Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi Siswa
Menurut Slameto (2015: 102) persepsi adalah proses yang menyangkut
masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Melalui persepsi manusia
terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini
dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan
pencium. Pendapat lain menurut (Vamela, Hasyim dan Nurmalis, 2012) persepsi
adalah suatu kesan yang diterima oleh individu melalui panca indera, kemudian
dipilih, diatur, dan diartikan menjadi sebuah informasi yang berarti. Proses
penginderaan seseorang akan berlangsung setiap saat, dimana ia menerima
stimulus dari luar melalui alat inderanya. Dengan persepsi, seseorang akan
mampu mengaitkan objek dan dengan persepsi pula orang akan menyadari tentang
keadaan disekitarnya.
Bagi seorang guru, mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang
bersangkutan paut dengan persepsi sangat penting karena: (1) makin baik suatu
objek, orang, peristiwa atau hubungan diketahui, makin baik objek, orang,
peristiwa atau hubungan tersebut dapat diingat: (2) dalam pengajaran,
menghindari salah pengertian merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh
seorang guru, sebab salah pengertian akan menjadikan siswa belajar sesuatu yang
keliru atau yang tidak relevan: (3) jika dalam mengajarkan sesuatu guru perlu
mengganti benda yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut,
maka guru harus mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus dibuat
agar tidak terjadi persepsi yang keliru (Slameto, 2015: 102).
Hamalik (2015: 7) peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam
sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga
menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Peserta didik memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti bakat, minat,
kebutuhan, sosial-emosional-personal, dan kemampuan jasmani. Menurut
Hamalik (2015: 7) potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh
menjadi manusia seutuhnya.
Berdasarkan teori-teori persepsi yang diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
persepsi merupakan tanggapan, penilaian, atau pandangan seseorang dalam
memandang suatu hal, peristiwa atau orang lain berdasarkan pengamatan melalui
panca inderanya terhadap suatu kejadian yang terjadi di lingkungannya. Maka
persepsi siswa adalah penafsiran, penilaian atau pendapat siswa tentang suatu
objek yang terjadi di sekitarnya. Apabila seorang siswa memiliki persepsi yang
baik tentang suatu objek, maka hal itu akan mempengaruhi sikap siswa untuk
menyukai objek tersebut.

2.1.2 Prinsip-prinsip Dasar Persepsi


Menurut Slameto (2015: 103-105) menyatakan bahwa beberapa prinsip
dasar tentang persepsi yang perlu diketahui guru agar ia dapat mengetahui
siswanya secara lebih baik dan dengan demikian menjadi komunikator yang
efektif yaitu sebagai berikut:
1) Persepsi itu relatif bukannya absolut.
Berdasarkan kenyataan bahwa persepsi itu relatif, seorang guru dapat
meramalkan dengan lebih baik persepsi dari siswanya untuk pelajaran
berikutnya karena guru tersebut telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang
telah dimiliki oleh siswa dari pelajaran sebelumnya.
2) Persepsi itu selektif.
Berdasarkan prinsip ini, dalam memberikan pelajaran seorang guru harus
dapat memilih bagian pelajaran yang perlu diberi tekanan agar mendapat
perhatian dari siswa dan sementara itu harus dapat menentukan bagian
pelajaran yang tidak penting sehingga dapat dihilangkan agar perhatian siswa
tidak terpikat pada bagian yang tidak penting ini.
3) Persepsi itu mempunyai tatanan.
Bagi seorang guru, prinsip ini menunjukkan bahwa pelajaran yang
disampaikan harus tersusun dalam tatanan yang baik, jika butir-butir pelajaran
tidak tersusun baik, siswa akan menyusun sendiri butir-butir pelajaran tersebut
dalam hubungan atau kelompok yang dapat dimengerti oleh siswa tersebut dan
yang mungkin berbeda dengan yang dikehendaki oleh guru. Hasilnya adalah
salah interprestasi atau salah pengertian.
4) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan).
Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang
akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana yang dipilih itu akan ditata
dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterprestasi.
5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang
atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.
Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan
individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau
perbedaan dalam motivasi.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi


Menurut Slameto (2015: 104) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh
harapan dan kesiapan. Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan
pesan mana yang dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang
dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan
diinterpretasikan. Dalam pelajaran, guru dapat menyiapkan siswanya untuk
pelajaran-pelajaran selanjutnya dengan cara menunjukkan pada pelajaran pertama
urut-urutan kegiatan yang harus dilakukan dalam pelajaran tersebut.

2.2 Pelaksanaan Pembelajaran Guru


Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek,
yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar
berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.
Kedua aspek akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat
interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat
pembelajaran sedang berlangsung. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan
proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antara peserta didik
dalam rangka perubahan sikap (Suherman dalam Jihad dan Haris, 2012: 11).
Pengajaran atau proses belajar-mengajar adalah proses yang diatur sedemikian
rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil yang
diharapkan. Pengaturan ini dituangkan dalam bentuk perencanaan mengajar.
Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan proyeksi atau perkiraan mengenai
apa yang akan dilakukan (Sudjana, 2014: 136).
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peran yang sangat penting.
Guru menentukan segalanya. Menurut Mulyasa (2015: 37) dapat diidentifikasikan
sedikitnya 19 peran guru, yakni guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing,
pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti,
pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah,
pembawa ceritera, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai
kulminator.

2.3 Standar Beban Kerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran


2.3.1 Merencanakan Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem
pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga
laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide
dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang
kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya (Hamalik,
2015: 57).
Menurut Hamalik (2015: 66) rencana ialah penataan ketenagaan, material,
dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu
rencana khusus. Guru perlu membuat suatu perencanaan yang baik untuk
memberikan penjelasan. Sedikitnya ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan penjelasan, yaitu isi pesan yang akan disampaikan dan peserta didik
(Mulyasa, 2015: 81).
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam
silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaran sendiri dapat menjadi panduan
langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang
disusun dalam skenario kegiatan. Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun
untuk setiap pertemuan yang terdiri dari tiga rencana pembelajaran, yang masing-
masing dirancang untuk pertemuan selama 90 menit dan 135 menit. Skenario
kegiatan pembelajaran dikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran yang
mengacu dari indikator untuk mencapai hasil belajar sesuai kurikulum berbasis
kompetensi. Secara sederhana RPP merupakan penjabaran silabus dan dijadikan
pedoman/skenario pembelajaran (Trianto, 2014: 108).

2.3.2 Melaksanakan Pembelajaran


Menurut Barnawi dan Arifin dalam Kardina (2017: 11) tugas guru yang
kedua adalah melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan
ketika terjadi interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru, kegiatan ini
adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya.
Rusman (2013: 7) menyatakan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran
yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisifasi aktif dalam proses pembelajaran.
2) Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi
dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta
psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik
melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
3) Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mangakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau
kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, serta tidak lanjut.

2.3.3 Menilai Hasil Pelajaran


Menurut Barnawi dan Arifin dalam kardina (2017: 12) tugas guru yang
ketiga adalah menilai hasil pelajaran. Menilai hasil pembelajaran merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisi dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
sehingga menjadi informasi yang bermakna untuk menilai peserta didik maupun
dalam pengambilan keputusan.
Sudjana (2014: 111) menyatakan penilaian yang dilakukan terhadap proses
belajar mengajar berfungsi sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, dalam hal ini adalah
tujuan instruksional khusus. Dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat
penguasaan bahan pelajaran yang seharusnya dikuasai oleh para siswa.
2) Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan
guru. Dengan fungsi ini guru dapat mengetahui berhasil tidaknya ia
mengajar. Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak semata-mata
disebabkan kemampuan siswa tetapi juga bisa disebabkan kurang berhasilnya
guru mengajar. Melalui penilaian, berarti menilai kemampuan guru itu sendiri
dan hasilnya dapat dijadikan bahan dalam memperbaiki usahanya, yakni
tindakan mengajar berikutnya.
Jihad dan Haris (2012: 67) mengemukakan istilah instrumen penilaian
disebut dengan istilah teknik penilaian yang berupa teknik tes dan nontes. Adapun
penjelasan sebagai berikut:
1) Alat penilaian teknik tes yaitu:
a) Tes tertulis, merupakan tes atau soal yang harus diselesaikan oleh siswa
secara tertulis.
b) Tes lisan, yang merupakan sekumpulan tes atau soal atau tugas pertanyaan
yang diberikan kepada sisiwa dan dilaksanakan dengan cara tanya jawab.
c) Tes perbuatan, merupakan tugas yang pada umumnya berupa kegiatan
praktek atau melakukan kegiatan yang mengukur keterampilan.
2) Nontes
Penilaian nontes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh
gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian. Melalui:
a) Pengamatan, yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru
atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik secara perorangan
maupun kelompok, di kelas maupun di luar kelas.
b) Skala sikap, yaitu alat penilaian yang digunakan untuk menggungkap
sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih
mengukur daya nalar atau pendapat siswa.
c) Angket, yaitu alat penilaian yang menyajikan tugas-tugas atau
mengerjakan dengan cara tertulis.
d) Catatan harian, yaitu suatu catatan mengenai perilaku siswa yang
dipandang mempunyai kaitan dengan perkembangan pribadinya.

2.3.4 Membimbing dan Melatih Peserta Didik


Barnawi dan Arifin dalam Kardina (2017: 13) menyatakan membimbing dan
melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga, yaitu membimbing atau melatih
peserta didik dalam pembelajaran, intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
1) Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran. Kegiatan bimbingan dan
latihan ini dilakukan secara menyatu dengan proses pembelajaran.
2) Bimbingan dan latihan kegiatan intrakulikuler
Kegiatan bimbingan dan latihan terdiri remedial dan pengayaan sesuai dengan
mata pelajaran yang diampu guru. Remedial merupakan kegiatan bimbingan
dan latihan yang ditujukan kepada siswa yang belum menguasai kompetensi
yang harus dicapai. Sementara pengayaan adalah kegiatan bimbingan dan
latihan yang ditunjukan kepada siswa yang telah mencapai kompetensi.
3) Bimbingan dan latihan pada kegiatan ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan pilihan dan bersifat wajib bagi
siswa.

2.4 Kompetensi Guru


Kompetensi pada dasarnya merupakan deskripsi tentang apa yang dapat
dilakukan seseorang dalam bekerja, serta apa wujud dari pekerjaan tersebut yang
dapat terlihat. Untuk dapat melakukan suatu pekerjaan, seseorang harus memiliki
kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan yang relevan
dengan bidang pekerjaanya. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran
tentang apa yang harus dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaanya,
baik berupa kegiatan, perilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan dalam proses
belajar-mengajar (Suyanto dan Jihad, 2013: 39). Kompetensi juga dapat diartikan
sebagai pengetahuan keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang
yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-
perilaku kognitif, efektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya (Kunandar,
2014: 52).
Menurut PP 19 tahun 2005 dalam Kunandar (2014: 54) Tentang standar
nasional pendidikan sementara itu, kompetensi sebagai agen pembelajaran
meliputi:
1) Kompetensi pedagogik.
2) Kompetensi kepribadian.
3) Kompotensi profesional.
4) Kompotensi sosial.

2.4.1 Kompetensi Pedagogik


Kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru meliputi pemahaman guru
terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya (Suyanto dan Jihad, 2013: 41).
Secara rinci tiap sub kompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial
sebagai berikut (Suyanto dan Jihad, 2013: 41):
1) Memahami peserta didik secara mendalam, dengan indikator esensial:
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran dengan indikator esensial: memahami landasan
kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan
strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, menetapkan
kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3) Melaksanakan pembelajaran, dengan indikator esensial: menata latar
pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, dengan indikator
esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalis hasil evaluasi proses
dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar; dan memanfaat
hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran
secara umum.
5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya,
dengan indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi non akademik.

2.4.2 Kompetensi kepribadian


Menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi
akademik dan kompetensi guru, kompetensi yang kedua yakni kompetensi
kepribadian guru adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif, berakhlak mulia dan berwibawa, serta dapat
menjadi teladan bagi siswa. Menurut Suyanto dan Jihad (2013: 42) oleh karena
itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan. Oleh karena itu,
kompetensi kepribadian bagi guru merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berakhlak mulia dan
berwibawa, dan dapat menjadi teladan bagi siswa. Secara rinci, subkompetensi
kepribadian terdiri atas:
1) Kepribadian yang mantap dan stabil, dengan indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga
sebagai guru profesional; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai
dengan norma yang berlaku dalam kehidupan.
2) Kepribadian yang dewasa, dengan indikator esensial: menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja yang
tinggi.
3) Kepribadian yang arif, dengan indikator esensial: menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan siswa, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.
4) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan, dengan indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma agama, iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong,
dan memiliki perilaku yang pantas diteladani siswa.
5) Kepribadian yang berwibawa, dengan indikator esensial: memiliki perilaku
yang berpengaruh positif terhadap siswa dan memiliki perilaku yang disegani.

2.4.3 Kompetensi Profesional


Menurut Suyanto dan Jihad (2013: 43) Kompetensi profesional penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang harus dikuasai guru
mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materi, serta pengguasaan terhadap struktur dan
metodologi keilmuan. Menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, kompetensi yang terakhir yang
perlu dimiliki oleh seorang pendidik yakni kompetensi profesional, yakni
kompetensi yang dimiliki seorang pendidik agar mampu mengutamakan
kepentingan yang berkaitan dengan pembelajarannya dari pada kepentingan diri
sendiri.
Suyanto dan Jihad (2013: 43) setiap subkompetensi tersebut memiliki
indikator esensial sebagai berikut.
1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Hal ini
berarti guru harus memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi dan
koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antarmata-pelajaran
terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam proses belajar-
mengajar.
2) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki implikasi bahwa guru
menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.

2.4.4 Kompetensi Sosial


Menurut Suyanto dan Jihad (2013: 42) kompetensi sosial merupakan
kemampuan yang harus dimiliki guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali siswa,
dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator
esensial sebagai berikut:
1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sisiwa, dengan
indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan siswa; guru bisa
memahami keinginan dan harapan siswa.
2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan, misalnya bisa berdiskusi tentang masalah-masalah
yang dihadapi siswa serta solusinya.
3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orangtua/wali siswa
dan masyarakat sekitar. Contohnya, guru bisa memberikan informasi tentang
bakat, minat, dan kemampuan siswa kepada orangtua siswa.
2.5 Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Robiah dan Ferazona (2016) diperoleh rata-
rata persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran guru biologi berdasarkan
aspek pedagogik yang tertinggi terdapat pada cluster 1 yaitu sebesar 70,11%
dengan kategori cukup baik dan yang terendah terdapat pada cluster 3 sebesar
67,97 dengan kategori cukup baik dan dilihat aspek profesional yang tertinggi
terdapat pada cluster 3 yaitu sebesar 70,27% dengan kategori cukup baik dan
yang terendah terdapat pada cluster 1 sebesar 66,76 dengan kategori cukup baik.
Jika dilihat dari ratarata keseluruhan persentase tertinggi terdapat pada cluster 3
yaitu 69,12% dengan kategori cukup baik, dan terendah pada cluster 1 yaitu 68,43
% dengan kategori cukup baik. Dapat diartikan akreditas sekolah tidak menjamin
kualitas pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arbela (2017) pelaksanaan
pembelajaran IPA di SMPN 2 Pekanbaru dalam kategori sangat baik dengan rata-
rata persentase (83,42%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Simanjuntak (2017) pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP YLPI Marpoyan
dalam kategori baik dengan rata-rata persentase (80,88%). Penelitian yang
dilakukan Rahmayani (2016) pelaksanaan pembelajaran IPA SMPN 1 Pekanbaru
dikategorikan sangat baik dengan persentase (87,85%). Penelitian selanjutnya
oleh Anggraini dan Harahap (2016) dari hasil analisis uji persyaratan data
diketahui bahwa baik data persepsi siswa maupun hasil belajar dinyatakan
berdistribusi normal. Besarnya kontribusi persepsi siswa terhadap kompetensi
pedagogik guru sebesar 28% terhadap hasil belajar biologi. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif dan berarti antara persepsi
siswa terhadap kompetensi pedagogik guru dengan hasil belajar biologi siswa klas
X SMA Swasta Sinar Husni Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015. Penelitian
yang dilakukan oleh Kardina (2017 pelaksanaan pembelajaran IPA di SMPN 2
Rupat dikategorikan baik dengan rata-rata persentase (69,82%).

Anda mungkin juga menyukai