Anda di halaman 1dari 17

12 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI


MODEL BELAJAR KOOPERATIF KELAS VI SDN KRANDEGAN
KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK
SEMESTER I TAHUN 2013/2014

Oleh:
Harsono
SDN Krandegan, Gandusari, Trenggalek

Abstrak. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk
sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan
interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan
pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan dan jenis penelitian
yaitu penelitian tindakan. Lokasi penelitian tindakan ini adalah SDN Krandegan Kecamatan
Gandusari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan obyek penelitian ini adalah siswa Kelas VI Semester
I SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014 yang berjumlah
15 siswa. Berdasarkan pada hasil penelitian ini, dapat peneliti rumuskan beberapa kesimpulan,
diantaranya: (1) Dalam Model belajar Kooperatif, setiap materi pelajaran yang baru, harus
dikaitkan dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang ada sebelumnya. Model belajar
Kooperatif dalam pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar mata
pelajaran lain selain mata pelajaran Matematika Pokok bahasan Pengerjaan hitung campuran. Hal
yang perlu diingat dalam penggunaan Model belajar Kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar
adalah: (a) pusat kegiatan belajar mengajar adalah siswa aktif, (b) pembelajaran dimulai dengan
hal yang sudah diketahui dan dipahami siswa, (c) bangkitkan motivasi belajar dengan membuat
materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan (d) guru harus
selalu mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat siswa bosan, dan hal
ini harus segera ditanggulangi. (2) Model belajar Kooperatif, mengkondisikan siswa belajar
dengan meningkatkan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar.

Kata kunci: kooperatif, prestasi belajar, matematika, kelas VI

Belajar merupakan suatu proses kegiatan process by wich an activity oreginiles or is


yang dilakukan secara sadar oleh siswa changed trough responding to a situation
untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu provided the changed can not be attributed
aktivitas mental dan psikhis yang to growth or the temporary sate of the
berlangsung dalam interaksi dengan organisme as in fatique or under druges.
lingkungan yang menghasilkan perubahan- Artinya belajar adalah suatu proses kegiatan
perubahan pengetahuan, pemahaman, yang menghasilkan aktivitas baru atau
ketrampilan, dan nilai sikap (Winkel, 1984). perubahan kegiatan karena reaksi
Nasution (2001) belajar adalah suatu lingkungan. Perubahan itu tidak dapat
proses yang berlangsung di dalam diri disebut belajar apabila disebabkan oleh
pebelajar (siswa). Belajar adalah suatu perubahan atau kesadaran sementara orang
kegiatan yang disengaja untuk mengubah tersebut karena kelelahan atau karena obat-
tingkah laku sehingga diperoleh kecakapan obatan, sehingga orang tersebut tidak sadar
baru (Sukirin, 1984). terhadap keadaan dirinya.
Hilgard yang dikutip oleh Hamalik Perubahan yang dimaksud adalah
(2002) berpendapat bahwa Learning in the perubahan pengetahuan, kecakapan dan
Harsono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Belajar Kooperatif... 13

tingkah laku. Perubahan itu diperoleh kelas, sistem ujian, yang mengutamakan
dengan latihan dan pengalaman bukan kontinuitas dan pendalaman belajar
perubahan dengan sendirinya. (Sukmadinata, 2005)
Dari beberapa pendapat tersebut dapat Minat belajar pada siswa ada yang
disimpulkan bahwa belajar adalah proses bersifat sementara (jangka pendek) dan
perubahan tingkah laku yang dilakukan bersifat menetap (jangka panjang). Beberapa
secara sadar, baik itu perubahan hal yang dapat diusahakan untuk
pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan, membangkitkan minat belajar siswa secara
dan perubahan tesebut dilakukan secara menetap (jangka panjang) yaitu, pemilihan
berkesinambungan. bahan pembelajaran yang berarti bagi anak,
Prestasi belajar merupakan suatu bukti menciptakan kegiatan belajar yang dapat
terjadinya suatu perubahan tingkah laku membangkitkan dorongan untuk
pada seseorang yang melakukan kegiatan menemukan, menterjemahkan materi
belajar. Tingkah laku memiliki unsur pembelajaran sesuai dengan tingkat
subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif perkembangan siswa, dan materi
adalah unsur rohaniah, dan unsur motoris disampaikan dalam bentuk siswa aktif, anak
adalah unsur jasmaniah. banyak terlibat dalam proses belajar.
Menurut Hamalik (2001), prestasi Woodworth (1951) mengatakan
belajar akan tampak pada setiap perubahan bahwa prestasi (achivement) adalah actual
pada aspek-aspek tersebut. Aspek-aspek ability and can be measured directly by use
tersebut meliputi: (1) pengetahuan, (2) of test. Artinya prestasi menunjukkan suatu
pengertian, (3) kebiasaan, (4) ketrampilan, kemampuan aktual yang dapat diukur secara
(5) apresiasi, (6) emosional, (7) hubungan langsung dengan menggunakan tes.
sosial, (8) jasmani, (9) etis dan budi pekerti, Berkaitan dengan prestasi belajar,
dan (10) sikap. belajar akan lebih mudah dan dapat
Dari beberapa pendapat tentang dirasakan bila belajar tersebut mengetahui
konsep prestasi belajar tersebut, maka hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti
prestasi belajar yang dimaksud dalam perubahan-perubahan yang terjadi pada
penelitian ini adalah minat belajar dan individu, maka perubahan-perubahan itu
prestasi belajar. Adapun penjabarannya harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari
sebagai berikut. pengamatan dan penilaian inilah umumnya
Minat berkaitan erat dengan perasaan diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar.
individu, objek, dan aktivitas. Ada dua hal Prestasi belajar merupakan prestasi
yang diperhatikan kaitannya dengan minat, belajar yang diukur dengan menggunakan
yaitu: minat sebagai dorongan dan minat tes karena prestasi belajar berupa
sebagai kebutuhan. Minat adalah ketrampilan intelektual, strategi kognitif,
kecenderungan dimana seseorang informasi verbal, ketrampilan, dan nilai dan
mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan sikap.
disertai keinginan untuk mengetahui dan Menurut Gagne yang dikutip oleh
mempelajari maupun membuktikan lebih Nurhadi (2002) mengatakan bahwa prestasi
lanjut. belajar dapat diukur dengan menggunakan
Minat belajar adalah suatu dorongan tes karena prestasi belajar berupa
atau keinginan individu dalam hal ini siswa, ketrampilan intelektual, strategi kognitif,
sebagai upaya untuk mencapai prestasi informasi verbal, ketrampilan, dan nilai dan
belajar yang dilakukan. Membangkitkan sikap.
minat belajar pada siswa sulit dilaksanakan Dari beberapa pendapat tersebut dapat
bila proses belajar hanya menekankan pada disimpulkan bahwa prestasi belajar
satuan-satuan kurikulum, sistem kenaikan merupakan prestasi belajar seseorang yang
14 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015

dapat dilihat secara nyata oleh orang lain menerima perbedaan ini.
dan hasil kerja tersebut dapat diukur secara Teknik ini sebagai salah satu strategi
langsung dengan tes. belajar mengajar, ialah suatu cara mengajar
Robert L. Cilstrap dan William R. dimana siswa di dalam kelas dipandang
Martin memberikan pengertian Kooperatif sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi
sebagai kegiatan sekelompok siswa yang beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri
biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir dari 3 sampai 4 siswa, mereka bekerja
untuk kepentingan belajar. Keberhasilan bersama dalam memecahkan masalah, atau
Kooperatif ini menuntut kegiatan yang melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha
kooperatif dari beberapa individu tersebut. mencapai tujuan pembelajaran yang telah
Pembelajaran kooperatif atau ditentukan pula oleh guru.
cooperative learning merupakan istilah Adapun pengelompokan itu biasanya
umum untuk sekumpulan strategi didasarkan pada: (a) Adanya alat pelajaran
pengajaran yang dirancang untuk mendidik yang tidak mencukupi jumlahnya. Agar
kerja sama kelompok dan interaksi penggunaannya dapat lebih efisien dan
antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif efektif, maka siswa perlu dijadikan
setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan kelompok-kelompok kecil. Karena bila
pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, seluruh siswa sekaligus menggunakan alat-
penerimaan terhadap keragaman, dan alat itu tidak mungkin. Dengan pembagian
pengembangan keterampilan sosial. kelompok mereka dapat memanfaatkan alat-
Strategi ini berlandaskan pada teori alat yang terbatas itu sebaik mungkin, tanpa
belajar Spradley (1980) yang menekankan saling menunggu gilirannya; (b) Kemam-
pada interaksi sosial sebagai sebuah puan belajar siswa. Di dalam satu kelas
mekanisme untuk mendukung perkemba- kemampuan belajar siswa tidak sama. Siswa
ngan kognitif. Selain itu, metode ini juga yang pandai di dalam bahasa Inggris, belum
didukung oleh teori belajar information tentu sama pandainya dalam pelajaran
processing dan cognitive theory of learning. sejarah. Dengan adanya perbedaan kemam-
Dalam pelaksanaannya metode ini mem- puan belajar itu, maka perlu dibentuk
bantu siswa untuk lebih mudah memproses kelompok menurut kemampuan belajar
informasi yang diperoleh, karena proses masing-masing, agar setiap siswa dapat
encoding akan didukung dengan interaksi sesuai dengan kemampuannya; (c) Minat
yang terjadi dalam Pembelajaran Khusus, setiap individu memiliki minat
Kooperatif. Pembelajaran dengan metode khusus yang perlu dikembangkan, hal mana
Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada yang satu pasti berbeda dengan yang lain.
teori Cognitive karena menurut teori ini Tetapi tidak menutup kemungkinan ada
interaksi bisa mendukung pembelajaran. anak yang minat khususnya sama, sehingga
Metode pembelajaran kooperatif memungkinkan dibentuknya kelompok, agar
learning mempunyai manfaat-manfaat yang mereka dapat dibina dan mengembangkan
positif apabila diterapkan di ruang kelas. bersama minat khusus tersebut; (d)
Beberapa keuntungannya antara lain: Memperbesar Partisipasi Siswa, di sekolah
mengajarkan siswa menjadi percaya pada pada tiap kelas biasanya jumlah siswa
guru, kemampuan untuk berfikir, mencari terlalu besar, dan kita tabu bahwa jumlah
informasi dari sumber lain dan belajar dari jam pelajaran adalah sangat terbatas,
siswa lain; mendorong siswa untuk sehingga dalam jam pelajaran yang sedang
mengungkapkan idenya secara verbal dan berlangsung sukar sekali untuk guru akan
membandingkan dengan ide temannya; dan mengikutsertakan setiap murid dalam
membantu siswa belajar menghormati siswa kegiatan itu. Bila itu terjadi siswa yang
yang pintar dan siswa yang lemah, juga ditunjuk guru akan aktif, yang tidak disuruh
Harsono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Belajar Kooperatif... 15

akan tetap pasif Baja. Karena itulah bila berbeda-beda dan tugas mengajar yang
berkelompok, dan diberikan tugas yang berbeda pula; (3) Keberhasilan strategi
sama pada masing-masing kelompok, maka Pembelajaran Kooperatif ini tergantung
banyak kemungkinan setiap siswa ikut serta kepada kemampuan siswa memimpin
melaksanakan dan memecahkannya; (e) kelompok atau untuk bekerja sendiri.
Pembagian tugas atau pekerjaan, di dalam Pembelajaran kooperatif berjangka
kelas bila guru menghadapi suatu masalah pendek, bentuk ini dapat disebut pula “rapat
yang meliputi berbagai persoalan, maka kilat” karena hanya mengambil waktu lebih
perlu tugas membahas masing-masing kurang 15 menit, yang mempunyai tujuan
persoalan pada kelompok, sesuai dengan untuk memecahkan persoalan khusus yang
jumlah persoalan yang akan dibahas. terdapat pada sesuatu masalah. Umpama-
Dengan demikian masing-masing kelompok nya: ketika instruktur menjelaskan sesuatu
harus membahas tugas yang diberikan itu; pelajaran terdapat suatu masalah yang perlu
(f) Kerja sama yang efektif, dalam didiskusikan. Guru dapat menunjuk
kelompok siswa harus bisa bekerja sama, beberapa siswa, atau membagi kelas mejadi
mampu menyesuaikan diri, menyeimbang- beberapa kelompok untuk membahas
kan pikiran/pendapat atau tenaga untuk masalah itu dalam waktu singkat.
kepentingan bersama, sehingga mencapai Pembelajaran kooperatif berjangka
suatu tujuan untuk bersama pula. panjang, pembicaraan disini memakan
Keuntungan penggunaan teknik waktu yang panjang, misalnya memakan
pembelajaran Kooperatif itu, adalah: (1) waktu 2 hari, satu minggu atau mungkin tiga
Dapat memberikan kesempatan kepada para bulan, tergantung pada luas dan banyaknya
siswa untuk menggunakan keterampilan tugas yang harus diselesaikan siswa.
bertanya dan membahas sesuatu masalah; Apabila siswa telah menyelesaikan tugasnya
(2) Dapat memberikan kesempatan pada didalam suatu kelompok.
pada siswa untuk lebih intensif mengadakan Pembelajaran Kooperatif berjangka
penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau panjang dapat dilaksanakan dengan tujuan:
masalah; (3) Dapat mengembangkan bakat (a) Memotivasi siswa ke arah kegiatan-
kepemimpinan dan mengajarkan keteram- kegiatan yang berhubungan dengan
pilan berdiskusi; (4) Dapat memungkinkan masyarakat. Misalnya: penerangan tentang
guru untuk lebih memperhatikan siswa makanan sehat, penggunaan metode
sebagai individu serta kebutuhannya belajar; mengajar yang lebih efisien, menggalakkan
(5) Para siswa lebih aktif tergabung dalam KB dan sebagainya. Jadi dengan
kelompok mereka, dan mereka lebih aktif Pembelajaran Kooperatif disini siswa dapat
berpartisipasi dalam diskusi; (6) Dapat menerapkan teori yang dipelajari di sekolah
memberikan kesempatan kepada para siswa ke dalam praktek hidup sehari-hari, di
untuk mengembangkan rasa menghargai samping dapat menyumbangkan
pendapat orang lain, hal mana mereka telah pemikirannya/ide-idenya Serta bagi
saling membantu kelompok dalam usahanya masyarakat sekitarnya; (b) Dengan
mencapai tujuan bersama. melaksanakan Pembelajaran Kooperatif
Tetapi disamping itu keunggulan memberi pengalaman kepada siswa untuk
teknik pembelajaran Kooperatif memiliki mengenal kepemimpinan /leadership, seperti
pula kelemahannya, yaitu: (1) Pembelajaran membuat rencana sebelum melakukan
Kooperatif sering-sering hanya melibatkan sesuatu pekerjaan, membagi pekerjaan,
kepada siswa yang mampu sebab mereka memecahkan masalah / menyelesaikan tugas
cakap memimpin dan mengarahkan mereka dengan bekerja bersama; (c) Dengan bekerja
yang kurang; (2) Strategi ini kadang-kadang sama itu siswa dapat mengumpulkan bahan-
menuntut pengaturan tempat duduk yang bahan informasi atau data lebih banyak
16 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015

tentang berbagai jenis aspek suatu masalah 1998). Pengaturan peristiwa-peristiwa ini
di dalam waktu relatif singkat. perlu dirancang secara seksama sehingga
Pembelajaran Kooperatif Campuran, belajar siswa diperlancar, maju kearah
disini siswa dibagi menjadi kelompok-ke- pencapaian tujuan belajar. Even-even
lompok yang disesuaikan dengan kemam- pembelajaran itu menurut Gagne (1998)
puan belajar siswa. Dalam Pembelajaran yang dikutip oleh Munandir (2001) adalah
Kooperatif ini siswa diberi kesempatan un- (1) membangkitkan perhatian dan minat, (2)
tuk bekerja sesuai dengan kemampuan ma- memberitahukan apa tujuan belajar, (3)
sing-masing sehingga kelompok yang pintar membantu mengingat kembali prasyarat
dapat selesai terlebih dahulu tidak usah belajar yang telah dikuasai, (4) menyajikan
menunggu kelompok yang lain. Kelompok stimulus belajar, (5) memberikan bimbingan
siswa yang agak lamban, diizinkan menye- belajar, (6) membuat siswa berkinerja
lesaikan tugasnya dalam waktu yang sesuai (merespon), (7) memberikan balikan tentang
dengan kemampuannya. Agar Pembelajaran kinerja, (8) menilai kinerja siswa, dan (9)
Kooperatif campuran itu mencapai sasaran, menguatkan retensi (apa yang telah
guru perlu memperhatikan hal-hal ialah ha- dipelajari) dan alih (transfer) belajar.
rus menyediakan tugas atau kegiatan belajar Menurut Hamalik (2002), mengatakan
yang sesuai dengan kemampuan belajar se- bahwa strategi merancang sistem
tiap kelompok, kemudian setiap tugas harus pembelajaran adalah suatu rencana untuk
disusun sedemikian rupa sehingga setiap ke- mengerjakan prosedur merancang sistem
lompok dapat mengerjakan sendiri tanpa secara efisien. Strategi dasar dalam
bantuan orang lain atau guru. Akhirnya guru perencanaan meliputi: (1) menganalisa
harus memberi petunjuk yang jelas, sehing- tuntutan sistem, (2) mendesain sistem, dan
ga siswa tahu apa yang harus dikerjakan, (3) mengevaluasi dampak sistem.
dan apa yang diharapkan dari mereka ma- Strategi merupakan suatu upaya, cara
sing-masing. ataupun langkah-langkah pendekatan untuk
Supaya Pembelajaran Kooperatif da- mencapai sesuatu tujuan secara optimal.
pat lebih berhasil, maka harus melalui lang- Strategi pembelajaran merupakan cara-cara
kah-langkah sebagai berikut: (a) Menjelas- yang dilakukan untuk menghasilkan pem-
kan tugas kepada siswa, (b) Menjelaskan belajaran tersebut tercapai sesuai dengan
apa tujuan Pembelajaran Kooperatif itu, (c) pendekatan tujuan yang direncanakan.
Membagi kelas menjadi beberapa kelom- Berdasarkan pada konteks penelitian
pok, (d) Setiap kelompok menunjuk seorang ini strategi pembelajaran diarahkan pada
pencatat yang akan membuat laporan ten- strategi yang berasosiasi dengan pembelajar-
tang kemajuan dan hasil Pembelajaran Ko- an kontekstual. Diantaranya: (1) pembela-
operatif tersebut, (e) Guru berkeliling sela- jaran berbasis masalah, (2) pembelajaran
ma Pembelajaran Kooperatif itu berlang- kooperatif, (3) pembelajaran berbasis in-
sung, bila perlu memberi saran/pertanyaan, quiry, (4) pembelajaran berbasis tugas/
(f) Guru membantu menyimpulkan kemaju- proyek, (5) pembelajaran berbasis kerja, dan
an dan menerima hasil Pembelajaran (6) pembelajaran berbasis jasa layanan.
Kooperatif. (Nurhadi & Senduk, 2003).
Dalam proses pembelajaran di sekolah Pembelajaran berbasis masalah (Pro-
proses itu diperlancar, digiatkan, melalui blem-Based Learning) adalah suatu pen-
peristiwa-peristiwa (events) di luar diri dekatan pembelajaran yang menggunakan
siswa. Guru mengatur even-even eksternal masalah dunia nyata sebagai suatu konteks
ini dengan maksud memudahkan belajarnya bagi siswa untuk belajar tentang cara
siswa, dan dengan cara beginilah pem- berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan
belajaran instruction berlangsung. (Gagne, masalah, serta memperoleh pengetahuan dan
Harsono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Belajar Kooperatif... 17

konsep yang esensial dari materi Pembelajaran kooperatif adalah pem-


pembelajaran (Nurhadi & Senduk, 2003). belajaran yang secara sadar dan sengaja
Pembelajaran berbasis masalah digu- mengembangkan, interaksi yang silih asuh
nakan untuk merangsang berpikir tingkat untuk menghindari ketersinggungan dan
tinggi dalam situasi berorientasi masalah, kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
termasuk di dalamnya belajar bagaimana be- permusuhan. Pembelajaran kooperatif meru-
lajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2000) me- pakan pembelajaran yang secara sadar dan
ngatakan bahwa pembelajaran berbasis ma- sengaja menciptakan interaksi yang saling
salah dikenal dengan nama lain: pembela- mengasihi antar sesama siswa. Abdur-
jaran proyek, pembelajaran berdasarkan pe- rahman (1999) mengatakan bahwa
ngalaman, pembelajaran autentik, dan pem- pembelajaran kooperatif adalah pem-
belajaran berakar pada kehidupan nyata. Pe- belajaran yang secara sadar dan sistematis
ran guru dalam pembelajaran berbasis ma- mengembangkan interaksi yang silih asah,
salah ini adalah menyajikan masalah, me- silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa
ngajukan pertanyaan, dan memfasilitasi sebagai latihan hidup di dalam masyarakat
penyelidikan dan dialog. nyata.
Ada beberapa ciri pembelajaran ber- Menurut Suryanto (1999), pembelaja-
basis masalah, diantaranya: (a) Pengajuan ran kooperatif adalah salah satu jenis belajar
pertanyaan atau masalah, (b) Berfokus pada kelompok dengan kekhususan sebagai
keterkaitan antar disiplin, (c) Penyelidikan berikut: (a) Kelompok terdiri atas anggota
autentik, dan (d) Menghasilkan produk/ kar- yang heterogen (kemampuan, jenis kelamin,
ya dan memamerkannya. dsb), (b) Ada ketergantungan yang positif
Pembelajaran berbasis masalah diran- diantara anggota-anggota kelompok ber-
cang untuk membantu guru dalam memberi- tanggung jawab atas keberhasilan melak-
kan informasi sebanyak-banyaknya kepada sanakan tugas kelompok dan akan diberi
siswa. Pembelajaran berbasis masalah di- tugas individual, (c) Kepemimpinan dipe-
kembangkan terutama untuk membantu sis- gang bersama, tetapi ada pembagian tugas
wa mengembangkan kemampuan berpikir, selain kepemimpinan, (d) Guru mengamati
pemecahan masalah, dan ketrampilan inte- kerja kelompok dan melakukan intervensi
lektual. bila perlu, dan (e) Setiap anggota kelompok
Berdasarkan pendapat tersebut maka harus siap menyajikan hasil kerja kelompok.
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ber- Pembelajaran kooperatif merupakan
basis masalah adalah suatu pendekatan pem- suatu sistem yang di dalamnya terkandung
belajaran yang menggunakan masalah dunia elemen-elemen yang saling terkait. Dian-
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa taranya: (a) Saling ketergantungan positif,
untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan (b) Interaksi tatap muka, (c) Akuntabilitas
ketrampilan pemecahan masalah, serta individual, dan (d) Keterampilan untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang menjalin hubungan antar pribadi atau
esensial dari materi pembelajaran dan untuk ketrampilan sosial yang sengaja diajarkan.
merangsang berpikir tingkat tinggi dalam Meskipun kerja sama merupakan ke-
situasi berorientasi masalah. butuhan manusia dalam kehidupan sehari-
Pembelajaran kooperatif (cooperative hari, untuk mengaktualisasikan konsep ter-
Learning) memerlukan pendekatan melalui sebut ke dalam bentuk perencanaan pembe-
penggunaan kelompok kecil siswa untuk lajaran atau program suatu pelajaran bukan-
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi lah suatu pekerjaan yang mudah. Dibutuh-
belajar dalam mencapai tujuan belajar kan peranan guru dan siswa yang optimal
(Holubec, 2001 yang dikutip oleh Nurhadi untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang
& Senduk, 2003). benar-benar berbasis kerja sama.
18 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015

Dalam pembelajaran dengan mandiri yang efektif. Diantaranya: (1)


penemuan (inquiry), siswa di dorong untuk Membuat tugas bermakna, jelas, dan
belajar sebagian besar melalui keterlibatan menantang, (2) Menganeka ragamkan tugas-
aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep tugas, (3) Menaruh perhatian pada tingkat
dan prinsip-prinsip sendiri (Nurhadi & kesulitan, dan (4) Memonitor kemajuan
Senduk, 2003). siswa.
Pembelajaran dengan penemuan Pembelajaran berbasis kerja
(inquiry) merupakan suatu komponen memerlukan suatu pendekatan pembelajaran
penting dalam pendekatan konstruktivistik yang memungkinkan siswa menggunakan
yang telah memiliki sejarah panjang dalam konteks tempat kerja untuk mempelajari
inovasi atau pembaharuan pendidikan. materi pelajaran berbasis sekolah dan
Belajar dengan penemuan mempunyai bagaimana materi tersebut digunakan
beberapa keuntungan. Pembelajaran dengan kembali di dalam tempat kerja.
inquiry memacu keinginan siswa untuk Mengajar siswa di kelas adalah suatu
mengetahui, memotivasi mereka untuk bentuk pemagangan. Pembelajaran berbasis
melanjutkan pekerjaannya hingga mereka kerja menganjurkan pentransferan model
menemukan jawabannya. Siswa juga belajar pembelajaran dan pembelajaran yang efektif
memecahkan masalah secara mandiri dan kepada aktivitas sehari-hari di kelas, baik
memiliki ketrampilan kritis karena mereka dengan cara melibatkan siswa dalam tugas
harus selalu harus menganalisis dan kompleks maupun membantu siswa dalam
menangani informasi. mengatasi tugas.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka Pembelajaran berbasis jasa layanan
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran memerlukan penggunaan metodologi
berbasis inquiry adalah salah satu komponen pembelajaran yang mengkombinasikan jasa
dari penerapan pendekatan CTL (Contextual layanan masyarakat dengan suatu struktur
Teaching And Learning), yang berarti berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa
menemukan dan merupakan bagian inti dari layanan tersebut, jadi menekankan
kegiatan pembelajaran berbasis CTL hubungan antara pengalaman jasa layanan
(Contextual Teaching And Learning). dan pembelajaran akademis. Strategi
Pengetahuan dan keterampilan yang pembelajaran ini berpijak pada pemikiran
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil bahwa semua kegiatan kehidupan dijiwai
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi oleh kemampuan melayani.
hasil dari menemukan sendiri. Dari berbagai bentuk strategi
Pembelajaran berbasis proyek/tugas pembelajaran tersebut dapat disimpulkan
terstruktur membutuhkan suatu pendekatan bahwa, strategi belajar merupakan sebuah
pembelajaran komprehensif dimana cara untuk mencapai tujuan pembelajaran
lingkungan belajar siswa di desain agar sesuai dengan topik pembahasan pelajaran
siswa dapat melakukan penyelidikan yang dimaksudkan. Artinya bila siswa
terhadap masalah-masalah autentik belajar tentang peningkatan minat belajar,
termasuk pendalaman materi dalam suatu maka strategi yang digunakan harus
topik mata pelajaran, dan melaksanakan berkaitan dengan upaya peningkatan minat
tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini belajar.
memperkenankan siswa untuk bekerja Strategi pembelajaran merupakan
secara mandiri dalam mengkonstruk salah satu cara untuk mempermudah anak
(membentuk) pembelajarannya, dalam didik mencapai kompetensi tertentu dalam
produk nyata. kegiatan pembelajaran. Hal ini berlaku baik
Ada empat prinsip yang membantu bagi guru (yakni dalam pemilihan metode
siswa dalam perjalanan menjadi pembelajar mengajar) maupun bagi siswa (dalam
Harsono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Belajar Kooperatif... 19

memilih strategi belajar). Dengan demikian pernyataan dasar dalam Matematika tidak
baik metode, akan makin efektif pula disangsikan kebenarannya karena kebe-
pencapaian tujuan belajar. narannya tidak di sangsikan lagi.
Strategi pembelajaran merupakan pen- Dari unsur-unsur yang tidak didefi-
jabaran dari pendekatan, dan diimplemen- nisikan, unsur-unsur yang didefinisikan
tasikan dalam teknik pembelajaran. Langkah aksioma atau postulat disusunlah teori-teori
metode pembelajaran merupakan penjabaran atau dalil-dalil yang benar (dapat di
dari pendekatan, dan diimplementasikan buktikan) yang berlaku umum. Dalil-dalil
dalam teknik pembelajaran. Langkah meto- yang dirumuskan itu banyak sekali, jadi
de pembelajaran yang dipilih memainkan Matematika itu terorganisasikan dari
peranan utama, yang berakhir pada semakin unsur-unsur yang tak didefinisikan keunsur-
meningkatnya prestasi belajar siswa. unsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma
Matematika timbul karena pikiran- dan dalil-dalil dimana dalil-dalil itu setelah
pikiran manusia yang berhubungan dengan dibuktikan kebenarannya, berlaku secara
ide, proses dan penalaran. Matematika umum. Karena itu Matematika sering
terdiri dari empat wawasan yang luas ialah disebut ilmu deduktif.
Aritmatika, Aljabar, geometri dan analisis Obyek langsung dalam Matematika
(analysiss) dimana arti dari aritmatika ialah fakta, keterampilan proses dan aturan
mencakup antara lain teori bilangan dan (principal) untuk mempelajari obyek-obyek
statistik, selain itu Matematika adalah langsung ataupun untuk mempelajari topik-
ratunya ilmu (matematice is the queenn topik dalam Matematika tidak dapat
science) maksudnya antara lain ialah bahwa sembarangan.
Matematika itu tidak tergantung pada Topik-topik dalam Matematika itu
bidang studi lain, misalnya bahasa, dan agar tersusun secara hirarki mulai dari yang
dapat dipahami orang dengan tepat kita mendasar atau sudah sampai kepada yang
harus menggunakan simbul dan istilah yang paling sukar. Setiap orang yang ingin belajar
cermat yang disepakati secara bersama. Matematika dengan baik harus melalui
Disini penulis ambil contoh pada jalur-jalur pasti telah tersusun secara logis.
geometri bidang, pada giometri bidang itu Di samping itu setelah anak memahami
terdapat unsur-unsur terutama antara lain fakta, keterampilan konsep dan aturan
ialah titik, garis, lengkungan dan bidang, obyek-obyek langsung itu harus dilatih dan
sekarang kita tinjau pengertian titik. Titik itu di fahamkannya juga.
dianggap ada tetapi tidak dapat dinyatakan Ia harus hafal simbul, notasi, definisi,
dalam suatu kalimat dengan tepat, sebab aturan, prosedur rumus, dalil yang lain-
titik itu adalah unsur yang tidak lainnya agar penerapannya pada situasi yang
didefinisikan. baru lancar mengenai pemahaman suatu
Dengan kata lain hanya mampu konsep atau dalil yang merupakan prasarat
memberikan penjelasan misalnya “titik itu itu dapat secara intensif dan dapat pula
adalah suatu, yang mempunyai ukuran secara deduktif.
Panjang, luas, isi atau berat, “yang juga Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
belum jelas”. Meskipun demikian kita untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1)
sepakat bahwa titik itu ada. Upaya guru kelas VI agar dapat menerapkan
Dari unsur-unsur yang tidak dide- model belajar kooperatif sehingga mampu
finisikan dan rumusan unsur-unsur lainnya meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas
yang kita definisikan itu di buat suatu VI SDN Krandegan Kecamatan Gandusari
asumsi-asumsi dasar atau aksioma-aksioma Kabupaten Trenggalek pada bidang studi
atau postulat-postulat dalam hal ini aksioma Matematika dengan materi pokok
dan postulat penulis samakan yaitu pengerjaan hitung campuran yang
20 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015

disampaikan oleh guru, (2) Peningkatan dimana observer berada bersama objek yang
prestasi belajar siswa kelas VI dalam diselidiki, dan (b) Observasi tidak langsung,
pembelajaran matematika setelah guru yaitu observasi atau pengamatan yang
menerapkan model belajar kooperatif. dilakukan tidak pada saat berlangsungnya
suatu peristiwa yang akan diteliti. Dengan
METODE PENELITIAN menggunakan teknik ini, melakukan catatan
Dalam penelitian ini penleiti terhadap hasil observasi dengan
menggunakan pendekatan dan jenis menggunakan daftar cek (chek list)
penelitian tindakan. Subyek penelitian Dalam penelitian ini metode observasi
adalah guru kelas VI SDN Krandegan yang dilakukan oleh peneliti adalah
Kecamatan Gandusari Kabupaten pengamatan berperan serta dalam
Trenggalek. Lokasi penelitian tindakan ini serangkaian kegiatan penelitian.
adalah SDN Krandegan Kecamatan
Gandusari Kabupaten Trenggalek. Wawancara
Sedangkan obyek penelitian ini adalah siswa Wawancara merupakan salah satu
Kelas VI Semester I SDN Krandegan prosedur terpenting untuk mengumpulkan
Kecamatan Gandusari Kabupaten data dalam penelitian kualitatif, sebab
Trenggalek Tahun 2013/2014 yang banyak informasi yang diperoleh peneliti
berjumlah 15 siswa. melalui wawancara.
Sumber data yang dimaksudkan Menurut Arifin (1998) yang dimaksud
adalah manusia dan non manusia. Sumber dengan wawancara adalah suatu percakapan
data manusia dalam penelitian tindakan ini yang bertujuan memperoleh konstruksi yang
adalah guru Kelas VI, serta siswa Kelas VI terjadi sekarang tentang orang, kejadian,
Semester I tahun 2013/2014 SDN aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi,
Krandegan, Kecamatan Gandusari, pengakuan, kerisauan dan sebagainya.
Kabupaten Trenggalek. Lincoln dan Guba yang dikutip oleh
Sedangkan sumber data non manusia Moleong (2000), mengatakan bahwa
berupa dokumentasi hasil pengamatan dan maksud mengadakan wawancara antara lain
catatan observasi peneliti, hasil evaluasi untuk mengkonstruksi mengenai orang,
belajar, dan dokumen lain yang relevan kejadian, kegiatan organisasi, perasaan,
dengan ruang lingkup penelitian. motivasi, tuntutan kepedulian dan lain-lain.
Penggunaan prosedur pengumpulan Wawancara dilakukan peneliti untuk
data yang tepat dapat diperoleh data yang memperoleh data sesuai dengan kenyataan
objektif dalam kegiatan penelitian. Beberapa pada saat peneliti melakukan wawancara.
teknik pengumpulan data yang digunakan Wawancara dalam penelitian ini ditujukan
dalam penelitian tindakan ini diantaranya. kepada siswa Kelas VI Semester I tahun
2013/2014 SDN Krandegan Kecamatan
Observasi Gandusari Kabupaten Trenggalek.
Observasi diartikan sebagai Wawancara dalam penelitian ini
pengamatan dan pencatatan secara menggunakan jenis wawancara mendalam
sistematik terhadap gejala yang tampak pada yang tidak terstruktur. Sebab dalam
objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan wawacara tidak terstruktur akan diperoleh
dan pencatatan yang dilakukan terhadap informasi sebanyak-banyaknya yang
objek di tempat terjadi atau berlangsungnya rahasia, dan sensitif sifatnya sekalipun serta
peristiwa. memungkinkan sekali dicatat semua respons
Ada dua jenis observasi yang afektif informan yang tampak selama
dilakukan, diantaranya: (a) Observasi wawancara berlangsung (Bafadal, 1994).
langsung, yaitu observasi yang dilakukan Namun dalam pelaksanaan wawancara
Harsono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Belajar Kooperatif... 21

tersebut tetap mengacu pada Guba dan mengajar, (2) Menyusun strategi
Lincoln (Bafadal, 1994) bahwa sebelum penyampaian dan pengelolaan pembelajaran
melakukan wawancara terlebih dahulu dengan model belajar kooperatif yang
disusun garis-garis besar pertanyaan yang meliputi: merancang dan menyusun bahan
disampaikan kepada informan berdasarkan ajar, merancang satuan pelajaran yang
pada fokus dan sub fokus penelitian. digunakan dalam kegiatan proses belajar
mengajar, (3) Menyusun metode dan alat
Dokumentasi perekam data yang terdiri atas catatan
Menurut Zuriah (2003) teknik ini lapangan, pedoman observasi, pedoman
adalah cara mengumpulkan data melalui analisis, dan catatan harian, dan (4)
peninggalan tertulis, terutama berupa arsip- Menyusun perencanaan teknik pengolahan
arsip dan termasuk juga buku-buku tentang data didasarkan pada model analisis data
pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum penelitian kualitatif.
lain yang berhubungan dengan masalah Berkaitan dengan tindakan penelitian,
penelitian. maka diperlukan suatu langkah-langkah
Guba & Lincoln (1981) mengatakan penelitian, agar dalam pelaksanaan
bahwa dokumen dan record dapat digunakan penelitian dapat terprogram dengan baik.
untuk keperluan penelitian karena: (1) Menurut Zuriah (2003) mengatakan bahwa
Merupakan sumber yang stabil, kaya dan penelitian tindakan direncanakan melalui
mendorong, (2) berguna sebagai bukti untuk beberapa tahap perencanaan, diantarannya:
suatu pengujian, (3) sifatnya alamiah sesuai refleksi awal, peneliti merumuskan
dengan konteks, (4) hasil pengkajian akan permasalahan secara operasional, peneliti
membuka kesempatan untuk lebih merumuskan hipotesis tindakan, dan
memperluas pengetahuan yang diselidiki. menetapkan dan merumuskan rancangan
Teknis analisis data dalam penelitian tindakan. (1) Tahap 1, refleksi merupakan
ini adalah analisis data kualitatif yang fase refleksi awal yang berarti melakukan
bersifat linear (mengalir) maupun bersifat refleksi terhadap situasi yang sebenarnya,
sirkuler. Adapun teknik analisis data yang setelah merumuskan tema penelitian; (2)
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai Tahap 2 perencanaan, merupakan fase
berikut: (1) Menelaah seluruh data yang perencanaan yang dilakukan setelah
telah dikumpulkan. Penelaahan dilakukan melakukan fase pertama, perlu mereview
dengan cara menganalisis, mensintesis, analisis awal yang harus dilakukan, tentang
memaknai, menerangkan, dan model belajar kooperatif dalam kegiatan
menyimpulkan. Kegiatan penelaahan pada belajar mengajar pada siswa Kelas VI
prinsipnya dilaksanakan sejak awal data Semester I tahun 2013/2014 SDN
dikumpulkan, (2) Mereduksi data yang di Krandegan Kecamatan Gandusari
dalamnya melibatkan kegiatan Kabupaten Trenggalek. Dalam tahap ini
mengkategorikan dan pengklasifikasian, dan diharapkan (a) dapat menterjemahkan
(3) Menyimpulkan dan memferivikasi. gambaran yang jelas tentang model belajar
Dan kegiatan reduksi selanjutnya kooperatif dalam proses belajar mengajar,
dilakukan penyimpulan terakhir dan dan alasan pemilihan tema tersebut, (b) draf
selanjutnya diikuti kegiatan verifikasi atau kerja tindakan tiap individu dan kelompok,
pengujian terhadap temuan penelitian. (c) gambaran tentang pihak yang terlibat, (d)
Tindakan penelitian yang garis besar rencana program kerja (time
direncanakan dalam penelitian tindakan ini schedulle), (e) memonitor perubahan saat
adalah sebagai berikut: (1) Menetapkan penelitian berlangsung dan (1) gambaran
indikator desain model belajar kooperatif awal tentang efisiensi data yang terkumpul.
yang digunakan dalam proses belajar Tahap ini memastikan bahwa siswa Kelas
22 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015

VI Semester I tahun 2013/2014 SDN terekam bahwa merosotnya prestasi belajar


Krandegan Kecamatan Gandusari siswa disebabkan oleh penggunaan
Kabupaten Trenggalek dijadikan sebagai pendekatan pembelajaran yang tidak tepat.
obyek penelitian dengan pertimbangan Dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak
karakteristik yang dimiliki kelas ini sesuai terlibat secara langsung dalam proses
dengan permasalahan yang akan di bahas penemuan, penurunan rumus dan aplikasi
oleh peneliti; (3) Tahap 3 tindakan operasi hitung campuran dalam
observasi, tahap ini merupakan tahap permasalahan yang sering dihadapi oleh
penjabaran rencana ke dalam tindakan dan siswa. Siswa dalam pemecahan masalah
mengamati jalannya tindakan. Menurut langsung diberi contoh soal, kemudian
Nasution (1988) yang dimaksud dengan mengerjakan soal.
observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan selama di lapangan, peneliti Perencanaan
berusaha berinteraksi dengan subjek secara Peneliti berkolaborator dengan mitra
aktif, sebab observasi adalah kegiatan guru merancang rencana tindakan pada
selektif dari suatu proses aktif. siklus I, yaitu: mempersiapkan rencana
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan pelaksanaan pembelajaran, mempersiapkan
obyek penelitian sebelum peneliti lembar observasi siswa, mempersiapkan
melakukan penelitian sesuai dengan lembar observasi guru, mempersiapkan
kenyataan yang ada; (4) Tahap 4 refleksi lembar penilaian, mempersiapkan lembar
akhir, tahap ini terdiri dari: (a) menganalisis, evaluasi
(b) melakukan sintesis, (c) memberikan
makna, (d) eksplanasi, dan (e) membuat Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1
simpulan. Untuk mendapatkan gambaran secara
menyeluruh mengenai proses pembelajaran
HASIL DAN PEMBAHASAN matematika dengan menerapkan model
Paparan data ini mendeskripsikan belajar konstruktivisme, peneliti
bahwa implementasi model belajar diskripsikan dalam langkah-langkah berikut
kooperatif memiliki peran yang sangat ini: (a) Kegiatan awal: guru menyiapkan
penting dalam usaha pencapaian minat dan peserta didik secara fisik dan psikis untuk
prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I mengikuti proses pembelajaran dengan cara
SDN Krandegan Kecamatan Gandusari berdo’a terlebih dahulu, guru mengadakan
Kabupaten Trenggalek. Paparan data ini apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-
diperoleh dari kegiatan pengamatan dan pertanyaan dengan cara mengaitkan
observasi peneliti selama kegiatan penelitian pengetahuan sebelumnya dengan materi
berlangsung. Catatan-catatan prestasi yang akan dipelajari, guru memberi motivasi
tersebut diwujudkan dalam bentuk hasil dengan cara menyampaikan atau
evaluasi yang dilakukan akhir kegiatan menjelaskan tujuan mempelajari materi
setiap siklus. yang akan dibahas, membentuk kelompok
belajar; (b) Kegiatan inti: siswa
Kegiatan Siklus I mendengarkan uraian materi dari guru
Refleksi Awal secara ringkas, siswa mengerjakan lembar
Dalam penelitian ini, peneliti bersama kegiatan secara berkelompok, diskusi secara
kolaborator penelitian mengidentifikasi klasikal dengan bimbingan guru, guru
permasalahan yang ada di Kelas VI yaitu membimbing siswa untuk membuat
tentang rendahnya nilai hasil belajar mata kesimpulan, masing-masing siswa mencatat
pelajaran Matematika. Dari hasil kesimpulan; (c) Kegiatan Akhir: guru
pengamatan pada kegiatan pra tindakan melakukan penilaian atau refleksi terhadap
Harsono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Belajar Kooperatif... 23

kegiatan pembelajaran yang telah upaya peningkatan prestasi belajar siswa


dilaksanakan secara konsisten dan melalui model belajar kooperatif.
terprogram, penegasan catatan siswa Secara umum, hasil dari observasi dan
masing-masing siswa mengerjakan lembar catatan peneliti selama kegiatan penelitian
test individu berlangsung, menunjukkan bahwa model
belajar kooperatif berdampak positif
Pengamatan Siklus I terhadap minat belajar bidang studi
Berdasarkan observasi di Kelas VI Matematika, sehingga berpengaruh terhadap
dapat direkam hal-hal sebagai berikut: (1) prestasi belajar siswa Kelas VI SDN
Bagi Kelas VI SDN Krandegan Kecamatan Krandegan Kecamatan Gandusari
Gandusari Kabupaten Trenggalek, siswa- Kabupaten Trenggalek pada bidang studi
siswi tampak lebih siap untuk mengikuti matematika pokok bahasan Pengerjaan
pelajaran, perhatian siswa terhadap Hitung Campuran.
pelajaran meningkat. Indikator observasi Dalam penelitian tindakan ini, minat
adalah kebanyakan siswa aktif dalam belajar siswa dapat didiskripsikan melalui
menyajikan tugas kelompok, cukup banyak keaktifan kegiatan siswa selama melakukan
yang mengacungkan tangan tetapi frekuensi kegiatan pembelajaran. Asumsi peneliti bila
siswa untuk bertanya masih kurang, sudah siswa aktif dalam kegiatan belajar,
banyak siswa yang mampu mengerjakan dipastikan bahwa minat belajar siswa
tugas tepat waktu, akan tetapi siswa masih terhadap materi pembelajaran itu lebih
sulit berkomunikasi dengan bahasa yang besar. Demikian juga sebaliknya. Sedangkan
mudah dipahami oleh teman sebaya. Dari prestasi belajar siswa ditunjukkan oleh nilai
aktivitas belajar yang diberikan oleh siswa hasil evaluasi setiap akhir kegiatan (akhir
diperoleh prosentase rata-rata sebesar siklus).
55,00% dan termasuk dalam kategori Berdasarkan observasi yang dilakukan
aktivitas baik; (2) Dari segi guru dapat oleh peneliti dalam kegiatan belajar
diberikan hasil sebagai berikut: (a) Guru mengajar pada tahap siklus I, dapat dicatat
lebih mudah dalam menyampaikan materi keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
karena guru tidak terlalu banyak belajar mengajar (diskusi kelas) dengan
menerangkan konsep. Dalam hal ini guru model belajar kooperatif yang disampaikan
hanya memberikan penjelasan hal-hal yang oleh peneliti. Adapun paparan hasil
pokok, (b) Materi yang disampaikan sesuai observasi sebagai berikut:
dengan sasaran yang diinginkan, (c) Guru
lebih mudah dalam mengarahkan proses Tabel 1 Nilai Hasil Belajar Matematika pada
Siklus I
belajar mengajar, (d) Akan tetapi guru Ketuntasan
masih sulit menjadi fasilitator dan motivator No Nama Nilai Tidak
secara merata, karena guru dalam Tuntas
Tuntas
penguasaan metode pembelajaran belum 1 LI BAYUAJI 72 T -
optimal, sehingga waktu yang dipergunakan 2 NANANG SOFI
dalam menerapkan metode ini tidak sesuai MUBAROK 86 T -
3 IMAM MUTTAKIN 68 - TT
dengan alokasi waktu yang disediakan. Dari 4 NANING
aktivitas guru ini memperoleh rata-rata HIDAYATUN 60 - TT
aktivitas sebesar 71,25% dan termasuk 5 NINDI
dalam kriteria baik. REGISTAWATI 84 T -
Berdasarkan paparan data kegiatan 6 YESHINTA EKA
siklus I, maka diperoleh hasil pengamatan APRILYA PUT 76 T -
7 M.ALDINO ABU
dan observasi peneliti berkaitan dengan RIJAL K 74 T -
8 M.IZZUL MUNA 68 - TT
24 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015

Ketuntasan Kegiatan Siklus II


No Nama Nilai Tidak Perencanaan
Tuntas
Tuntas
Perencanaan tindakan yang dilakukan
9 ACHMADAL HADI M 72 T -
10 SUHUD MAHMUDIN 90 T - oleh peneliti pada siklus II, tidak jauh
11 GREZKE 76 T - berbeda dengan pelaksanaan tindakan pada
NUSANTAEI L siklus I, hanya saja pada siklus ini ditambah
12 RISKA FITRIANI 74 T - dengan perbaikan tindakan yang telah
13 MUHAMMAD 72 T - disusun oleh peneliti bersama kolaborator
ZULHAFIZZI
pada siklus sebelumnya.
14 PUPUT 82 T -
ARISMAWATI
15 M.MAHTUM 86 T - Pelaksanaan Tindakan
IBRAHIM Diksripsi dari proses pembelajaran
Jumlah 1140 12 3 pada siklus II peneliti tampilkan dalam
Rata-Rata 76.00 80.00 20.00 langkah-langkah pembelajaran berikut ini:
(a) Kegiatan Awal: guru menyiapkan
Refleksi peserta didik secara fisik dan psikis untuk
Berdasarkan paparan data tentang mengikuti proses pembelajaran dengan cara
aktivitas dan prestasi belajar siswa Kelas VI berdo’a terlebih dahulu, guru mengadakan
SDN Krandegan Kecamatan Gandusari apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-
Kabupaten Trenggalek, peneliti melakukan pertanyaan dengan cara mengaitkan
refleksi dari hasil temuan kegiatan pengetahuan sebelumnya dengan materi
penelitian sebagai berikut: (1) aktivitas yang akan dipelajari, guru memberi motivasi
siswa dalam kegiatan belajar mulai nampak dengan cara menyampaikan atau
terlihat ada peningkatan dibandingkan menjelaskan tujuan mempelajari materi
dengan kegiatan belajar mengajar yang akan dibahas, membentuk kelompok
sebelumnya, (2) beberapa siswa cepat dalam belajar; (b) Kegiatan Inti: siswa
mempelajari materi yang disampaikan oleh mendengarkan uraian materi dari guru
guru, sehingga hasil evaluasi belajar yang secara ringkas, siswa mengerjakan lembar
dilakukan oleh guru beberapa siswa tidak kegiatan secara berkelompok, diskusi secara
mengalami kesulitan (3) beberapa siswa klasikal dengan bimbingan guru, guru
sudah ada keberanian dalam menyampaikan membimbing siswa untuk membuat
pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah kesimpulan, masing-masing siswa mencatat
terkesan hidup dan berjalan, tetapi masih kesimpulan; (c) Kegiatan Akhir: guru
didominasi oleh siswa yang pandai. melakukan penilaian atau refleksi terhadap
Selanjutnya untuk membuktikan kegiatan pembelajaran yang telah
keefektifan Model belajar kooperatif dalam dilaksanakan secara konsisten dan
kegiatan belajar mengajar dalam upaya terprogram, penegasan catatan siswa
peningkatan minat dan prestasi belajar siswa masing-masing siswa mengerjakan lembar
Kelas VI SDN Krandegan, akan dijabarkan test individu.
lebih lanjut pada kegiatan siklus II. Adapun
paparan penjabaran hasil dari kegiatan pada Pengamatan
siklus II ini adalah sebagai berikut: guru Berdasarkan paparan data kegiatan
lebih memotivasi siswa untuk aktif dalam siklus II, maka diperoleh peningkatan minat
kegiatan pembelajaran, guru memotivasi belajar siswa melalui model belajar
siswa khsusnya siswa dengan kemampuan kooperatif.
sedang dan rendah untuk lebih aktif adlam Berdasarkan observasi yang dilakukan
kegiatan diskusi. oleh peneliti dalam kegiatan belajar
mengajar pada tahap siklus II, dapat dicatat
Harsono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Belajar Kooperatif... 25

keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan aktivitas guru dalam kegiatan belajar
belajar mengajar (diskusi kelas) dengan mengajar sebesar 71,25%.
model belajar kooperatif yang disampaikan Refleksi adalah cara berpikir tentang
oleh peneliti. Adapun paparan hasil apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
observasi sebagai berikut: belakang tentang apa-apa yang sudah dila-
Tabel. 2 Nilai hasil Belajar Siswa Pada Siklus II kukan di masa lalu. Siswa mengendapkan
Ketuntasan apa yang baru dipelajarinya, sebagai struktur
No Nama Nilai Tidak
Tuntas pengetahuan yang baru, yang merupakan
Tuntas
1 LI BAYUAJI 80 T - pengayaan atau revisi dari pengetahuan se-
2 NANANG SOFI 100 T - belumnya. Refleksi merupakan respon ter-
MUBAROK hadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan
3 IMAM MUTTAKIN 84 T - yang baru diterima.
4 NANING 76 T - Dalam penelitian ini refleksi yang di-
HIDAYATUN
lakukan oleh peneliti dan tim peneliti adalah
5 NINDI 84 T -
REGISTAWATI dengan cara mendiskusikan hasil kegiatan
6 YESHINTA EKA 92 T - yang dilakukan dalam penelitian ini. Kegiat-
APRILYA PUT an tersebut meliputi: (I) analisis, (2) sintesis,
7 M.ALDINO ABU 76 T - (3) pemaknaan, (4) penjelasan, dan (5) pe-
RIJAL K nyimpulan data dan informasi yang dikum-
8 M.IZZUL MUNA 100 T -
9 ACHMADAL HADI M 72 T -
pulkan.
10 SUHUD MAHMUDIN 94 T - Berdasarkan pada pembahasan rumus-
11 GREZKE 92 T - an masalah dalam penelitian tindakan ini,
NUSANTAEI L menunjukkan bahwa Model belajar koopera-
12 RISKA FITRIANI 100 T - tif dalam kegiatan belajar mengajar mata
13 MUHAMMAD 88 T - pelajaran Matematika bagi siswa Kelas VI
ZULHAFIZZI
14 PUPUT 92 T -
Semester I SDN Krandegan Kecamatan
ARISMAWATI Gandusari Kabupaten Trenggalek dimak-
15 M.MAHTUM 76 T - sudkan untuk: (1) Meningkatkan Aktivitas
IBRAHIM Siswa, (2) Meningkatkan Motivasi Belajar
Jumlah 1306 15 0 Siswa, (3) Meningkatkan Prestasi Siswa.
Rata-Rata 87.07 100.00 0.00 Setiap siswa memiliki berbagai kebu-
Refleksi tuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani,
Berdasarkan observasi dan penga- dan sosial. Kebutuhan menimbulkan do-
matan yang dilakukan oleh peneliti didapat- rongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan
kan temuan sebagai berikut: (1) terlihat ada yang dilakukan, termasuk perbuatan belajar
peningkatan yang signifikan terhadap aktivi- dan bekerja, dimaksudkan untuk memuas-
tas dan prestasi siswa dalam mengikuti ke- kan kebutuhan tertentu dan untuk mencapai
giatan belajar mengajar, (2) sebagian besar tujuan tertentu pula. Setiap saat kebutuhan
siswa lebih cepat memahami dan mem- dapat berubah dan bertambah.
pelajari materi yang disampaikan oleh guru, Atas dasar pemyataan tersebut di atas,
(3) sebagian besar siswa ada keberanian maka aktivitas siswa dalam belajar perlu
dalam menyampaikan pendapat, dan (4) ditingkatkan dengan suatu strategi pendekat-
kegiatan diskusi sudah terkesan hidup dan an pembelajaran yang dapat meningkatkan
berjalan, dan tidak lagi didominasi oleh aktivitas siswa. Model belajar kooperatif
siswa yang pandai, sehingga aktivitas siswa salah satu pendekatan yang ditawarkan
dalam belajar mempermudah pencapaian peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini.
tujuan yang direncanakan dalam kegiatan Motivasi merupakan salah satu unsur
pembelajaran. Aktivitas belajar siswa men- pokok dalam proses belajar mengajar. Keller
dapatkan hasil sebesar 71,25%, sedangkan
26 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015

(1993) membedakan motivasi belajar men- mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau
jadi dua kelompok, (a) motivasi yang ada belajar berarti perubahan-perubahan yang
dalam diri siswa, dan (b) motivasi yang ada terjadi pada individu, maka perubahan-
dalam pembelajaran. perubahan itu harus dapat diamati dan
Motivasi adalah perubahan energi da- dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian
lam dan seseorang yang ditandai dengan inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk
timbulnya perasaan dan reaksi untuk men- prestasi belajar.
capai tujuan. Di dalam perumusan ini dapat Prestasi yang diperoleh oleh siswa
dilihat, bahwa ada dua unsur yang saling Kelas VI Semester I SDN Krandegan
berkaitan, yaitu sebagai berikut, (1) motivasi Kecamatan Gandusari Kabupaten
dimulai dari adanya perubahan energi dalam Trenggalek menunjukkan peningkatan lebih
pribadi, dan (2) motivasi ditandai dengan baik. Hal ini ditunjukan dari hasil observasi
timbulnya perasaan affective arousal. peneliti dalam serangkaian kegiatan
Dengan Model belajar kooperatif di- penelitian tindakan, khususnya kegiatan
harapkan motivasi belajar siswa dalam mata belajar mengajar di kelas. Hasil kegiatan
Pelajaran Matematika dapat mengalami pe- yang diperoleh meliputi, peningkatan
ningkatan yang berarti, sebab dalam proses aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Pada
belajar dengan pendekatan ini siswa lebih sebelum siklus prestasi hasil belajar siswa
aktif dan selalu melakukan kegiatan belajar sebesar 61,33 dengan ketuntasan belajar
sesuai dengan kemampuan siswa selaku hanya sebesar 26,67%, pada siklus I rata-
pebelajar. rata hasil belajar sebesar 76,00 dengan
Prestasi Belajar merupakan segala pe- ketuntasan belajar sebesar 80,00% dan pada
kerjaan yang berhasil dan prestasi menun- siklus II rata-rata hasil belajar sebesar 87,07
jukkan kecakapan manusia yang telah di ca- dengan ketuntasan mencapai nilai maksimal
pai. Menurut Gagne yang dikutip oleh Ba- yaitu sebesar 100%.
dawi (1987) mengatakan bahwa prestasi Hal ini menunjukkan bahwa model
belajar dapat diukur dengan menggunakan belajar kooperatif sangat efektif dalam
tes karena prestasi belajar berupa ketram- meningkatkan minat dan prestasi belajar
pilan intelektual, strategi kognitif, informasi siswa Kelas VI Semester I SDN Krandegan
verbal, ketrampilan, dan nilai dan sikap. Kecamatan Gandusari Kabupaten
Berkaitan dengan usaha meningkatkan Trenggalek. Untuk lebih jelasnya akan
prestasi belajar, belajar akan lebih mudah ditampilkan pada Gambar 1.
dan dapat dirasakan bila belajar tersebut

100,00
100,00 87,07
76,00
80,00 80,00
61,33
60,00 RATA-RATA

40,00 KETUNTASAN
26,67

20,00

0,00
SEB SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

Gambar 1 Perkembangan Hasil Nilai Belajar Siswa


Harsono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Belajar Kooperatif... 27

PENUTUP ten Trenggalek tahun 2013/2014 semester I.


Kesimpulan
Model belajar kooperatif, mengkon- Saran
disikan siswa belajar dengan meningkatkan Guru hendaknya mempertimbangkan
aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Hal pemberian materi pembelajaran dengan me-
ini dibuktikan dengan prestasi belajar siswa ngenalkan kepada siswa dengan meng-
yang meningkat pada setiap siklusnya yaitu gunakan berbagai macam strategi. Salah sa-
pada sebelum siklus prestasi hasil belajar tu strategi pembelajaran yang digunakan
siswa sebesar 61,33 dengan ketuntasan adalah model belajar kooperatif.
belajar hanya sebesar 26,67%, pada siklus I Penerapan Model belajar kooperatif
rata-rata hasil belajar sebesar 76,00 dengan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
ketuntasan belajar sebesar 80,00% dan pada perlu ditingkatkan, dengan harapan siswa
siklus II rata-rata hasil belajar sebesar 87,07 dapat terpacu minat dalam belajar.
dengan ketuntasan mencapai nilai maksimal Pendekatan ini perlu diulang-ulang
yaitu sebesar 100%. dengan memberikan materi yang sederhana
Aktivitas belajar siswa mengalami menuju ke materi yang lebih variatif.
peningkatan dari 55,00% pada siklus I Minat belajar siswa dapat dimun-
menjadi 71,25% pada siklus II. Sedangkan culkan dengan berbagai macam teknik dan
aktivitas guru juga mengalami peningkatan metode yang disampaikan oleh guru.
dari 57,50% pada siklus I menjadi 71,25% Model belajar kooperatif merupakan
pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu cara yang dapat ditawarkan oleh
model belajar kooperatif sangat efektif peneliti. Dengan harapan bila motivasi
dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa meningkat dimungkinkan
belajar siswa Kelas VI Semester I SDN prestasi belajar yang diperoleh siswa juga
Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupa- akan meningkat pula.

DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian
Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Kerjasama Depdikbud dan Rineka Rosdakarya.
Cipta. Nasution, S. 2001. Metode Penelilian
Bafadal, I. 1994. Proses Perubahan di Naturalistik Kualitatif. Bandung:
sekolah. Desetasi tidak Dipublikasi- Penerbit Tarsito.
kan. Program Pascasarjana IKIP Nurhadi, & Senduk, G., A. 2003.
Malang Pembelajaran Kontekstual dan
Gagne, RM., Briggs, L.J & Wager, W.W Penerapannya dalam KBK. Malang:
1988. Principles of Instruction Design Universitas Negeri Malang.
(3th ed), New York: Holt, Rinehart, & Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual.
Winston, Inc. Malang: Universitas Negeri Malang
Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Sukirin. 1984. Psikologi Belajar.
Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta
Hamalik, O. 2002. Perencanaan Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2005. Metode
Pembelajaran Berdasarkan Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Remaja Rosdakarya.
Aksara
Suryanto. 1999. Pembentukan Soal dalam
Pembelajaran Matematika. Makalah
28 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015

disajikan pada Seminar Nasional Woodworth, R. 1951. Psichology. New


Upaya-upaya Meningkatkan Peran York: Henry Holt & CO
Pendidikan Matematika dalam Zuriah, N. 2003. Penelitian Tidakuri dalarn
Menghadapi Era Globalisasi: Bidang Pendidikan dan Sosial. Edisi
perspektif Pembelajaran Alternatif- Pertarna. Malang: Bayu Media
Kooperatif. Program Pasca Sarjana Publishing
IKIP Malang, Malang, 4 April.
Winkel. 1984. Psikologi Pendidikan dan
Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia

Anda mungkin juga menyukai