Anda di halaman 1dari 90

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

KONSEP DASAR STRATEGI PEMBELAJARAN

1) Pengertian Strategi Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Strategi

Istilah strategi (strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja
dalam bahasa Yunani, sebagai kata benda, strategos, merupakan gabungan
kata stratos (militer) dan ago (memimpin), sebagai kata kerja, stratego,
berarti merencanakan (to plan). Secara umum strategi mempunyai
pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plant, method, or series


of activities designed to achievies a particular educational goal (david,
1976). Maka strategi dapat diartiakan sebagai perencanaan yang berisi
tentang serangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.

2.1.2 Pengertian Pembelajaran

Menurut Poerwadarminta, Pembelajaran merupakan terjemahan dari


kata instruction yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau intruere
yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional
adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna
melalui pembelajaran. Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai
pelaku perubahan. Muhammad Surya memberikan pengertian pembelajaran
ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
1
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pengertian ini lebih menekankan kepada murid (individu) sebagai pelaku
perubahan.

Strategi pembelajaran adalah suatu rencana yang dilaksanakan


pendidik (guru) untuk mengoptimalkan potensi peserta didik agar siswa
terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mencapai hasil yang
diharapkan.
Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu ,
sebelum menentukan strategi harus dirumuskan terlebih dahulu tujuan
pmbelajaran yang ingin dicapai. Maka strategi pembelajaran sebagia suatu
kegiatan pembelajaran harus dikerjakan baik oleh pendidik maupun peserta
didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektiv dan efisien.
Beberapa pendapat tentang strategi pembelajaran
a. Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju
tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
b. Gerlach dan Ely (1980)menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang di pilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu selanjutnya
dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi
sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan
pengalaman belajar peserta didik
c. Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri
atas seluruh komponen materi pembelajaran prosedur atau tahapan
kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka
2
strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan
kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau
paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta
didik.
d. Groppper (1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah
laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan
belajarnya seharusnya dapat dipraktikan.

Mengingat bahwa setiap tujuan dan metode pembelajaran berbeda


satu dengan yang lainnya, maka jenis kegiatan belajar yang harus
dipraktikan oleh peserta didik membutuhkan persyaratan yang berbeda pula.
Sebagai contoh: untuk menjadi peloncat indah, seseorang harus bisa
berenang terlebih dahulu (syarat loncat indah adalah berenang) atau untuk
menjadi pengaransemen (aranger) musik dan lagu, seseorang harus belajar
not balok terlebih dahulu, pada contoh diatas tampaklah bahwa setiap
kegiatan belajar membutuhkan latihan atau praktik langsung.

Memerhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran diatas,


dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang
akan dipilih dan digunakan oleh seorang pelajar untuk menyampaikan
materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima
dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan
pembelajaran dapat dikuasainya diakhir kegiatan belajar.
2) Konsep belajar dan pembelajaran
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat
dari pengalaman dan latihan. Belajar adalah proses mental yang terjadi

3
dalam diri seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan
prilaku (Wina Sanjaya, 2009: 110). Menurut Arthur dalam Herpratiwi,
(2009: 45) belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Menurut
Gagne dalam Dimyati (1999: 10) belajar merupakan kegiatan yang
kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang
memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari stimulus yang berasal dari lingkungan
dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar.
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses
yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai
pengalaman, proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu yang
dipelajari.
Dari beberapa teori, disimpulkan bahwa belajar adalah “suatu
proses perubahan prilaku seseorang berdasarkan praktek atau
pengalaman tertentu”, dan terdapat empat rujukan dalam defenisi belajar
yaitu: (1) adanya perubahan atau kemampuan baru, baik perubahan
pengetahuan, keterampilan maupun perubahan sikap, (2) perubahan atau
kemampuan baru itu tidak berlangsung sesaat, melainkan menetap dan
dapat disimpan, maksudnya adalah semua perubahan itu tidak secara
kebetulan tetapi perubahan itu dapat bertahan lama dalam ingatan dan
sewaktu-waktu dapat dikeluarkan kembali, tampak dalam prilaku, (3)
perubahan atau kemampuan baru itu terjadi karena adanya usaha,
maksudnya terjadinya perubahan karena diusahakan bukan secara
kebetulan, (4) perubahan atau kemampuan baru itu tidak hanya timbul
karena faktor pertumbuhan, tetapi karena faktor pembiasaan atau
latihan, maksudnya perubahan yang diperoleh akan bertahan lama

4
dalam ingatan dan prilaku seseorang karena melalui proses latihan dan
pembiasaan (dalam tesis Siti Holijah, 2010: 19).
Menurut Prawiradilaga (2008: 19), pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar, proses pembelajaran perlu direncanakan,
dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan
efisien. Menurut Mulyasa (2005: 12) pembelajaran pada hakikatnya
adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Syarifudin (2010: 55) mengartikan pembelajaran sebagai kegiatan
belajar mengajar yaitu pengaturan dan pengorganisasian komponen
yang terdiri dari: tujuan, bahan, siswa, metode, situasi, lingkungan
dan evaluasi yang dilakukan oleh guru dengan tujuan agar siswa
melakukan kegiatan dan pengalaman belajar. Dalam kegiatan belajar
mengajar terjadi interaksi belajar antara guru dengan siswa dan antara
siswa dengan siswa lainnya.
Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu,
maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu tersebut.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, seperti yang
digambarkan oleh Arikuto (2007: 295).

5
Pada gambar 2.1 di atas menunjukkan bahwa hasil belajar
bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi ia merupakan hasil dari
berbagai faktor yang mempengaruhinya, dan faktor–faktor tersebut
merupakan komponen sistem yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah interaksi antara
siswa dengan guru, siswa dengan siswa atau siswa dengan lingkungan
sekitar, baik lingkungan manusia maupu non manusia, hubungan yang
harmonis mempengaruhi aktivitas dan hasil yang dicapai. Hasil belajar
dipengaruhi berbagai faktor yang saling berkaitan satu dengan yang
lainnya termasuk faktor internal diri siswa.
 Teori Belajar dan Pembelajaran

Teori belajar yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah:


1. Teori behaviorisme
Teori behaviorisme merupakan teori yang menerapkan prinsip
penguatan stimulus respon. Maksudnya adalah pengetahuan yang
terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila
diberi penguatan. Menurut Skinner dalam Herpratiwi (2009: 10),
unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement),
maksudnya pengetahuan yang terbentuk melalui stimulus respon akan
semakin kuat jika diberi penguatan (Herpratiwi, 2009: 3).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan teori
behaviorisme adalah:
1. Mementingkan bagian-bagian.
2. Mementingkan peranan reaksi.
3. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui
prosedur stimulus respon.
6
4. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk
sebelumnya.
5. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan
pengulangan.
6. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya prilaku yang
diinginkan
(Herpratiwi, 2009: 18).
2. Teori Belajar Kognitivisme
Teori Belajar Kognitivisme, menyatakan bahwa belajar
merupakan perubahan persepsi dan pemahaman, perubahan tersebut
tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang diamati. Asumsi
dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah mempunyai
pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya. Pengetahuan dan
pengalaman ini tertata dalam bentuk kognitif. Teori ini
mengungkapkan bahwa proses belajar akan lebih baik bila materi
pelajaran yang baru dapat beradaptasi secara tepat dengan struktur
kognitif yang sudah dimiliki siswa (Herpratiwi, 2009: 20).
Implikasi teori kognitivisme terhadap proses belajar adalah
untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan membantu siswa
menjadi pembelajar yang sukses, maka guru yang menganut paham
kognitivisme banyak melibatkan siswa dalam kegiatan dimana faktor
motivasi, kemampuan problem solving, strategi belajar, memory
retention skil sering ditekankan (Herpratiwi, 2009: 20).
3. Teori belajar konstruktivisme (contructivist theories of learning)
Teori belajar konstruktivisme dalam penerapannya siswa
harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan–aturan lama dan

7
merevisinya apabila aturan–aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa
agar benar–benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,
mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala
sesuatu untuk dirinya (Herpratiwi, 2009: 71).
Teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan
teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental
Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual
atau teori perkembangan kognitivisme. Teori belajar tersebut
berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam
tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap
tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan
ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan
(Herpratiwi, 2009: 78).
Wheatley (Herpratiwi, 2009: 84), mengajukan dua prinsip
utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme.
Pertama pengetahuan tidak dapat diperoleh sercara pasif tetapi secara
aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua fungsi kognisi bersifat
adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata
yang dimiliki anak.

3) Pembelajaran sebagai suatu sistem

Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain


instruk-sional, untuk membuat siswa belajar secara aktif. Yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat
unsur yg secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.
System is “organized set of ideas.”
8
Sistem adalah suatu komponen-komponen yang satu sama lain
saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang
diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan pembelajaran merupakan komponen penting dari sistem
pembelajaran secara utuh. Pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki ciri
sistem secara umum sebagaimana sistem-sistem yang lain. Dalam arti luas,
sistem adalah benda, peristiwa, kejadian, atau cara yang terorganisasi yang
terdiri atas bagian-bagian yang lebih kecil, dan seluruh bagian tersebut
secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan tersebut.
Definisi tersebut juga bermakna bahwa suatu benda, kegaiatan, atau
cara dapat disebut sebagai suatu sistem bila memenuhi empat kriteria
sekaligus, yaitu:

a. Memiliki atau dapat dibagi meenjadi bagian yang lebih kecil atau sub
sistem.
b. Setiap bagian mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
c. Seluruh bagian itu melakukan fungsi secara bersama.
d. Fungsi bersama tersebut mempunyai tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian diatas, maka ada tiga hal penting yang
menjadi karakteristik suatu sistem. Pertama, setiap sistem pasti memiliki
tujuan, yang mana tujuan tersebut merupakan ciri utama dari sistem. Tujuan
merupakan arah yang harus dicapai oleh suatu pergerakan sistem. Semakin
jelas tujuan, maka semakin mudah menentukan system. Jadi tak ada sistem
tanpa tujuan. Kedua, sistem selalu mengandung suatu proses. Proses adalah
rangkaian kegiatan. Kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan. Jadi
semakin kompleks tujuan maka semakin rumit pula proses kegiatan. Ketiga,
proses kegiatan dalam suatu sistem selalu melibatkan dan memanfaatkan
berbagai komponen dan unsur-unsur tertentu. Oleh karena itu, suatu sistem
9
tidak mungkin memiliki satu komponen saja tetapi membutuhkan berbagai
komponen yang mana antara komponen satu dengan yang lain saling
berkaitan.
Dalam buku akta mengajar V menyatakan bahwa karakteristik suatu sistem
sebagai berikut :

a) Adanya tujuan
b) Adanya fungsi untuk mencapai tujuan
c) Adanya bagian komponen yang melaksanankan fungsi-fungsi tersebut
d) Adanya interaksi antara komponen
e) Adanya penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan
f) Adanya proses transformasi
g) Adanya proses umpan balik untuk perbaikan dan
h) Adanya daerah batasan dan lingkungan
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan
kualitas proses pendidikan adalah pendekatan sistem. Pendekatan sistem ini
merupakan aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu proses.
Oleh karena suatu sistem merupakan proses untuk mencapai tujuan melalui
pemberdayaan komponen-komponen yang membentuknya, maka sistem erat
kaitannya dengan perencanaan.
Perancanaan adalah pengambilan keputusan bagaimana
memperdayakan komponen agar tujuan berhasil dengan sempurna. Proses
perencanaan yang sistematis dalam proses pembelajaran memiliki beberapa
keuntungan, diantaranya :

1) Melalui sistem perencanaan yang matang, karena sistem perencanaan


disusun untuk mencapai hasil yang optimal.

10
2) Melalui sistem perencanaan yang sistematis ini dapat menentukan
berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.

3) Melalui sistem perencanaan, dapat menetukan berbagai langkah dalam


memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk ketercapaian
tujuan.

Semua sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu maksud atau


tujuan tertentu. Untuk itu diperlukan suatu proses yang mengubah masukan
(input) menjadi hasil (output). Suatu proses tersebut secara tidak sadar dapat
mengubah perilaku atau tingkah laku peserta didik. Karena disini guru
memberikan peran yang sangat penting untuk mencapai suatu hasil yang
maksimal. Misalnya, sebelum peserta didik mengalami proses belajar, ia
tidak tahu konsep tentang “X”, tetapi setelah ia mengalami proses
pembelajaran, ia jadi paham tentang konsep “X”, dengan demikian dapat
dikatakan seseorang itu telah belajar (umpan balik).

Komponen input sistem pembelajaran dapat berupa siswa, materi,


metode, alat, media pembelajaran, perangkat-perangkat pembelajaran yang
lain termasuk persiapan atau perencanaan pembelajaran. Komponen proses
berupa tempat atau aktivitas berinteraksinya berbagai input, baik raw input
(masukan siswa), instrumental input (masukan berupa alat-alat termasuk
guru dan kurikulum), maupun environmental input (masukan lingkungan
fisik maupun non fisik). Proses pembelajaran akan mengahsilkan keluaran
(output). Dengan kata lain, output merupakan cerminan langsung maupun
tidak langsung dari proses pembelajaran yang berlangsung. Output
pembelajaran itu biasanya dapat berupa prestasi belajar, perubahan sikap,
perubahan perilaku, skor atau nilai penguasaan materi suatu mata pelajaran,
11
dan sebagainya. Outcome dalam sebuah sistem pembelajaran merupakan
kebermaknaan output di dalam sistem yang lebih luas atau sistem lain yang
relevan. Di sisi lain, outcome dapat juga dimaknai sebagai dampak
dihasilkannya output. Dengan singkat kata, outcome merupakan ukuran
kebermaknaan output. Jika dikaitkan dengan contoh output di atas, outcome
pembelajaran dapat berupa seberapa jauh nilai atau prestasi belajar yang
dicapai dalam pembelajaran tertentu memiliki makna atau dapat menopang
keberhasilan pembelajaran lain yang relevan.
Kegiatan pembelajaran atau juga dikenal dengan kegiatan
instruksional sebagai suatu sistem dengan sendirinya merupakan komposisi
bagian-bagian dan fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan demikian,
apabila salah satu bagian ada yang ridak berfungsi dengan baik dan sinkron
dengan komponen lain, maka tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
tidak dapat dicapai dengan baik atau optimal.
Perencanaan pembelajaran sebagai sub sistem dari sistem
pembelajaran, dengan demikian memiliki komponen-komponen yang
memiliki fungsi sendiri-sendiri dan saling terkait bersama-sama untuk
mencapai tujuan. Tinjauan sebuah sistem yang ditekankan pada keseluruhan
bagian atau komponen tersebut dalam teori sistem dikelompokkan pada
sistem dalam arti wujud. Di samping itu, perencanaan pembelajaran dapat
pula didekati secara sistem dalam arti “metode atau cara”. Tinjauan ini
dikenal dengan pendekatan sistem (system approach). Model pendekatan
sistem perencanaan pembelajaran tersebut oleh Atwi Suparman kemudian
dijelaskan lagi dengan rincian yang menunjukkan langkah-langkah dalam
menyusun sistem pembelajaran.

12
Tahap mengidentifikasi sebagaimana yang terdapat dalam bagan
tersebut meliputi tiga langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan menulis tujuan


pembelajaran umum.
2. Melakukan analisis pembelajaran.
3. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik siswa.
Sedangkan tahap mengembangkan dijabarkan menjadi empat
langkah sebagai berikut:
a) Menulis tujuan pembelajaran (instruksional) khusus.
b) Menulis tes acuan patokan.
c) Menyusun strategi pembelajaran.
d) Mengembangkan bahan pembelajaran.
Tahap mengevaluasi dan merevisi berisi langkah mendesain dan
melaksanakan evaluasi formatif yang di dalamnya termasuk kegaiatan
merevisi.
Hasil akhir dari langkah-langkah tersebut adalah rencana sistem
pembelajaran yang siap diterapkan dalam pembelajaran. Rencana sistem
pembelajaran ini akan menjadi panduan para guru untuk melaksanakan
pembelajaran, sehingga perlu disiapkan dan dikerjakan secara cermat dan
sungguh-sungguh.
Jadi pembelajaran sebagai suatu sistem adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seorang guru secara instruksional yang mana disini guru
sebagai penyedia sumber belajar sehingga seorang guru harus mampu
mengelola semua komponen-komponen agar dapat mencapai suatu tujuan
yang diinginkan. Dengan demikian diharapkan peserta didik mampu
menerima dan akan terjadi umpan balik (feedback).

13
 Komponen-Komponen Sistem Pembelajaran

Komponen merupakan bagian suatu sistem yang melaksanakan


fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan sistem.

Komponen-komponen sistem pembelajaran dibagai menjadi lima


bagian yaitu:

a) Tujuan Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem


pembelajaran. Mau dibawa ke mana siswa? Apa yang harus dimiliki oleh
siswa? Semuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan
standar isi kurikulum yang berlaku setiap satuan pendidikan.

b) Materi pelajaran Isi atau materi pelajaran merupakan komponen kedua


dalam sistem pembelajaran. Dalam konstek tertentu, materi pelajaran
merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses
pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi.

c) Metode atau strategi pembelajaran Metode atau strategi pembelajaran


adalah komponen yang juga mempunyai fungsi yang sangat menentukan.
Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini.
Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat
diimplementasikan melalui strategi yang tetap maka komponen-komponen
tersebut tidak akan memilki makna dalam proses pencapaian tujuan.

d) Media Media walaupun fungsinya sebagai alat bantu akan tetapi memiliki
peran yang tidak kalah pentingnya. Dalam kemajuan teknologi seperti
sekarang ini memungkinkan siswa dapat belajar dari mana saja dan kapan
saja dengan menfaatkan hasil-hasil teknologi. Oleh karena itu peran dan

14
tugas guru bergeser dari peran sebagai sumber belajar menjadi pengelola
sumber belajar.

e) Evaluasi Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem proses


pembelajaran. Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihaat keberhasilan
siswa dalam proses pembelajaran, akan tetapi juga berfungsi sebagai umpan
balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui
evaluasi ini kita dapat melihat kekurangan dalam pembelajaran berbagai
komponen sistem pembelajaran.

 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan


proses sistem pembelajaran diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana,
alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.

a. Faktor Guru.

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam


implementasi suatu strategi pembelajaran. Keberhasilan implementasi suatu
strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam
menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan
bagi siwa yang diajarnya, akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran
(manager of learning). Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran
terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses
pembelajaran sangat ditentukan kualitas atau kemampuan guru. Norman
Kirby menyatakan: “one underlying emphasis should be noticeable: that the
quality of the teacher is the essential, constant feature in the success of any
educational system”. Menurut Dunkin, ada sejumlah aspek yang
15
mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu
“teacher formative experience, teacher training experience and teacher
properties”. Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta
semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka.
Yang termasuk ke dalam aspek ini diantaranya meliputi tempat asal
kelahiran guru, termasuk suku, latar belakang budaya dan adat istiadat dan
keadaan keluarga. Teacher training experience, meliputi pengalaman-
pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang
pendidikan guru. Teacher properties, adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru.

b. Faktor Siswa

Siswa adalah organisme unik yang berkembang sesuai dengan


tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh
aspek kepribadiaannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-
masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat
dipengaruhi oleh perkembangana anak yang tidak sama itu, di samping
karakteristik lain yang melekat pada diri anak. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek
latar belakang siswa yang menurut Dunkin disebut “pupil formative
experience serta faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil properties)”. Aspek
latar belakang, meliputi jenis kelamin siswa, tempat tanggal lahir dan tempat
tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana
siswa berasal dan lain sebagainya. Dilihat dari sifat yang dimiliki siswa
meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. Sikap dan penampilan
siswa di dalam kelas, juga merupakan aspek yang lain yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran.

16
c. Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung


terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran,
alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan
prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat
mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju
sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya. Kelengkapan
sarana dan prasarana akan membantu guru dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran, dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen
penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Terdapat berbagai
keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasana.
Pertama, kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan
motivasi guru mengajar. Mengajar dapat dilihat dari dua dimensi yaitu
sebagai proses penyampaian materi pelajaran dan sebagai pengaturan
lingkungan yang merangsang siswa untuk belajar. Apabila mengajar
dipandang sebagai proses penyampaian materi, maka dibutuhkan sarana
pembelajran berupa alat dan bahan yang dapat menyalurkan pesan secara
efektif dan efisien. Sedangkan mengajar dipandang sebagai proses mengatur
lingkuangan agar siswa dapat belajar, maka dibutuhkan sarana yang
berkaiatan dengan berbagai sumber belajar yang dapat mendorong siswa
untuk belajar. Kedua, kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan
berbagai pilihan pada siswa untuk belajar. Setiap siswa pada dasarnya
memiliki gaya belajar yang berbeda. Siswa yang bertipe auditif akan lebih
mudah belajar melalui pendengaran, sedangkan tipe siswa yang visual akan
lebih mudah belajar melalui penglihatan.

17
d. Faktor Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat


mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan factor
iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi
jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar
akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Faktor lain dari
dimensi lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran adalah
faktor iklim sosial-psikologis, maksudnya adalah keharmonisan hubungan
antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosisal ini dapat
terjadi secara internal atau eksternal. Iklim sosial-psikologis secara internal
adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah,
misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru,
antara guru dengan guru, bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah.
Iklim sosial-psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara
pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang
tua siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat dan lain
sebagainya. Sekolah yang memiliki hubungan yang baik secara internal,
yang ditunjukkan oleh kerja sama antar guru, saling menghargai dan saling
membantu, maka kemungkinan iklim belajar menjadi sejuk dan tenang
sehingga akan berdampak pada motivasi belajar. Sebaliknya, manakala
hubungan tidak kehormonisan, iklim belajar akan penuh dengan ketegangan
dan ketidaknyamanan sehingga akan mempengaruhi psikologis siswa dalam
belajar. Demikian juga sekolah yang memiliki kerja sama dengan lembaga-
lembaga luar akan menambah kelancaran progam-progam sekolah sehingga
upaya-upaya sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran akan
mendapat dukungan dari pihak lain.
18
 Aplikasi Sistem dalam Pembelajaran

Makna sistem dalam pembelajaran harus diaplikasikan dalam proses


pembelajaran agar pembelajaran tersebut mampu menghasilkan hasil yang
optimal yaitu mampu memeberdayakan seluruh potensi yang ada dalam diri
siswa yang terdiri dari potensi kognitif, efektif dan psikomotorik.

Aplikasi sistem dalam pembelajaran mengandung makna :

1) Adanya pemahaman secara utuh, kompehensif dan terpadu, bahwa


proses pembelajaran itu sangat tergantung dari berbagai elemen. Jika salah
satu elemen tergantung atau rusak maka akan mengganggu keberhasilan
proses belajar. Maka dari itu guru mempunyai peran utama yang mana
seorang guru harus mampu dan memberdayakan semua elemen tersebut
agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar.

2) Adanya sifat dan sikap keterbukaan yang dimiliki guru dan siswa, yaitu
adanya ketersediaan untuk menerima kritik atau informasi dari luar. Kita
harus menerima kritik atau masukan dari pendapat orang lain. Tetapi
apabila dirinya merasa benar dan orang lain salah mka sistem pembelajaran
tidak akan bisa diterapkan dalam proses pembelajaran.

PEMBELAJARAN SEBAGAI SUATU SISTEM

A. HAKEKAT PEMBELAJARAN
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian
demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik
berubah ke arah yang lebih baik. Adapun yang dimaksud dengan proses
19
pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar,
atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif
digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan
sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi
pelajaran itu sendiri.
Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa
pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh
antara guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses
pembelajaran oleh peserta didik(student of learning), dan bukan
pengajaran oleh guru(teacher of teaching).

B. FUNGSI PEMBELAJARAN
Ada beberapa Fungsi-fungsi pembelajaran yang sering kita kenal yaitu
sebagai berikut:
1. Pembelajaran sebagai sistem
Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang
terorganisir antara lain tujuan pembelajaran , materi pembelajaran, strategi
dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga,
pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial dan pengayaan).
2. Pembelajaran sebagai proses
Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau
kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, meliputi:
a) Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan
penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) dan penyiapan perangkat
kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi, buku atau
media cetak lainnya

20
b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan
pembelajaran yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh
pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah
dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen
guru, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa
c) Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca
pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula
berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang
berkesulitan belajar.

C. PEMBELAJARAN SEBAGAI SUATU SISTEM


Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga
sesuai dengan perkembangan dalam psikologi belajar sistematik, yang
dilandasi dengan prinsip-prinsip psikologi behavioristik dan humanistik.
Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran, meliputi aspek filosofis dan
aspek proses. Aspek filosofis ialah pandangan hidup yang melandasi sikap
si perancang, sistem yang terarah pada kenyataan. Sedangkan aspek proses
ialah suatu proses dan suatu perangkat alat konseptual.
Ciri-ciri pendekatan sistem pembelajaran, yaitu ada dua ciri utama,
yakni:
1. Pendekatan sistem sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses
pembelajaran dimana berlangsung kegiatan belajar mengajar, terjadinya
interaksi antara siswa dan guru, dan memberikan kemudahan bagi siswa
untuk belajar secara efektif
2. Penggunaan metodologi untuk merancang sistem pembelajaran yang
meliputi prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penilaian

21
keseluruhan proses pembelajaran yang tertuju pada konsep pencapaian
tujuan pembelajaran. Pola pendekatan sistem pembelajaran, menurut
Oemar Hamalik (2002: 9), melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a) Identifikasi kebutuhan pendidikan (merumuskan masalah)
b) Analisis kebutuhan untuk mentransfomasikan menjadi
tujuan pembelajaran (analisis masalah)
c) Merancang metode dan materi pembelajaran (pengembangan suatu
pemecahan)
d) Pelaksanaan pembelajaran (eksperimental)
e) Menilai dan merevisi.

Untuk mencapai pembelajaran efektif dan efisien dibutuhkan


pengelolaan komponen pembelajaran secara baik. Dalam pendekatan
sistem bahwasanya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal
harus didukung dengan komponen pembelajaran yang baik, yang meliputi
tujuan, siswa, guru, metode, media, sarana, lingkungan pembelajaran dan
evaluasi. Masing-masing komponen memberikan pengaruh terhadap
keberhasilan pembelajaran.

D. HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN PEMBELAJARAN


1. Pengertian Komponen Pembelajaran
Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus menerus mengalami
perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEK.
Pembelajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar
dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai
komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen

22
tersebut meliputi: kurikulum, guru, siswa, materi, metode, media dan
evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari
perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan
pengajaran atau pembelajaran yang sudah dibuat.
Di dalam pembelajaran, terdapat komponen-komponen yang
berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu:
a) Kurikulum
Secara terminologis, istilah kurikulum mengandung arti sejumlah
pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan
siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah. Pengertian kurikulum
secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan
kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang
berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan.
b) Guru
Guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Di dalam masyarakat, dari yang paling
terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang peranan penting.
Guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga
masyarakat.
c) Siswa
Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang
mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan
lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam konteks
keagamaan murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang
mengikuti bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa

23
jangan selalu dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia
memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang
berbeda.
d) Metode
Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk
membantu proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik, metode-
metode tersebut antara lain:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
2) Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan
atau memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau
sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan
murid itu.
3) Metode Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan
ajar yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan
menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat
problematis.
4) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
sedang disajikan.

24
5) Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode atau cara di mana guru dan murid
bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk
mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
6) Materi
Dalam kegiatan belajar, materi harus didesain sedemikian rupa,
sehingga cocok untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan
komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak didik yang
merupakan sentral.
7) Alat Pembelajaran (Media)
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi
media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan.
8) Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”.
Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Ada pendapat lain yang
mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data
seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan
kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar
siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan
belajar.
2. Hubungan Masing-Masing Komponen Pembelajaran 
Dari semua komponen pembelajaran, antara komponen yang satu
dengan yang lain memiliki hubungan saling keterkaitan. Guru sebagai
ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan, sangat menentukan

25
keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Tidak hanya berfungsi
sebagai pelaksana kurikulum, guru juga sebagai pengembang kurikulum.
Bagi guru, memahami kurikulum merupakan suatu hal yang mutlak.
Setelah guru mempelajari kurikulum yang berlaku, selanjutnya membuat
suatu desain pembelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan awal
siswa (entering behavior), tujuan yang hendak dicapai, teori belajar dan
pembelajaran, karakteristik bahan yang akan diajarkan, metode dan media
atau sumber belajar yang akan digunakan, dan unsur-unsur lainnya sebagai
penunjang. Setelah desain dibuat, kemudian KBM atau pembelajaran
dilakukan.
Dalam hal ini ada dua kegiatan utama, yaitu guru bertindak mengajar
dan siswa bertindak belajar. Kedua kegiatan tersebut berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya implementasi
pembelajaran itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil ini akan
memberikan dampak bagi guru dan siswa. Bagi setiap guru, dituntut untuk
memehami masing-masing metode secara baik.

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM PEMBELAJARAN


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses
sistem pembelajaran di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan
media yang tersedia, serta faktor lingkungan.
1. Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan
idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin dapat
diaplikasikan. Keberhasilan penerapan strategi berperang untuk

26
menghancurkan musuh akan sangat bergantung kepada kualitas prajurit itu
sendiri. Demikian juga dengan guru.
2. Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan
tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan
seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan
masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pem-
belajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu,
di samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
3. Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung ter-
hadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-
alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan pra-
sarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung
keberhasilan proses pembelajaran, misalnya, jalan menuju sekolah, pene-
rangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan
prasarana Akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembe-
lajaran.
4. Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat memenga-
ruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim
sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas yang di dalamnya meliputi
jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang dapat
memengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar
akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

27
STRATEGI MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR

1. PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan
atau aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Motif dapat diartikan
sebagai suatu kondisi intern. Menurut Mc Donald (dalam Sadirman, 2004)
motivasi adalah perubahan energi di dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Tiga komponen utama yang menjadi ciri utama motivasi adalah
perubahan energi, feeling, dan tujuan.

Secara sederhana, definisi motivasi adalah kondisi psikologis yang


mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat memiliki pengertian
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang
menimbulkan, menjamin dan memberikan arah kegiatan belajar mengajar,
sehingga diharapkan tujuan pembelajaran dan pendidikan dapat tercapai.
Motivasi dapat dibagi menjadi dua:
1. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan
dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
2. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
entahkah karena adanya ajakan, perintah atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan keadaan yang demikian peserta didik mau melakukan
sesuatu atau belajar.

28
Bagi peserta didik yang selalu memperhatikan pelajaran dan
mampu menerima materi yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru
karena di dalam diri peserta didik tersebut sudah ada motivasi intrinsik.
Peserta didik yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri
memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap
materi pelajaran yang diberikan. Biasanya peserta didik seperti ini dapat
berkonsentrasi dengan baik dan mampu mengatasi gangguan yang
mempengaruhinya.
Berbeda dengan peserta didik yang tidak memiliki motivasi belajar
di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari
luar dirinya mutlak diperlukan. Pada masalah ini, tugas guru adalah
menemukan cara untuk menumbuhkan atau memunculkan motivasi peserta
didik sehaingga ia mau belajar.
2. FUNGSI MOTIVASI

Menurut Hamalik (2002) ada tiga fungsi motivasi:


1. Mendorong manusia untuk bertindak, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan tujuan.
3. Menyeleksi tindakan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah sekaligus sebagai
penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Guru berperan

29
penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan
cara yang tepat dan terutama untuk memenuhi kebutuhan peserta didik.
3. TEKNIK PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yaitu:


1. Menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu
seorang guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh
peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Makin jelas
tujuan maka makin besar pula motivasi dalam melaksanakan kegiatan
belajar.
2. Hadiah atau Penghargaan
Berikan hadiah atau penghargaan bagi peserta didik yang berhasil
dalam pembelajaran. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa
belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berhasil akan
termotivasi untuk bisa mengejar keberhasilannya.
3. Persaingan/kompetisi
Guru bisa mengadakan persaingan di antara peserta didik untuk
meningkatkan prestasi belajar dan berusaha memperbaiki prestasi yang
telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya peserta didik yang berhasil dengan giat mendapat pujian
dan penghargaan. Tentunya pujian yang membangun.
5. Hukuman
Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada peserta didik yang tidak
berhasil atau gagal dengan melakukan kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman atau sanksi yang diberikan harus dapat memberi

30
motivasi agar peserta didik yang beri sanksi mau merubah diri dan
berusaha memotivasi dirinya untuk belajar.
6. Memberikan perhatian maksimal bagi peserta didik yang kurang atau
tidak memiliki motivasi belajar.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
8. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individu maupun
kelompok.
9. Menggunakan metode yang bervariasi.
10. Menggunakan media yang tepat yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Tiap peserta didik memiliki kemampuan mengindera yang berbeda,
baik kemampuan mendengar maupun melihat, demikian juga kemampuan
berbicara. Ada siswa yang lebih senang mebaca,ada siswa yang lebih senang
mendengar. Ada siswa yang lebih cepat paham dengan membaca, ada juga
siswa yang cepat paham dengan mendengar. Dengan variasi penggunaan
media, diharapak dari hari ke hari tiap kelemahan mengindera dari peserta
didik dapat dikurangi. Untuk menarik perhatian, disetiap pembelajaran guru
dapat memulai dengan berbicara terlebih dahulu, menulis di papan tulis,
dilanjutkan dengan memberikan contoh konkret/kaitan pembelajaran dengan
kehidupan sehari-hari. Dengan cara demikian, diharapkan dapat memberi
stimulus terhadap kemampuan mengindera peserta didik.

STRATEGI MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI PEMBELAJARAN

1. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Menurut Evertt M. Rogers dalam Abdul Majid (2013)
mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu

31
gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk
merubah prilakunya.
Menurut Hardjana, sebagaimana dikutip oleh Endang Lestari G
(2003) secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu cum,
sebuah kata depan yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan
kata umus, sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut
membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa Inggris
disebut communion, yang mempunyai makna kebersamaan, persatuan,
persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk ber-
communio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat
kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang,
tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan
sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan,
atau berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai makna
pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau
hubungan.
Evertt M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang
di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada
penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya. Pendapat senada
dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa komunikasi
merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud
mencapai beberapa tujuan khusus. Selain definisi yang telah disebutkan di
atas, pemikir komunikasi yang cukup terkenal yaitu Wilbur Schramm
memiliki pengertian yang sedikit lebih detail. Menurutnya, komunikasi
merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima,
dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa

32
pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim
oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. (Suranto :
2005).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian komunikasi


adalah pengiriman serta penerimaan sebuah pesan atau berita dari dua orang
atau lebih agar pesan yang dimaksud bisa dipahami.
Secara umum, pengertian komunikasi merupakan suatu interaksi
atau sebuah proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur
lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia,
melalui pertukaran infomrasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku
orang lain dan berusaha untuk mengubahnya.
Dari beberapa definisi di atas dapat penulis pahami bahwa
komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi. Kesuksesan
komunikasi tergantung kepada desain pesan atau informasi dan cara
penyampaiannya.

2. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI

 Menurut Para Ahli


Menurut Aristoteles, ada tiga unsur komunikasi yaitu siapa yang
berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkannya.
Pandangan Aristoteles ini menurut sebagian besar para ahli
komunikasi dinilai lebih tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi
publik dalam bentuk pidato atau retorika.
Hal ini disebabkan pada zaman Aristoteles retorika menjadi bentuk
komunikasi yang sangat populer bagi masyarakat Yunani pada saat itu.

33
Unsur Komunikasi Menurut Claude E Shannon & Warren Weaver
Unsur komunikasi yaitu pengiriman, transmitter, penerima, tujuan, dan
signal. Kesimpulan tersebut berdasarkan atas studi yang mereka lakukan
mengenai pengiriman pesan radio dan telpon.
Unsur Komunikasi Menurut Charles Osgood Gerald Miller & Melvin L
De Fluer
Mereka menambahkan efek dan umpan balik sebagai unsur unsur
komunikasi. Umpan balik dan efek sebagai unsur komunikasi yang nantinya
akan lebih banyak dikembangkan pada proses komunikasi antarpribadi dan
komunikasi massa.
Unsur Komunikasi Menurut Joseph de Vito, Sereno, Erika Vora
Mereka menilai lingkungan adalah unsur komunikasi yang tidak kalah
pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.
 Unsur-Unsur Komunikasi Secara Umum

1. Komunikator
Komunikator merupakan pihak yang bertindak sebagai pengirim
pesan dalam proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator
adalah seseorang atau sekelompok orang yang memiliki inisiatif untuk
menjadi sumber dalam sebuah hubungan atau interaksi.
Komunikator tidak hanya berperan sebagai pengirim pesan saja.
Akan tetapi juga memberikan sebuah respon atau tanggapan dan
menjawab dari proses komunikasi yang sedang berlangsung.
Baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
2. Pesan atau Informasi
Pesan atau informasi merupakan keseluruhan apa yang
disampaikan oleh komunikator. Pesan bisa berupa sebuah kata-kata,
tulisan, gambaran, atau sebuah perantara lainnya.
34
Pesan ini mempunyai inti, yaitu mengarah pada usaha untuk
mengubah sikap dan tingkah laku orang lain.
Inti pesan akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi
tersebut.
3. Sarana Komunikasi atau Channel
Sarana komunikasi atau channel dapat disebut dengan media
yang digunakan sebagai penyalur pesan dalam sebuah proses
komunikasi.
Pemilihan sarana atau media dalam proses komunikasi
tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan.
4. Komunikan atau Receiver
Komunikan adalah sebutan bagi orang yang menerima pesan
atau berita yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan dapat
terdiri dari satu roang atau lebih dan bisa pula dalam bentuk
kelompok.
Dalam sebuah proses komunikasi, komunikasi merupakan
elemen penting karena dialah yang menjadi sasaran komunikasi dan
bertanggung jawab untuk bisa mengerti pesan yang disampaikan
dengan baik dan benar.
5. Umpan Balik atau Feedback
Umpan balik bisa diartikan sebagai jawaban komunikan atas
pesan yang diberikan oleh komunikator kepadanya. Pada komunikasi
yang dinamis, komunikator dan komunikan akan terus menerus
bertukar peran.
6. Dampak atau Effect
Dampak adalah efek perbedaan yang dialami oleh komunikan
sebelum dan sesudah menerima pesan. Apabila sikap dan tingkah laku

35
komunikan berubah sesuai dengan isi pesan, maka komunikator telah
berhasil dengan baik.
Dampak atau effect sesungguhnya dapat dilihat dari personal
opinion, public opinion, ataupun majority opinion.
Namun semua itu mengarah kepada perubahan yang terjadi pada
komunikan setelah menerima pesan yang disampaikan oleh
komunikator.

3. TUJUAN KOMUNIKASI
1) Agar apa yang ingin kita sampaikan dapat dimengerti oleh orang lain.
2) Agar mengetahui dan paham terhadap keinginann orang lain
3) Agar gagasan kita dapat diterima oleh orang lain.
4) Menggerakan orang lain untuk menggerakan sesuatu
5) Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogianyalah
sang komunikator memahami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan; dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya
terhadap para penerima pesannya dan dia harus mengetahui prinsip-
prinsip yang mendasari segala situasi komunikasi, baik secara umum
maupun perorangan.
6) Memberitahukan, melaporkan (to inform),
7) Menjamu, menghibur (to entertain), dan
8) Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade).

4. Fungsi Komunikasi
1) Fungsi instrumental (berkomunikasi dengan maksud memerintah atau
menyerukan).
2) Fungsi pengaturan (berkomunikasi untuk persetujuan, celaan,
pengawasaan kelakuan)

36
3) Fungsi representasional (berkomunikasi untuk membuat pernyataan-
pernyataan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan,
melaporkan, dan menggambarkan).
4) Fungsi interaksional (berkomunikasi untuk menjamin pemiliharaan
intraksi; contoh: Guru menyampaikan materi menggunakan lelucon agar
para peserta didiknya tetap mengikuti pelajarannya sampai selesai).
5) Fungsi personal (berkomunikasi untuk menyatakan perasaan, emosi,
kepribadian, dan reaksi-reaksi yang terkandung dalam benaknya).
6) Fungsi heuristik (berkomunikasi untuk mendapatkan pengetahuan,
mempelajari lingkungan; disampaikan dalam pertanyaan-pertanyaan).
7) Fungsi imajinatif (berkomunikasi untuk menciptakan gagasan-gagasan
imajinasi; bercerita atau mendongeng).

5. POLA-POLA KOMUNIKASI

Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan,disamping


memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual,juga harus
mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis.Hal-hal yang
bersifat teknis ini,terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi
belajar mengajar.
Dalam proses pendidikan sering kita jumpai kegagalan-kegagalan,hal
ini biasanya dikarenakan lemahnya sistem komunikasi.Untuk itu,pendidik
perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses belajar
mengajar.Komunikasi pendidikan yang kami maksudkan disini adalah
hubungan atau interaksi antara pendidik dengan peserta didik pada saat
proses belajar mengajar berlangsung,atau dengan istilah lain yaitu hubungan
aktif antara pendidik dengan peserta didik.

37
Menurut Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno (2011), ada
tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi
dinamis antara guru dengan siswa yaitu:
1. komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah
Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa
sebagai penerima aksi.Guru aktif dan siswa pasif.Ceramah pada
dasarnya adalah komunikasi satu arah,atau komunikasi sebagai
aksi.Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa
belajar.
2. Komunukasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah
Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi
aksi dan penerima aksi.Disini,sudah terlihat hubungan dua arah,tetapi
terbats antara guru dan pelajar secara indivudual.Antara pelajar dan
pelajar tidak ada hubungan.Pelajar tidak dapat berdiskusi dangan teman
atau bertanya sesama temannya.Keduanya dapat saling memberi dan
menerima.Komunikasi ini lebih baik dari pada yang pertama,sebab
kegiatan guru dan kegiatan siswa relatif sama.
3. Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi
Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi yang dinamis antara
guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara
siswa yang satu dengan yang lainnya.Proses belajar mengajar dengan
pola komunikasi ini mengarah kepada proses pengajaran yang
mengembangkan kegiatan siswa yang optimal,sehingga menumbuhkan
siswa belajar aktif.

Dalam kegiatan belajar mengajar,siswa memerlukan sesuatu yang


memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru,teman,maupun
dengan ligkungannya.oleh karena itu,dalam proses belajar mengajar terdapat
38
dua hal yang ikut menentukan keberhasilannya yaitu pengaturan proses belajar
mengajar dan pengajaran itu sendiri yang keduanya mempunyai
ketergantungan untuk menciptakan situasi komunikasi yang baik yang
memungkinkan siswa untuk belajar.

6. TEKNIK MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI DALAM PBM

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, berbagai pendekatan yang


digunakan guru dalam mendidik para pelajar. Ada kalanya guru bagaikan
seorang bos atau raja yang hanya mengarah dan memerintah pelajar menurut
kehendaknya. Ada juga guru mengajak para pelajar bersama-sama
menyelesaikan topik yang dibicarakan. Namun kesemua kaedah itu berguna
dan bermanfaat sesuai dengan keadaan. Seorang guru yang ditakuti pada
dasarnya dianggap tidak berhasil dalam menjalankan komunikasi efektif,
karena tanpa komunikasi yang baik, hasil yang ditua/dihasilkan juga tidak akan
memuaskan.
Menurut Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno (2011),
Terdapat minimal lima strategi yang dapat dikembangkan dalam upaya untuk
menciptakan/mambangun komunikasi efektif dalam pembelajaran atau proses
belajar mengajar, seperti disebutkan berikut ini:
1. Respek
Komunikasi harus diawali dengan rasa saling menghargai. Adanya
penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa dari si penerima
pesan. Guru akan sukses berkomunikasi dengan peserta didik bila ia
melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka peserta didik pun
akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan guru.
2. Empati

39
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi
dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah
kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan
dimengerti orang lain.
Guru yang baik tidak akan menuntut peserta didiknya untuk mengerti
keinginannya, tetapi ia akan berusaha memahami peserta didiknya terlebih
dahulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, juga mendengar keluhan dan
harapan mereka. Disini berarti seorang guru tidak hanya melibatkan komponen
indrawinya saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaannya dalam
memahami berbagai perihal yang ada pada peserta didiknya.
3. Audible
Audible berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik.
Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa
diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang
baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam
komunikasi audible.
4. Jelas maknanya
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan
banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika
berkomunikasi dengan peserta didik, seorang guru harus berusaha agar pesan
yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara
sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat tingkatan usia).
5. Rendah hati
Sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai, tidak
memandang rendah, lemah lembut, sopan dan penuh pengendalian diri.

JENIS-JENIS STRATEGI PEMBELAJARAN


40
1. Strategi pembelajaran ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran


yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari
seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori  merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab
dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau
dominan.
Dengan menggunakan strategi ekspositori terdapat beberapa
keunggulan dan kelemahan di dalam menggunakan strategi ini, yaitu:
1. Keunggulan / Kelebihan Strategi Ekspositori
1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan
dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat
mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang
disampaikan.
2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila
materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu
waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat
mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran
juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui
pelaksanaan demonstrasi).
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan
untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam strategi
ekspositori ini dilakukan melalui metode ceramah, namun tidak berarti
41
proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Karena itu
sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan
tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Hal ini sangat penting
untuk dipaham, karena tujuan yang spesifik memungkinkan untuk bisa
mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.
2. Kelemahan Strategi Ekspositori
Disamping memiliki keunggulan, strategi ekspositori ini juga
memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
1. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap
siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara
baik, untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu
digunakan strategi yang lain.
2. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu
baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta
perbedaan gaya belajar.
3. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan
sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan
sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung
kepada apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa
percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai
kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan
kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses
pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5. Oleh karena itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak
terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman
siswa sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa

42
mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada
apa yang diberikan guru.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa secara umum tidak
ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan
dengan strategi pembelajaran yang lain, baik tidaknya suatu strategi
pembelajaran isa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. 

2. Strategi pembelajaran inquiry

Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran


yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga
dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu
heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach).
Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang
sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
keunggulan dan kelemahan dari strategi pembelajaran inquiry, yaitu:

 Keunggulan / Kelebihan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)

43
Metode pembelajaran inkuiri merupakan strategi belajar yang banyak
dianjurkan karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan
diantaranya:
1. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui
strategi ini dianggap lebih bermakna.
2. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajar mereka.
3. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap
sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman.
4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya
siswa yang memiliki kemampuan belajar baik tidak akan terhambat
oleh siswa yang lemah dalam belajar.
 Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)
Disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran inquiry juga
mempunyai kelemahan, di antaranya yaitu:
1. Jika strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran,
maka akan sulit terkontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk
dengan kebiasaan siswa dalam beljar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan
waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya
dengan waktu yang telah ditentukan.

44
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran
inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
inquiry ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi
pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah
mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dan membimbing siswa untuk belajar.

3. Strategi pembelajaran berbasis masalah

Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian


aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi pembelajaran berbasis
masalah ini terdapat 3 ciri utama;
 Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan
siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi
pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa
aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkannya.
 Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai
kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak
mungkin ada proses pembelajaran.
 Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah
adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan

45
secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan
melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Dari penjelasan di atas dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis
masalah juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam proses
pembelajaran, yaitu:
 Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis
masalah memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai
siswa.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

46
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara
terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis
masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus
dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya
kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.
Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa
dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai
fenomena yang ada.
 Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis
masalah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,
maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari.

4. Strategi pembelajaran kontekstual /Contextual Teaching Learning


Contoxtual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha

47
siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika
ia belajar.
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
produktif yakni, konstruktivisme, bertanya (questioning), menemukan
(Inquiry), masyarakat belajar (learning komunity), pemodelan (modeling),
dan penilaian sebenarnya (autentic assement).
 Kelebihan
- Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut
untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja
bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi
yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak
akan mudah dilupakan.
- Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
- Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa
secara penuh, baik fisik maupun mental.
- Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk
memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil
temuan mereka di lapangan.
- Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil
pemberian dari guru.

48
- Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang bermakna.
 Kelemahan
- Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual
berlangsung.
- Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi
kelas yang kurang kondusif.
- Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam m CTL, guru tidak
lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan
dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu
yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi
oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya.
Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa”
yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan
dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar.
Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan
bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai
dengan apa yang diterapkan semula.
5. Strategi Pembelajaran Afektif/Sikap
Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya
bertujuan untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan
untuk mencapai dimensi lainya. Yaitu sikap dan keterampilan afektif
berhubungan dengan volume yang sulit di ukur karena menyangkut kesadaran

49
seseorang yang tumbuh dari dalam, afeksi juga dapat muncul dalam kejadian
behavioral yang diakibatkan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru.

 Kelebihan pembelajaran afektif


1) Dalam pelaksanaan pembelajaran afektif akan dapat Membentuk watak
serta peradaban Bangsa yang bermatabat.
2) Mengembangkan potensi peserta didik dalam hal nilai dan sikap.
3) Menjadi sarana pembentukan manusia yang beriman, dan bertaqwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
4) Peserta didik akan lebih mengetahui mana yang hal yang baik dan mana
yang tidak baik.
5) Peserta didik akan mengetahui hal yang berguna atau berharga (sikap
positif) dan tidak berharga atau tidak berguna (sikap negatif).
6) Dengan pelaksanaannya strategi pembelajaran afektif akan memperkuat
karakter bangsa indonesia, apalagi apabila diterapkan pada anak sejak
dini.
7) Dengan pelaksanaan pembelajaran afektif siswa dapat berperilaku sesuai
dengan pandangan yang di anggap baik dan tidak bertentangan dengan
norma- norma yang berlaku.
 Kelemahan pembelajaran afektif
1) Kurikulum yang berlaku selama ini cendrung diarahkan untuk
pmbentukan intelektual (kemampuan kognitif) dimana anak diarahkan
kepada menguasai materi tanpa memperhatikan pembentukan sikap dan
moral.

50
2) Sulitnya melakukan kontrol karena banyaknya faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan sikap seseorang.
3) Keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera,
karena perubahan sikap dilihat dalam rentang waktu yang cukup lama.
4) Pengaruh kemampuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang
menyuguhkan aneka pilihan program acara yang berdampak pada
pembentukan karakter anak.
6. Strategi pembelajaran individual
Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang menitikberatkan
bantuan dan bimbingan kepada masing-masing individu. Pembelajaran
individual atau pengajaran perseorangan merupakan suatu strategi untuk
mengatur kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa
memperoleh perhatian lebih banyak daripada yang dapat diberikan dalam
rangka pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam kelompok siswa yang
besar. Menurut Duane (1973), pengajaran individual
merupakansuatu cara pengaturan program belajar dalam setiap mata pelajaran,
disusun dalam suatucara tertentu yang disediakan bagi tiap siswa agar
dapat memacu kecepatan belajarnyadi bawah bimbingan guru.
Adanya perbedaan individual menunjukkan adanya perbedaan kondisi
belajar setiap orang, agar individual dapat berkembang secara optimal dalam
proses belajar diperlukan orientasi yang parallel dengan kondisi yang
dimilikinya dituntut penghargaan akan individualitas.
Dalam pengajaran beberapa perbedaan yang harus diperhatikan, yakni:
1. Perbedaan umur,
2. Perbedaan intelegensi,
3. Perbedaan kesanggupan dan kecepatan, dan
4. Perbedaan jenis kelamin.

51
Perbedaan individual tersebut harus mendapat perhatian guru agar
berhasil dalam pemberian pembelajaran kepada siswa. Untuk mengetahui itu
guru harusmengenal perbedaan yang ada pada siswa, antara lain
dengan cara tes, mengunjungirumah orangtua siswa, sosiogram, dan case
studi. Model pembelajaran individual menawarkan solusi terhadap masalah
peserta didik yang beraneka ragam tersebut. Pembelajaran individual
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan sendiri
tempat, waktu, kapan dirinya merasa siap untuk menempuh ulangan atau ujian.
Pembelajaran individual mempunyai beberapa ciri, sebagai berikut:
a. Peserta didik belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing, tidak pada
kelasnya.
b. Peserta didik belajar secara tuntas, karena peserta didik akan ujian jika
mereka siap.
c. Setiap unit yang dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus yang jelas.
d. Keberhasilan peserta didik diukur berdasarkan sistem nilai mutlak. Ia
berkompetisi dengan angka bukan dengan temannya.
 Keuntungan-keuntungan:
• Pembelajaran tidak dibatasi waktu
• Siswa dapat belajar secara tuntas 
• Perbedaan-perbedaan yang banyak di antara para peserta
dipertimbangkan 
• Para peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan
waktu yang dapat mereka sesuaikan 
• Gaya-gaya pembelajaran yang berbeda dapat diakomodasi 
• Hemat untuk peserta dalam jumlah besar 
• Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa

52
yang mereka pelajari 
• Merupakan proses belajar yang bersifat aktif bukan pasif 
 Beberapa kelemahan:
• Memerlukan waktu yang banyak untuk mempersiapkan bahan-bahan 
• Motivasi peserta mungkin sulit dipertahankan 
• Peran instruktur perlu berubah
• Keberhasilan tujuan pembelajaran kurang tercapai, karena tidak ada
tempat untuk siswa bertanya

MACAM-MACAM STRATEGI PEMBELAJARAN

a. THE POWER OF TWO (Dua Kekuatan)


Strategi pembelajaran ini digunakan untuk mendorong pembelajaran
kooperatif dan memperkuat pentingnya serta manfaat sinergi
(kerjasama) yaitu bahwa dua kepala sungguh lebih baik dari hanya
satu kepala.

b. TEAM QUIZ (Quis kelompok)


Strategi ini dapat meningkatkan tanggung jawab belajar siswa dalam
suasana yang menyenangkan.
c. PLANTET QUESTIONS (Pertanyaan Semu)
Strategi ini membantu anda untuk mempresentasikan informasi dalam
bentuk respon terhadap pertanyaan yang telah ditanamkan/diberikan
sebelumnya kepada siswatertentu. Sekalipun anda menyampaikan
pelajaran sebagaimana biasa, tetapi efeknya adalah siswa melihat
anda melaksanakan sesi tanya jawab. Lebih dari itu, strategi ini dapat
membantu siswa yang tidak pernah bertanya atau bahkan tidak pernah
berbicara pada jam-jam kuliah untuk meningkatkan kepercayaan diri
dengan diminta menjadi penanya.
53
d. INDEX CARD MATCH (Mencari Pasangan). Ini adalah strategi yang
cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang
telah diberrikan sebelumnya.
e. PREDICTION GUIDE (Tebak Isi). Ini adalah strategi yang digunakan
untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif dari
awal sampai akhir. Selama pembelajaran siswa siswa dituntut untuk
mencocokkan prediksi-prediksi mereka dengan materi yang
disampaikan oleh guru.
f. QUESTIONS STUDENT HAVE (Pertanyaan Siswa). Tekhnik ini
merupakan tekhnik yang tidak menakutkan yang dapat dipakai untuk
mengetahui kebutuhan dan harapan siswa. Tekhnik ini mengembangkan
partisipasi siswa secara tertulis.
g. INFORMATION SEARCH (Mencari Info)
Metode ini sama dengan ujian open book. Secara berkelompok siswa
mencari informasi yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan kepada mereka. Metode ini sangat membantu pembelajaran
untuk lebih menghidupkan materi yang dianggap kering.

h. EVERYONE IS A TEACHER HERE (Semua bisa jadi guru)


i. Talking stick
j. Make a match

KONSEP DASAR METODE PEMBELAJARAN

1.  Pengertian Metode Pembelajaran

54
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan
pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan
pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seseorang guru harus mengetahui
berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai
metode, maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling
sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat
bergantung pada tujuan pembelajaran.
2. Tujuan Penggunaan Metode Pembelajaran
Mulyani Sumantri (2001: 116) mengemukakan tujuan penggunaan metode
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Menjelaskan pengertian tiap-tiap metode mengajar yang dibahas;
2) Menerangkan tujuan yang dicanangkan dari penggunaan setiap metode
mengajar;
3) Mengungkapkan relatif penggunaan tiap-tiap metode mengajar dalam
pengajaran;
4) Menyebutkan berbagai kekuatan dan keterbatasan tiap-tiap penggunaan
metode mengajar;
5) Menjelaskan prosedur penggunaan tiap-tiap metode dalam pengajaran;
dan
6) Merancang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan tiap-tiap metode
mengajar.

3. MANFAAT METODE PEMBELAJARAN

55
Metode mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar.
Dalam menggunakan metode ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan.
dalam bukunya Metode – Metode Mengajar syarat tersebut meliputi :
1. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat membangkitkan
motif, minat atau gairah belajar siswa.
2. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menjamin
perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
3. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berekspresi yang kreatif dari kepribadian
siswa.
4. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat merangsang
keinginan dan dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih lanjut,
melakukan eksplorasi dan inovasi ( pembaharuan ).
5. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik siswa
dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui
usaha pribadi.
6. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat meniadakan
penyajian yang bersifat verbalistik dan menggantinya, dengan
pengalaman atau situasi nyata dan bertujuan.
7. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan
mengembangkan nilai – nilai dan sikap – sikap utama yang diharapkan
dalam kebiasaan cara belajar yang baik dalam kehidupan sehari – hari.
8. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat membimbing siswa
agar dapat atau mampu bertanggung jawab sendiri.( Jusuf Djajadisastra
1982)

56
4. Kedudukan Metode dalam Pembelajaran
1. Metode sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang
tidak kalah penting dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar.
Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode
pengajaran.Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman A.M (1988;90) adalah motif-
motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena
itu metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat
membangkitkan belajar seseorang.
2. Metode sebagai Strategi Pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu
berkonsentrasi dalam waktu yang relative lama. Daya serap anak didik
terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada
yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya
serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat
lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan
menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh
dapat tercapai.

3. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan


Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar
mengajar akan dibawa. Metode adalah pelican jalan pengajaran menuju tujuan.
Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu,
maka metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan. Antara metode dan
tujuan jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian
tujuan pengajaran.

57
METODE PEMBELAJARAN

Macam-macam Metode Pembelajaran


Terdapat beberapa macam metode mengajar yang dapat digunakan
dalam mengajarkan matematika, bergantung kepada siapa yang belajar
matematiaka. Macam-macam metode tersebut antara lain :
1) Metode Proyek
Metode Proyek adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari
suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan
sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
 Kelebihan Metode Proyek
a) Dapat memperluas pemikran siswa yang berguna dalam menghadapi
masalah kehidupan.
b) Dapat membina siswa dengan kebiasaan ,enerapkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari secara terpadu.
c) Metode ini sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik moderen.
 Kelemahan Metode proyek
a) Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara vertical ataupun
horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b) Pemilihan topic unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup
fasilitas, dan sumber-sumber belajar yang diperlukan, bukanlah
merupakan pekerjaan yang mudah
c) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok
unit yang dibahas.
2) Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajari.
58
 Kelebihan Metode Eksperimen
a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya
b) Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan
penemuan dari hasil percobaan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia
c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia
 Kelemahan Metode Eksperimen
a) Metode ini lebih cocok untuk bidang studi science dan teknologi
b) Metode ini memerlukan ketelitian, keuletan dan ketabahan
c) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan
kemampuan dan pengendalian
3) Metode Tugas dan Resitasi
Metode Tugas atau Resitasi adalah metode penyajian bahan dimana
guru memberikan tugas tertentu agar siswa melekukun kegiatan belajar.
Dalam penerapan metode Resitasi perlu memperhatikan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Fase Pemberian Tugas
b) Langkah Pelaksanaan Tugas
c) Fase Mempertanggung Jawabkan tugas
 Kelebihan Metode Resitasi (Tugas)
a) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual
ataupun kelompok.
b) Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru
c) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
d) Dapat mengembangkan kreativitas siswa

59
 Kelemahan Metode Resitasi (tugas)
a) Siswa sulit di control, apakah mengerjakan tugas atau tidak
b) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan
menyelesaikan adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya
tidak berpartisipasi dengan baik,
c) Sering memberikan tugas yang monoton dapat membuat siswa bosan

4) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa
dihadapkan pada suatu masalah yang bias berupa pernyataan atau
pertanyaan yang bersifat problematic untuk dibahas dan dipecahkan
bersama.
 Kelebihan Metode Diskusi
a) Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide atau gagasan dan
terobosan yang baru dalam pemecahan suatu masalah
b) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain
c) Memperluas wawasan
d) Membina untuk terbiasa bermusyawarah untuk mufakat dalam
memecahkan suatu masalah
 Kelemahan Metode Diskusi
a) Pembicaraan terkladang menyimpang, kadang memerlukan waktu yang
panjang
Tidak dapat dipakai pada kelompok besar
b) Peserta mendapat informasi yang terbatas
5) Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama dan Role playing dapat dikatakn sama artinya,
dan dalam pemakainnya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada

60
dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan
masalah social.
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama antara
lain adalah:
a) Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain
b) Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
c) Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok
secara spontan
d) Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah.
6) Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
memeragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi,
atau benda tertentu yang sedang dipelajari, serta disertai dengan lisan
 Kelebihan Metode Demonstrasi
a) Dapat membuat pengajaran lebih jelas dan lebih kongkret
b) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari
c) Proses poengajaran lebih menarik
d) Siswa dirangsan untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan
kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri
 Kelemahan Metode Demonstrasi
a) Memerlikan keterampilan guru secara khusus dalam mendemonstrasikan
bahan ajar
b) Fasilitas yang kurang
7) Metode Problem Solving
Metode Problem Solving adalah metode mengajar dan juga
merupakan metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat

61
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data
sampai kepada menarik kesimpulan.
 Kelebihan Metode Problem Solving
a) Dapat membuat pendidikan disekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dengan dunia kerja
b) Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah
secara termpil.
c) Merangsang perkembangan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh
 Kelemahan Metode Problem Solving
a) Memerlukan keterampilan guru dalam menentukan suatu masalah yang
sesuai dengan tingkat berfikir siswa
b) Memerlukan waktu yang cukup lama dan sering terpaksa mengambil
waktu pelajaran lain.
8) Metode Karyawisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang
terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan
didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi
oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
 Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a) Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam pengajaran.
b) Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan
kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c) Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
 Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a) Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b) Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.

62
c) Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan
utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d) Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak
didik di lapangan.
e) Biayanya cukup mahal.
f) Memerlukan tanggung jawab guru da n sekolah atas kelancaran
karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka
panjang dan jauh.
9) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.
Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam
mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan
dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika
menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa
untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber
belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila
sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan
dibahas.
10) Metode Latihan
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana
siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana
cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa
dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan
membuat tas dari mute/pernik-pernik.
11) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara
lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan

63
tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang
kegiatan siswa.
 Kelebihan metode ceramah
a) Guru mudah menguasai kelas
b) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas
c) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar
d) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya
e) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik
 Kelemahan metode ceramah
a) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
b) Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih besar
menerimanya
c) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan
d) Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya,
ini sukar sekali
e) Menyebabkan siswa menjadi pasif

RELEVANSI METODE DENGAN FAKTOR-FAKTOR


PENDIDIKAN

Pengertian Relevansi
Secara umum, arti dari relevansi adalah kecocokan. Relevan adalah bersangkut
paut, berguna secara langsung (kamus bahasa Indonesia). Relevansi berarti
kaitan, hubungan (kamus bahasa Indonesia). Menurut Green (1995: 16),
relevansi ialah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat membantu
pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi. Dokumen dinilai
relevan bila dokumen tersebut mempunyai topik yang sama, atau berhubungan
dengan subjek yang diteliti (topical relevance). Pada berbagai tulisan mengenai
64
relevance, topicality (topik) merupakan faktor utama dalam penilaian
kesesuaian dokumen. Froelich dalam Green (1995: 16) menyebutkan bahwa
inti dari relevance adalah topicality.[1]
1. faktor pendidikan tersebut meliputi :
A. FAKTOR TUJUAN
Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar,
selalu diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Bagaimanapun segala
sesuatu atau usaha yang tidak mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian,
tujuan merupakan faktor yang sangat menentukan.
Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam
kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak
dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada
rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan
pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan
merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju kearah
cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan
ialah memiliah arah atau tujuan yang ingin dicapai.
Cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai harus dinyatakan secara
jelas, sehingga semua pelaksana dan sasaran pendidikan memahami atau
mengetahui suatu proses kegiatan seperti pendidikan, bila tidak
mempunyai tujuan yang jelas untuk dicapai, maka prosesnya akan
mengabur. Oleh karena tujuan tersebut tidak mungkin dapat dicapai secara
sekaligus. Maka perlu dibuat secara bertahap, misalnya tujuan umum,
tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksionalnya
ditetapkan secara jelas dan terarah. Tentang tujuan di dalam UU Nomor 2
Tahun 1989, secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

65
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan
dan ketrampilan. Kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Secara singkat dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Berbudi pekerti luhur
c. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan.
d. Sehat jasmani dan rohani.
e. Kepribadian yang mantap dan mandiri.
f. Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa.

B. FAKTOR PENDIDIK
Dalam hal ini kita dapat membedakan pendidik itu dalam dua
kategori, yaitu :
a. Pendidik menurut kodrati, yaitu orang tua.
b. Pendidik menurut jabatan, yaitu guru.

Pendidik yang bersifat kodrati sebagai orang tua wajib pertama kali
memberikan didikan kepada anaknya, selain asuhan, kasih sayang,
perhatian. Karena secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang
tuanya (ibunya) dalam keadaan tidak berdaya. Hanya dengan pertolongan
dan layanan orang tua (terutama ibu) bayi (anak manusia) itu dapat
berkembang makin dewasa. Hubungan orang tua dengan anaknya dalam
hubungan edukatif, mengandung dua unsur dasar, yaitu:
a. Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak.
66
b. Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun
perkembangan anak.
Sedangkan pendidik menurut jabatan yaitu guru. Guru adalah
sebagai pendidik yang menerima tanggung jawab dari pihak orang tua,
masyarakat dan negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima guru atas
kepercayaan yang mampu memberikan pendidikan dan pengajaran dan
diharapkan pula pribadi guru dapat memancarkan sikap-sikap yang
normatif baik, sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada
umumnya, antara lain :
a. Kasih sayang kepada peserta didik.
b. Tanggung jawab kepada tugas pendidik.

Secara umum dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam


masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupakan suatu
perbuatan sosial, perbuatan fundamental yang menyangkut keutuhan
perkembangan pribadi anak didik menuju pribadi dewasa susila. Pribadi
dewasa susila itu sendiri memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
a. Mempunyai individualitas yang utuh.
b. Mempunyai sosialitas yang utuh.
c. Mempunyai norma kesusilaan dan nilai-nilai kemanusiaan.
d. Bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai itu atas tanggung jawab
sendiri demi kebahagiaan dirinya dan kebahagiaan masyarakat atau orang
lain.

Orang dewasa dapat disifati secara umum melalui gejala-gejala


kepribadiannya, yaitu :
a. Telah mampu mandiri.
b. Dapat mengambil keputusan batin sendiri atas perbuatannya.
c. Memiliki pandangan hidup, dan prinsip hidup yang pasti dan tetap.
67
d. Kesanggupan untuk ikut serta secara konstruktif pada matra sosiocultural.
e. Kesadaran akan norma-norma.
f. Menunjukkan hubungan pribadi dengan norma-norma.

Sebagai pendidik harus memperlihatkan bahwa ia mampu mandiri,


tidak tergantung kepada orang lain. Ia harus mampu membentuk dirinya
sendiri. Dia juga bukan saja dituntut bertanggung jawab terhadap anak
didik, namun dituntut pula bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Tanggung jawab ini didasarkan atas kebebasan yang ada pada dirinya
untuk memilih perbuatan yang terbaik menurutnya. Apa yang
dilakukannya menjadi teladan bagi masyarakat.

C. FAKTOR ANAK DIDIK


Anak didik adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang
atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. Peserta didik
sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada
pendidikannya, peserta didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-
kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuan masih sangat
terbatas dibandingkan dengan kemampuan pendidiknya.
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang
menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan. Sedang dalam arti sempit anak didik
ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung
jawab pendidik.
Karena itulah anak didik memiliki beberapa karakteristik,
diantaranya :
a. Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tangung
jawab pendidik.
68
b. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga
masih menjadi tanggung jawab pendidik.
c. Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan
secara terpadu, menyangkut seperti kebutuhan biologis, rohani, sosial,
intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, perbedaan individual dan
sebagainya.
Anak didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung
kepada pendidiknya, anak didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-
kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuannya masih sangat
terbatas dibandingkan dengan kemampuan pendidiknya. Kekurangan ini
membawanya untuk mengadakan interaksi dengan pendidiknya, dalam
situasi pendidikan itu terjadi interaksi kedewasaan dan kebelumdewasaan.
Seseorang yang belum dewasa, pada dasarnya mengandung banyak sekali
kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani ataupun rohani. Ia memiliki
jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran
maupun bagian-bagian lainnya. Sementara itu dari aspek rohaniah anak
mempunyai bakat-bakat yang masih perlu dikembangkan, mempunyai
kehendak, perasaan dan pikiran yang belum matang. Sebenarnya
ketergantungan anak didik terhadap pendidik hanya bersifat sementara,
sebab pada suatu saat anak didik diharapkan mampu berdiri sendiri, dan
dalam hal ini sedikit demi sedikit peran pendidik dalam memberikan
bantuan semakin berkurang sejalan dengan perkembangan anak menuju
dewasa. Bila dia sudah dewasa dan mampu berdiri sendiri, maka tidaklah
diperlukan lagi bantuan si pendidik. Antar pendidik dan anak didik sama-
sama merupakan subjek pendidikan. Keduanya sama penting. Pendidik
tidak boleh beranggapan bahwa anak didik merupakan objek pendidikan,
begitu juga pendidik tidak boleh merasa berkuasa yang bisa berbuat sesuka

69
hati atas anak didik. Sebaliknya juga anak didik tidak boleh dianggap
sebagai seorang dewasa dalam bentuk kecil, anak memiliki sifat kodrat
kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat kedewasaan. Beranjak
dari sifat kodrat kekanak-kanakan inilah maka pendidikan diperlukan.
Dalam pendidikan tradisional, peserta didik dipandang sebagai
organisme yang pasif, hanya menerima informasi dari orang dewasa. Kini
dengan makin cepatnya perubahan sosial dan berkat penemuan teknologi,
maka komunikasi antarmanusia berkembang amat cepat. Peserta didik
dalam usia dan tingkat kelas yang sama biasa memiliki profil materi
pengetahuan yang berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada konteks yang
mendorong perkembangan seseorang.
Ada empat konteks yang dapat disebutkan, yaitu :
a. Lingkungan dimana peserta belajar secara kebetulan dan kadang-kadang, di
sini mereka belajar tidak berpogram.
b. Lingkungan belajar dimana peserta didik belajar dengan sengaja dan
dikehendaki.
c. Sekolah dimana peserta didik belajar mengikuti program yang ditetapkan.
d. Lingkungan pendidikan optimal, di sekolah yang ideal dimana peserta dapat
melakukan cara belajar siswa aktif (CBSA) sekaligus
menghayati/mengimplisitkan nilai-nilai.

D. FAKTOR ALAT DAN MEDIA


Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja
diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan yang tertentu / yang
diinginkan.
Dalam pengertian yang luas, alat meliputi juga faktor-faktor yang
lain, seperti tujuan, pendidik, anak didik, dan lingkungan pendidik

70
bilamana faktor-faktor tersebut digunakan dan direncanakan dalam
perbuatan atau tindakan mendidik.
a. Macam-Macam Alat Pendidikan
Alat-alat pendidikan bermacam-macam, antara lain : hukuman dan
ganjaran, perintah dan larangan, celana dan pujian, serta kebiasaan.
Termasuk juga sebagai alat pendidikan di antaranya : keadaan gedung
sekolah, keadaan perlengkapan sekolah, keadaan alat-alat pelajaran, dan
fasilitas-fasilitas lainnya.
Ditinjau dari segi wujudnya, mak alat pendidikan itu berupa :
a) Perbuatan pendidik (biasa disebut software), mencakup : nasihat, teladan,
larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman dan hukuman.
b) Benda-benda lain alat bantu (biasa disebut hardware), mencakup : meja
kursi belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, buku, peta, OHP, dan
sebagainya.
Sementara itu, tindakan pendidikan yang merupakan alat pendidikan dapat
ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang berikut.
1) Pengaruh tindakan terhadap tingkah laku anak didik.
2) Akibat tindakan terhadap perasaan anak didik.
3) Bersifat melindungi anak didik.
b. Dasar-Dasar Pertimbangan Penggunaan Alat
Dalam hal penggunaan alat pendidikan, maka yang sangat penting
diperhatikan adalah pribadi orang yang menggunakannya, sehingga
penggunaan alat pendidikan tersebut tidak sekedar persoalan teknis belaka,
namun lebih jauh justru menyangkut persoalan batin atau pribadi pendidik.
Oleh karena itulah dalam memilih alat pendidikan, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu :
1. Tujuan yang ingin dicapai.

71
2. Orang yang menggunakan alat.
3. Untuk siapa alat itu digunakan;
Efektivitas penggunaan alat tersebut dengan tidak melahirkan efek
tambahan yang merugikan.

E. FAKTOR ISI ATAU MATERI PENDIDIKAN


Yang termasuk dalam arti atau materi pendidikan ialah segala
sesuatu oleh pendidik yang akan langsung disampaikan kepada peserta
didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha pendidikan
yang diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat, ada
syarat utama dalam pemilihan materi pendidikan yaitu;
a. Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan
b. Materi harus sesuai dengan kemampuan peserta didik.

F. FAKTOR LINGKUNGAN
Faktor Lingkungan adalah yang meliputi kondisi dan alam dunia
yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan
dan perkembangan manusia. Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan-
lingkungan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat yang ia sebut dengan Tri Pusat Pendidikan.
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang
pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang
bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat,
melindungi dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.
Secara sederhana keluarga diartikan sebagai kesatuan hidup bersama yang
pertama dikenal oleh anak, dan karena itu disebut Primary Community.

72
Pendidikan keluarga ini berfungsi:
1) Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2) Menjamin kehidupan emosional anak
3) Menanamkan dasar pendidikan moral
4) Memberikan dasar pendidikan social
5) Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.

b. Lingkungan Sekolah
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka
diserahkan kepadanya karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai
lembaga terhadap pendidikan, di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik
serta menanamkan budi pekerti yang baik.
2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat
yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang
sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membedakan
benar atau salah, dan sebagainya.
Di samping itu, pendidikan sekolah juga mempunyai ciri-ciri khusus
sebagai berikut:
1) Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki
hubungan hierarkis
2) Usia siswa (anak didik) di suatu jenjang relative homogeny
3) Waktu pendidikan relative lama sesuai dengan program pendidikan yang
harus diselesaikan.

73
4) Isi pendidikan (materi) lebih banyak yang bersifat akademis dan umum
5) Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan di
masa yang akan datang.

c. Lingkungan Organisasi Pemuda


Sebagai lembaga pendidikan yang bersifat informal (luar sekolah),
Organisasi Pemuda mempunyai corak ragam yang bermacam-macam,
tetapi secara garis besar dapat dibedakan antara organisasi pemuda yang
diusahakan oleh pemerintah dan organisasi pemuda yang diusahakan oleh
badan swasta. Peran organisasi pemuda ini utamanya adalah dalam upaya
pengembangan sosialisasi kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda
berkembanglah semacam kesadaran sosial, kecakapan-kecakapan di dalam
pergaulan dengan sesama kawan dan sikap yang tepat di dalam membina
hubungan dengan sesama manusia.

G. FAKTOR METODE
Faktor metode ialah cara yang di lakukan oleh pendidik dalam
menyampaikan suatu pendidikan kepada anak didiknya, maka seorang
pendidik harus mengetahui metode apa yang cocok untuk di ajarkan agar
anak didik tidak cepat bosan. Faktor ini juga sangat penting dalam suatu
Pendidikan.
Adapun metode-metode yang biasa dipakai oleh para pendidik
adalah sebagai berikut :
a. Metode ceramah yaitu dimana pendidik menjelaskan kepada anak didik isi
atau materi yang di ajarkan. Biasanya metode ceramah membuat anak
didik jenuh karena anak didik hanya diam mendengarkan.

74
b. Metode diskusi yaitu dimana anak didik diberikan materi oleh pendidik
untuk dipresentasikan kemudian hasilnya akan didiskusikan dengan teman-
teman dalam suatu kelas.
c. Metode Tanya jawab yaitu dimana pendidik memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui dalam
materi pelajaran, agar pendidik tidak menyia-nyiakan waktu untuk
menjelaskan padahal anak didik sudah mengetahui apa yang di jelaskan.
d. Metode pemberian tugas yaitu pendidik memberikan tugas kepada anak
didik dengan begitu pendidik dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan
yang dimiliki anak didik dalam materinya.

IMPLEMENTASI KURIKULUM PEMBELAJARAN

Perbedaan Kurikulum 2006 (KTSP) dengan Kurikuluk 2013

PERBEDAAN

Kurikulum 2006 (KTSP) Kurikulum 2013 (KURTILAS)

1. Standar Isi ditentukan terlebih dahulu


1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
melalui Permendiknas No 22 Tahun ditentukan terlebih dahulu, melalui
2006. Setelah itu ditentukan Standar Permendikbud No 54 Tahun 2013.
Kompetensi Kelulusan (SKL) melalui Setelah itu baru ditentukan Standar
Pemendiknas No 23 Tahun 2006. Isi, yang berbentuk kerangka Dasar
Kurikulum, yang dituangkan dalam
2. Lebih menekankan pada aspek Permedikbud No 67, 68, 69, dan 70
pengetahuan. Tahun 2013.

3. Dijenjang SD Tematik Terpadu untuk


2. Aspek Kompetensi Lulusan ada

75
kelas I – III. keseimbangan soft skill dan hard
skill yang meliputi aspek
4. Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan kompetensi sikap, keterampilan, dan
jumlah mata pelajaran lebih banyak pengetahuan.
di banding KURTILAS.
3. Dijenjang SD Tematik Terpadu untuk
5. Standar proses pembelajaran terdiri kelas I–IV
dari Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi. 4. Jumlah jam pengajaran perminggu
lebih banyak dan jumlah mata
6. TIK sebagai mata pelajaran. pelajaran lebih sedikit dibanding
KTSP.
7. Penilaian lebih dominan pada aspek
pengetahuan. Proses pembelajaran setiap tema di
jenjang SD dan semua mata pelajran
8. Pramuka bukan ekstrakulikuler wajib.
di jenjang SMP / SMA / SMK

9. BK lebih pada menyelesaikan dilakukan dengan pendekatan ilmiah


masalah siswa. yaitu standar proses dalam
pembelajaran terdiri dari
Mengamati, Menanya, Mengolah,
Menyajikan, Menyimpulkan dan
Mencipta.

5. TIK bukan sebagai mata pelajaran,


melainkan sebagai media
pembelajaran.

6. Standar penilaian menggunakan

76
penilaian otentik, yaitu mengukur
semua kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil.

7. Pramuka menjadi ekstrakuler wajib.

8. BK lebih menekankan
mengembangkan potensi siswa.

PENDEKATAN-PENDEKATAN PEMBELAJARAN

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS

Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait


dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah factor utama yang
berkaitan langusung dalam hai ini. Karena pengelolaan kelas yang dilakukan
guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik
secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan antara guru dan siswa, tingginya kerja sama diantara
anak didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Keharmonisan interaksi ini bisa
optimal karena pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.
Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut ini:
1. Pendekatan Kekuasaan. Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu
proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru di sini
adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk
menaatinya. Di dalamnya ada kekeasaan dalam norma yang mengikat untuk

77
ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru
mendekatinya.
2. Pendekatan Ancaman. Dari pendekatan ancaman atau intimidasi inti,
memperoleh kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol
tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik
dilakukan dengan cara memberikan ancaman, misalnya melarang, ejekan,
sindiran, dan memaksa.
3. Pendekatan Kebebasan. Pengelolaan diartikan suatu proses untuk
membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan
saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal
mungkin kebebasan anak didik.
4. Penekatan Resep. Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan
member satu daftar yang dapat mengambarkan apa yang harus dikerjakan
dan yang tidak boleh terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap
demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah
mengikuti petunjuk seperti yang ditulis dalam resep.
5. Pendekatan Pengajaran. Pendekatan ini didasarkan pada suatu
tanggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan
mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan
masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini manganjurkan tingkah
laku guru dlam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku
anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah perencanaan dan
mengimplemantasikan pelajaran yang baik
6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku. Sesuai dengan namanya,
pegelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah
laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak
didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.

78
7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial. Pendekatan
pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana
emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Suasana
emosional dan hubungan sosial yang positif artinya ada hubungan yang
baik antara guru dengan siswa. Disisni guru adalah kunci terhadap
pembentukan hubungan pribadi dan perannya adalah menciptakan
hubungan pribadi yang sehat.
8. Pengelolaan Proses Kelompok. Pengelolaan kelas diartikan sebagai
suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai sustu sistem sosial dimana
proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah
mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu
efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokan anak didik ke
dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual
sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar.
9. Pendekatan Elektis. Pendekatan elektis adalah pendekatan yang
menekankan pada potensialitas, kreaktivitas, dan inisiatif guru kelas dalam
memilih pendekatan tersebut sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
Penggunakan pendekatan ini dalam suatu situasi dapat digunakan dengan
salah satu, mengombinasikan, atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan
elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang
berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi
untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang
memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.

79
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

Pendekatan dengan segi pengorganisasian materi


PendekatanDeduktif
Pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran.
Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses
pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui
wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
Pendekatan tersebut dimulai dengan :
1. Guru mengemukakan generalisasi
2. Penjelasan berkenaan dengan konsep-konsep
3. Pencarian data yang dilakukan oleh siswa
PendekatanInduktif
Menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh
pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat
pula berupakasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Pendekatan tersebut dimulai dengan :
1. Fakta atau peristiwa khusus
2. Penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta
3. Penyusunan generalisasi berdaskan konsep-konsep
4. Perumusan masalah
5. Pengujian masalah
6. Penarikan kesimpulan lanjut
PendekatanRegresif
Model ini dapat dipakai dalam pembelajaran sejarah karena asumsi dasarnya
bahwa apa yang terjadi sekarang hakikatnya sudah ada di masa lampau dan
menjadi pelajaran di masa sekarang.mengemukakan bahwa model ini
digunakan dalam pembelajaran dengan mengambil gejala di masa sekarang
80
kemudian diruntut materinya ke belakang dengan persoalan yang sama.
Asumsi belajarnya bahwa anak akan lebih senang belajar dari suasana
kontekstual yang kongkrit saat ini kemudian diruntut kepada masa lampau
yang lebih abstrak.
ketidak cocokan konsep antara masa sekarang dengan masa yang lampau .
Meskipun demikian model ini telah memberi pengaruh banyak dalam
penanaman nilai-nilai pada siswa. Melalui belajar regresif setidaknya dapat
membuat perbandingan, seperti penanaman nilai pengorbanan terhadap negara
Ciri-cirinya
1. Menekankan belajar dengan cara masa lampau
2. Tidak ada perubahan dalam penyampaian belajar.
3. Penanaman nilai-nilai dalam belajar.
PendekatanProgresif
Peserta didik dipandang sebagai manusia utuh yang pertumbuhan emosi dan
carabermasyarakatnya dijadikan cara belajar dalam mengembangkan
intelektualnya. bahan ajar disusun berdasarkan pemahaman mereka atas
pengalaman spontannya yang dipelajari bagi keuntungan masa depan sendiri
Pendidik di sini hanya berperan,
1. fungsinya hanya sebagai fasilitator, pakar metodologi, ahli jiwa, dan nara
sumber yang mengembangkan lingkungan belajar sesuai dengan kebutuhan
siswa dan proses pertumbuhan.
2. Pendidik tidak mentransfer isi, namun memimpin dan membimbing
pengalaman peserta didik,
3. Oleh karena itu bahan ajar disusun berdasarkan pemahaman mereka atas
pengalaman spontannya yang dipelajari bagi keuntungan masa depan sendiri.

81
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

KONSEP DASAR PERENCANAAN


1. Pengertian Perencanaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perencanaan berasal dari kata
dasar rencana yang artinya konsep, rancangan, atau program, dan perencanaan
berarti proses, perbuatan, cara merencanakan. Selain itu, rencana dapat
diartikan sebagai pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, proses perencanaan harus dimulai dari
penetapan tujuan yang akan dicapai melalui analisia kebutuhan serta dokumen
yang lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut.
Beberapa ahli mendefinisikan perencanaan sebagai berikut:
1. Menurut William G. Chunningham, perencanaan adalah menyeleksi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang
akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang
diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan dan perilaku dalam batas-batas
yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Oleh karena
itu, perencanaan lebih menekankan pada wujud tujuan yang akan datang,
dan usaha untuk mencapainya.
2. Menurut Arthur W. Steller, perencanaan adalah hubungan antara apa yang
ada sekarang  (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang
berhubungan dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan
alokasi sumber. Oleh karena itu, perencanaan menekankan pada usaha
mengisi kesenjangan atau menghilangkan jarak antara keadaan sekarang
dengan keadan yang akan datang disesuaikan dengan apa yang dicita-
citakan.

82
3. Menurut Donald P. Ely, perencanaan adalah suatu proses untuk menetapkan
”ke mana harus pergi” dan bagaimana untuk sampai ke ”tempat” itu dengan
cara yang paling efektif dan efisien. Menetapkan ”ke mana harus pergi”
mengandung pengertian sama dengan merumuskan tujuan dan sasaran yang
hendak dituju, sedangkan ”bagaimana untuk sampai ke tempat itu” berarti
menyusun langkah-langkah yang efektif untuk mencapai tujuan.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan
mengandung paling sedikit 4 unsur yaitu:
a. ada tujuan yang harus dicapai
b. ada strategi untuk mencapai tujuan
c. sumber daya yang mendukung
d. implementasi setiap keputusa
2. Dimensi-dimensi perencanaan
1. Signifikansi
Perencanaan pembelajaran harus memperhatikan signifikansi dan kegunaan
social dari tujuan pendidikan yang diajukan. Pengambilan keputusan harus
mempunyai garis-garis yang jelas dan mengajukan criteria evaluasi.
Signifikansi dapat ditentukan berdasarkan kriteria yang dibangun dalam proses
perencanaan.
2. Relevansi
Perencanaan pembelajaran memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih
spesifik atau waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara
optimal.
3. Adaptif
Perencanaan pembelajaran bersifat dinamis sehingga perlu mencari umpan
balik (feedback). Penggunaan berbagai proses memungkinkan perencanaan

83
pembelajaran yang fleksibel, adaptatif, realistis, yakni dapat dirancang untuk
menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.
4. Feasibilitas
Feasibilitas artinya perencanaan terkait dengan teknik dan estimasi biaya dalam
pertimbangan yang realistic.
5. Kepastian atau defenitivenes
Sekalipun perlu banyak alternative yang disediakan dalam perencanaan
pembelajaran, konsep kepastian yang dapat meminimumkan atau mengurangi
kejadian-kejadian yang tidak diduga tetap perlu diutamakan.
6. Ketelitian atau psimoniusness
Prinsip seharusnya mendapat perhatian yang sangat besar agar perencanaan
pembelajaran disusun dalam bentuk yang sederhana dan sensitive terhadap
kaitan-kaitan antara komponen pembelajaran. Berbagai alternative perlu
disediakan sehingga mudah dipilih alternative mana yang paling efisien.
7. Waktu
Perencanaan pembelajaran hendaknya dapat memprediksi kebutuhan masa
depan, dengan tetap memperhatikan dan bertumpu pada realitas kekinian.
8. Monitoring atau pemantauan
Monitoring merupakan proses dan prosedur untuk mengetahui apakah
komponen yang ada berjalan sebagaimana mestinya. Dengan monitoring,
hambatan atau kendala dalam implementasi pelaksanaan akan cepat diketahui,
solusi pun dapat lebih mudah ditemukan, dan pelaksanaan pembelajaran
berlangsung secara efektif.
9. Isi perencanaan merujuk pada hal-hal yang akan direncanakan. Dengan
demikian, perencanaan pengajaran perlu memuat hal-hal sebagai berikut.
a) Tujuan apa yang diinginkan.
b) Program dan layanan.

84
c) Tenaga manusia.
d) Keuangan.
e) Bangunan fisik.
f) Struktur organisasi.
g) Kontek sosial.
Menurut Hamalik, ada beberapa perangkat yang harus dipersiapkan dalam
perencanaan pembelajaran, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Memahami kurikulum
2. Menguasai bahan ajar
3. Menyusun program pengajaran
4. Melaksanakan program pengajaran
5. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang
telah dilaksanakan.
3. Tujuan dan Manfaat Perencanaan
Menurut Usman (2008: 60) perencanaan bertujuan untuk:
1. Standar pengawasan, yaitu mencocokan pelaksanaan dengan
perencanaannya.
2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya), baik
kualifikasinya maupun kuantitasnya.
4. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas
pekerjaan.
5. Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat
biaya, tenaga, dan waktu.
6. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan.
7. Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan.
8. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui.
85
9. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.
Selanjutnya ditambahkan oleh Aedi (2015: 179) tujuan dari perencanaan adalah
untuk; (1) sebagai upaya optimalisasi atau pemetaan sumber daya sebagaimana
hasil analisis internal dan eksternal. (2) Sebagai panduan pelaksanaan, dengan
melihat indikator-indikator yang ada didalamnya. (3) Sebagai gambaran
komprehensif kegiatan-kegiatan dan keterkaitannya. (4) Sebagai tolak ukur
atau arahan dalam pencapaian tujuan. (5) Sebagai alat untuk meminimalisir
atau mengantisipasi berbagai kesulitan dalam tingkat probabilitas tertentu. (6)
Untuk mendeterminasi pembiayaan, waktu, dan tenaga kerja yang diperlukan.
(7) Sebagai standar pengawasan.
Kemudian Engkoswara & Komariah (2012: 133) menyatakan bahwa
perencanaan yang baik dilakukan untuk mencapai; (1) “protective benefits”
yaitu menjaga agar tujuan-tujuan, sumber dan teknik/metode memiliki
relevansi yang tinggi dengan tuntutan masa depan sehingga dapat mengurangi
risiko keputusan. (2) “Positive benefits” yaitu produktivitas yang dapat
meningkat sejalan dengan dirumuskannya rencana yang komprohensif dan
tepat.
Sedangkan manfaat dari perencanaan dikemukakan oleh Usman (2014: 76-77)
bahwa perencanaan bermanfaat sebagai; (1) standar pelaksanaan dan
pengawasan (memfasilitasi, monitoring, dan evaluasi). (2) Pemilihan berbagai
alternatif terbaik (pedoman pengambilan keputusan). (3) Penyusunan skala
prioritas, baik sasaran maupun kegiatan. (4) Menghemat pemanfaatan sumber
daya organisasi. (5) Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan. (6) Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.
(7) Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti (untuk mengantisipasi
masalah yang akan muncul). (8) Meningkatkan kinerja (keberhasilan organisasi
tergantung keberhasilan perencanaannya).

86
Ditambahkan oleh Sa’ud & Makmun (2014: 33) perencanaan dipandang
penting dan diperlukan bagi suatu organisasi antara lain dikarenakan:
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan
kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.
2. Dengan perencanaan maka dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap
hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai
alternatif tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih
kombinasi cara yang terbaik.
4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas. Memilih
urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran, maupun kegiatan
usahanya.
5. Dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau
standar untuk mengadakan pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau
organisasi, termasuk pendidikan.
4. Fungsi perencanaan
a. Fungsi perencanaan pembelajaran bagi guru
1) Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan
sekolah dan hubungannya dengan pembelajaran yang dilakukan untuk
mencapai tujuan itu.
2) Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan
pembelajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan.
3) Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pembelajaran yang diberikan
dan prosedur yang dipergunakan.
4) Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa,
minat-minat siswa, dan mendorong motivasi belajar.

87
5) Mengurangi kegiatan yang bersifat trial dan error dalam mengajar
dengan adanya organisasi yang baik dan metode yang tepat sehingga
menjadikan kegiatan pembelajaran lebih terarah dan berjalan secara efektif
dan efesien.
6) Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa
memberikan bahan-bahan yang up to date kepada siswa.
7) Sebagai pedoman atau acuan dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
8) Menambah penguasaan guru terhadap materi yang diajarkan dan juga
dalam menyeleksi atau mengkombinasikan materi.
9) Memudahkan guru dalam mengukur keberhasilan pembelajaran, baik
proses maupun hasil.
10) Sebagai alat untuk membantu pengelolaan pendidikan
b. Fungsi perencanaan pembelajaran bagi siswa
1) Sebagai pedoman dan acuan belajar siswa, karena materi pelajarannya
sudah terencana.
2) Sebagai persiapan belajar siswa, karena materi pelajarannya tidak akan
berubah-ubah lagi (sudah terencana)
3) Menjadikan siswa senang dalam belajar, karena pembelajarannya
terencana
c. Secara umum ada beberapa fungsi perencanaan pembelajaran,
yaitu:
1) Fungsi kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat
memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan
yang ada sehingga akan dapat meningkatkan dan memperbaiki program.

88
2) Fungsi Inovatif
Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan karena adanya
kelemahan dan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan
tersebut akan dapat dipahami jika kita memahami proses yang dilaksanakan
secara sistematis dan direncanakan dan diprogram secara utuh.
3) Fungsi selektif
Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi strategi mana yang
dianggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif ini
juga berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
4) Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap
orang yang terlibat, baik guru, siswa, kepala sekolah, bahkan pihak
eksternal seperti orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan harus
dapat mengkomunikasikan kepada setiap orang baik mengenai tujuan dan
hasil yang hendak dicapai dan strategi yang dilakukan.
5) Fungsi prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan
apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu tindakan sesuai dengan
program yang telah disusun. Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan
dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi, dan
menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
6) Fungsi akurasi
Melalui proses perencanaan yang matang, guru dapat mengukur setiap
waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu,
dapat menghitung jam pelajaran efektif.
7) Fungsi pencapaian tujuan

89
Mengajar bukanlah sekedar bertujuan untuk menyampaikan materi, tetapi
juga membentuk manusia yang utuh yang tidak hanya berkembang dalam
aspek intelektualnya saja, tetapi juga dalam sikap dan ketrampilan. Melalui
perencanaan yang baik, maka proses dan hasil belajar dapat dilakukan
secara seimbang.
8) Fungsi control
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran. Melalui
perencanaan akan dapat ditentukan sejauh mana materi pelajaran telah
dapat diserap oleh siswa dan dipahami, sehingga akan dapat memberikan
balikan kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran
selanjutnya.

90

Anda mungkin juga menyukai