Anda di halaman 1dari 23

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian teori

1. Hakikat Pembelajaran dan Perkembangan Anak Usia Dini

a. Pengertian Pembelajaran
Winataputra, dkk., (2008: 1.18) menyatakan bahwa pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis, memfasilitas, dan
meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik.
Sedangkan menurut Herlina, (2013: 8) pembelajaran adalah suatu proses
interaksi antara pendidik dan peserta didik sebagai usaha perubahan ke arah
yang lebih baik.
Menurut Pribadi (2009: 10) pembelajaran adalah proses yang
sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri
individu. Sedangkan pembelajaran menurut Suprihatiningrum (2013: 75-
76) adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan
yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa untuk belajar.
Pembelajaran merupakan proses kehidupan di sekolah sehingga antara guru
yang mengajar dan anak didik yang belajar dituntut profit tertentu.
a set of events
embedded in purposeful activities that facilitate learning
aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan
terjadinya proses belajar (Pribadi, 2009 : 9).
Menurut Khorida dan Fadlillah (2013: 85) pembelajaran adalah
upaya logis yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan belajar anak.
Sedangkan pembelajaran menurut Sutikno (2013: 31-32). adalah segala
upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada
diri siswa.

commit to user

8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Isjoni (2010: 55) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu


kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang dilakukan antara pendidik dan peserta didik
dalam proses belajar untuk mendapatkan informasi yang baru saling
bertukar pendapat dan terjalin interaksi yang baik untuk mencapai harapan
yang diinginkan.

b. Ciri-ciri Pembelajaran
Adapun ciri-ciri pembelajaran menurut Sutikno (2013: 34) adalah
sebagai berikut:
1) Memiliki tujuan
2) Terdapat mekanisme, langkah-langkah, metode dan teknik yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
3) Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik
4) Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
kegiatan pembelajaran
5) Tindakan guru yang cermat dan tepat
6) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi
masing-masing
7) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran
8) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
pembelajaran adalah memiliki tujuan, terdapat mekanisme, langkah-
langkah, metode dan teknik yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik,
adanya aktivitas siswa, tindakan guru yang cermat dan tepat, terdapat pola
aturan yang diamati guru dan siswa, adanya limit waktu, dan evaluasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

c. Komponen-komponen Pembelajaran
Ada beberapa komponen pembelajaran menurut Sutikno (2013: 34-
38) sebagai berikut:
1) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada umumnya adalah kemampuan-
kemampuan yang diharapkan dimiliki siswasetelah memperoleh
pengalaman belajar. Dengan kata lain tujuan pembelajaran merupakan
suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran.

2) Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan medium untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang dipelajari oleh siswa.
3) Kegiatan pembelajaran
Di dalam kegiatan pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam
sebuah interaksi dengan materi pembelajaran sebagai mediumnya.
Dalam interaksi ini siswalah yang lebih aktif bukan guru. Keaktifan
siswa mencakup kegiatan fisik, mental, individu, dan kelompok, serta
interaksi dikatakan maksimal apabila terjadi antara guru dengan semua
siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, siswa
dengan materi pembelajaran dan media pembelajaran, bahkan siswa
dengan dirinya sendiri, tetapi tetap dalam kerangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan bersama.
4) Metode
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran,
metode diperlukan oleh guru dengan penggunaan yang bervariasi sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
5) Media
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

6) Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
sebagai tempat dimana materi pelajaran terdapat.
7) Evaluasi
Evaluasi merupakan aspek yang penting, yang berguna untuk
mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai
atau mengetahui kemajuan belajar siswa, dan bagaimana tingkat
keberhasilan sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut adanya tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode,
media, sumber belajar, dan evaluasi.

d. Pembelajaran Anak Usia Dini


Noorlaila (2010: 45-50) menyatakan bahwa untuk mengetahui
bagaimana peran pendidikan anak usia dini (PAUD) dalam membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak, tentunya sebagai orang tua atau
PAUD harus mengetahui cara atau metode yang akan dipakai. Walupun
secara umum metode yang digunakan adalah metode bermain sambil
belajar. Sehingga dalam hal pembejaran anak usia dini (AUD) ini bermain
bertujuan untuk mengarahkan fungsi motorik anak agar mampu
dioptimalkan secara baik.
Anak usia dini (AUD) termasuk dalam kelompok umum pra
sekolah. Pada usia 2-4 tahun anak ingin bermain, melakukan latihan
berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan
menciptakan sesuatu. Dengan hal tersebut diperlukan pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan
dengan permainan, suasana riang, mudah, bernyanyi, dan menari. Bukan
pendekatan pembelajaran yang penuh dengan tugas-tugas berat, apalagi
dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pembiasaan yang tidak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

sederhana seperti paksaan untuk membaca, menulis, berhitung dengan


segala pekerjaan rumahnya yang melebihi kemampuan anak.
Pada usia 5 tahun pada umumnya anak-anak baik secara fisik
maupun kejiwaan sudah siap untuk belajar hal-hal yang semakin tidak
sederhana dan berada pada waktu yang cukup lama di sekolah.
Montessori, mengatakan bahwa pada usia 3-5 tahun, anak-anak
dapat diajari menulis, membaca, dikte dengan belajar mengetik. Sambil
belajar mengetik anak-anak belajar mengeja, menulis, dan membaca. Hal
yang terpenting dalam meningkatkan kemampuan tingkat perkembangan
dan kepekaan belajar anak yaitu strategi pengalaman belajar dan ketepatan
mengemas pembelajaran yang menarik, mempesona, penuh dengan
pemainan, dan keceriaan, mudah tanpa membebani da merampas dunia
kanak-kanak mereka (Norlaila 2010: 48).
Salah satu hal yang dibutuhkan untuk dapat meningkatkan
perkembangan kecerdasan anak adalah suasana keluarga dan kelas yang
akrab, hangat serta bersifat demokratis, sekaligus manawarkan kesempatan
untuk menjalin hubungan sosial melalui interaksi yang bebas.
Pada usia 2-6 tahun, anak sangat senang apabila diberikan
kesempatan untuk menentukan keinginanya sendiri, karena mereka sedang
membutuhkan kemerdekaan dan perhatian.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
anak usia dini adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik kepada anak
untuk memberikan stimulus sejak dini dan memberikan kesempatan kepada
anak usia dini untuk melakukan aktivitas yang bermakna, melakukan uji
coba (trial and error), mengadakan penyelidikan bersama-sama,
menyaksikan dan menyentuh sesuatu objek secara langsung, mengalami dan
melakukan sesuatu, sehingga anak-anak akan lebih mudah mengerti dan
mencapai hasil belajar dengan kemampuan memanfaatkan atau menerapkan
apa yang telah dipelajari.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

e. Pengertian Perkembangan
Desmita (2008: 4) menyatakan bahwa perkembangan adalah
perubahan yang tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin
membesar, melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan
yang berlangsung secara terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi
jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan
melalui pertumbuhan, pematangan, dan belajar.
Kurniasi (2009: 13) menyatakan bahwa perkembangan adalah
perubahan mental yang berlangsung secara bertahap dan dalam waktu
tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih
sulit, misalnya kecerdasan, sikap, tingkah laku, dan sebagainya.
Menurut Susanto (2011: 21) perkembangan (development),
merupakan proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju yang
bersifat psikis. Sedangkan menurut Syah (2010: 40) perkembangan
(development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan kearah yang lebih
maju.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
perkembangan adalah perubahan yang terjadi secara terus-menerus yang
terjadi pada setiap individu untuk menuju ketahap yang lebih baik, baik dari
fungsi jasmaniah dan rohaniah khususnya pada perkembangan anak usia
dini.
Mengutip tulisan Jamaris bahwa perkembangan anak usia dini
adalah suatu proses yang bersifat kumulatif, artinya perkembangan dahulu
akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya (Sujiono, 2009: 54).
Kehadiran seorang anak bagi hidup manusia adalah sebagai
anugerah. Anak bukan orang dewasa dalam ukuran kecil, anak harus
diperlakukan sesuai dengan tahap perkembangannya. Mencermati
perkembangan anak dan perlunya pembelajaran pada anak usia dini, secara
singkat dapat dikatakan bahwa materi maupun metodologi pendidikan yang
dipakai dalam rangka pendidikan anak usia dini (PAUD) harus benar-benar
memperhatikan tingkat perkembangan anak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

Menurut montessori (Norlaila, 2010: 21-23) ketika mendidik anak,


hendaknnya kita ingat bahwa mereka adalah indivivu-individu yang unik
dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri, dan ada
beberapa tahap perkembangan bagi anak usia dini (AUD) sebagai berikut:
1) sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan, sensoris, dan
-pengalaman
melalui sensorinya. Pada usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun,
anak mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk
mengembangkan bahasanya (berbicara, dan bercakap-cakap). 2) pada masa
2-4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan
baik,untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan
yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya
urutan waktu (pagi, siang, sore, dan malam). Rentang usia tiga sampai
enam tahun, terjadilah kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar empat
memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4-6 tahun memiliki kepekaan
yang bagus untuk membaca.

2. Hakikat Keterampilan Menulis Anak Usia Dini

a. Perkembangan Menulis Anak Usia Dini


Anak perlu melalui tahapan perkembangan sebelum mereka
menulis kalimat dan belajar kata-kata. Menurut Brown (Susanto, 2011: 93)
terdapat empat tahapan menulis, yaitu: (a) pre communicative writing; (b)
semphonic writing; (c) phonic writing; and (d) trantitional writing.
Tahap pertama, pre communicative writing, pada tahap ini anak
belajar bahwa huruf-huruf itu membentuk kata-kata untuk keperluan
berkomunikasi. Anak memperhatikan orang tua atau saudara-saudaranya
membaca dan menulis sekalipun anak belum menghubungkan huruf dan
bunyi. Anak tetap saja menulis sekalipun orang tua menganggap main-main,
sebab hal ini merupakan upaya anak untuk berkomunikasi melalui tulisan
sekalipun tidak dipahami orang lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

Tahap kedua, semphonic writing, pada tahap ini anak anak mulai
memahami huruf, bunyi dengan konsonan dalam posisinya sebuah kata.
Pada tahap ini belum diakui sebagai komunikasi yang sesungguhnya.
Tahap ketiga, phonic writing, pada tahap ini anak mulai mengeja
bunyi kata menurut struktur kata. Tahap keempat, yaitu periode transisi di
mana anak mulai mengakui aturan-aturan bagi standar ejaan. Setelah itu
anak mulai mendemonstrasikan pengetahuannya tentang ketatabahasaan dan
standar ejaan.
Tahap keempat, trantitional writing, tahap ini merupakan tahapan
transisi di mana anak mulai mengikuti aturan-aturan untuk standar ejaan.
Setelah itu anak mulai mendemonstrasikan pengetahuannya tantang
ketatabahasaan dan standar ejaan.
Tahap perkembangan menulis pada anak menurut Depdiknas
(2007: 6-10) sebagai berikut:
1) Tahap Mencoret atau Membuat Goresan (Scrible stage)
Pada tahap ini, anak mulai membuat tanda-tanda dengan
menggunakan alat tulisnya. Orang tua dan guru pada tahap
mencoret seharusnya menyediakan jenis-jenis bahan untuk menulis
seperti pensil, spidol, kertas, dan krayon.
2) Tahap pengulangan secara linear (linear repetitive stage)
Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan yang
mendatar (horizontal) atau garis tegak lurus. Dalam tahap ini, anak
berpikir bahwa suatu kata merujuk pada sesuatu yang besar
mempunyai tali yang panjang dari pada kata yang merujuk pada
sesuatu hal yang kecil.
3) Tahap menulis secara Random/acak (Random letter stage)
Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang
dapat diterima sebagai suatu tulisan dan menggunakan itu semua
agar dapat mengulang berbagai kata atau kalimat. Anak sudah
dapat mengubah tulisan menjadi kata yang mengandung pesan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

4) Tahap berlatih huruf (menyebutkan huruf-huruf)


Kebanyakan anak-anak, biasanya sangat tertarik huruf-
huruf yang membentuk nama mereka sendiri.
5) Tahap menulis tulisan nama (Letter-name writting or phonetic
writting)
Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan antara
tulisan dan bunyi. Permulaan tahap ini sering digambarkan sebagai
tulisan nama karena anak-anak menulis tulisan nama dan bunyi
secara bersamaan.
6) Tahap menyalin kata-kata yang ada di lingkungan
Anak-anak menyukai menyalin kata-kata yang terdapat
pada poster di dinding atau dari kantong kata sendiri.
7) Tahap Menemukan Ejaan
Anak usia 5-6 tahun ini telah menggunakan konsosnan
awal (L untuk Love). Konsonan awal, tengah, dan akhir untuk
mewakili huruf (DSN) pada kata dinosaurus.
8) Tahap Ejaan sesuai ucapan
Anak mulai dapat mengeja suatu tulisan berupa kata-kata
yang dikenalnya sesuai dengan ucapan yang didengarnya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan tahapan-
tahapan menulis pada anak usia dini yaitu tahapan pertama anak belajar
bahwa huruf-huruf akan membentuk kata-kata sebagai keperluan
berkomunikasi, tahapan kedua anak mulai memahami huruf, bunyi dengan
konsonan dalam posisi sebuah kata, tahapan ketiga anak mulai mengeja
bunyi kata menurut struktur kata, dan tahapan keempat anak mulai
memahami dan mengikuti aturan-aturan bagi standar ejaan.

b. Pengertian Keterampilan
Masitoh, dkk., (2005: 270) menyatakan bahwa keterampilan adalah
gerakan yang memerlukan koordinasi dan control gerak yang cukup

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

kompleks, berdasarkan derajat kesukarannya bisa diklasifikasikan menjadi


keterampilan sederhana, terpadu,dan kompleks
Menurut Sugono, dkk. (2010: 394) bahwa keterampilan adalah
kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Sedangkan menurut Herlina (2013:
19) keterampilan adalah suatu keahlian untuk melakukan atau menciptakan
sesuatu secara cepat dan tepat.
Soemarjadi. (2001: 2) menyatakan bahwa kata keterampilan sama
artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian
dalam melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar.
Keterampilan menurut Syah. M. (2010: 117) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang
lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah
raga, dan sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah suatu hal yang
dibutuhkan oleh seseorang agar dapat menyelesaikan atau melakukan
sesuatu hal dengan mudah, cepat, dan tepat sesuai yang diinginkan.

c. Pengertian Menulis
Susanto (2011: 94) mengatakan bahwa menulis merupakan salah
satu kemampuan yang harus dikembangkan dalam perkembangan bahasa
anak, karena kehidupan manusia selain dapat berkomunikasi lisan, ada juga
yang komunikasi tulis.
Menurut Gerde, Bingham dan Wasik (2012 : 1) mendefinisikan
Writing is the activity of expressing ideas, opinions and
. Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa menulis adalah
suatu aktivitas yang dijadikan untuk mengekspresikan ide-ide, pendapat
dan pandangan yang dicetak dalam suatu tulisan.
Kusumaningsih, dkk. (2013: 67) menyatakan bahwa menulis atau
mengarang merupakan sebuah metode terbaik untuk mengembangkan
kemampuan di dalam menggunakan bahasa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

Dhieni, dkk., (2011: 3.10) manyatakan menulis merupakan upaya


untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ada pada diri individu,
bukanlah sekedar membuat huruf-huruf ataupun angka pada selembar
kertas dengan menggunakan alternatif media.
Dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk menyampaikan bahasa melalui tulisan tidak secara tatap
muka, pada anak usia dini menulis lebih ditekankan dalam kegiatan untuk
mencurahkan perasaan, gagasan atau ide-ide melalui simbol-simbol tertulis
dengan cara bebas tidak terkait dengan kaidah-kaidah penulisan formal.

d. Keterampilan Menulis Anak Usia Dini


Sunardi (Yusuf, 2005: 178-180) menyatakan bahwa proses
menulis sebenarnya meliputi tiga asfek, yaitu menulis dengan tangan
(handwriting), mengeja (spelling), dan mengarang. Agar dapat menulis
dengan baik, beberapa keterampilan diperlukan, antara lain kemampuan
mengorganisasikan pendapat, mengingat, membuat konsep, dan mekanik
(tata tulis). Pada setiap asfek menulis, ada beberapa kompotensi yang perlu
dikembangkan yaitu sebagai berikut:
1) Keterampilan Pra Menulis
Yang termasuk keterampilan pra menulis adalah sebagai berikut;
(a) Meraih, meraba, memegang, dan melepaskan benda
(b) Mencari perbedaan dan persamaan berbagai benda, bentuk,
warna, bangun, dan posisi.
(c) Menentukan arah kiri, kanan, atas, bawah, depan, dan belakang.
2) Keterampilan Menulis Dengan Tangan (handwriting)
Adapun yang termasuk keterampilan menulis dengan tangan
(handwriting) sebagai berikut:
(a) Memegang alat tulis
(b) Menggerakan alat tulis ke atas ke bawah
(c) Menggerakan alat tulis ke kiri ke kanan
(d) Menggerakan alat tulis melingkar

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

(e) Menyalin huruf


(f) Menyalin namanya sendiri dengan huruf balok
(g) Menulis namanya sendiri dengan huruf balok
(h) Menyalin kata dan menulis dengan huruf balok
(i) Menyalin huruf balok dari jarak jauh
(j) Menyalin huruf, kata, dan kalimat dengan tulisan bersambung
(k) Menyalin tulisan bersambung dari jarak jauh
3) Keterampilan Mengeja
Adapun yang termasuk keterampilan mengeja adalah sebagai
berikut:
(a) Mengenal huruf abjad
(b) Mengenal kata
(c) Mengucapkan kata yang diketahuinya
(d) Mengenal perbedaan dan persamaan konfigurasi kata
(e) Membedakan bunyi pada kata-kata
(f) Mengasosiasikan bunyi dengan huruf
(g) Mengeja kata
(h) Menemukan aturan ejaan kata
(i) Menuliskan kata dengan ejaan yang benar
Berdasarkan uraian di atas bahwa keterampilan menulis pada anak
yaitu anak dapat mengungkapkan bahasa dalam menuangkan ide-ide,
gagasan, perasaan melalui tulisan dengan tepat, cepat, dan tepat misalnya
berdasarkan keterampilan menulis dengan tangan yaitu anak menyalin
huruf, menulis namanya sendiri, dan menyalin kata dan kalimat dengan
huruf balok. Melihat dari uraian dan kesimpulan di atas, serta berdasarkan
acuan dari Permendiknas (lampiran 2 hal 90) maka peneliti mengambil
asfek keterampilan menulis pada anak sebagai indikator kinerja yaitu 1)
menyalin huruf, 2) menulis nama sendiri, 3) menyalin kata-kata yang ada di
lingkungan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

3. Hakikat Bermain Kartu Huruf


a. Pengertian Bermain dan Permainan
Kegiatan bermain (Fadlillah dan Khorida, 2013: 147) adalah
kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan
pemain sendiri dan tidak ada akhir yang dimaksudkan realitas luar.
Permainan (games) menurut Bettelheim (Tedjasaputra 2001: 60)
adalah kegiatan yang ditandai oleh aturan serta persyaratan-persyaratan
yang disetujui bersama dan ditentukan dari luar untuk melakukan kegiatan
dalam tindakanyang bertujuan.
Dalam Sujarwo Bermain (play) adalah
suatu perbuatan atau kegiatan sukarela, yang dilakukan dalam
batasbatas ruang dan waktu tertentu yang sudah ditetapkan, menurut
aturan yang telah diterima secara sukarela, tapi mengikat sepenuhnya,
dengan tujuan dalam dirinya, disertai oleh perasaan tegang dan
-

Mumtaz dan Thobroni (2011 : 42) menyatakan bahwa bermain


merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan oleh semua orang, dari
anak-anak hingga orang dewasa, tak terkecuali para penyandang cacat.
Sedangkan menurut Desmita (2008: 14) permainan adalah salah satu bentuk
aktivitas sosial yang dominan pada awal masa anak-anak.

Permainan menurut Putra (2013: 7) adalah

sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenang-senang, mengisi


waktu luang, atau berolahraga ringan. Permainan merupakan sebuah
langkah kreatif dari aktivitas rekreasi yang dilakukan dengan
memasukkan nilai-nilai pembelajaran. Permainan merupakan
simulasi yang dapat mengungkap kepribadian, memediasi anak,
memotivasi serta menumbuhkan jiwa sosial dalam diri anak.

Menurut Moeslichatoen (2004: 32-33) bermain adalah tuntutan dan


kebutuhan yang esensial bagi anak taman kanak-kanak (TK). Dengan
bermain anak akan memperoleh kesempatan memilih kegiatan yang
disukai, bereksprimen dengan bermacam bahan dan alat, berimajinasi,
memecahkan masalah dan bercakap-cakapsecara bebas, berperan dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

kelompok, bekerja sama dalam kelompok, dan memperoleh pengalaman


yang menyenangkan.
Permainan Menurut Adriana (2011: 46) adalah

stimulasi yang sangat tepat bagi anak. Usahakan memberi variasi


permainan dan sangat baik jika orang tua ikut terlibat dalam
permainan, yaitu melalui kegiatan bermain, sehingga daya pikir anak
terangsang untuk mendayagunakan aspek emosional, sosial, serta
fisiknya. Bermain juga dapat meningkatkan kemampuan fisik,
pengalaman dan pengetahuan, serta berkembang keseimbangan
mental anak.

Menurut Noorlaila (2010: 37) bermain adalah dunia anak, kerena


bermain merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan bagi mereka.
Dengan bermain anak dapat mencapai perkembangan baik perkembangan
fisik, emosi, intelektualisasi, maupun jiwa sosialnya. Sedangkan menurut
Pontjopoetro, dkk., (2003: 1.4). barmain adalah belajar untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan anak-anak bermain dalam daerah
sekelilingnya dan dengan barang dalam daerah itu.

Bermain Menurut Black, Bailey, Riechel (2013: 304) adalah

play is as the vehicle that enables children to communicate their

Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa bermain adalah suatu


kegiatan yang dipandang sebagai kendaraan yang memungkinkan
anak anak untuk berkomunikasi pengalaman mereka dan kesadaran
batin dalam "bahasa" akrab bagi mereka.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bermain


adalah suatu kegiatan yang dapat memberikan rangsangan pada anak sejak
dini dan merupakan suatu yang menyenangkan bagi anak, serta dengan
bermain anak akan banyak memperoleh pengalaman yang baru,
memperoleh informasi dan merupakan suatu kebutuhan bagi anak.

b. Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini


Adapun manfaat bermain bagi anak usia dini menurut Khorida dan
Fadlillah (2013: 149-150) adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

1) Manfaat motorik, yaitu manfaat yang berhubungan dengan nilai-nilai


positif dari aktivitas bermain anak yang berhubungan dengan kondisi
jasmaniah anak. Misalnya, unsur-unsur kesehatan, keterampilan,
ketangkasan, maupun kemampuan fisik tertentu.
2) Manfaat afeksi, yaitu manfaat permainan yang berhubungan dengan
perkembangan psikologis anak. Misalnya, naluri/insting, perasaan,
emosi, sifat, karakter, watak, maupun keperibadian seseorang.
3) Manfaat kognitif, yaitu manfaat aktivitas bermain untuk perkembangan
kecerdasan anak, yang meliputi kemampuan imajinatif, pembentukan
nalar, logika, maupun pengetahuan-pengetahuan sistematis.
4) Manfaat spiritual, yaitu manfaat aktivitas bermain yang menjadi dasar
pembentukan nilai-nilai kesucian maupun keluhuran akhlak manusia.
5) Manfaat keseimbangan, yaitu manfaat aktivitas bermain yang berfungsi
melatih dan mengembangankan panduan antara nilai-nilai positif dan
negatif dari suatu permainan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat bermain bagi
anak usia dini yaitu manfaat motorik, manfaat afeksi, manfaat kognitif,
manfaat spritual, dan manfaat keseimbangan.

c. Karakteristik Bermain (Play) dan Permainan (Games)


Adapun karakteristik bermain (play) dan permainan (games) dalam
Sujarwo adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik bermain:
a) Bebas, pemain tidak dapat dipaksa berpartisipasi tanpa
permainan tersebut secara tiba-tiba merubah sifatnya.
b) Terpisah, dibatasi oleh waktu dan ruang yang sudah
dipastikan sebelumnya.
c) Peraturan, merujuk pada aturan main yang telah disepakati
sebelumnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

2. Karakteristik permainan:
a) Kebebasan
b) Keterbatasan, permainan cenderung menetap pada batas
khusus pada ruang dan waktu
c) Hasil, menang dan kalah
d) Investasi, tingkat emosi dan investasi ego
e) Perubahan dan strategi
Berdasarkan karakteristik barmain (play) dan permainan (games) di
atas, maka kegiatan bermain kartu huruf dalam mengingkatkan pengenalan
keterampilan menulis kata pada penelitian ini termasuk dalam karakteristik
play, karena dalam kegiatan bermain kartu huruf ini bebas, dan juga
kegiatan ini tidak menentukan hasil akhir, tetapi masih mengikuti peraturan
yang telah disepakati bersama.

d. Pengaruh Bermain Bagi Perkembangan Anak


Beberapa pengaruh bermain bagi perkembangan anak menurut
Hurlock (Wiyani & Barnawi, 2012: 124) sebagai berikut:
1) Perkembangan fisik
2) Dorongan berkomunikasi
3) Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
4) Penyaluran bagi keinginan dan kebutuhan
5) Sebagai sumber belajar
6) Rangsangan bagi kreativitas
7) Perkembangan wawasan diri
8) Belajar bermasyarakat
9) Standar moral
10) Belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin
11) Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan pengaruh bermain bagi
perkembangan anak yaitu perkembangan perkembangan fisik, dorongan
berkomunikasi, penyaluran bagi energi emosional yang terpendam,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

penyaluran yang terpendam, rangsangan bagi kreativitas, perkembangan


wawasan diri, belajar bermasyarakat, standar moral, belajar bermain sesuai
dengan peran jenis kelamin, dan ciri kepribadian yang diinginkan.

e. Pengertian Kartu Huruf


Menurut Mukti dan Wibawa (Tamyit 2010: 38) menyatakan bahwa
Kartu huruf adalah media yang termasuk kedalam media grafis yang isinya
dapat berupa gambar, grafik, dan huruf baik huruf balok tunggal, huruf
tegak bersambung atau huruf variasi.
Sari, Aunurrahman, dan Sutarmanto (2013) menyatakan media
kartu huruf merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat
mengembangkan potensi anak pada dimensi auditori, visual dan memori,
kartu huruf juga merupakan fasilitas penting yang ada di sekolah karena
dengan kartu huruf, anak diajak secara aktif memperhatikan apa yang
diajarkan oleh guru. Pembelajaran menggunakan media kartu huruf ini
dapat membuat anak tertarik dalam proses belajar mengenal huruf.
Dwi (2013) menyatakan bahwa kartu huruf merupakan abjad-abjad
yang dituliskan pada potongan-potongan suatu media, baik karton, kertas
maupun papan tulis (tripleks). Potongan-potongan huruf tersebut dapat
dipindah-pindahkan sesuai keinginan pembuat suku kata, kata maupun
kalimat. Penggunaan kartu huruf ini sangat menarik perhatian siswa dan
sangat mudah digunakan dalam kegiatan pembealajaran. Selain itu kartu
huruf juga melatih kreatif siswa dalam menyusun huruf-huruf menjadi kata-
kata sesuai dengan keinginannya. Dapat dilihat di bawah bentuk kartu huruf
ini yang akan digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kartu huruf adalah


suatu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran dan berupa huruf
alfabet atau abjad-abjad yang ditulis dalam suatu media lainnya.

f. Kelebihan dan Manfaat Kartu Huruf


1. Kelebihan Kartu Huruf
Kartu huruf memiliki kelebihan Mukti dan Wibawa (Tamyit 2010:
38) sebagai berikut:
(1) Mudah untuk dipahami
(2) Menarik
(3) Dapat sebagai media pembelajaran sekaligus sebagai permainan
(4) Mudah didapat

2. Manfaat kartu Huruf


Adapun manfaat dari kartu huruf adalah sebagai berikut:
(1) Menyebutkan kata-kata yang mempunyai huruf awal yang sama
(2) Menyebutkan kembali kata -kata yang baru didengar
(3) Menghubungkan gambar benda dengan kata
(4) Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol
yang melambangkan.
(5) Merangsang anak untuk lebih cepat mengenal simbol-simbol huruf.

g. Langkah-langkah Pembelajaran Melalui Bermain Kartu Huruf


Langkah-langkah pembelajaran menurut Dwi Puspaida (2013)
sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan alat peraga yaitu kartu huruf
2) Guru membacakan kartu huruf yang diikuti oleh anak.
3) Guru membagi kelompok
4) Guru memberi kesempatan anak untuk menceritakan kembali pengalaman
anak bermain kartu huruf, hal itu dilakukan anak dengan bergantian.
5) Guru memberikan penguatan dan bimbingan kepada anak yang
memerlukan dengan cara memberi motivasi berupa pujian dan sebagainya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

h. Bentuk Pembelajaran Bermain Kartu Huruf untuk Meningkatkan


Keterampilan Menulis untuk AUD
Bentuk pembelajaran dalam kegiatan bermain kartu huruf untuk
meningkatkan keterampilan menulis untuk AUD sebagai berikut:
1) Kegiatan Persiapan
Pada kegiatan persiapan guru merancang kegiatan mulai dari: (a)
merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu agar
pengenalan keterampilan menulis pada anak melalui kegiatan bermain
kartu huruf, (b) mempersiapankan kartu huruf yang akan digunakan, (c)
mempersiapkan ruang untuk kegiatan serta guru menggunakan bentuk
pembelajaran sentra persiapan/kelompok untuk membagikan kelompok
anak sesuai dengan jumlah anak di kelas, (d) guru menjelaskan tahapan
dalam bermain, (e) memperkirakan waktu yang akan dibutuhkan selama
kegiatan bermain kartu huruf dilakukan anak.
2) Kegiatan Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan meliputi: (a) guru mengajak anak-anak
untuk bermain kartu huruf sesuai dengan tahap pelaksanaan yang telah
direncanakan oleh guru, (b), selama kegiatan bermain kartu huruf
berlangsung guru memotivasi anak dan membantu anak apabila diperoleh
anak yang mengalami kesulitan, (c) guru mengobservasi kegiatan anak
selama bermain kartu huruf dalam keterampilan menulis kata.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan mengakhiri bermain kartu huruf meliputi: (a) guru
meminta anak untuk berkumpul sesuai kelompoknya, (b) guru melakukan
evaluasi dan proses hasil kegiatan bermain kartu huruf serta meminta anak
untuk menyebutkan kata yang telah ditulis, (c) guru melakukan tindak
lanjut yaitu meminta anak yang belum memahami dalam kegiatan bermain
kartu huruf dalam keterampilan menulis kata untuk mengulang lagi
kegiatan bermain kartu huruf.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian terlebih dahulu,
adapun hasil penelitian yang relevan sebagai berikut :

Meningkatkan Pengenalan Keterampilan Menulis Permulaan pada Anak


Kelompok B2 TK Kemala Bhayangkari 85 Kebumen Tahun Pelajaran

visual dapat meningkatkan pengenalan keterampilan menulis permulaan


pada anak Kelompok B2 TK Kemala Bhayangkari 85 Kebumen Tahun
Pelajaran 2011/2012. Adanya prosentase peningkatan pengenalan
keterampilan menulis permulaan yaitu dari prasiklus 43%, siklus I 66%, dan
siklus II mencapai 83%.

dengan Media Kartu Huruf dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada


Siswa Kelas sekolah Dasar (SD) Negeri Pojoksari Ambarawa Semarang

dilakukan sebanyak dua siklus diperoleh hasil yaitu: dari jumlah 34 orang
anak mencapai peningkatan rata-rata pada siklus I dan siklus II 75%
peningkatan. Dapat disimpulkan bahwa media kartu huruf dapat
meningkatkan kemampuan membaca lancar pada Siswa Kelas sekolah
Dasar ( SD ) Negeri Pojoksari Ambarawa Semarang Tahun Pembelajaran
2009/2010.
Rohman (2013). Peningkatan Keterampilan Membaca Dan
ebelum
dilaksanakan tindakan (prasiklus), hanya 4 peserta didik yang mendapat
nilai keterampilan membaca aksara Jawa di atas KKM atau hanya 17,4%.
Sedangkan 19 lainnya atau 82,3 % peserta didik mendapat nilai di bawah
KKM. Setelah dilakukan tindakan peserta didik yang mencapai nilai KKM
dalam keterampilan menulis aksara Jawa adalah 20 peserta didik atau 87 %,
dan yang belum mencapai KKM adalah sebanyak 3 peserta didik atau 13 %.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

Hasil tersebut menunjukkan bahwa keterampilan membaca dan menulis


aksara Jawa mengalami peningkatan dan indikator kinerja telah tercapai.
Fitria Rakhmawati (2013) Dalam
Peningkatan Keterampilan Menulis Dengan Aksara Jawa Di Sekolah

siklus II menjadi 85%, dan pada siklus III menjadi 87%.


Berdasarkan beberapa penelitian relevan di atas terdapat persamaan
dengan penelitian melalui kartu huruf, yaitu Rohman (2013), Fitria
Rakhmawati (2013), Tamyit. (2010), dan perbedaan penelitian ini terdapat
pada Sera Apriyana. (2012). Penggunaan Media Audio Visual untuk
Meningkatkan Pengenalan Keterampilan Menulis, dan Tamyit. 2010.
Peningkatan Kemampuan Membaca Lancar dengan Media Kartu Huruf,
Bermain kartu
huruf dapat meningkatkan pengenalan keterampilan menulis pada anak
kelompok B2 TK Islam Permata Hati Jajar

C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, dalam pembelajaran di kelas anak-anak masih
mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelaaran konvisional.
Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan bagi
anak salah satunya yaitu metode bermain pada anak dan juga belum
menggunakan media pembelajran. Anak mengikuti instruksi atau perintah
dari guru saja. Anak cenderung menulis apa yang ditulis oleh guru dipapan
tulis. Misalnya, guru mendekti kata dan menulis kata dipapan tulis lalu
anak menyalin atau menulis apa yang dikata oleh guru tanpa dibantu dengan
media. Hal tersebut akan mengakibatkan keterampilan menulis anak masih
rendah belum berkembang secara optimal sesuai yang diharapkan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan
pengenalan keterampilan menulis pada anak usia dini (AUD), dengan
bermain kartu huruf. Dengan bermain kartu ini guru dapat menyampaikan
isi pembelajaran tidak dengan verbalisme (kata-kata) saja, tetapi dengan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

bermain kartu huruf yang konkret atau nyata. Dengan bermain kartu huruf
ini akan memudahkan anak dalam memahami proses pembelajaran yang
disampaikan oleh guru terutama dalam pengenalan keterampilan menulis
kata. Sehingga dengan bermain kartu huruf ini dapat meningkatkan
pengenalan keterampilan menulis kata pada anak sesuai yang diharapkan
dan anak akan merasa senang dengan kegiatan bermain yang telah
dilakukan bersama dan anak lebih termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka berpikir dalam
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:

Guru belum Keterampilan


Kondisi awal menggunakan menulis pada anak
kegiatan bermain masih perlu
kartu huruf ditingkatkan

Dalam pembelajaran guru


Tindakan
menggunakan kegiatan Siklus I
bermain kartu huruf
Siklus II

Kondisi Akhir Dengan kegiatan bermain kartu


huruf Keterampilan menulis
pada anak kelompok B2 TK
Islam Permata Hati meningkat

Gambar 2.1. Bagan Keranngka Berpikir

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat
dirumuska
meningkatkan pengenalan keterampilan menulis pada anak kelompok B2

commit to user

Anda mungkin juga menyukai