, jumlah aksesi, dan dapat
mengetahui keunggulan dari aksesi sorgum yang diteliti cara dibandingkan
dengan sorgum vaerietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah. Sorgum
aksesi Tofu Gumadi berbeda dengan aksesi lainnya dapat dilihat dari karakter
morfologi seperti, warna sekam merah kehitaman, struktur malai seperti sapu
pendek, dan perlu dilihat parameter lainnya. Karakter agronomi aksesi Tofu
Gumadi seperti tinggi tanaman yaitu 3 meter, rasa cairan batang manis, umur
panen sama dengan jagung, dan perlu dilihat parameter lainnya Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 2.2.
11
Wilayah Indonesia
Karakterisasi Sorgum
Keterangan :
Ket: TGi= Tofu Gumadi; 80 cm= Jarak per tanaman; X= Sorgum aksesi
lainnya; NM= Numbu; = Letak sorgum yang diteliti, U= Utara;
S= Selatan,
Gambar 3.1 Rancangan Denah Penempatan Ember Tanam
12
13
2. Indikator Penelitian
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini ada pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Indikator Penelitian
No. Indikator Morfologi Agronomi
1. Tinggi tanaman (cm) √ √
2. Jumlah daun (helai) √
3. Panjang (cm) √ √
4. Lebar daun (cm) √ √
5. Warna tulang tengah bawah daun √
6. Umur berbunga (HST) √
7. Bulu pada bunga √
8. Warna tanaman (daun dan pelepah
√
batang) saat panen
9. Sifat berair pada batang √
10. Rasa cairan batang √
11. Tipe malai √
12. Warna sekam √
13. Tipe sekam √
14. Jumlah biji per malai √
15. Kerontokan biji √
16. Bobot 1000 biji (g) √
17. Kulit ari biji √
18. Warna biji √
19. Lapisan lilin pada biji √
20. Kilau biji √
21. Ketebalan biji √
22. Bentuk biji √
23. Warna endosperm √
24. Tekstur endosperm √
25. Tipe endosperm √
(Panduan Karakterisasi Tanaman Pangan: Jagung dan Sorgum, 2004)
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi
yaitu mengamati, mengukur, dan mencatat secara bertahap karakterisasi
morfologi dan agronomi dari tanaman sorgum (Sorghum bicolor L. Moench),
aksesi Tofu Gumadi.
15
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini ada pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Bahan dan Kegunaan
No. Nama Bahan Kegunaan
1. Arang sekam padi Sebagai campuran media tanam
2. Bibit sorgum Sebagai objek penelitian
3. Kertas label Memberi label pada tray semai, ember, dan
pada malai saat panen
4. Pupuk kandang sapi Untuk menyuburkan tanaman
5. Tanah topsoil Sebagai media tanam
6. Teh celup Untuk membungkus biji sorgum pada saat
dimasak
3. Penyiapan Bibit
Bibit diambil dari lahan tanaman sorgum yang bijinya telah
masak pada waktu panen dan dikeringkan dengan cara dijemur selama
beberapa hari. Biji selanjutnya dibungkus dalam plastik dan disimpan
pada tempat yang kering untuk menghindari kerusakan sampai biji
siap untuk ditanam. Sebelum bibit ditanam pada media tanam, bibit
direndam dalam air yang telah dicampur insektisida selama 6 jam
menggunakan gelas dan ditutup. Kategori bibit yang digunakan adalah
yang tenggelam untuk selanjutnya ditanam pada ember yang telah
diberi label.
4. Penanaman
Penanaman terdiri atas dua tahap yaitu:
a) Penanaman Benih pada Media Tray Semai
Benih ditanam 1 biji dalam 2 lubang pada setiap lubang tanam
pada media tray semai dengan total 40 biji aksesi yang diteliti
dan 40 biji varietas pembanding menggunakan sedalam 2-3 cm
masing-masing 20 lubang. Benih sorgum yang telah ditanam
disiram menggunakan botol semprot, lalu ditutup agar kelembaban
media semai terjaga dan dibuka ketika benih sudah berkecambah.
Tanaman akan dipindahkan 1, setelah tanaman sorgum memiliki 3
daun (13 HST) dengan kriteria memiliki pertumbuhan yang baik
dan seragam pada semua ember tanam. Penanaman benih sorgum
pada media tray semai digunakan sebagai tanaman cadangan
untuk menggantikan benih sorgum yang ditanam pada media
ember, apabila tidak memiliki pertumbuhan yang baik dan
seragam.
b) Penanaman Benih pada Media Ember
Benih ditanam1 biji dalam 2 lubang pada setiap media tanam
ember dan polybag (sebagai cadangan) masing-masing 22 lubang
dengan total 22 biji aksesi yang diteliti dan 22 biji varietas
pembanding menggunakan cara tugal sedalam 2-3cm. Arang
19
Data yang diambil yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun,
lebar daun, warna tulang daun, umur berbunga, bulu pada bunga saat
masak, warna tanaman pada saat panen, sifat berair batang, rasa cairan
batang, tipe malai, warna sekam, tipe sekam, jumlah biji per malai,
kerontokan, bobot 1000 biji, kulit ari biji, warna biji, lapisan lilin pada
biji, kilau biji, bentuk biji, ketebalan biji warna endosperm, tekstur
endosperm, dan tipe endosperm.
b. Pengumpulan Data
Data yang diambil dalam penelitian ini berupa data pengukuran dan
perhitungan (angka) dicatat di log book, data pengamatan (gambar)
menggunakan kamera ponsel 16 MP, dan data organoleptik (kuesioner).
Data-data tersebut antara lain sebagai berikut:
a) Karakter Morfologi
1) Tinggi tanaman (cm); diukur setiap minggu (saat umur sorgum 14
HST, 21 HST, 28 HST, 35 HST, 42 HST, 49 HST, dan 56 HST)
untuk mengetahui pertumbuhan tanaman. Pengukuran tinggi
tanaman menggunakan mistar pada pengukuran pertama dan
meteran roll besi pada pengukuran berikutnya, tanaman yang telah
tinggi dijangkau dengan tangga. Pengukuran tinggi tanaman diukur
dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi.
2) Panjang dan lebar daun (cm); panjang daun diukur dari pangkal
daun sampai dengan ujung daun yakni daun terpanjang. Lebar
daun diukur dari ujung tepi daun sampai ujung tepi daun yang lain
(satu helaian daun) yakni bagian daun yang terlebar. Panjang dan
lebar daun diukur setiap minggu (saat umur sorgum 14 HST
sampai 56 HST) untuk mengetahui pertumbuhan tanaman.
Pengukuran dilakukan menggunakan mistar pada pengukuran
pertama dan meteran roll besi pada pengukuran berikutnya yang
dijangkau dengan tangga apabila tanaman telah tinggi.
3) Warna tulang tengah bawah daun; diamati dan dicocokkan dengan
indikator warna menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) apakah
23
11) Warna biji; diamati biji sorgum yang telah dibuka dari sekam
menggunakan cobek dan ulekan. Kemudian warna biji diamati dan
dicocokkan dengan indikator warna biji apakah berwarna putih,
kuning, merah, coklat, atau warna lainnya.
12) Lapisan lilin pada biji; diamati ada atau tidak ada lapisan lilin pada
biji. Pengambilan data ini dilakukan pada saat setelah panen.
13) Kilau biji; diamati apakah biji berkilau atau tidak berkilau setelah
dibuka dari sekam.
14) Bentuk biji; diamati setelah biji dibuka dari sekam apakah biji
tunggal atau kembar.
15) Ketebalan biji; diukur menggunakan jangka sorong digital yang
telah dibuka dari sekam untuk mengetahui biji gepeng atau biji
gemuk. Pengukuran ketebalan biji dilakukan pada saat setelah
panen.
16) Warna endosperm; diamati biji sorgum pada saat setelah panen
dengan cara biji sorgum dipotong secara vertikal menjadi 2 bagian
menggunakan silet. Selanjutnya, warna endosperm dicocokkan
dengan indikator warna apakah berwarna putih atau kuning.
17) Tekstur endosperm; diamati dan dicocokkan dengan indikator
tekstur endosperm apakah sangat padat, padat, sedang, bertepung,
atau sangat bertepung dengan cara biji sorgum dipotong secara
vertikal menggunakan silet menjadi 2 bagian. Tekstur endosperm
dilakukan pada saat setelah panen.
18) Tipe endosperm; biji yang telah dibuka dari sekam dicuci untuk
dimasukkan ke dalam kantong teh celup yang sebelumnya telah
dibuka dengan cara digunting, dikeluarkan isinya dan dicuci. Biji
selanjutnya dimasukkan hanya sampai setengah kantong teh celup
saja, ditutup kembali dengan cara dijahit tangan menggunakan
jarum dan benang yang diberi label pada bagian atas tali pegangan
sebagai penanda. Teh celup yang telah terisi biji sorgum
dimasukkan ke dalam rice cooker (penanak nasi) yang airnya telah
25
A. Hasil Penelitian
1. Pertumbuhan Tanaman Sorgum Aksesi Tofu Gumadi dan Varietas
Numbu
a. Tinggi Tanaman
Rerata pertumbuhan tinggi tanaman sorgum aksesi Tofu Gumadi
dan varietas Numbu umur 14 HST sampai 56 HST dapat dilihat pada
Tabel 4.1
Tabel 4.1 Rerata pertumbuhan tinggi tanaman sorgum aksesi Tofu
Gumadi dan varietas Numbu
27
28
Tabel 4.2 Rerata pertumbuhan panjang daun sorgum aksesi Tofu Gumadi
dan varietas Numbu
d. Jumlah Daun
29
3. Hasil Analisis Uji Beda antara Sorgum Aksesi Tofu Gumadi dengan
Varietas Numbu
Hasil uji beda antara sorgum aksesi Tofu Gumadi dengan varietas
Numbu dapat dilihat dalam Tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil uji beda sorgum aksesi Tofu Gumadi dengan varietas Numbu
Rerata
No. Indikator TG.i NM tHit tTab
1. Tinggi tanaman (cm) 244 2 -
2. Panjang daun (cm) 99,84 5
1 0 - ,1
3. Lebar daun (cm) 10,5 0
1 3 - ,1
4. Jumlah daun (helai) 13 3,
1 7 - ,
5. 4
2 2 - ,1
Jumlah biji per malai 1959
6. Kerontokan biji (%) 69,30 4
8 4 - ,1
7. Bobot 1000 biji (g) 25,36 2,
2 6 3 ,1
3,
3 , - ,1
8. Ketebalan biji (mm) 2,13
tn ,1 1
Ket: TG.i= Tofu Gumadi, NM= Numbu, = tidak berbeda nyata; *= berbeda nyata ,1
Tipe malai aksesi Tofu Gumadi yaitu terkulai seperti sapu pendek,
sedangkan varietas Numbu memiliki tipe malai kompak dan lonjong. Tipe malai
dipengaruhi oleh struktur malai yaitu percabangan dan kedudukan biji pada malai.
Aksesi Tofu Gumadi memiliki percabangan malai dan kedudukan biji yang
jarang. Kedudukan bijinya lebih dominan berada di bagian ujung percabangan
sehingga menyebabkan tangkai malai terkulai, sedangkan pada varietas Numbu
percabangan malai dan kedudukan bijinya rapat. Brown, dkk. (2006: 938) sorgum
budidaya diarahkan mempunyai malai yang rapat karena kerapatan berkorelasi
positif dengan hasil yang tinggi.
Warna sekam aksesi Tofu Gumadi yaitu merah kehitaman, sedangkan
varietas Numbu berwarna sekam cokelat. Warna sekam mulai terlihat pada saat
biji memasuki fase pematangan biji dan akan berubah warna menjadi gelap saat
biji telah matang fisologis. Wizi (2018: 210), menyatakan bahwa warna sekam
berubah warna menjadi gelap karena memiliki kandungan lignin dan solulosa
yang tinggi. Tipe sekam aksesi Tofu Gumadi yaitu seluruh biji tertutup,
sedangkan varietas Numbu memiliki tipe sekam ¾ biji tertutup. Perbedaan tipe
sekam dipengaruhi oleh panjang atau pendeknya palea dan lemma yang menutup
bakal buah pada spikelet. Ukuran sekam yang pendek akan memudahkan proses
penyosohan tetapi sangat disukai oleh burung.
Jumlah biji per malai aksesi Tofu Gumadi lebih sedikit dibandingkan
dengan varietas Numbu. Banyak atau sedikit jumlah biji per malai dipengaruhi
oleh tipe malai, semakin rapat biji pada malai yang dihasilkan maka potensi
jumlah biji per malainya tinggi. Biji yang rontok sebelum pemanenan juga
mempengaruhi jumlah biji per malai yang berhubungan dengan tingkat
kerontokan biji sorgum. Kerontokan biji sorgum aksesi Tofu Gumadi lebih sedikit
dibandingkan dengan varietas Numbu. Kerontokan biji sorgum Aksesi Tofu
Gumadi termasuk kategori sedikit (60-69%), sedangkan varietas Numbu termasuk
kategori kerontokan biji sedang (80-84%). Tingkat kerontokan biji dipengaruhi
oleh kuat atau lemahnya kedudukan biji pada percabangan malai sehingga tidak
mudah rontok apabila diterpa angin dan hujan.
37
Bobot 1000 biji aksesi Tofu Gumadi lebih tinggi dibandingkan dengan
varietas Numbu. Bobot biji dipengaruhi oleh pengisian biji yang terisi penuh atau
kosong pada saat fase pengisian biji. Selain itu, bobot biji juga dipengaruhi oleh
ukuran biji dan daya tahan terhadap serangan hama. Yusro (2001: 47)
menyatakan bahwa biji yang berukuran besar ditunjukkan dengan bobot biji yang
berat.
Kulit ari biji aksesi Tofu Gumadi dan varietas Numbu yaitu ada. Kulit ari
berfungsi dalam pemberian warna dan kandungan gizi pada biji. Suarni (2016:
95) menyatakan bahwa kulit ari biji memiliki komponen gizi, termasuk protein
dan lemak yang dapat dijadikan sebagai serat pangan untuk kesehatan manusia.
Warna biji aksesi Tofu Gumadi yaitu cokelat, sedangkan varietas Numbu
memiliki warna biji putih. Warna pada biji ditentukan oleh warna kulit ari yaitu
lapisan terluar dari biji. Gen-gen yang mengendalikan warna biji sebagian
terekspresi pada pericarp yang dipengaruhi oleh senyawa flavonoid yang
mengandung tanin. Waniska (2000: 93) menyatakan bahwa sorgum dengan biji
gelap (merah dan cokelat) lebih resisten terhadap jamur karena mempunyai
kandungan tanin tinggi dibadingkan biji sorgum terang (putih atau kuning).
Lapisan dan kilau biji aksesi Tofu Gumadi yaitu ada dan bijinya berkilau,
sedangkan varietas Numbu tidak ada lapisan lilin dan bijinya tidak berkilau.
Lapisan lilin berkorelasi dengan kilau biji, semakin berkilau biji maka
menunjukkan permukaannya mengandung lapisan lilin. Novita, dkk. (2016: 50)
menyatakan bahwa lapisan lilin secara alami terdapat diluar permukaan buah dan
biji yang menyebabkan permukaannya terlihat mengkilap. Karakter kilau biji
dapat dijadikan sebagai ciri spesifik dan keunggulan biji. Bentuk dan ketebalan
biji sorgum aksesi Tofu Gumadi memiliki bentuk biji tunggal dengan ketebalan
biji gepeng, sedangkan untuk varietas Numbu memiliki bentuk biji tunggal
dengan ketebalan biji gemuk. Ketebalan biji sorgum dapat berpengaruh terhadap
bobot 1000 biji, semakin tebal biji sorgum maka bobot 1000 biji semakin tinggi.
Warna endosperm aksesi Tofu Gumadi dan varietas Numbu yaitu putih.
Warna endosperm dipengaruhi oleh kandungan yang umumnya berwarna putih
atau kuning. Adriani dan Isniaini (2013: 60) warna endosperm umumnya
38
berwarna putih atau kuning. Warna kuning disebabkan oleh karotenoid penanda
vitamin A, tetapi umumnya sedikit sehingga lebih banyak warna endosperm
putih. Tekstur endosperm aksesi Tofu Gumadi yaitu bertepung, sedangkan
varietas Numbu memiliki endosperm sedang. Tekstur endosperm dipengaruhi
oleh perbandingan antara endosperm corneous dan floury. Sukarminah (2017:
331) semakin besar bagian endosperm corneous, maka tesktur endosperm akan
semakin keras karena adanya ikatan yang kuat antara pati dan protein.
Tipe endosperm aksesi Tofu Gumadi yaitu normal, sedangkan varietas
Numbu memiliki tipe endosperm ketan. Tipe endosperm dipengaruhi oleh
komponen utama biji sorgum yaitu pati (amilosa dan amilopektin) dan diikuti
protein. Soeranto (2016: 3) menyatakan bahwa semakin rendah kadar amilosa
(amilopektin tinggi) makan teksturnya semakin lengket.
Sorgum aksesi Tofu Gumadi dan varietas Numbu diperoleh ada 7 karakter
yang berbeda nyata yaitu panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah biji per
malai, kerontokan biji, bobot 1000 biji, dan ketebalan biji, yang ditanam pada
lingkungan dan diberikan perlakuan yang sama. Perbedaan karakter ini diduga oleh
adanya faktor genetik yang mengatur kedua karakter tersebut sehingga
menghasilkan karakter fenotipe yang berbeda sesuai dengan ekspresi gen
tetuanya. Sami, dkk. (2013: 49) menyatakan bahwa heritabilitas yang tinggi
menunjukkan pengaruh faktor genetik lebih besar dibandingkan faktor
lingkungan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini yaitu:
1. Karakter deskriptif morfologi dan agronomi yang diamati sorgum aksesi Tofu
Gumadi memiliki 6 karakter unggul dari 25 karakter yaitu umur berbunga
genjah, memiliki bulu pada bunga, rasa cairan batang manis, memiliki lapisan
lilin, dan kilau biji, tipe endosperm normal.
2. Karakter kuantitatif morfologi dan agronomi antara aksesi Tofu Gumadi
dengan varietas Numbu diperoleh dari 8 karakter yang diuji beda ada 7
karakter yang berbeda yaitu panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah
biji per malai, kerontokan biji, bobot 1000 biji ketebalan biji, dan 1 karakter
yang tidak berbeda yaitu tinggi tanaman.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu:
1. Peneliti yang hendak melakukan penelitian tentang karakterisasi sorgum
dapat meneliti karakter lain yang belum dikarakterisasi seperti karakter
anatomi dan fisiologi.
2.
3. Penulis berharap agar pembaca dan lembaga yang berperan dalam
konservasi plasma nutfah dapat menjaga keberadaan sorgum Wakatobi
khususnya Tofu Gumadi agar keberadaan plasma nutfah tidak punah dan
dapat digunakan untuk merakit varietas unggul yang dibutuhkan di masa
akan datang.
39
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, A., dan Isniani, M. 2013. Morfologi dan Fase Pertumbuhan Sorgum
(Sorghum bicolor (L). Moench). Sorgum Inovasi Teknologi dan
Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 47-68.
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/61219
Diakses pada 4 September 2020.
Brown, P. J., Klein P. E., Bortiri, E., Acharya, C. B., Rooney W. L., Kresovich. 2006.
Inheritance of Inflorescence Architecture in Shorghum. Theor Appl Genet.
931-942.
https://www.researchgate.net/profile/Patricia_Klein/publication/6937488
Diakses pada 4 September 2020.
Ceunfin, S., Maria U. H., Sonya M. A. B., Apriani, H. S., Adrianus, L. 2018.
Pengaruh Model Defoliasi Daun Jagung dan Jumlah Benih terhadap Hasil
Jagung dan Kacang Nasi pada Sistem Tumpangsari Salome (kearifan Lokal
Timur). Jurnal Pertanian Lahan Kering. Vol 3 (1): 8-10.
http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jssainstek/article/download/737/855
Diakses pada 25 Desember 2020.
Iriany, R., Neni M., A., Irmansyah, T. 2015. Asal Usul dan Taksonomi Tanaman
Sorgum. Balai penelitian Tanaman Serealia.
Irsal, Zulkarnaen, T., Irmansyah. 2015. Respons Pertumbuhan dan Produksi Sorgum
(Sorgum bicolor (L.) Moench) pada Berbagai Jarak Tanam di Lahan Kelapa
Sawit TBM 1. Jurnal Online Argoekoteknologi. Vol 3 (1): 328-339.
https://media.neliti.com/media/publications/103351-ID-responspertumbuhan-
dan-produksi-beberapa.pdf Diakses pada 23 Oktober 2019.
40
41
Liana, T., Presetiyo, S, W., Purwandari, S. E. 2016. Karakter Empat Varietas Sorgum
Manis serta Korelasi Karakter Batang terhadap Tingkat Kemanisan.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. Vol. 1 (1): 675.
http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi-mainmenu47-
47/jurnalprosiding/610 Diakses pada 13 November 2019.
Novita, D., D., Sugianti, C., Wulandari, K., P. 2016. Pengaruh Konsentrasi
Karagenan dan Gliserol terhadap Perubahan Fisik dan Kandungan Kimia
Buah Jambu Biji Varietas Kristal selama Penyimpanan. Jurnal Teknik
Pertanian Lampung. Vol 5 (1): 49-56.
http:jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/jtp/article/view/1178
Diakses pada 13 November 2019.
Panjaitan, R., Zuhry, E., Deviona. 2015. Karakterisasi dan Hubungan Kekerabatan 13
Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Koleksi Batan. JOM
Faperta. Vol. 2 (1): 1-13.
https://media.neliti.com/media/publications/183377-ID-none.pdf
42
Rifa’i, H., Ashari, S., Damanhuri. 2015. Keragaan 36 Aksesi Sorgum (Sorghum
bicolor (L.) Moench). Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 3 (4): 330-337.
http://protan.studentjournal.ub.ac.id/index.php/protan/article/view/207
Diakses pada 22 Oktober 2019.
Soeranto, H., Sihono, Wijaya M. I., Carkum. P., Tardisuseno. 2016. Data Riset Uji
Galur Mutan Serealia. Laporan Teknis. 1-12.
Suarni. 2016. Peranan Sifat Fisikomia Sorgum dalam Diversifikasi Pangan dan
Industri serta Prospek Pengembangannya. Jurnal Litbang Pertanian. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Vol. 35 (3): 99-110.
https://media.neliti.com/media/publications/123982
Diakses pada 28 Agustus 2020.
43
Subagio, H., dan Aqil, M. 2014. Perakitan dan Pengembangan Varietas Unggul
Sorgum untuk Tanaman Pangan, Pakan, dan Bioenergi. Iptek Tanaman
Pangan. Vol. 9 (1): 39-50.
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/ippan/article/view/2545
Diakses pada 19 Oktober 2019.
Sukarminah, E., Wulandari, E., Lembong. 2017. Tepung Sorgum Sebagi Pangan
Fungsional Produk Sinbiotik. Jurnal Pengabdian Kepada Maysarakat.
Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjadjaran. Vol 1 (5):
329-331.
http://jurnal.unpad.ac.id/pkm/article/download/16421
Diakses pada 4 September 2020.
Sumarno, Damardjati, S. D., Syam, M., H. 2013. Sorgum Inovasi Teknologi dan
Pengembangan. IAARD Press. Jakarta.
Syafrudin, dan Akil, M. 2013. Pengelolahan Hara pada Tanaman Sorgum. Balai
Penelitian Tanaman Serealia.
Tarigan, Dewi, H., Irmansyah, T., Purba, E. 2013. Pengaruh Waktu Pengiangan
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Sorgum (Shorghum
bicolor (L.) Moench). Jurnal Online Agroteknologi. Vol. 2 (1): 86-94.
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/agroekoteknologi/article/view/5723
Diakses pada 29 Agustus 2020.
Tuwu, E. R., Sutariati, G. A. K., Suaib. 2012. Pengaruh Kadar Air Awal dan Jenis
Kemasan terhadap Vigor Benih Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench)
dalam Enam Bulan Masa Simpan Berkala. Penelitian Agronomi. Vol. 1 (2):
184-193.
44
van Steenis, C. G. G. J., den Hoe, G., Bloembergen, S., Eyme, P. J. 2013. Flora
untuk Sekolah di Indonesia. Balai Pustaka. Yogyakarta.
Widajati, E., Murniati, Palupi, E. R., Kartika, T., Suhartanto, M. R, Qadir, A. 2013.
Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Penerbit IPB Press. Bogor.
http://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/download/19092/13303
Diakses pada 28 Agustus 2020.
Wizi, J., Wang L., Hou X., Tao, Y., Ma B., Yang Y. 2018. Ultrasound-Microwave
Assisted Extraction of Natural Colorrants from Sorghum Husk With Different
Solvent. Indrustrial Crops and Products. 203-213.
1) Tinggi tanaman (cm); diukur dari pangkal batang sampai ujung organ tubuh
(ujung daun atau ujung malai) tertinggi dan dicatat dengan angka bulat bukan
desimal. Pengukuran ini dilakukan dari batang utama pada saat pembungaan 50%
dari seluruh tanaman.
2) Panjang dan lebar daun (cm); panjang dan lebar daun diukur dalam cm yakni 3
daun ketiga dari terakhir. Panjang daun diukur dari pangkal daun sampai dengan
ujung daun. Lebar daun diukur dalam cm dari ujung tepi daun sampai ujung tepi
daun yang lain (satu helaian daun), diukur bagian daun yang terlebar.
3) Jumlah daun (helai); dihitung setiap minggu setelah masa tanam sampai panen
untuk mengetahui jumlah akhir daun tanaman. Daun yang dihitung adalah daun
yang telah terbuka sempurna dan tetap dihitung daun yang sebelumnya telah
rusak atau mati.
4) Warna tulang tengah bawah daun, yaitu:
a. Putih (tidak berwarna)
b. Hijau
c. Kuning
d. Cokelat
e. Ungu
f. Lainnya (jelaskan/sebutkan)
5) Umur berbunga (HST), yaitu:
Umur berbunga; dihitung dari sejak benih sorgum ditanam hingga saat 50% dari
seluruh tanaman telah berbunga.
6) Lapisan lilin pada bunga, yaitu:
a. ada
b. Tidak ada
45
46
7) Warna tanaman pada saat masak (Daun dan Pelepah Batang) yaitu: menggunakan
Bagan Warna Daun (BWD)
Keterangan :
Warna daun hijau muda kekuningan :2
Warna daun hijau :3
Warna daun hijau :4
Warna daun hijau tua :5
8) Bulu pada bunga, yaitu:
a. Berbulu
b. Tidak berbulu
9) Tipe malai, yaitu: bentuk dan kerapatan cabang-cabang primer malai pada saat
setelah panen
a. Malai sangat terbuka
b. Cabang primer tegak sangat terbuka
c. Cabang primer terkulai sangat terbuka
d. Cabang primer tegak terbuka
e. Cabang primer terkulai terbuka
f. Cabang primer tegak agak terbuka
g. Cabang primer terkulai agak terbuka
h. Agak kompak/padat dan lonjong
i. Kompak dan lonjong
j. Kompak dan oval
k. Seperti sapu pendek
l. Seperti sapu panjang
47
m. Lainnya (jelaskan/sebutkan)
Tipe-tipe malai dapat dilihat pada gambar berikut.
a. Gepeng
b. Gemuk
Ketebalan biji dapat dilihat pada gambar berikut.
(a) (b)
18) Bentuk biji, yaitu:
a. Bentuk biji tunggal
b. Bentuk biji kembar
Bentuk biji dapat dilihat pada gambar berikut.
(a) (b)
19) Warna endosperm, yaitu:
a. Putih
b. Kuning
20) Tekstur endosperm, yaitu: dibelah menjadi 2 bagian secara vertikal untuk
mengetahui:
a. Sangat padat
b. Padat
c. Sedang
d. Bertepung
e. Sangat bertepung
Tekstur endosperm dapat dilihat pada gambar berikut.
21) Tipe endosperm, yaitu: dimasak seperti beras dan jagung hingga bijinya terbelah
(telah masak) dan dicicipi untuk mengetahui:
a. Normal
b. Ketan
c. Manis
22) Sifat berair pada batang, yaitu: diperas batang ke-6 menggunakan alat pemeras
tradisional atau modern untuk mengetahui:
a. Kering (tidak berair)
b. Berair
23) Rasa cairan batang, yaitu: dipilih ruas batang ke-5 dan dicicipi untuk
mengetahui:
a. Manis
b. Tawar
24) Bobot biji 1000, yaitu: memilih dan menghitung biji sampai 1000 biji dan
ditimbang dalam satuan gram dengan kadar air biji 12%.
(Panduan Karakterisasi Tanaman Pangan: Jagung dan Sorgum, 2004 dan
jurnal penelitian yang berkaitan)