BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
a. Belajar
bersifat menetap dan menyeluruh sebagai hasil dari adanya respon individu terhadap
situasi tertentu. Perubahan tersebut tidak hanya berkaitan dengan bertambahnya ilmu
Belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku,
kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama (konstan).Serta
Belajar adalah suatu proses atau kegiatan perubahan tingkah laku individu
atau pengalaman, hal ini sudah tentu perubahan kearah yang lebih baik (positif),
misalnya yang tadinya tidak tahu setelah mengalami proses belajar setidaknya
menjadi tahu. Untuk menuju ke hal yang lebih baik lagi dalam proses belajar ini akan
9
memerlukan waktu yang lama dan perlu adanya urutan-urutan yang sistematis
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah
laku yang baru sebagai pengalaman individu itu sendiri. Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam jenis dan jenjang
belajar yang dialami peserta didik dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.
b. Hasil Belajar
terhadap kemampuan yang dimiliki siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka yang
diperoleh siswa dari serangkaian tes atau ujian akhir yang diberikan guru setelah
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dalam proses kegiatan
belajar mengajar, dan hasil belajar tersebut dapat berbentuk kognitif, afektif, dan
Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri individu yang belajar,
individu yang belajar.Hasil belajar merupakan suatu hasil yang dicapai oleh siswa
setelah pembelajaran dalam selang waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan
(psikomotor) yang berkesinambungan dan dinamis serta dapat diukur atau diamati
(Suhendri, 2011:32).
laku yang diperoleh pembelajar setelah melakukan proses belajar. Perolehan aspek
perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar.
Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah
adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik berupa angka atau skor setelah
pembelajaran, maka pendidik dapat melihat hasil belajar yang diperoleh pembelajar.
Oleh karena itu hasil belajar dapat dijadikan sebagai tolak ukur atau patokan untuk
Hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan
belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku
tingkah laku siswa yang terjadi berdasarkan pengalaman belajar serta kemampuan
siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu
kompetensi dasar.
11
Menurut Pangestu, Dkk, (2015:20), Hasil belajar adalah puncak dari kegiatan
belajar yang menghasilkan perubahan dan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan
tingkah laku (psikomotorik) yang berkesinambungan dan dinamis serta dapat diukur
dan diamati.
akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang serta akan
tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya
karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin
mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta
Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang dapat dicapai oleh seorang
siswa berdasarkan pengalaman yang diperoleh stelah dilakukan evaluasi berupa tes
(mengevaluasi), create (mencipta). Selain itu juga dilihat dengan penilaian praktikum
Wulandari, (2013:183).
mengikuti proses belajar dalam setiap mata pelajaran dalam selang waktu tertentu.
Juga dapat diartikan sebagai suatu tingkat keberhasilan yang dicapai pada akhir suatu
Lestari (2015: 118) berpendapat jika Hasil belajar merupakan akibat dari
proses belajar seseorang. Hasil belajar terkait dengan perubahan pada diri orang yang
12
hasil belajar.Perubahan sebagai hasil belajar bersifat relatif menetap dan memiliki
86).
Istilah ekonomi berasal dari bahasa yunani yaitu Oikonomia yang terdiri dari
dua suku kata yaitu oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, sedangkan nomos
Oikonomia mempunyai arti aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup
zaman dan ilmu pengetahuan muncullah ilmu yang disebut ilmu ekonomi.
seni tentang upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak,
bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan kegiatan
terbatas guna mencapai tujuan tertentu. Ini yang banyak dikenal sebagai teori
normatif seperti: nilai (value), kekayaan (welfare), dan utilitas (utility) berdasarkan
sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yang mempelajari usaha manusia
memenuhi kebutuhan.
2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas
diharapkan. Dalam suatu model pembelajaran yang ditentukan bukan hanya apa yang
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
implementasi pada tingkat operasional kelas yang digunakan sebagai pedoman dalam
Menurut joice dan weil dalam Rusman (2012:133) berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat di gunakan dalam
Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang memberikan
siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang
merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik
tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan
15
atau jawabannya oleh mahasiswa. Permasalahan itu dapat diajukan atau diberikan
dosen kepada mahasiswa, dari mahasiswa bersama dosen, atau dari mahasiswa
melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi
metode instruksional yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama
dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata masalah ini diguakan
untuk mengingatkan rasa keingintahuan serta kemampuan analitis dan inisiatif atas
materi pelajaran.
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata atau masalah pada kehidupan
supaya siswa dapat berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya.
berbasis masalah. Dalam metode pembelajaran ini masalah dapa diperoleh dari
lapangan atau pengalaman dar siswa, selain itu masalah juga bisa didapatkan dari
ketidak tahuan siswa akan kompetensi yang akan diajarkan. Setalah masalah
keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Dalam pemerolehan
(PBL) atau dikenal dengan model pembelajaran berbasis masalah merupakan model
Learning (PBL) adalah metode mengajar dengan fokus pemecah masalah yang nyata,
proses dimana peserta didik melakssanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi,
yang dapat berfungsi sebagai batu loncatanuntuk investigasi dan penyelidikan dan
laporan akhir
metode dalam poses pembelajaran yang berpusat pada siswa yang melibatkan
pembelajaran melalui pemecahan masalah yang tidak jelas tapi asli. Ini adalah
konstruktivis, pendekatan yang berfokus pada siswa yang medorong pada refleksi,
berbagai perspektif).
melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap metode
Menurut Egen dan Kauchak (2012: 307) PBL merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran.
Learning
Wulandari (2012:2) mengemukakan ada 5 tahap yang harus dilaksanakan dalam PBL,
Tahap-1 Orientasi peserta didik Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, hasil pada
cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam
menyajikan hasil Guru membantu peserta didik dalam hasil merencanakan dan
menyiapkan karya hasil yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu peserta didik untuk
20
melakukan hasil refleksi atau evaluasi terhadap hasil penyelidikan mereka dan
kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori
pengetahuannya sendiri b.) Autenthic problems from the organizing focus for
learning Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang autentik
sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat
siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau
informasi lainnya. d.) Learning occurs in small group Agar terjadi interaksi ilmiah
pembagian tugas yang jelas dan penerapan tujuan yang jelas. e.) Teachers act as
Meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan
siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) memandu
hasil kerja; dan (5) menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
1.) Orientasi peserta didik kepada masalah. Dalam langkah ini mahasiswa diberi
suatu masalah sebagai titik awal untuk menemukan atau memahami suatu konsep. 2.)
penyelidikan individu dan kelompok. Dengan langkah ini mahasiswa belajar untuk
ini dapat membiasakan mahasiswa untuk melihat kembali hasil penyelidikan yang
telah dilakukan dalam upaya menguatkan pemahaman konsep yang telah diperoleh.
22
membedakan model yang satu dengan model yang lain. Seperti yang diungkapkan
Menurut Amir (2009:22) menyatakan karakteristik PBL sebagai berikut. a.) Masalah
tertarik dengan konsep yang dipelajari. b.) Masalah yang digunakan merupakan
lebih mudah menerima konsep dan merasa lebih bermakna, karena masalah yang
23
digunakan dekat dengannya. c.) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Hal
ini melatih mahasiswa untuk mengembangkan konsep yang diperoleh. d.) Masalah
Mahasiswa tentu tidak mudah menyerah dalam mempelajari suatu konsep apabila
ristik sebagai berikut: a) masalah menjadi titik awal pembelajaran. b) masalah yang di
untuk berpikir tingkat tingg: analisis, sintesis, dan evaluatif. j) model problem based
learning di akhiri dengan evaluasi, kajian pengalaman belajar dan kajian proses
pembelajaran.
antara lain: 1) PBL merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami
mata pelajaran (matematika, IPA, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan
cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau buku-buku saja, 5) PBL dianggap PBL dianggap lebih
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka milik dalam dunia nyata, 8) PBL dapat
(a) pemecahan masalah dala PBLcukup bagus untuk memahami isi pelajaran; (b)
25
masalah masala dalam kehidupan sehari hari; (e) membantu siswa mengembagkan
sendiri; (f) membantu siswa untuk memahami hakekat belajar sebagai cara berfikir
bukan hanya sekedar mengerti pembelajaran oleh guru berdasarkan buku teks; (g)
memungkinkan aplikasi dalam dunia nyata; dan (i) merangsang siswa untuk belajar
secara kontinu.
kelebihan PBL yaitu: ,1). Peserta didik akan terbiasa menghadapi masalah (problem
solving) 2). Tidak hanya terkait dengan pembelajaran di kelas tetapi juga menghadapi
masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari (real world),3.) Memupuk solidaritas
melakukan eksperimen. 5.) Peserta didik dapat melakukan pekerjaan dengan mandiri,
peserta didik dapat aktif dalam proses belajar, peserta didik dapat mengerjakan secara
harus diiringi dengan suatu pertimbangan untuk mendapatkan suatu kebaikan ataupun
discovery learning yakni sebagai berikut. a.) Membantu siswa untuk memperbaiki
Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena
siswa untuk memecahkan masalah. d.) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lain. e.) Mendorong
keterlibatan keaktifan siswa. f.) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan
hipotesis sendiri. g.) Melatih siswa belajar mandiri. h.) Siswa aktif dalam kegiatan
menemukan hasil
lain: 1) siswa tidak mempunyai minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa ragu untuk
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin
mereka Kelemahan
Zabit (2010:23). PBL adalah sebagai berikut: (a) apabila siswa mengalami
kegagalan atau kurang percaya diri dengan minat yang rendah mala siswa enggan
untuk mencoba lagi; (b) PBL membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan; dan
27
(c) pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah masalah yang dipecahkan
Sanjaya dalam Sutirman, (2013:42) Kekurangan dalam model PBL yaitu: a.)
Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; c). Tanpa pemahaman mengapa mereka
berusaha untuk memcahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan
kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari peserta didik untuk melatih
based learning adalah suatu proses adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya
permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis
4. Discovery Learning
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sendiri secara
28
sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan,
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai
masalah atau sebuah konsep baru dengan menggunakan peralatan bantuan dan
eksperimen, atau tindakan ilmiah hingga mendapatkan kesimpulan dari hasil tindakan
ilmiah tersebut
pengetahuannya sendiri, diharapkan siswa dapat lebih memahami konsep dari materi
yang dipelajari. Dengan begitu, siswa tidak mengalami kesulitan lagi saat
mengerjakan soal. Selain itu, dengan menggunakan model pembelajaran ini, siswa
Pada saat melakukan diskusi kelompok, terjadi interaksi antar siswa, dimana siswa
harus selalu bergantung pada teori-teori pembelajaran yang ada dalam pedoman buku
pelajaran.
yang mengarahkan siswa menemukan konsep melalui berbagai informasi atau data
Discovery learning adalah metode belajar yang menuntut guru lebih kreatif
menciptakan situasi yang membuat peserta didik belajar aktif dan menemukan
pengetahuan sendiri.
mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry). Tidak ada perbedaan yang
prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada
juga disebut sebagai pendekatan inkuiri bertitik tolak pada suatu keyakinan dalam
fikir dalam pemecahan masalah dan membantu siswa dalam proses belajar dengan
cara melibatkan siswa secara aktif untuk memperoleh penemuan pribadi Komponen
langsung yang dialami siswa akan menarik perhatian peserta didik dan
mudah, motivasi yang meningkat, serta pembelajaran yang lebih realistik dan
bermakna.
pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas peserta didik dalam belajar. Model
pembelajaran ini menekankan guru untuk memberikan masalah pada peserta didik
Menurut Maharani & Hardini (2017: 552), discovery learning adalah proses
learning menuntut siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan menemukan
atau generalisasi yang dapat diterapkan siswa di lapangan. termasuk persoalan belajar
yang membuat mereka sering kehilangan semangat dan gairah ketika mengikuti
proses pembelajaran. pelajaran tidak dalam bentuk akhir, seperti rumus yang instan
tetapi siswa berpeluang untuk mencari dan menemukan sendiri inti dari pembelajaran
yang ingin dicapai. Guru hanya memfasilitasi, membantu dan mengarahkan sehingga
Menurut (Kristin, 2016:92), Ciri utama model discovery learning adalah (1)
pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar, (2) merupakan kombinasi antra pemelajaran langsung dan tidak langsung,
(3) ada hubungan yang kuat antara dominasi guru dan peserta didik, (4) pembelajaran
yang menempatkan peserta didik sebagai pelaksa sedangkan guru bertindak sebagai
topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif; (5) mengembangkan bahan-
bahan dengan memberikan contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari
siswa; (6) mengatur topik-topik pelajaran berawal dari yang sederhana ke yang
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, dan dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
tahap simbolik; serta (7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
33
langkah praktis dalam pembelajaran. Ada-pun langkah tersebut menurut Kadri adalah
(1) Stimulasi, (2) Pernyataan Masalah, (3) Pengumpulan data, (4) pengolahan data,
dan (5) verifikasi atau generalisasi. Sejalan dengan Kadri Supriyadi (2011: 62) juga
menjelaskan prosedur pelaksanaan model ini adalah (1) Stimulation (Stimulasi/ Pem-
Data Collection (Pengumpulan Data), (4) Data Processing (Peng-olahan Data), (5)
harus diiringi dengan suatu pertimbangan untuk mendapatkan suatu kebaikan ataupun
discovery learning yakni sebagai berikut. a.) Membantu siswa untuk memperbaiki
Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena
siswa untuk memecahkan masalah. d.) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lain. e.) Mendorong
keterlibatan keaktifan siswa. f.) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan
hipotesis sendiri. g.) Melatih siswa belajar mandiri. h.) Siswa aktif dalam kegiatan
34
menemukan hasil
sebagai berikut: a.) Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta
pikirannya c.) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk
belajar lebih giat lagi d.) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai
kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran
berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sang at terbatas.
discovery learning, yaitu sebagai berikut: a.) menimbulkan rasa senang pada siswa,
karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasi. b.) siswa akan mengerti konsep
dasar dan ide ide lebih baik. c.) mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif
discovery learning yaitu (1) menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah
motivator, dan pembimbing, (2) kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih
terbatas, dan (3) tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Setiap
35
Learning (1) metode ini menimbulka asumsi bahwa ada kesiapan pikiran belajar. bagi
siswa yang kurang pandai akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan atau konsep konsep, yang tertulis atau lisan sehingga pada
giliranya akan menimbuklan frustasi. (2) metode ini tidak efisien untuk megajar
jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu
mereka menemukan teori atau permsalahan lainya. (3) harapan harapan yang
terkandung dalam metode ini dapat buyer berhadapan denan siswa dan guru yang
telah terbiasa dengan cara belajar yang lama. (4) pengajaran discovery lebih cocok
ketermpilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. (5) tidak
menyimpulkan bahwa kelebihan dari model discovery learning yaitu dapat melatih
siswa belajar secara mandiri, melatih kemampuan bernalar siswa, serta melibatkan
siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan sendiri dan
harus dilakukan oleh seorang guru. Penerapan metode pembelajaran meliputi empat
kegiatan utama, yaitu kegiatan awal yang bersifat orientasi, kegiatan inti dalam proses
yang penyampaian materinya di sajikan secara tidak lengkap dan menuntut siswa
38
terlibat secara aktif untuk menemukan sendiri suatu konsep atau prinsip yang belum
di ketahinya.
B. Penelitian Relevan
Berdasarkan penelitian oleh Yulia Indra Siregar (2015) dengan judul Studi
Based Learning Dengan Discovery Learning Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Smk
dengan Discovery Learning pada mata pelajaran akuntansi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jenis true experiment design menggunakan desain Pretest
Postest Control Group Design dimana terdapat kelas eksperimen dengan model
Problem Based Learning yang selanjutnya diberikan posttest untuk mengetahui hasil
belajar siswa setelah diberikan perlakuan yang berbeda. Tempat penelitian ini adalah
di SMK Negeri 2 Nganjuk sedangkan subjek yang diteliti adalah siswa kelas X prodi
Akuntansi. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X AK 1 sebagai
kelas eksperimen dan X AK 4 sebagi kelas kontrol, dengan jumlah siswa kedua kelas
hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Discovery Learning lebih tinggi dari
hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan nilai
rata-rata kelas eksperimen 91,17 dan nilai rata-rata kelas kontrol 85,29. Hasil uji
sebesar 0,026 atau kurang dari 0,05. Hasil tersebut menunjukan taraf signifikan
kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima ini berarti terdapat perbedaan
judul Perbandingan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan Model Problem Based
Learning Dan Discovery Learning Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Pada
Manusia Di Kelas Viii Smp Swasta Brigjend Katamso penelitian ini merupakan quasi
based learning dengan model discovery learning pada materi system pencernaan
makanan pada manusia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka
dapat disimpulankan bahwa: Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa
dengan model Discovery Learning pada materi sistem pencernaan makanan pada
manusia Hasil belajar siswa menggunakan model Problem Based Learning (PBL)
(80 ± 11,49) dan keterampilan proses (76,5/ Sangat Baik) lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil belajar siswa menggunakan model Discovery Learning (68 ± 12,65) dan
keterampilan proses (72,75/ Baik) pada materi sistem pencernaan makanan pada
manusia.
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Sunggal yaitu sebanyak 4 kelas dengan jumlah
siswa seluruhnya sebanyak 156 orang siswa. Sampel diambil secara acak (random
sampling) sebanyak dua kelas yaitu kelas X2 sebagai kelas yang diajar menggunakan
model pembelajaran discovery learning dan kelas X1 sebagai kelas yang diajar
berjumlah 39 orang siswa, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 78
orang siswa. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. Hasil penelitian
pembelajaran discovery learning adalah 82,05 ± 8,25; sedangkan hasil belajar siswa
yang diajar menggunakan model pembelajaran problem based learning adalah 76,41
± 8,15. Dari hasil Uji-t pada taraf α = 0,05 dengan th sebesar 3,044; tt sebesar 1,995;
dan dk 76 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar
siswa yang diajarkan dengan menggunakan model discovery learning dan problem
based learning pada materi pencemaran lingkungan kelas X IPA di SMA Negeri 1
Berdasarkan penelitian Penelitian ini dilakukan oleh Kiki Riski Mutia Sari
dengan tujuan menguji signifikansi perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok
siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning
dengan kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran discovery learning
41
kelas VII SMP Negeri 12 Sigi. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen
kuasi dengan desain “Non ekivalen pretest-posttest design”. Sampel dipilih dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa tes hasil
belajar dalam bentuk pilihan ganda. Berdasarkan data hasil belajar fisika pada materi
tekanan yang diperoleh, menunjukkan bahwa nilai rata-rata untuk kelas eksperimen A
yaitu 20,38 dan standar deviasi sebesar 3,46, dan nilai rata-rata hasil belajar siswa
untuk kelas eksperimen B yaitu 16,92 dan standar deviasi sebesar 4,12. Hasil uji t
dua pihak dengan dk = 50 dan taraf signifikansi 𝛼 = 0,05 diperoleh nilai thitung 3,65
dan nilai ini lebih besar dari ttabel (2,01). Nilai thitung berada di luar daerah
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar fisika
antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran problem based
learning dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran discovery learning.
C. Kerangka Pikir
perlu ditingkatkan terutama dari segi kualitas, karena kualitas proses pembelajaran
permasalahan hidup yang nyata, baik yang menyangkut dirinya maupun masyarakat,
bangsa dan negaranya. Oleh karena itu, sudah saatnya pula terjadi perubahan
sehingga siswa lebih dominan dan peranan guru bergeser pada merancang atau
keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Dalam pemerolehan
Learning (PBL) adalah metode mengajar dengan fokus pemecah masalah yang nyata,
proses dimana peserta didik melakssanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi,
43
yang dapat berfungsi sebagai batu loncatanuntuk investigasi dan penyelidikan dan
laporan akhir
permasalahan permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata
tersebut”.
kali dikembangkan oleh Bruner pada tahun 1961. Pengembangan model ini didasari
oleh pemikiran bahwa jika keunggulan intelektual yang dimiliki seseorang terhadap
terhadap semua yang dia tahu bergantung pada apa yang ia ditemukan untuk dirinya
sendiri Bruner, (1961:21). Bruner berpikir bahwa individu akan menjadi dirinya
sendiri dengan belajar esensi budaya di mana mereka hidup, dan esensi budaya ini
memiliki potensi untuk memotivasi anak-anak secara intrinsik. Dia juga berpikir
secara terpisah hanya sebagian saja yang disampaikan secara langsung, sedangkan
yang lainnya di temukan sendiri oleh siswa. Siswa didorong untuk aktif dalam
membangun suatu konsep dan generalisasi dari pecahan temuan – temuan yang
mereka dapatkan. Tentunya proses tersebut tetap memerlukan bimbingan guru. Guru
Model Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final (utuh dari awal hingga
akhir) atau dengan kata lain, guru hanya menyajikan sebagian. Selebihnya diserahkan
adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Dengan
menerapkan model ini siswa akan menguasai teknik-teknik penemuan diri individu
yang bersangkutan. Penerapan model ini merubah situasi belajar dimana siswa yang
Variabel dalam penelitian ini adalah variable bebas dan variable terikat.
Dimana variable bebasnya adalah model pembelajaran Problem Based Learning dan
belajar ekonomi siswa. Hubungan antara variable itu digambarkan dalam diagram
dibawah ini.
D. Hipotesis Penelitian
signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran problem basic learning (PBL) dan hasil belajar siswa yang diajar