Anda di halaman 1dari 23

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Belajar Matematika

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah penguasaan kebiasaan-kebiasaan (habitual), pengetahuan,

dan sikap-sikap. Menurut Morgan dalam buku Introduction to Psychology,

belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Sedangkan menurut Witherington dalam buku Educational Psychology

Educational Psychology, belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian

yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Belajar

merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat

mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan

mengarah kepada perilaku yang lebih buruk.

Menurut Arthur J. Gates, belajar adalah perubahan tingkah laku melalui

pengalaman dan latihan (learning is the modification of behavior through

experience and training). Menurut L.D. Crow dan A. Crow, belajar adalah

suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing kearah hasil-hasil

yang diinginkan (dipertimbangkan). Menurut Slameto (Abdul Haling, 2007:1)

belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

1
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

belajar merupakan perubahan dalam rumusan hal-hal yang sangat luas,

menyangkut semua aspek kepribadian individu. Perubahan tersebut dapat

berkenaan dengan penguasaan dan penambahan pengetahuan, kecakapan,

sikap, nilai, motivasi, kebiasaan, minat, apresiasi dan sebagainya.

b. Pengertian Belajar Matematika

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pen galaman dan

latihan, artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik

yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap, bahkan

meliputi segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah dan Zain, 2006:

10).Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) bahwa belajar ialah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Hudojo (1988: 3), matematika berkenaan dengan ide

abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalaran deduktif. Selanjutnya

Abdurahman (2003: 252) mengemukakan bahwa: ☜matematika

adalah salah satu cara untuk menemukan jawaban terhadap suatu masalah,

suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang

bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan

2
yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri

dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan☝.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa belajar matematika

adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang diharapkan dan

dilakukan secara sengaja dan berkelanjutan dalam upaya menyesuaikan

diri dengan lingkungan yang membawah kepada pemahaman tentang ide-

ide abstrak yang terorganisir secara sistematis, hirarkis serta penilaian

deduktif untuk mencapai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang baru.

Ada beberapa pendapat tentang belajar matematika seperti yang

dikemukakan oleh Herman Hudoyo (1990:25-27) :

1. Robert Gane

Belajar matematika harus didasarkan kepada pandangan bahwa

tahap belajar yang lebih tinggi berdasarkan atas tahap belajar yang

lebih rendah.

2. J. Bruner

Belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan

struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta

mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur

matematika.

3. Z.P Dienes

Berpendapat bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat

dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-tama disajikan

kepada siswa dalam bentuk konkrit.

Sementara itu Sri Wardani (2003:3-4) mengemukakan pendapat beberapa pakar:

3
(1) Kolb (1949)

Mendefinisikan belajar matematika sebagai proses memperoleh

pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui

transformasi pengalaman individu siswa. Pendapat Kolb ini intinya

menekankan bahwa dalam belajar siswa harus diberi kesempatan seluas-

luasnya mengkontruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari dan siswa harus

didorong untuk aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga

dapat memperoleh pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya.

(2) Heuvel-Panhuizen (1998) dan Verchaffel-De Corte (1977)

Pendidikan matematika seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa

untuk ☜menemukan kembali☝ matematikan dengan berbuat matematika.

Pembelajaran matematika harus mampu mmeberi siswa situasi masalah yang

dapat dibanyangkan atau mempunyai hubungan dengan dunia nyata.

Lebih lanjut mereka menemukan adanya kecenderungan kuat bahwa dalam

memecahkan masalah dunia nyata siswa tergantung pada pengetahuan pada

pengetahuan yang dimiliki siswa tentang dunia nyata tersebut.

(3) Goldin (1992)

Matematika ditemukan dan dibangun oleh manusia sehingga dalam

pembelajaran matematika harus lebih dibangun oleh siswa daripada

ditanamkan oleh guru. Pembelajaran matematikan menjadi lebh aktif bila guru

membantu siswa menemukan dan memecahkan masalah dengan menerapkan

pembelajaran bermakna.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar

matematika adalah belajar tentang rangkaian-rangkaian pengertian (konsep)

4
dan rangkaian pertanyaan-pertanyaan (sifat, teorema, dalili, prinsip). Untuk

mengungkapkan tentang pengertian dan pernyataan diciptakan lambang-

lambang, nama-nama, istilah dan perjanjian-perjanjian (fakta). Konsep yaitu

pengertian abstrak yang memungkinkan seseorang dapat membedakan suatu

obyek dengan yang lain.

c. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Winkel yang dikutip oleh Purwanto, hasil belajar adalah

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan

pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow

mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan Purwanto

mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh

mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan

tujuan pendidikan yang ditetapkan. Menurut Suprijono, hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap,

apresiasi, dan keterampilan.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid

setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Sedangkan

menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam

hasil belajar mengajar: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan

dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22).

Hasil belajar yang dicapai murid dipengaruhi oleh dua faktor

yakni: faktor dari dalam diri murid dan faktor dari luar diri murid

(Sudjana, 1989: 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor

5
dalam diri murid perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang

dikemukakan oleh Clark (1981: 21) menyatakan bahwa hasil belajar murid

di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan murid dan 30% dipengaruhi

oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri murid yakni

lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana,

2002: 39).

Pengertian hasil berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Departemen Pendidikan Nasional, 2005: 391) berarti sesuatu yang

diadakan (dibuat, dijadikan) oleh sebuah usaha; akibat kesudahan (dari

pertandingan, ujian dan sebagainya). Sedangkan belajar Kamus Besar

Bahasa Indonesia ((Departemen Pendidikan Nasional, 2005: 17) diartikan

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.

Hasil belajar adalah prestasi yang dicapai oleh murid sekolah

dasar setelah mengikuti proses belajar mengajar yang berkenaan dengan

materi suatu mata pelajaran. Hasil belajar ini dapat diukur dengan

menggunakan instrumen tes hasil belajar. Berdasarkan hasil belajar, guru

dapat membuat kesimpulan urutan-urutan murid yang berprestasi dan yang

tidak berprestasi. Kemudian dengan melihat hasil belajar yang rendah atau

kurang memuaskan maka perlu berupaya mengadakan perbalikan proses

pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar dapat dinyatakan sebagai tingkat penguasaan bahan pelajaran

setelah mendapatkan atau memperoleh pengalaman belajar dalam kurun

waktu tertentu yang dapat diukur dengan menggunakan tes atau penilaian

6
tertentu melalui proses belajar mengajar yang melibatkan murid dan guru,

sehingga murid sekolah dasar mampu mampu memecahkan masalah dan

menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam proses

belajarnya dengan lingkungan dimana murid sekolah dasar tersebut

berada.

d. Factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut para ahli pendidikan, hasil belajar yang dicapai oleh para

peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang terdapat

dalam diri peserta didik itu sendiri (faktor internal) dan faktor yang

terdapat di luar diri peserta didik (faktor eksternal).

Faktor internal atau faktor yang terdapat di dalam diri peserta didik

yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

a. Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik.

Kemampuan dasar (intelegensi) merupakan wadah bagi

kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan

b. Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu.

c. Kurangnya motivasi atau dorongan belajar, tanpa motivasi yang

besar akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena

motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar

d. Situasi pribadi utama emosional yang dihadapi peserta didik

pada waktu tertentu dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar

e. Faktor jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti

gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan pendengaran dan lain

sebagainya.

7
f. Faktor hireditas (bawaan) yang tidak mendukung kegiatan

belajar, seperti buta warna, kidal, trepor, cacat tubuh dan lain

sebagainya.

Adapun faktor yang terdapat dari luar diri peserta didik

(eksternal) yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.

a. Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi

belajar peserta didik, seperti: cara mengajar, sikap guru,

kurikulum atau materi yang akan dipelajari, perlengkapan belajar

yang tidak memadai, teknik evaluasi yang kurang tepat, ruang

belajar yang kurang nyaman, dan sebagainya.

b. Situasi dalam keluarga peserta didik, seperti rumah tangga yang

kacau, kurang perhatian orang tua karena pekerjaannya dan lain

sebagainya.

c. Situasi lingkungan sosial yang mengganggu kegiatan belajar

siswa, seperti pengaruh negatif dari pergaulan, gangguan

kebudayaaan, lain sebagainya.

e. Taksonomi Hasil Belajar

Taksonomi hasil belajar terdiri dari tiga macam, yaitu:

a. Taksonomi hasil belajar kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam

kawan kognisi. Taksonomi hasil belajar yang terbaru menurut Bloom

terdiri dari 6 dimensi yaitu proses mengingat (remember), memahami

(understand), mengaplikasikan (aplicating), menganalisis (analizing),

mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (create). Kategori yang

8
pertama menekankan retensi sedangkan kategori kelima yang lain lebih

menenkankan transfer.

Tujuan pembelajaran yang menumbuhkan kemampuan untuk

mengingat cukup mudah dirumuskan tetapi tujuan-tujuan yang

mengembangkan kemampuan untuk mentransfer lebih sulit

dirumuskan, diajarkan dan diakses.

1) Mengingat

Mengingat berarti mengambil pengetahuan tertentu dari memori

jangka panjang.

2) Memahami

Memahami adalah mengkontruksi makna dari materi/ pesan-pesan

pembelajaran termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar

ataupun grafis oleh guru.

3) Mengaplikasikan

Mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur

tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau penyelesaian

masalah.

4) Menganalisis

Menganalisis berarti melibatkan proses memecah-mecah materi

menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-

hubungan antar bagian itu dan keseluruhan struktur atau tujuan.

5) Mengevaluasi

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan

berdasarkan kriteria dan standar.

9
6) Mencipta

Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk

sesuatu yang baru dan koheren atau membuat suatu produk yang

orisinil. Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen

menjadi sebuah produk yang koheren dan fungsional.

b. Taksonomi hasil belajar afektif

Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat,

yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

Hasil belajar disusun secara hirarkhis mulai dari tingkat paling rendah

dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks.

1) Penerimaan (receiving) atau menaruh perhatian (attending) adalah

kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian

kepada rangsangan yang datang kepadanya.

2) Partisipasi atau merespons (responding) adalah kesediaan

memberikan respon dan berpartisipasi

3) Penilaian atau penentu sikap (valuating) adalah kesediaan untuk

menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tertentu

4) Organisasi adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang

dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku

5) Internalisasi atau karakterisasi adalah menjadikan nilai-nilai yang

diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku

tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.

c. Taksonomi hasil belajar psikomotorik

Menurut Harrow hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan

10
menjadi enam, yaitu: gerakan refleks, gerakan fundamental dasar,

kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan keterampilan dan

komunikasi tanpa kata. Namun klasifikasi yang paling banyak

digunakan adalah taksonomi hasil belajar psikomotorik dari Simpson,

Gonlund, dan Linn yang mengklasifikasikan hasil belajar

psikomotorik menjadi enam, yaitu:

1. Persepsi (perception) adalah kemampuan membedakan suatu

gejala dengan gejala lain.

2. Kesiapan (set) adalah kemampuan menempatkan diri untuk

memulai suatu gerakan

3. Gerakan terbimbing (guided response) adalah kemampua

melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan

4. Gerakan terbiasa (mechanism) adalah kemampuan melakukan

gerakan tanpa ada contoh model

5. Gerakan kompleks (Adaptation) adalah kemampuan

melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama

yang tepat

6. Kreativitas (origination) adalah kemampuan menciptakan

gerakan-gerakan yang menjadi kombinasi gerakan baru yang

orisinal.

Berdasarkan teori-teori tentang hasil belajar di atas,

penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan

perilaku yang diperoleh melalui usaha menetap dalam waktu yang

relatif lama dan merupakan pengalaman yang dapat diukur melalui

11
domain kognitif, afektif, dan psikomotorik

2. Hasil Belajar Matematika

a. Pengertian Matematika

Kata matematika berasal dari beberapa istilah. Dalam tulisan

Suwangsih dan Tiurlina (Isrok’atun dkk, 2018: 2), istilah matematika

berawal dari bahasa yunani yaitu mathematike yang artinya mempelajari.

Kata mathematike berasal dari kata mathema yang memiliki arti

pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Selain itu, kata mathematike

berhubungan juga dengan kata lain yang hampir sama, yaitu mathein atau

mathenein yang berarti berpikir.

Dalam kurikulum 2004 di jelaskan bahwa matematika merupakan

ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,

mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya

pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan

komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang

teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.

Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan

penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Definisi matematika dipaparkan juga oleh Ruseffendi (Isrok’atun

dkk, 2018: 3), matematika adalah ilmu tentang struktur yang

terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur

didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Ruseffendi juaga berpendapat bahwa pada hakikatnya matematika

12
merupaka ilmu dedukatif, terstruktur, tentang pola dan hubungan,

bahasa simbol, serta sebagai ratu dan pelayanan ilmu.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai peranan

yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada umumnya. Oleh

karena itu matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok di

sekolah baik di sekolah dasar, sekolah lanjutan sampai dengan

perguruan tinggi. Matematika perlu dipelajari oleh siswa karena

matematika merupakan sarana berfikir untuk menumbuh kembangkan

pola berfikir logis, sistematis, obyektif, kritis dan rasional.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang

mendapat porsi perhatian terbesar baik dari kalangan pendidik, orang

tua maupun anak. sangat sulit dipelajari dibandingkan pelajaran yang

lain. Anggapan tersebut dapat mempengaruhi mental siswa dan dapat

juga menimbulkan sikap negatif siswa terhadap belajar matematika.

dampaknya siswa menjadi malas untuk mengikuti pelajaran

matematika, takut dengan guru matematika, bahkan bisa benci dengan

pelajaran matematika,Jusmawati (2017: 28).

Dalam pembelajaran matematika siswa akan membangun

pengalaman belajarnya sendiri. Guna membangun pengalaman siswa

secara langung pembelajaran akan berpusat pada siswa dimana

matematika akan memberikan peluang untuk siswa dalam berusaha

dan mencari pengalaman dalam matematika sebagai proses yang

dirancan untuk menciptakan suasana belajar matematika

13
memungkinkan siswa untuk belajar sehingga tujuan dalam

pembelajaran matematika akan tercapai dengan maksimal.

b. Pembelajaran Matematika

Matematika adalah ilmu pengetahuan struktur dan hubungan-

hubungannya, simbol-simbol diperlukan, matematika berkenaan dengan

ide-ide abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif

(Hudoyo, 1988: 3). Menurut Nasution (1980), bahwa matematika dapat

dipandang sebagai suatu ide yang dihasilkan oleh ahli-ahli matematika

dan objek penalarannya dapat berupa benda-benda atau makhluk, atau

dapat dibayangkan dalam alam pikiran kita. Pengertian lain yang

dikemukakan oleh Sutrisman dan Tambuan (1987: 2-3) bahwa

matematika adalah pengetahuan tentang kuantitas ruang, salah satu dari

sekian banyak cabang ilmu yang sistematis, terstruktur dan eksak.

Dalam proses belajar mengajar matematika, seorang siswa tidak

dapat mengetahui jenjang yang lebih tinggi tanpa melalui dasar atau hal-

hal yang merupakan prasyarat dalam kelanjutan program pengajaran

selanjutnya. Untuk mempelajari matematika dituntut kesiapan siswa

dalam menerima pelajaran, kesiapan yang dimaksud adalah kematangan

intelektual dan pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh anak,

sehingga hasil belajar lebih bermakna bagi siswa.

Hudoyo (1988: 4) berpendapat bahwa belajar matematika yang

terputus- putus akan mengganggu proses belajar. Pendapat serupa

dikemukakan Russeffendi (1988 : 25) bahwa belajar matematika bagi

seorang anak merupakan proses yang kontinu sehingga diperlukan

14
pengetahuan dan pengertian dasar matematika yang baik pada permukaan

belajar untuk belajar selanjutnya.

Proses belajar matematika haruslah diawali dengan

mempelajari konsep-konsep yang lebih mendalam dengan menggunakan

konsep-konsep sebelumnya atau dengan kata lain bahwa proses belajar

matematika adalah suatu rangkaian kegiatan belajar mengajar dalam

interaksi hubungan timbal balik antara siswa dengan guru yang ber-

langsung dalam lingkungan yang ada disekitarnya untuk mencapai tujuan

tertentu.

Dengan demikian, untuk dapat menguasai materi pelajaran

matematika pada tingkat kesukaran yang lebih tinggi diperlukan

penguasaan materi tertentu sebagai pengetahuan prasyarat. Penguasaan

yang tinggi akan dapat dimiliki siswa dalam mempelajari matematika

bila guru tidak hanya menuntut siswanya untuk menghafal rumus saja,

tetapi lebih penting adalah memberikan pemahaman yang penuh

terhadap konsep-konsep yang disampaikan.

Berdasarkan penjelasan tentang definisi belajar dan matematika di

atas, dapat dikatakan bahwa Belajar Matematika adalah proses dalam diri

siswa yang hasilnya berupa perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan

dan untuk menerapkan konsep-konsep, struktur dan pola dalam

matematika sehingga menjadikan siswa berfikir logis, kreatif, sistematis

dalam kehidupan sehari-hari. Belajar matematika akan lebih berhasil bila

mengarah pada pengembangan berfikir, pengembangan konsep atau ide-

ide terdahulu yang dipersiapkan untuk mempelajari dan menguasai

15
konsep baru.

3. Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)

1. Pengertian Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)

Pembelajaran course review horay merupakan salah satu pembelajaran

kooperatif, yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan

siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran Course Review

Horay (CRH) adalah metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana

kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat

menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak “hore!” atau yel-

yel lainnya yang disukai.

Model pembelajaran Course Review Horay (CRH) juga merupakan suatu

metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan

soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah

dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan

jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus langsung

berteriak “hore” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.

Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara

terarah maka seiring dengan perkembangan dunia pendidikan pembelajaran

Course Review Horay menjadi salah satu alternatif sebagai pembelajaran

yang mengarah pada pemahaman konsep. Pembelajaran Course Review

Horay merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu proses

pembelajaran dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-

kelompok kecil.

Pembelajaran Course Review Horay (CRH) yang dilaksanakan

16
merupakan suatu pembelajaran dalam rangka pengujian terhadap

pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan

diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang paling terdahulu

mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yel-yel lainnya.

Melalui pembelajaran Course Review Horay (CRH) diharapkan dapat

melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan

kelompok kecil, serta dapat tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas

yang lebih menyenangkan, sehingga para siswa merasa lebih tertarik.

2. Tujuan Penerapan Model Course Review Horay

Tujuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Course Review

Horay (CRH) adalah sebagai berikut:

a. Mendorong siswa untuk ikut aktif dalam belajar

Model ini merupakan cara belajar-mengajar yang lebih

menekankan pada pemahaman materi yang diajarkan guru dengan

cara menyelesaikan soal-soal. Pada pembelajaran Course Review

Horay aktifitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa. Dalam hal

ini pada proses pembelajaran guru hanya bertindak sebagai

penyampai informasi, fasilitator dan pembimbing.

b. Melatih siswa untuk mencapai tujuan-tujuan hubungan sosial yang

pada akhirnya mempengaruhi prestasi akademik siswa

Pembelajaran melalui model ini dicirikan oleh struktur tugas,

tujuan dan penghargaan kooperatif yang melahirkan sikap

ketergantungan yang positif diantara sesama siswa, penerimaan

terhadap perbedaan individu dan mengembangkan keterampilan

17
bekerjasama antar kelompok. Kondisi seperti ini akan memberikan

kontribusi yang cukup berarti untuk membantu siswa yang

kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep belajar, pada akhirnya

setiap siswa dalam keals dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah

Tidak bisa dipungkiri adakalanya terdapat siswa yang tidak atau

kurang menyenangi suatu mata pelajaran. Sehingga, konsekuensinya

bidang studi yang dipegang seseorang menjadi tidak disenangi.

Bisa ditunjukkan dari sikap acuh tak acuh siswa ketika guru

tersebut sedang menjelaskan materi pelajaran di kelas ketika

mengajar, guru selalu duduk dengan santai di kelas tanpa

memperdulikan tingkah laku siswa atau anak didiknya. Ini adalah

jalan pengajaran yang sangat membosankan. Dalam hal ini guru

gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreatifitas

dan kegairahan belajar siswa.

Bila demikian terjadi, guru yang bersangkutan dapat mensiasati

keadaan tersebut dengan pemilihan model belajar yang

menyenangkan dan dapat menarik minat siswanya untuk ikut serta

aktif dalam aktivitas belajar mengajar.

3. Implementasi Pembelajaran Course Review Horray (CRH)

Pembelajaran kooperatif tipe CRH dalam penelitian ini diberikan

pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 8 Medan semester ganjil tahun

pelajaran 2022/2023 pada materi Determinan dan Invers Matriks Persegi

Ordo 2 x 2 untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa

18
diperoleh melalui hasil post-test yang diberikan pada akhir pembelajaran.

Adapun implementasi model pembelajaran CRH pada materi Determinan

dan Invers Matriks Persegi Ordo 2 x 2 adalah sebagai berikut:

Awal pertemuan peneliti menyampaikan materi Determinan dan

Invers Matriks Persegi Ordo 2 x 2 dengan kompetensi dasar penyelesaian

masalah dengan menggunakan konsep Determinan dan Invers Matriks

Persegi Ordo 2 x 2.

Pertama-tama peneliti menyampaikan kompetensi keahlian yang

harus dicapai dalam pembelajaran Determinan dan Invers Matriks

Persegi Ordo 2 x 2 dengan model pembelajaran Course Review Horay

(CRH), kemudian peneliti menjelaskan pengertian dan cara

menyelesaikan masalah dengan menggunakan Determinan dan Invers

Matriks Persegi Ordo 2 x 2 dan memberikan contoh penyelesaianya.

Setelah peneliti memberikan penjelasan ulasan materi, peneliti

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi

yang disampaikan.

Setelah peneliti menjelaskan materi, peneliti membentuk kelas

menjadi beberapa kelompok dengan anggota kelompok masing-masing

4-6 siswa. Siswa di suruh untuk membuat 9 kotak dan tiap kotak diisi

angka sesuai dengan selera masing-masing kelompok. Kemudian guru

membacakan soal tentang materi yang dijelaskan tadi secara acak dan

masing-masing kelompok menulis jawaban di dalam kotak yang

nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, jika benar diisi

tanda centang () dan salah diisi tanda silang (x). Kelompok yang lebih

19
dahulu mendapatkan tanda centang pada satu garis lurus langsung

berteriak horay atau menyanyikan yel-yel kelompoknya. Nilai siswa

dihitung dari jawaban benar dan jumlah horay yang diperoleh kelompok

mereka. Kemudian peneliti menyimpulkan tentang materi dan model

pembelajaran yang dipakai dalam penelitian tadi.

4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Course Review Horray

(CRH)

Pembelajaran course review horay dipilih dalam penelitian ini

karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya pembelajaran

lebih menarik, medorong siswa untuk dapat terjun kedalam situasi

pembelajaran, pembelajarannya tidak monoton sehingga siswa lebih

antusias, termotivasi, dan semangat belajar karena suasana belajar lebih

menyenangkan, serta dapat melatih kerjasama dan komunikasi yang baik

antar siswa.

a. Kelebihan Pembelajaran Course Review Horray (CRH)

1. Menarik sehingga mendorong siswa terlibat di dalamnya

2. Tidak menoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga

suasana tidak menegangkan.

3. Siswa dapat menerima dan mengeluarkan pendapat.

4. Melatih kerja sama.

b. Kelemahan Pembelajaran Course Review Horray (CRH)

1. Siswa aktif dan pasif disamakan nilainya

2. Adanya peluang untuk curang

Dengan melihat keunggulan dari model pembelajarancourse

20
review horay diharapkan dapat membuat siswa menjadi tertarik dan lebih

bersemangat serta antusias dalam mengikuti pelajaran matematika, dapat

membimbing siswa untuk belajar lebih aktif lagi, dengan kondisi tersebut

siswa lebih nyaman menikmati pelajaran dan tidak mudah bosan, maka

siswa akan memahami materi pelajaran secara mendalam, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, melalui model pembelajaran course

review horay (CRH) ini diharapkan dapat mepengaruhi hasil belajar

siswa sehingga hasil belajar siswa.

B. Kerangka Berfikir

Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan

memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan

matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan

matematika diskrit.

Tujuan dari mata pelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes, akurat,

efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah; menggunakan penalaran pada

pola dan sifat, melakukan manipulasi matematilka dalam membuat

generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan

matematika; memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model matematika,

21
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;

mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah; memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,

perhatian, dan minat dalm mempelajarai matematika, serta sikap ulet dan

percaya diri dalam pemecahan masalah.

Metode Course Review Horay (CRH) adalah suatu metode pembelajaran

dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang di isi dengan nomor

untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar

berterian horay. Pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat di

implementasikan secara luas di berbagai bidang studi, termasuk salah satu

pendekatan pembelajaran kontruktivisme seperti yang disarankan dalam

kurikulum.

22
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka hipotesis tindakan secara

umum dapat dirumuskan “Apabila model pembelajaran course review

horay diterapkan maka dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa

kelas XI IPS 2 SMA Negeri 8 Medan”

23

Anda mungkin juga menyukai