Anda di halaman 1dari 36

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran IPS tentang Jenis-jenis Pekerjaan di Kelas III Sekolah
Dasar
a. Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar
Karakteristik anak usia SD berbeda dengan karakteristik balita
maupun orang dewasa karena karakteristik erat kaitannya dengan ciri khas
pertumbuhan dan perkembangan seseorang berdasarkan usianya. Secara
rinci, Piaget mengemukakan bahwa proses perkembangan berpikir anak
dari kecil hingga dewasa melalui empat tahap perkembangan, yaitu 1)
tahap sensori motor (0-2 tahun); 2) tahap pra-operasional (2-7 tahun); 3)
tahap operasional konkret (7-11 tahun); 4) tahap operasional formal
(Sumantri dan Syaodih, 2009: 1.15).
Anak kelas III SD berada pada tahap operasional konkret yang
berarti anak mulai berpikir logis, sistematis, dan multidimensi walau
masih terbatas pada hal-hal yang bersifat konkret. Anak menyukai
kegiatan mencoba, menyelidik, dan bereksperimen karena dirinya
distimulasi oleh rasa ingin tahu yang besar untuk berlatih, menjelajah, dan
bereksplorasi (Sobur, 2009: 132). Energi dalam diri anak dipusatkan untuk
meningkatan keterampilan yang belum dimiliki dan segala sesuatu yang
belum diketahui. Anak kelas III dengan kisaran umur delapan tahun mulai
menyukai kegiatan tim, keanggotaan kelompok, dan penerimaan oleh
teman (Allen dan Marotz, 2010:187). Interaksi kegiatan tim tersebut biasa
dijumpai dalam sebuah permainan. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika
guru mengintepretasikan permainan di dalam sebuah pembelajaran. Salah
satu permainan dalam tim yang dapat diinterpretasikan untuk
meningkatkan interaksi sosial dan mengembangkan rasa ingin tahu anak
adalah permainan edukatif berupa ular tangga.

8
9

Berdasarkan beberapa uraian mengenai karakteristik siswa SD


kelas III, dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa SD kelas III berada
pada tahap perkembangan operasional konkret, suka menyelidik, mencoba,
bereksperimen, dan bermain dalam suatu tim. Karakteristik tersebut
relevan dengan langkah penerapan pendekatan saintifik dengan media ular
tangga karena di dalam langkah pendekatan saintifik dengan media ular
tangga, siswa diberi kesempatan bereksplorasi dan belajar dalam sebuah
permainan yang menyenangkan.

b. Hakikat Pembelajaran IPS


1) Hakikat Belajar
Belajar bukan sebuah tujuan melainkan sebuah proses untuk
mencapai tujuan pendidikan (Hamalik, 2013: 27). Belajar merupakan
sebuah proses yakni usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan dari hasil
pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan (Slameto,
2010: 2). Perubahan yang terjadi dalam proses belajar meliputi
perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang disebabkan
oleh adanya interaksi antara peserta didik dengan informasi atau
lingkungan (Mustaji, 2016: 3). Pendapat lain yang senada menyatakan
bahwa proses belajar akan memberi perubahan terhadap keterampilan,
kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi pembelajar
(Suprihatiningrum, 2012: 14). Belajar merupakan sebuah proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan
memperbaiki sikap serta mengokohkan kepribadian (Suyono dan
Hariyanto, 2014: 9).
Dari beberapa pendapat mengenai definisi belajar, dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui interaksi peserta didik
dengan lingkungannya. Oleh karena itu, guru hendaknya
10

mempersiapkan dan mengatur proses belajar siswa dengan


memperhatikan pencapaian tiga ranah tersebut.
2) Prinsip-prinsip Belajar
Rugers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan
prinsip pendidikan dalam pembelajaran. Prinsip yang dimaksud
menyatakan bahwa setiap pembelajar memiliki kekuatan menjadi
manusia, belajar hal yang bermakna, dan belajar secara
berkesinambungan dengan penuh kesungguhan (Dimyati dan
Mudjiono, 2009: 38). Prinsip belajar sesuai hakikatnya adalah belajar
yang kontinyu menurut perkembangannya, berproses, dan
berhubungan antara satu pengertian dengan pengertian lain (Slameto,
2010: 28). Secara lebih rinci, prinsip belajar dijabarkan menjadi
beberapa poin di antaranya: (a) belajar dilakukan secara menyeluruh.
Artinya siswa mempelajari secara keseluruhan bahan-bahan pelajaran
dan dihubungkan secara terpadu; (b) belajar membentuk kepribadian
yang baik berimbang dengan pemerolehan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan; (c) belajar berkat pemahaman yaitu keterampilan
menghubungkan bagian pengetahuan untuk menarik kesimpulan; (d)
belajar berdasarkan pengalaman siswa dalam mengolah bahan melalui
diskusi, tanya jawab, survey, dan mencari sumber belajar; (e) belajar
adalah suatu proses perkembangan dari hasil lingkungan maupun
pembawaan; (f) belajar merupakan proses berkesinambungan; dan (g)
belajar akan lebih berhasil jika dihubungkan dengan minat, perhatian,
dan kebutuhan siswa (Hernawan dkk, 2010: 2.13). Ada pula pendapat
lain yang memaparkan bahwa prinsip belajar antara lain: (a) belajar
membantu perkembangan optimal individu secara utuh dari
keseluruhan aspek intelektual, spiritual, sosial, moral dan emosional;
(b) belajar sebagai proses terpadu harus memposisikan anak sebagai
titik sentral; (c) aktivitas pembelajaran yang diciptakan membuat
siswa terlibat sepenuh hati dan aktif menggunakan potensi yang
dimilikinya; (d) belajar adalah proses terpadu dan kooperatif dengan
11

pembelajar lain; (e) pembelajaran diupayakan dapat mendorong siswa


untuk belajar secara terus menerus dan berkesinambungan; (f)
pembelajaran harus memberi kesempatan setiap anak untuk maju
berkelanjutan sesuai potensi yang dimiliki dan kecepatan belajar
masing-masing; (g) belajar memerlukan dukungan fasilitas fisik
sekaligus dukungan sistem kebijakan yang kondusif; (h) belajar
dilakukan secara terpadu antar mata pelajaran; dan (i) belajar
dilakukan secara optimal di lingkungan sekolah dan keluarga (Taufiq
dkk, 2010: 5.13).
Inti dari prinsip belajar yang sesungguhnya adalah membangun
perkembangan individu secara utuh, melaksanakan proses belajar
yang bermakna, menyeluruh, terus menerus, dan berkesinambungan.
Oleh karena itu, proses belajar seyogyanya memperhatikan prinsip-
prinsip tersebut guna mengoptimalisasi tujuan belajar yang ingin
dicapai.
3) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan sebuah sistem atau proses
membelajarkan subjek didik yang direncanakan, dilaksanakan, dan
dievaluasi secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
efektif dan efisien (Komalasari, 2013: 3). Pembelajaran terdiri atas
serangkaian kegiatan yang disusun secara terencana dengan
melibatkan informasi dari lingkungan untuk memberi kemudahan
siswa dalam belajar (Suprihatiningrum, 2012: 75). Dengan kata lain,
pembelajaran merupakan pengaturan kondisi atau lingkungan yang
memberikan fasilitas atau kemudahan belajar. Lingkungan yang
dimaksud bukan hanya lingkungan tempat belajar tetapi meliputi pula
metode, media, dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan
informasi dan memberi bantuan belajar siswa (Mustaji, 2016: 4).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, pembelajaran memerlukan satu
atau lebih strategi, metode, pendekatan tertentu ke arah pencapaian
12

tujuan pembelajaran yang telah direncanakan (Hernawan dkk, 2010:


11.3).
Dari beberapa pendapat mengenai definisi pembelajaran, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan terencana
menggunakan metode, media, strategi, atau pendekatan tertentu untuk
mengkondisikan siswa agar dapat belajar dengan baik dan mencapai
hasil belajar yang optimal. Pada penelitian ini, diharapkan pendekatan
saintifik dengan media ular tangga dapat menjadi solusi bagi guru
guna meningkatkan kebermaknaan pembelajaran yang melibatkan
siswa secara aktif demi tercapainya hasil belajar siswa yang optimal.
4) Hasil Belajar
Kegiatan pembelajaran dan hasil belajar pada dasarnya saling
berkaitan sehingga kegiatan pembelajaran yang dirancang dengan baik
dapat membantu proses belajar siswa mencapai hasil belajar yang
optimal. Keberhasilan pencapaian hasil belajar banyak tergantung
pada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan oleh siswa. Di sinilah
peran pendidik sebagai fasilitator berperan sebagai perancang kegiatan
pembelajaran. Artinya, seorang pendidik seyogyanya menjadi
penyedia lingkungan belajar yang cukup bagi anak didik dan
menciptakan sistem interaksi pembelajaran yang bermakna. Usaha
guru yang dilakukan antara lain menyiapkan bahan belajar untuk
siswa, penciptaan suasana belajar yang menyenangkan,
mengoptimalkan media dan sumber belajar serta memaksimalkan
perannya sebagai pendidik yang profesional (Dimyati dan Mudjiono,
2009: 39).
Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, proses pembelajaran
sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah (sikap,
pengetahuan, dan keterampilan) secara holistik artinya pengembangan
ranah secara menyeluruh dan tidak dapat dipisahkan antara ranah satu
dengan ranah yang lainnya. Sesuai dengan taksonomi tujuan
13

pembelajaran, hasil belajar dibedakan dalam tiga aspek yakni hasil


belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Suprihatiningrum,
2012: 38). Lima kemampuan hasil belajar menurut Gagne (Sumantri
dan Johar, 2001: 14) adalah keterampilan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, keterampilan motorik, sikap dan nilai.
Secara singkat, hasil belajar menyatakan bahwa hasil belajar
merupakan hasil penguasaan siswa terhadap aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor setelah kegiatan pembelajaran. Dengan demikian
proses pembelajaran yang demikian akan melahirkan kualitas pribadi
yang unggul dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
sekaligus. Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, peneliti ini
hanya mengkaji ranah kognitif dan afektif. Penilaian pada ranah
kognitif dilakukan dengan mengadakan tes tertulis di akhir
pembelajaran sedangkan penilaian proses pembelajaran dilakukan
melalui observasi terhadap perilaku yang tampak pada saat
pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan
media ular tangga. Penilaian proses dan hasil dalam pelaksanaan
tindakan menjadi tolok ukur keberhasilan dalam penelitian.

c. Tinjauan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar


1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan studi terintegrasi
dari ilmu sosial untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan yang
dikoordinasikan dalam program sekolah sebagai pembahasan
sistematis yang dibangun dalam beberapa disiplin ilmu (Rahmaniah,
2012: 94). Undang-Undang Sisdiknas pasal 37 yang menyatakan
bahwa kajian ilmu pengetahuan sosial meliputi disiplin ilmu bumi,
sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya yang dimaksudkan untuk
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan analisis kondisi sosial
masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial memadukan konsep-konsep
dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan
14

pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaan bagi


siswa dan kehidupannya (Samlawi dan Maftuh, 2001: 5). Pada intinya,
IPS merupakan telaah tentang manusia dan dunianya (Gunawan, 2011:
17).
Dari beberapa uraian mengenai pengertian IPS, IPS dapat
diartikan sebagai studi ilmu yang memadukan konsep dasar dari
berbagai ilmu sosial seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi,
sejarah, hukum, filsafat, politik, psikologi, agama, dan sosiologi,
humaniora yang disusun melalui pendekatan pendidikan yang
bermakna bagi siswa dan kehidupannya.
2) Pembelajaran IPS di SD
Undang-undang Sisdiknas pasal 37 telah menetapkan IPS
sebagai muatan wajib bagi kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
Menurut Gunawan (2011:18), IPS merupakan salah satu mata
pelajaran pada sekolah dasar yang mengkaji seperangkat fakta, konsep,
generalisasi, dan peristiwa yang berkaitan dengan isu sosial. Ilmu
Pengetahuan Sosial di sekolah dasar merupakan ilmu pengetahuan
dasar dan keterampilan untuk mengembangkan konsep pemikiran yang
berdasarkan realita sosial di sekitarnya untuk mencapai tujuan
pembelajaran IPS. Kajian dalam IPS berupa penyederhanaan, adaptasi,
seleksi, dan modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan sosial
dalam berbagai disiplin ilmu sosiologi, sejarah, antropologi, geografi,
dan ekonomi.
Dari beberapa uraian mengenai hakikat IPS di SD, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran IPS di SD merupakan ilmu
pengetahuan untuk mengembangkan konsep pemikiran berupa fakta,
konsep, generalisasi, dan peristiwa yang berkaitan pada isu sosial pada
materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi demi tercapainya
tujuan pembelajaran IPS.
15

3) Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar


Tujuan utama dari pembelajaran IPS adalah mengembangkan
peserta didik untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan,
nilai, sikap, dan keterampilan memadai untuk berperan serta dalam
kehidupan demokrasi (Gunawan, 2011: 45). Pendapat lain yang
senada juga menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran IPS adalah
menyiapkan peserta didik agar mampu menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga dunia
yang cinta damai (Rahmaniah, 2012: 95). Sumaatmaja menjelaskan
bahwa untuk warga negara yang baik, tidak hanya aspek
pengetahuannya saja yang harus dimiliki melainkan juga kepedulian
sosial yang berguna bagi dirinya dan masyarakat sekitar (Gunawan,
2011: 48). Secara umum, pembelajaran IPS dimaksudkan untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab bagi dirinya serta masyarakat di sekitarnya.
Tujuan pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar meliputi
beberapa hal di antaranya: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki
kemampuan dasar berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan sosial, (3) memiliki komitmen
dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4)
memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global
(Sapriya, 2015:194). Hal yang senada diungkapkan oleh Mutakin
(Susanto, 2015: 145-146) bahwa tujuan pembelajaran IPS di SD antara
lain: (1) membekali anak akan kesadaran dan kepedulian terhadap
masyarakat melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat; (2) membekali anak pengetahuan dan
pemahaman konsep dasar agar mampu menggunakan metode yang
diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial untuk memecahkan masalah-masalah
sosial; (3) membekali anak dalam menggunakan model-model dan
16

proses berfikir serta mampu membuat keputusan untuk menyelesaikan


isu dan masalah sosial; (4) membekali anak cara menaruh perhatian
terhadap isu-isu dan masalah sosial agar mampu mengambil tindakan
yang tepat; dan (5) membekali anak agar mampu mengembangkan
potensi diri sendiri sehingga nantinya menjadi warga negara yang
bertanggung jawab membangun masyarakat.
Dari kedua paparan mengenai tujuan pembelajaran IPS di SD,
dapat dipetik kesimpulan mengenai tujuan pembelajaran IPS yaitu
mengembangkan potensi peserta didik agar memahami konsep yang
berkenaan dengan kehidupan sosial, mengembangkan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial, dan membentuk warga negara yang
bertanggungjawab serta terampil mengatasi masalah sosial dalam
kehidupan masyarakat.
4) Ruang Lingkup IPS di Sekolah Dasar
Menurut Permendikbud No 22 tahun 2006 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, ruang lingkup mata pelajaran
IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut 1) manusia, tempat, dan
lingkungan; 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; 3) sistem sosial
dan budaya; dan 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Pendapat lain
menyatakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS di sekolah dasar
dirinci menjadi beberapa aspek di antaranya (1) manusia; (2) waktu,
berkelanjutan, dan perubahan; (3) sistem sosial dan budaya (4)
perilaku ekonomi dan kesejahteraan; dan (5) IPS SD sebagai
pendidikan global yakni mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa,
budaya, dan peradaban di dunia; menanamkan kesadaran akan
ketergantungan antar bangsa; menanamkan kesadaran semakin
terbukanya transportasi dan komunikasi antar bangsa di dunia; melatih
keterampilan dalam memecahkan masalah sosial seperti kemiskinan,
kebodohan, dan perusakan lingkungan (Gunawan, 2011: 51).
Dari penjelasan mengenai ruang lingkup IPS SD, disimpulkan
bahwa ruang lingkup IPS pada tingkat sekolah dasar meliputi aspek 1)
17

manusia, tempat, lingkungan; 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan;


3) sistem sosial budaya; dan 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Dari uraian mengenai ruang lingkup Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) di atas, peneliti memilih lingkup perilaku ekonomi dan
kesejahteraan yakni materi tentang jenis-jenis pekerjaan dan
pentingnya semangat kerja. Materi tersebut dilandasi oleh prinsip
ekonomi dalam hubungannya dengan kebutuhan manusia dan
kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
5) Materi Kelas III Sekolah Dasar
a) Silabus Materi Kelas III Sekolah Dasar
Standar kompetensi pada penelitian ini diambil dari standar
kompetensi mata pelajaran IPS kelas III yakni “Memahami jenis
pekerjaan dan penggunaan uang” sedangkan kompetensi dasarnya
yaitu kompetensi dasar 1.2 “Mengenal Jenis-jenis pekerjaan” dan 2.2
“Memahami Pentingnya Semangat Kerja”. Pemetaan indikator yang
hendak dicapai antara lain:
2.1.1 Mendaftar berbagai jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat
sekitar
2.1.2 Mengemukakan alasan seseorang harus bekerja
2.1.3 Menjelaskan pengertian pekerjaan
2.1.4 Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan dan tugasnya
2.1.5 Membedakan pekerjaan yang menggunakan jasa dan pekerjaan
yang menghasilkan barang
2.1.6 Menyebutkan contoh jenis pekerjaan yang menghasilkan
barang
2.1.7 Medeskripsikan lebih lanjut tentang suatu kegiatan yang
dilakukan pada beberapa pekerjaan yang menghasilkan barang
2.1.8 Menyebutkan contoh jenis pekerjaan yang menghasilkan jasa
2.1.9 Mendeskripsikan lebih lanjut tentang suatu kegiatan yang
dilakukan pada beberapa pekerjaan yang menghasilkan jasa
2.1.1 Menyetujui pentingnya semangat kerja di era globalisasi
18

2.1.2 Mengidentifikasi ciri-ciri seseorang yang memiliki semangat


kerja
2.1.3 Menelaah akibat jika seseorang tidak memiliki semangat kerja
b) Materi Kelas III Sekolah Dasar
(1) Daftar jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat sekitar

Tabel 2.2 Daftar Jenis Pekerjaan


Jenis pekerjaan
Bidang pendidikan Guru, dosen, pelatih, dan guru les
Bidang kesehatan Dokter umum, dokter spesialis,
bidan, dan perawat
Bidang transportasi Masinis, pilot, sopir, dan ojek online

Bidang komunikasi Penyiar radio, reporter, dan


wartawan
Bidang keamanan TNI, polisi, dan satpam
Bidang kesenian Arsitek, penyanyi, pelukis,
pengrajin, artis, fotografer
Bidang pemerintahan Kepala desa, camat, bupati, presiden

(1) Pengertian pekerjaan


Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
(2) Alasan seseorang harus bekerja
(b) Mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup
(c) Memenuhi kebutuhan sosial
(d) Mencari pengalaman dan meningkatkan potensi diri
(e) Mencari nafkah keluarga yang halal sehingga bernilai ibadah
(f) Mencari modal usaha dan modal seseorang untuk bisa
bersedekah kepada sesama manusia
(g) Meningkatkan status sosial, mencari kehormatan dan
kekuasaan
19

(3) Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat sekitar beserta


tugasnya

Tabel 2.3 Jenis Pekerjaan dan Tugasnya


Jenis Tugas
pekerjaan
Bidang kesenian
Aktor/ aktris Memerankan suatu adegan atau peran
tertentu dalam film
Pelukis Melukis suatu objek gambar untuk dijual
Penyanyi Menyanyikan suatu lagu yang diiringi
musik untuk menghibur penonton
Fotografer Mengambil gambar
Arsitek Merancang bangunan yang akan didirikan
Pengrajin Membuat suatu barang kerajinan
Pembatik Membuat batik
Bidang hukum dan pemerintahan
Presiden Mengatur jalannya pemerintahan suatu
negara
Hakim Mengadili/memutuskan suatu perkara
pelanggaran hukum
Kepala desa Mengatur jalannya pemerintahan desa
Camat Mengatur jalannya pemerintahan tingkat
kecamatan
Bupati Mengatur jalannya pemerintahan tingkat
kabupaten
Menteri Membantu presiden dalam menjalankan
tugas dan menyelesaikan urusannya
Bidang kesehatan
Perawat Merawat orang sakit
Dokter Memeriksa dan mengobati orang sakit
Bidan Membantu orang melahirkan
Bidang transportasi
Pramugari Menyambut dan melayani penumpang di
dalam pesawat
Pilot Mengendarai pesawat terbang
Sopir Mengendarai mobil atau truk
Masinis Mengendarai pesawat terbang
Bidang komunikasi
Reporter Melaporkan suatu berita
Wartawan Mencari berita
Penyiar radio Menyiarkan informasi dan menghibur
pendengar radio
Penulis Menulis sebuah buku untuk diterbitkan
20

Bidang pendidikan
Guru Mendidik siswa
Dosen Mengajar mahasiswa
Bidang keamanan
Polisi Mengatur ketertiban masyarakat
Tentara Menjaga keamanan suatu negara
Satpam Menjaga keamanan
Bidang pertanian
Petani Mengelola tanah dan merawat tanaman
untuk memperoleh hasil panen

(4) Perbedaan pekerjaan yang menghasilkan jasa dan pekerjaan yang


menghasilkan barang
Ada beberapa ciri yang membedakan jenis pekerjaan yang
manghasilkan barang dan jasa.

Tabel 2.4 Ciri-ciri pekerjaan yang menghasilkan jasa dan


pekerjaan yang menghasilkan barang
Pekerjaan yang menghasilkan Pekerjaan yang
jasa menghasilkan barang
Ada pihak peminta jasa dan ada Ada istilah pembeli barang
pihak pemberi jasa dan penjual barang.
Pemberi jasa akan memberikan Penjual barang akan,
jasa/ keahlian tertentu membuat atau mengolah
suatu barang
Banyak mengandalkan sebuah Banyak mengandalkan
keterampilan khusus yang tenaga walau tetap harus
memerlukan latihan walau tetap memiliki keterampilan
mengandalkan tenaga

(5) Contoh jenis pekerjaan yang menghasilkan barang

Tabel 2.5 Contoh Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan Barang


Contoh pekerjaan yang menghasilkan barang
Tukang kayu Tukang tenun
Nelayan Pengrajin
Peternak ayam Petani padi
Pembatik Penjahit
Pembuat batu bata Pembuat wayang
21

Deskripsi kegiatan :
(a) Petani padi. Hal pertama yang dilakukan petani adalah
mengolah tanah. Setelah itu, petani mempersiapkan benih
kemudian menanam dan melakukan perawatan dengan cara
menyiangi rumput, memupuk, maupun menyiram. Setelah
menunggu kurang lebih 3 bulan, petani siap memanen,
menyelip, dan memasarkan hasilnya.
(b) Pengrajin gerabah. Sebelum proses pembuatan gerabah yang
cantik, pengrajin menjemur tanah liat. Kemudian, pengrajin
menumbuk tanah liat sampai halus, lalu diayak. Tanah liat
dicampur dengan pasir hingga dibentuk dengan berbagai
teknik seperti teknik putar, pilin, lempengan, pijit, dan cetak.
Tanah liat yang sudah dibentuk lalu dijemur. Setelah itu,
dibakar dan tahap terakhir adalah finishing yaitu proses
mewarnai atau menghias gerabah. Gerabah tersebut lantas
dipasarkan.

Gambar 2.1 Ilustrasi jenis pekerjaan yang menghasilkan


barang; petani, nelayan, pengrajin kayu, dan
pengrajin gerabah
22

(6) Jenis pekerjaan yang menghasilkan jasa

Tabel 2.6 Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan Jasa


Jenis pekerjaan
Pramugari Pemadam kebakaran
Polisi Dosen
Arsitek Hakim
Perawat Ojek online
Dokter Reporter
Pilot Presiden
Penyanyi Bidan
Sopir Masinis

Gambar 2.2 Ilustrasi jenis pekerjaan yang menghasilkan jasa;


guru, pejabat pemerintah, perawat, dokter gigi,
tukang cukur, sopir
23

(7) Pentingnya semangat kerja pada masa kini


Semangat kerja itu penting dilakukan karena banyak manfaat yang
diperoleh ketika kita dapat melakukannya. Berikut ini beberapa
manfaat kerja:
(a) Pekerjaan cepat selesai
(b) Meningkatkan produktivitas hasil kerja
(c) Melatih seseorang menjadi pribadi yang optimis dan
bertanggung jawab
(d) Memudahkan seseorang meraih kesuksesan dan harapan yang
ingin dicapai
(e) Memudahkan kita untuk mencukupi kebutuhan yang semakin
banyak
(8) Ciri-ciri orang yang memiliki semangat kerja
(a) Disiplin dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
(b) Selalu mengusahakan yang terbaik.
(c) Senang bekerja keras, optimis, dan tidak mudah putus asa.
(d) Jujur dalam bekerja.
(e) Berani mencoba
(f) Berpandangan bahwa setiap kesulitan bukan suatu halangan,
melainkan sebuah tantangan yang harus dilalui.
(9) Akibat seseorang tidak memiliki semangat kerja
(a) Tidak dapat mencapai harapan dan target yang diinginkan
(b) Hidup serba susah karena tidak dapat memenuhi kebutuhan
maupun keinginannya
(c) Tidak dapat membahagiakan keluarga dan orang tua
(d) Tidak disegani orang lain karena kemalasannya
(e) Tidak dapat membiayai anak sekolah
(f) Menjadi pemurung dan cenderung menutup diri dari
kehidupan masyarakat
(g) Dapat menjadi pengangguran dan melakukan tindak kejahatan
untuk mendapatkan uang
24

Berdasarkan uraian pembelajaran IPS di kelas III sekolah dasar,


dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS tentang jenis-jenis pekerjaan
di kelas III sekolah dasar adalah proses belajar mengajar yang melibatkan
guru dan siswa dengan sebuah lingkungan belajar menuju proses belajar
yang bermakna sehingga dapat meningkatkan aspek sikap, keterampilan,
dan kognitif berupa hasil belajar siswa secara optimal dengan kompetensi
dasar 2.1 dan 2.2 yaitu mengenal jenis-jenis pekerjaan dan memahami
pentingnya semangat kerja.

2. Pendekatan Saintifik dengan Media Ular Tangga


a. Hakikat Pendekatan Saintifik
1) Pengertian Pendekatan Saintifik
Menurut Daryanto (2014: 51), pendekatan saintifik adalah
pendekatan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa melalui
tahapan keterampilan proses mengamati, mengklasifikasi,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan agar siswa secara aktif
mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip tertentu. Pendekatan
saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
didik untuk mengenal dan memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah sehingga informasi yang diperoleh siswa dapat
berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak bergantung pada
informasi searah dari guru (Paut, 2016: 512). Pendekatan saintifik
sangat relevan dengan teori belajar Bruner yang disebut teori belajar
penemuan karena sama-sama bertujuan mengembangkan pikiran
dengan proses kognitif melalui pengalaman nyata bagi siswa (Hosnan,
2014: 35).
“Learning with scientific approach is a scientific and inquiry
approach, where students act directly either individually or in
groups to explore the concept and principles during the
learning activities and the teacher's task is to direct the
learning process performed by the student and provide any
corrections to the concepts and principles which the students
have been obtained” (Said dkk., 2016: 68)
25

Kutipan di atas menjabarkan bahwa pendekatan saintifik


adalah pendekatan ilmiah untuk mengeksplorasi konsep dan prinsip
selama kegiatan belajar. Tugas guru dalam pembelajaran saintifik
adalah mengarahkan proses pembelajaran dilakukan oleh siswa.
Pada hakikatnya, inti dari pendekatan saintifik adalah sebuah
pendekatan yang mengutamakan proses kegiatan belajar melalui
pengalaman yang nyata bagi siswa yang terwujud dalam langkah-
langkah saintifik untuk meningkatkan kemampuan siswa dari aspek
kognitif, psikomotor, dan afektif secara utuh.
2) Prinsip Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki
karakteristik di antaranya: (a) berpusat pada siswa; (b) melibatkan
keterampilan proses dan proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelek; dan (c) dapat mengembangkan
karakter siswa (Hosnan, 2014: 36). Prinsip yang menjadi pedoman
dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik
antara lain: (a) berpusat pada siswa; (b) student self concept,
pembelajaran memberikan kesempatan siswa untuk mengakomodasi
konsep, hukum, dan prinsip; (c) terhindar dari verbalisme; (e)
mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa; (f)
meningkatkan motivasi belajar siswa (Daryanto, 2014: 58).
Berdasarkan uraian mengenai prinsip pendekatan saintifik,
disimpulkan bahwa pendekatan saintifik memiliki beberapa prinsip di
antaranya berpusat pada siswa, meningkatkan motivasi dan
mendorong terjadinya peningkatan kemampuan siswa secara utuh,
serta melibatkan keterampiran proses sehingga peserta didik dapat
mengonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar
yang menyenangkan.
26

3) Tujuan Pendekatan Saintifik


Tujuan pendekatan saintifik antara lain:
a) membentuk kemampuan siswa dalam penyelesaian suatu masalah
secara sistematik
b) meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa
c) memperoleh hasil belajar yang tinggi;
d) mengembangkan karakter siswa;
e) terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan;
f) melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah (Hosnan, 2014: 36-37).
Sasaran proses pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik menyentuh tiga ranah tujuan pendidikan yakni ranah
pengetahuan yang membuat peserta didik “tahu apa”, ranah sikap
supaya peserta didik “tahu mengapa”, dan ranah keterampilan supaya
peserta didik “tahu bagaimana” (Hosnan, 2014: 38). Dengan
menyeimbangkan tiga ranah, diharapkan peserta didik memiliki
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik, cakap, berwawasan,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Pendekatan saintifik tidak
hanya menjadi pendekatan untuk pembelajaran IPA melainkan juga
menjadi solusi bagi peningkatan pembelajaran IPS. Pernyataan
tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Farida, dkk
(2015:1) yang mengungkapkan bahwa pendekatan saintifik yang
diaplikasikan dalam pembelajaran IPS kelas IV SD Negeri 4 Sekejati
mengalami peningkatan hasil belajar dan kekreatifan siswa pada setiap
siklusnya. Penelitian yang dilakukan oleh Wardana dan Choirun
(2017:1) menyatakan hal yang serupa bahwa implementasi
pendekatan saintifik mampu meningkatkan prestasi belajar pada akhir
siklus.
27

Pada hakikatnya, pendekatan saintifik berperan dalam


peningkatan kemampuan siswa secara holistik dari aspek kognitif,
psikomotor, dan kognitif pada setiap pembelajaran, termasuk di dalam
pembelajaran IPS.
4) Langkah Pendekatan Saintifik
Shofwan declared “In learning activity, scientific is applied
through five steps: observing, questioning, experimenting, associating
and networking or communicating” (Shofwan, 2016: 425). Langkah-
langkah dalam pembelajaran saintifik meliputi proses menggali
informasi melalui observing/mengamati, questioning/menanya,
experimenting/ mencoba kemudian mengolah, menyajikan, dan
menganalisis data atau informasi, associating/menalar, kemudian
menyimpulkan, dan menciptakan serta membentuk
jaringan/networking (Hosnan, 2014: 37). Demikian pula yang
diungkapkan dalam teori Dyer bahwa komponen pembelajaran
saintifik meliputi proses mengamati, menanya,
mencoba/mengumpulkan informasi, menalar, dan melakukan
komunikasi (Ayutamas, 2015: 53)
Permendikbud Nomor 81 A tahun 2013 menegaskan bahwa
pendekatan saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar yaitu
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau eksperimen,
mengolah informasi atau menalar, dan mengomunikasikan.
Secara lebih rinci, Daryanto (2014: 60-80) mengemukakan
langkah pendekatan saintifik yaitu:
1) Mengamati/observing
Kegiatan ini berupa melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.
Kompetensi yang diharapkan adalah melatih kecermatan dan
ketelitian dalam mencari informasi.
2) Menanya/questioning
Pada langkah ini, guru memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya mengenai hal yang sudah diamati. Kompetensi
28

yang diharapkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin


tahu, dan kemampuan berpikir kritis.
3) Mencoba/experimenting
Pada kegiatan mencoba, peserta didik diberi kesempatan
bereksplorasi dan mengembangkan pengetahuannya melalui
pengalaman yang nyata. Kompetensi yang dikembangkan antara
lain melatih disiplin siswa, mengembangkan sikap sosial, dan
kreativitas siswa melalui kegiatan mencoba.
4) Mengolah informasi/menalar/associating
Kegiatan menalar merupakan proses berpikir yang logis dan
sistematis untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Kompetensi yang diharapkan adalah peningkatan sikap disiplin,
teliti, jujur, dan kemampuan berpikir siswa untuk menyimpulkan.
5) Mengomunikasikan/networking
Mengomunikasikan berarti menyampaikan kesimpulan hasil
analisis baik secara lisan maupun tertulis. Kompetensi yang
dikembangkan adalah sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan
berpikir sistematis, dan mengembangkan kemampuan berbahasa.
Dari beberapa pendapat mengenai langkah pendekatan
saintifik, disimpulkan bahwa langkah pendekatan saintifik meliputi
kegiatanmobserving/mengamati;mquestioning/menanya;mexperimenti
ng/mencoba;oassociating/menalar;mdanmmengomunikasikan/network
ing.

b. Media Ular Tangga


1) Hakikat Media Pembelajaran
a) Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu komponen yang tidak dapat
diabaikan dari pengembangan sistem pembelajaran. Media
pembelajaran membantu pendidik memfasilitasi proses belajar
mengajar (Asyhar, 2011: 29). Media pembelajaran meliputi segala
29

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan


merangsang terjadinya proses belajar (Aqib, 2015: 50). Gagne
dan Reiser mengungkapkan bahwa media pembelajaran berupa
sarana fisik yang digunakan untuk mengomunikasikan atau
menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa (Mustaji, 2016:
2). Secara lebih singkat, media diartikan sebagai alat untuk
menyampaikan pesan-pesan pembelajaran (Arsyad, 2015; 3).
Media sebagai alat dan bahan yang membawa informasi pelajaran
berguna untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran
(Suprihatiningrum, 2012: 319). Media pembelajaran
mempermudah proses belajar dengan memperjelas materi melalui
beragam media. Setiap media berarti orang, bahan, alat, peristiwa
yang dapat menciptakan kondisi pembelajar menerima
pengetahuan, keterampilan, dan sikap demi tercapainya tujuan
pembelajaran (Anitah, 2009: 123).
Dari beberapa pengertian mengenai media pembelajaran,
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu berupa alat, bahan atau sarana fisik untuk menyampaikan
pesan pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran.
b) Manfaat Media Pembelajaran
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran
dimaksudkan agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan
belajar terhindar dari verbalisme. Media berguna untuk (1)
menyeragamkan penyampaian materi, (2) memperjelas dan
menarik minat belajar peserta didik, (3) membuat proses
pembelajaran lebih interaktif, (4) mengefisiensi waktu dan tenaga,
(5) meningkatkan kualitas hasil belajar, (6) menerapkan prinsip
belajar dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, (7)
menumbuhkan sikap positif terhadap proses belajar, dan (8)
meningkatkan peran guru yang lebih positif dan produktif (Aqib,
2015: 50). Media sebagai sarana untuk (a) memperluas cakrawala
30

sajian materi yang disesuaikan dengan kebutuhan, (b) menambah


pengalaman beragam selama proses pembelajaran, (c) menambah
kemenarikan suatu materi untuk meningkatkan motif dan minat
belajar peserta didik, dan (d) merangsang peserta didik berpikir
kritis, bersikap, dan berkembang lebih lanjut. Penggunaan media
dalam pembelajaran bermanfaat untuk (1) memperjelas pesan, (2)
mengatasi keterbatasan waktu, ruang, daya indra, dan tenaga, (3)
menimbulkan semangat belajar karena adanya interaksi yang
lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, (4)
memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan auditori, visual, dan kinestiknya, (5) memberi
rangsangan yang sama sehingga mempersamakan persepsi, dan
(6) menyalurkan pesan pembelajaran yang merangsang pikiran,
perasaan, dan minat siswa dalam belajar (Daryanto, 2013: 5).
Dari beberapa uraian tentang manfaat media
pembelajaran, dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat media
pembelajaran antara lain memperjelas penyampaian pesan
pembelajaran, meningkatkan kualitas pembelajaran beserta
hasilnya, dan menumbuhkan minat belajar siswa.
c) Jenis-jenis Media Pembelajaran
Beberapa jenis media berdasarkan fungsinya antara lain:
(a) audio, (b) bahan cetak gambar atau foto, (c) gambar mati yang
diproyeksikan, (d) audio cetak, (e) audio visual yang
diproyeksikan, (f) gambar bergerak, (g) gambar/film bersuara, (h)
objek benda, (i) hubungan antar pribadi dan pengalaman langsung
seperti permainan, simulasi, dan kunjungan lapangan; dan (i)
computer (Mustaji, 2013: 12). Media pembelajaran
dikelompokkan menjadi beberapa jenis di antaranya: (a) media
visual: media untuk dilihat seperti gambar, foto, piringan, bagan,
grafik, film, slide dan lain sebagainya; (b) auto media : media
didengarkan, radio, piringan hitam, tape recorder; (c) gabungan a
31

dan b : film bicara TV, video tape; (d) display media : papan tulis,
papan buletin, dan papan panel; (e) print media : barang-barang
cetak, buku, surat, majalah, buletin; dan (f) pengalaman
sebenarnya dan tiruan, magang, praktikum, permainan,
karyawisata, dramatisasi, simulasi (Handayani, 2014: 90).
Berdasarkan uraian mengenai jenis-jenis media
pembelajaran, jenis media pembelajaran yang biasanya digunakan
antara lain media grafis, media audio, media proyeksi diam,
media audio visual, dan pengalaman langsung seperti permainan.
Pada penelitian yang ini, peneliti menggunakan media ular
tangga. Media ular tangga termasuk dalam kelompok media
permainan edukatif. Media permainan edukatif merupakan sarana
atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukatif
(pendidikan) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan
anak.
d) Kriteria dalam Pemilihan Media
Secara umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan media pembelajaran antara lain: (a) tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dari ranah kognitif, psikomotor,
dan afektif; (b) karakteristik sasaran didik; (c) karakteristik media
yang bersangkutan; (d) waktu pembuatan media; (e) biaya yang
terjangkau, lebih murah dan efektif dalam mencapai tujuan
belajar; (f) ketersediaan atau kemudahan dalam memperoleh
media; (g) konteks penggunaan dalam pembelajaran; dan (h)
mutu teknis jelas, menarik, dan cocok. Selain prinsip pemilihan
media, hal yang perlu diperhatikan adalah dukungan terhadap isi
materi pelajaran, kemudahan dalam memperoleh media,
keterampilan penggunaan media, ketersediaan waktu untuk
menggunakannya, dan sesuai dengan taraf berpikir peserta didik
(Mustaji, 2013: 25). Hal yang perlu diperhatikan saat memilih
media pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut: (a) jelas
32

dan rapi dalam penyajiannya; (b) bersih dan menarik; (c) cocok
dengan sasaran; (d) relevan dengan topik yang diajarkan; (e)
sesuai dengan tujuan pembelajaran; (f) praktis dan luwes; (g)
berkualitas baik; dan (h) ukurannya sesuai dengan lingkungan
belajar (Asyhar, 2011: 81).
Pada dasarnya, pemilihan media pembelajaran harus
mempertimbangkan prinsip kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran, karakteristik media yang praktis, luwes, dan
kejelasan serta kemenarikan media. Media ular tangga yang
digunakan oleh peneliti telah memenuhi prinsip pemilihan media
sehingga diharapkan media ular tangga mampu meningkatkan
pembelajaran IPS siswa kelas III SDN Tunjungseto secara
optimal.
2) Media Ular Tangga
a) Pengertian Media Ular Tangga
Media ular tangga merupakan media edukatif yang
populer di kalangan anak-anak.
“The entry of the game in the learning process, gave birth
to a fun atmosphere because the child can control the
speed of learning in accordance with his abilities. Game
can bring children in a pleasant learning atmosphere. In
addition, for the selection of games, efforts are made to all
aspects of the child can develop well, both in terms of
cognitive, affective and psychomotor.” (Herman, dkk.,
2017: 500).

Media permainan edukatif membuat proses belajar anak


menjadi lebih menyenangkan. Selain itu, permainan edukatif
dilakukan pendidik untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif
dan psikomotor pada diri peserta didik.
Ular tangga merupakan media permainan edukatif yang
dimainkan menggunakan bidak, dadu, dan papan kotak-kotak
yang bergambar ular tangga. Dadu adalah alat untuk mengundi
sedangkan bidak adalah alat yang dijalankan dalam papan ular
33

tangga sesuai undian dadu (Husna, 2009: 145). Papan ular tangga
dibagi dalam kotak-kotak kecil bergambar sejumlah tangga dan
ular yang menghubungkannya dengan kotak lain (Tilong, 2016:
29). Ular tangga dapat dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Namun,
akan lebih menantang jika dimainkan oleh banyak pemain
(Askalin, 2013: 47). Permainan dimulai dari start pada kotak
ujung kiri. Para pemain secara bergiliran melempar dadu. Bidak
akan bergerak beberapa kotak sesuai dengan jumlah mata dadu
yang dilempar. Apabila pemain mendarat di kotak yang
bergambar tangga, maka pemain mendapat bonus yaitu pergi ke
ujung tangga. Apabila pemain mendarat di kotak yang bergambar
ekor ular, pemain harus turun dan berpindah pada kotak yang
bergambar kepala ular. Apabila dadu yang dilempar menunjukkan
angka 6, pemain mendapat giliran sekali lagi untuk melempar
dadu. Pemenang adalah pemain pertama yang mencapai kotak
finish.
Kelengkapan peralatan yang harus disiapkan dalam
pengoperasian media pembelajaran ular tangga adalah papan ular
tangga, bidak, dadu, dan kartu pertanyaan. Masing-masing kotak
pada papan ular tangga terdapat gambar tentang jenis-jenis
pekerjaan yang ada di lingkungan sekitar. Media tersebut yang
diamati oleh setiap kelompok. Selain ular tangga dengan gambar,
peneliti menyiapkan pula banner ular tangga khusus berisi kartu
pertanyaan yang dijawab oleh setiap kelompok.
Secara singkat, disimpulkan bahwa media ular tangga
adalah salah satu media permainan edukatif dengan aturan
tertentu, berbentuk papan kotak-kotak bergambar ular tangga, dan
dilengkapi dengan dadu dan bidak untuk memainkannya.
b) Kelebihan dan Kekurangan Media Ular Tangga
Permainan tradisional seperti ular tangga dapat menjadi
sumber inspirasi dalam merancang sebuah media pembelajaran.
34

Ular tangga ini dimodifikasi menjadi media permainan yang


komunikatif dan mudah dimengerti dengan tampilan fisik yang
menarik, atraktif, dan menyenangkan untuk digunakan sebagai
media belajar. Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi
menjadi kotak-kotak dengan gambar yang menarik maupun
dibuat aturan permainan dalam bentuk kuis berkelompok. Oleh
karena itu, kemampuan pedagogik guru sangat diperlukan ketika
menerapkan permainan dalam proses pembelajaran. Permainan
dalam pembelajaran mengharuskan kesiapan guru dalam
menghubungkan materi dengan permainan tersebut. Selain itu,
media ini tidak berjalan secara optimal apabila tidak terdapat guru
pendamping untuk mengawasi, memandu, dan membimbing
siswa dalam menggunakan media.
Menurut Rifa (2012: 95), pembelajaran menggunakan
media ular tangga mendukung terciptanya suasana pembelajaran
yang menyenangkan. Melalui prinsip belajar sambil bermain,
media ular tangga membangun persepsi bahwa proses belajar
bukan suatu tekanan yang membuat siswa cepat jenuh. Proses
belajar menggunakan media ular tangga meningkatkan
kebermaknaan siswa dalam menyerap pesan-pesan pembelajaran
melalui gambar dan kartu pertanyaan. Penelitian yang dilakukan
oleh Afandi (2015:1) telah membuktikan bahwa implementasi
pembelajaran IPS menggunakan media ular tangga di SD Yapita
Surabaya mampu meningkatkan proses pembelajaran berupa
keaktifan, motivasi serta hasil belajar siswa hingga 66,7% dan
70%.
Berdasarkan uraian mengenai kelebihan media ular
tangga, dapat disimpulkan bahwa media ular tangga mampu
meningkatkan kebermaknaan proses pembelajaran melalui
permainan yang menyenangkan dengan tampilan fisik yang
menarik. Namun, media ini tidak berjalan secara optimal apabila
35

tidak terdapat guru pendamping untuk mengawasi, memandu, dan


membimbing siswa dalam menggunakan media.
c) Langkah-Langkah Penerapan Media Ular Tangga
Langkah-langkah penerapan media pembelajaran ular
tangga dijelaskan dalam Rifa (2012: 96) sebagai berikut:
a) Persiapan
1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, satu kelompok
terdiri atas 4-5 orang
2. Masing-masing kelompok mendapatkan satu set
permainan ular tangga
b) Sampaikan aturan main kepada siswa
Setiap siswa yang mewakili kelompok merupakan
bidak dalam permainan ular tangga. Permainan ular tangga
sama seperti permainan ular tangga biasa, yaitu bidak atau
dalam konteks ini pemain bisa berjalan sesuai angka yang
keluar dari kocokan dadu. Askalin (2013: 46) menjelaskan
aturan main dalam permainan ular tangga antara lain:
(a) Jika dadu yang dilempar mendapatkan titik 6, berarti
pemain mendapat kesempatan lagi melempar dadu untuk
berjalan ke kotak selanjutnya
(b) Jika pemain sampai pada kotak yang terdapat tangga,
maka pemain dapat naik ke kotak mengikuti arah tangga
(c) Jika pemain sampai pada kotak yang terdapat pada ekor
ular, maka pemain harus turun mengikuti arah ular
Namun sebelum mengocok dadu, siswa harus mengambil
kartu pertanyaan terlebih dahulu. Sesi menjawab pertanyaan
dibantu anggota kelompoknya. Bila dapat menjawab, siswa
boleh mengocok dadu dan melangkah menuju kotak
selanjutnya. Penentu jawabannya adalah kelompok lain. Jika
tidak yakin, maka boleh bertanya kepada guru.
36

c) Guru memberikan aba-aba permainan dimulai


d) Permainan selesai ketika salah satu pemain sudah mencapai
di garis akhir atau finish. Guru mengapresiasi pemain yang
mencapai finish.
Secara singkat, langkah penerapan media ular tangga
meliputi kegiatan persiapan, menyampaikan aturan main,
memulai permainan, dan mengapresiasi pemain yang mencapai
finish. Namun, pada media ular tangga pada penelitian ini dibuat
dua macam, yang pertama media ular tangga yang khusus untuk
kegiatan mengamati yakni media berisi gambar-gambar
sedangkan media ular tangga yang kedua berbentuk banner berisi
kartu pertanyaan yang dijawab secara kompetitif antar anggota
kelompok.

c. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Media


Ular Tangga
Berdasarkan pemaparan langkah-langkah pendekatan saintifik dan
media ular tangga, penerapan pendekatan saintifik dengan media ular
tangga yaitu:
1) Langkah 1: mengamati gambar jenis-jenis pekerjaan pada media ular
tangga.
Guru membagi siswa menjadi empat kelompok secara
heterogen. Masing-masing kelompok diberi satu set ular tangga
ukuran 28 cm x 28 cm bergambar berbagai macam jenis pekerjaan
pada masyarakat sekitar.
Guru mengarahkan siswa untuk mengamati media ular tangga
yang berisi kotak-kotak dari angka 1-16. Masing-masing kotak
menggambarkan satu jenis pekerjaan. Pada sesi mengamati, guru
menggali pengetahuan siswa mengenai pekerjaan yang sering
dijumpai siswa.
37

Gambar 2.3 Mengamati dan Menanya Media Ular Tangga

2) Langkah 2: menanya berdasarkan gambar pada media ular tangga.


Pada kegiatan menanya, media ular tangga yang digunakan
sama dengan media ular tangga pada kegiatan mengamati. Guru
menginstruksikan siswa untuk meletakkan bidak pada kotak start,
kemudian guru melemparkan dadu. Masing-masing kelompok
memindahkan bidak pada kotak selanjutnya sesuai dengan jumlah
mata dadu hasil lemparan guru. Guru menanyakan jenis pekerjaan
pada kotak tersebut secara bergantian pada masing-masing kelompok.
3) Langkah 3: mencoba menemukan konsep tentang beberapa jenis
pekerjaan melalui kuis dalam media ular tangga.
Media ular tangga dalam kegiatan mencoba berbeda dengan
media ular tangga sebelumnya. Media ini berbentuk satu set banner
permainan ular tangga ukuran 3 m x 3 m.
38

Gambar 2.4 MemainkanMedia Ular Tangga

Guru menginstruksikan pada masing-masing kelompok untuk


mengirimkan perwakilannya dalam kegiatan mencoba yakni berperan
sebagai bidak dalam permainan ular tangga. Masing-masing bidak
menempatkan diri pada kotak start dan mengocok dadu secara
bergantian. Setelah itu, masing-masing bidak melangkah menuju
kotak sebanyak jumlah dadu yang muncul. Ketika berhenti pada kotak
tertentu, bidak mengambil kuis/kartu pertanyaan yang dijawab oleh
anggota kelompoknya.
39

Salah satu contoh kuis/kartu pertanyaan yang dijawab anggota


kelompok bidak:

Tampak depan Tampak belakang

DOKTER Ciri-ciri dokter:

Apa saja ciri-ciri pekerjaan  Memakai baju putih


tersebut? Di mana kamu  Membawa stetoskop
menjumpai pekerjaan tersebut?  Mengobati orang sakit
 Bekerja di rumah sakit

Gambar 2.5 Contoh kartu pertanyaan

4) Langkah 4: menalar konsep tentang jenis pekerjaan pada media ular


tangga melalui diskusi kelompok
Pada kegiatan menalar, media ular tangga yang digunakan
adalah media ular tangga yang semula digunakan dalam kegiatan
mengamati dan menanya. Guru menugaskan siswa menganalisis
materi berdasarkan kegiatan mengamati, menanya, dan mencoba.
Siswa menalar dengan mengerjakan soal diskusi yang berisi perintah
tertentu misalnya menentukan jenis pekerjaan dalam kotak ular tangga
dan mengklasifikasikan jenis pekerjaan yang menghasilkan barang
maupun jasa.
5) Langkah 5: mengomunikasikan hasil diskusi dengan media ular
tangga
Siswa mengomunikasikan hasil diskusi. Guru menyimpulkan
dan menegaskan kembali materi yang telah dipelajari. Guru juga
merefleksi proses pembelajaran saintifik dengan media ular tangga
dari kegiatan pada langkah pertama hingga langkah terakhir.
Berdasarkan langkah penerapan pendekatan saintifik dengan media
ular tangga, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan
adalah bentuk kolaborasi antara pendekatan dan media yakni media ular
40

tangga yang terintegrasi dalam pendekatan saintifik yaitu langkah


mengamati gambar pada media ular tangga, menanya berdasarkan gambar
pada ular tangga, mencoba menemukan konsep tentang berbagai jenis
pekerjaan melalui kuis pada media ular tangga, menalar konsep tentang
jenis pekerjaan pada media ular tangga melalui diskusi kelompok, dan
mengomunikasikan hasil diskusi dengan media ular tangga.

B. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran IPS di SD Negeri Tunjungseto pada kondisi awal
belum dilaksanakan secara maksimal. Guru belum menggunakan pendekatan
pembelajaran dan media yang inovatif atau dengan kata lain pembelajaran masih
terpusat pada guru (teacher centered). Kegiatan belajar mengajar yang demikian
mengakibatkan siswa kurang antusias dengan jalannya pembelajaran, cepat jenuh,
dan kurang memperhatikan guru, serta suka bermain sendiri dengan teman. Proses
belajar tersebut berdampak pada hasil belajar IPS yang kurang optimal, salah
satunya pada materi jenis-jenis pekerjaan. Rata-rata hasil ulangan harian IPS
tahun 2016/2017 mengenai materi jenis pekerjaan tergolong rendah, dengan rata-
rata 69,71 dan 9 siswa belum mencapai nilai ketuntasan minimal (KKM = 65).
Berdasarkan permasalahan di atas, perlu adanya perbaikan proses
pembelajaran menggunakan media dan pendekatan pembelajaran yang inovatif
guna meningkatkan pembelajaran IPS. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
pendekatan saintifik dengan media ular tangga sebagai solusi peningkatan
pembelajaran IPS pada materi jenis-jenis pekerjaan. Adapun langkah-langkah
penerapan pendekatan saintifik dengan media ular tangga di dalam pembelajaran
antara lain mengamati gambar jenis-jenis pekerjaan pada media ular tangga,
menanya berdasarkan gambar pada media ular tangga, mencoba menemukan
konsep tentang berbagai jenis pekerjaan melalui kuis pada media ular tangga,
menalar konsep jenis pekerjaan pada media ular tangga melalui diskusi kelompok,
dan mengomunikasikan hasil diskusi dengan media ular tangga.
Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan media ular
tangga mengandung kebermaknaan pembelajaran yang berguna meningkatkan
41

minat dan mengembangkan kemampuan siswa secara holistik dari berbagai aspek
seperti kognitif, psikomotor, dan afektif. Melalui langkah mengamati gambar
jenis-jenis pekerjaan pada media ular tangga, siswa memperoleh wawasan yang
lebih luas mengenai berbagai macam jenis pekerjaan di lingkungan masyarakat.
Melalui langkah menanya berdasarkan gambar pada media ular tangga, siswa
terbiasa untuk berpikir kritis dalam menggali informasi berdasarkan gambar jenis
pekerjaan yang diamati. Melalui kegiatan mencoba menemukan konsep berbagai
jenis pekerjaan melalui kuis dalam media ular tangga, siswa berperan secara aktif
dalam menjawab kuis pada kartu pertanyaan. Kegiatan tersebut dilakukan secara
kompetitif sehingga dapat mengembangkan sikap sosial seperti toleransi dengan
kelompok lain, kerja sama dengan sesama anggota tim, dan melatih kedisiplinan
siswa untuk mengikuti aturan dalam permainan ular tangga. Melalui kegiatan
menalar konsep jenis pekerjaan pada media ular tangga melalui diskusi kelompok,
siswa belajar untuk berpikir secara sistematis dengan mengisi lembar kerja secara
berkelompok. Melalui kegiatan mengomunikasikan hasil diskusi dengan media
ular tangga, siswa belajar berbahasa dengan baik dan bersikap terbuka dalam
menerima saran, kritik, atau tanggapan dari kelompok lain. Oleh karena itu,
pembelajaran melalui pendekatan saintifik dengan media ular tangga diharapkan
mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS mengenai
materi jenis-jenis pekerjaan.
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga siklus. Masing-masing siklus
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi dengan
pencapaian indikator kinerja proses pembelajaran mencapai 85%. Penelitian
diukur melalui lembar observasi, wawancara, dan hasil belajar siswa yang
mencapai KKM (KKM = 75) sebesar 85% pada setiap pertemuan. Melalui siklus
I, II, dan III dalam tindakan ini, siswa mampu menjelaskan jenis-jenis pekerjaan
beserta tugasnya, membedakan jenis pekerjaan yang menghasilkan barang dan
jasa, serta menyetujui pentingnya semangat kerja.
42

Guru Siswa
1. Verbalisme dalam 1. Jenuh dalam
pembelajaran IPS pembelajaran
Kondisi (teacher centered) 2. Kurang memperhatikan
awal 2. Guru belum menerapkan guru, suka bermain
pendekatan inovatif
sendiri dengan teman.
3. Guru belum menerapkan
3. Hasil belajar siswa
media yang kreatif
rendah, belum
memenuhi KKM
Penerapan pendekatan
saintifik dengan
Siklus I:
media ular tangga.
Jenis-jenis pekerjaan
Langkah penerapan: beserta tugasnya
1. Mengamati gambar
jenis-jenis pekerjaan Siklus II:
pada media ular tangga Jenis pekerjaan yang
Tindakan 2. Menanya berdasarkan menghasilkan barang dan
gambar pada media ular jasa
tangga
3. Mencoba menemukan Siklus III:
konsep berbagai jenis Pentingnya semangat kerja
pekerjaan melalui kuis
pada media ular tangga
4. Menalar konsep jenis 1. Pembelajaran
pekerjaan pada media menjadi
ular tangga dengan lebih menyenangkan
berdiskusi 2. Siswa aktif dalam
5. Mengomunikasikan pembelajaran,
hasil diskusi dengan pembelajaran lebih
Hasil Akhir media ular tangga kondusif

Pembelajaran IPS tentang


jenis-jenis pekerjaan
meningkat. Target
pencapaian hasil belajar
85% siswa tuntas di atas
KKM. (KKM = 75)

Bagan 2.6 Skema Kerangka Berpikir


43

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan kerangka berpikir yang
telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian yaitu
apabila pendekatan saintifik dengan media ular tangga dilaksanakan sesuai dengan
langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang
Jenis-jenis Pekerjaan pada siswa kelas III SDN Tunjungseto tahun ajaran
2017/2018.

Anda mungkin juga menyukai