Anda di halaman 1dari 5

PSIKOLOGI PEMBELAJARAN

MIDDLE TEST

1. Jelaskan dengan contoh ap perbedaan belajar, mengajar dan pembelajaran!


Belajar merupakan kebutuhan setiap individu untuk merubah diri menjadi lebih maju melalui pengalaman yang
merupakan proses mental emosi yang terjadi pada diri individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya
(pengalaman).

belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca,mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar
itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.

Pembelajaran adalah bagian dari mengajar yaitu proses atau cara di mana seseorang guru
memberikan materinya kepada muridnya

Perbedaan dari ketiga istilah ini bisa dilihat dari pengertian,pelakunya,kegiatan yang dilakukan,peran pelaku,dll.

No Dilihat Belajar Mengajar Pembelajaran


dari
1 Pengertian Kegiatan individu Menanamkan Aspek kegiatan
memperoleh pengetahuan dan manusia yang
pengetahuan, keterampilan kompleks.
perilaku dan pada peserta
keterampilan didik.
dengan cara
mengolah bahan
belajar.
2 Pelaku Siswa/pelajar/ Guru/pengajar/ Pelajar,pengajar,
peserta didik. pendidik. dan pelaku lainnya
yang mendukung
terjadinya proses
pembelajaran.
3 Jenis Menerima,dan Membimbing, Interaksi antara
kegiatan mengolah menyampaikan pendidik,peserta
informasi yang informasi dan didik dan
didapat,mengalami pengetahuan, lingkungan belajar.
perubahan yang mendidik,dll.
bersifat tetap.
4 Peran Sebagai Sebagai Sebagai sarana
pelaku penerima/yang penggerak/ prasarana kegiatan
dibimbing pembimbing belajar-mengajar

Mengajar adalah proses pemberian pengetahuan atau pengalaman baik dari cara membimbing,
menjelaskan, memberikan nasehat dan lain-lain. dari pengertian tersebut.

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem
lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Kalau belajar
dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Disamping itu ada beberapa difinisi lain,
yang dirumuskan secara rinci dan tampak bertingkat.
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada siswa. Menurut pengertian ini berarti tujuan
belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan.[5]
Dalam pengertian yang luas, mengajar diartiakn sebagai suatau aktivitas mengorganisasikan atau
mengatur lingkunagn sebaik baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi ynag kondusif untuk berlangsungnya
kegiatan belajar bagi para siswa.

2. Apakah penerapan teori behavioristik saat ini masih relevan? Jelaskan dengan
contoh!
Masih relevan

Berdasarkan pembahasan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa teori belajar behaviorisme
adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon, serta memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap
lingkungan, pengalaman dan latihan yang akan membentuk prilaku mereka.
:
1.Kelebihan teori Behavioristik
a) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran
orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-
bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
b) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar
2. Kelemahan Teori Behavioristik
a) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat mekanistik,
dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
b) Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

3. Bagaimana implikasi pembelajaran humanistik dalam kegiatan pembelajaran di


sekolah!
peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik saat
guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk
memperoleh tujuan pembelajaran. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk
diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini
ialah siswa merasa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani,
tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang
berlaku (Sukardjo dan Komarudin, 2009: 65).
Psikologi humanistik berharap bahwa guru sebagai fasilitator.

Psikologi humanistik berharap bahwa guru sebagai fasilitator. Berbagai cara untuk memberi
kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator, sebagai berikut.

a. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau
pengalaman kelas.
b. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan
juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c. Fasilitator mempercayai adanya keinginan dan masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan
yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong yang tersembunyi di dalam belajar yang
bermakna.
d. Fasilitator mencoba mengatur dan menyediakan sumber untuk belajar yang paling luas dan paling mudah
dimanfaatkan siswanya untuk mencapai tujuan mereka.
e. Fasilitator menempatkan dirinya disuatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
f. Di dalam menghadapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, guru menerima baik yang bersifat
intelektual, sikap, perasaan dan menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual maupun bagi
kelompok.
g. Bilamana kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperan sebagai seorang siswa yang turut
berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorang individu
seperti siswa yang lain.
h. Fasilitator mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan
tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja
digunakan atau ditolak oleh siswa.
i. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan
kuat selama belajar.
j. Di dalam berperan sebagai fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk mengenali dan menerima
keterbatasan-keterbatasannya sendiri (Dakir, 1993: 65).
Ciri-ciri guru yang baik menurut humanistik ialah guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik,
lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka
dan mampu menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif ialah guru yang memiliki
rasa humor rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa dengan komentar yang
menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.

Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student centre) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Dengan peran tersebut, diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan
potensi dirinya secara positif, dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran
lebih menitik beratkan pada proses belajar daripada hasil belajar.
4. Apakah perbedaan teori konstruktivisme dan teori kognitif serta berikan contoh pada
kegiatan pembelajaran untuk anak usia SD!

Perbedaan Teori Belajar Konstruktivisme dan Teori Belajar Kognitif


Aspek Konstruktivisme Kognitif

Schuman (1996), Merril (1991),


Tokoh Smorsganbord (1997), Gagne, Jean Piaget, Lev Vygotski
Bloom, Clark.

Dasar Proses berpikir dibalik


Pengetahuan dibangun secara aktif.
Pemikiran tingkah laku

Siswa diajak untuk memahami dan Penerapan teori kognitif


menafsirkan kenyataan dan bertujuan untuk melatih
pengalaman yang berbeda, agar siswa agar mampu
mereka lebih mampu menyelesaikan mengerjakan tugas dengan
masalah dalam kehidupan nyata. cara yang sama dan
Kelebihan
Contoh : bila siswa dapat konsisten. Contoh: Cara
menyelesaikan masalah dengan belajar siswa berbeda-beda,
berbagai cara, maka siswa akan mereka perlu secara rutin
terlatih untuk menerapkannya dakam dilatih untuk mencapai cara
situasi yang berbeda(baru). umum yang tepat.

Dalam keadaan dimana kesepakatan


sangat diutamakan, pemikiran dan Siswa belajar suatu cara
tindakan terbuka dapat menimbulkan menyelesaikan tugas, tetapi
masalah. Contoh : mengikuti aturan cara yang dipilih belum tentu
sekolah tidak dapat ditawar dan baik (sesuai). Contoh: Siswa
Kelemahan
didiskusikan agar peraturannya belajar cara menulis surat
dibuat berbeda bagi sekelompok dengan cara yang sama,
siswa tertentu. Mungkin hal itu perlu diperhatikan perbedaan
merupakan gagasan yang konstruktif selera dalam menulis surat.
tetapi akan sulit dilaksanakan.

1.1 Aplikasi Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran


Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan.
Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir,
menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan
harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya
belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa
sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan
awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi
pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau
tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan
pembimbingan.

Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa untuk membentuk
pengetahuannya sendiri. Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam
belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai
dengan kemauannya.
Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi:

1) Menumbuhkan kemandiriran dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan


bertindak.

2) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan


dan ketrampilan siswa.

3) Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang
optimal untuk berlatih.

1.2 Aplikasi Teori Kognitif dalam Pembelajaran

Aplikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam Pembelajaran adalah :

1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak dapat belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus
membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing bagi anak.
4. Berikan peluang kepada anak, agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas hendaknya anak diberi kesempatan untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-
temannya.

Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara efektif sangat penting. Sebab objek
utamanya tentu siswa, bagaimana keberhasilan dalam pembelajaran merupakan hal utama yang tentu saja
siswalah yang lebih tahu bagaimana cara mengembangkan daya pikir dalam menyerap dan memahami
pelajaran yang diberikan guru. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengetahuan baru dengan stuktur kognitif yang telah dimiliki siswa (C. Asri, 2004: 51)

Anda mungkin juga menyukai