TINJAUAN PUSTAKA
1. Belajar
dalam Toeti Soekamto (1992: 27) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu
proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan
pertumbuhan;
kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkah
laku sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas, seorang guru perlu menyiapkan
atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada siswa
dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar
proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka
belajar yang memungkinkan perubahan tingkahlaku siswa sesuai dengan apa yang
kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas
dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap
dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku. Peran guru disini adalah sebagai
Dalam sistem pendidikan kita (UU. No. 2 Tahun 1989), seorang guru
tidak saja dituntut sebagai pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran
tertentu tetapi juga harus dapat berperan sebagai pendidik. Davies mengatakan
untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang guru perlu memiliki
berikut :
bukan orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif;
Setiap mahasiswa akan belajar sesuai dengan tingkat
kemampuannya;
(1994), istilah belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah
laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut
dapat berupa buku, lingkungan, guru dll. Selama ini Gredler (1986) menegaskan
bahwa proses perubahan sikap dan tingkahlaku itu pada dasarnya berlangsung
bergantung pada situasi alami (kenyataan). Oleh karena itu lingkungan belajar
yang mendukung dapat diciptakan, agar proses belajar ini dapat berlangsung
optimal.
2. Mengajar
a. Pengertian Mengajar
(1935).
diukur dari bagaimana partisipasi anak dalam proses belajar mengajar dan
seberapa jauh hasil yang telah dicapainya. Dalam menjawab dua permasalahan
didaktik atau azas-azas mengajar, yaitu kaidah atau rambu-rambu bagi guru agar
lebih berhasil dalam mengajar. Jadi, dalam uraian ini yang dimaksud azas-azas
pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik. Dalam hal ini guru
pengetahuan yang diberikan kepada siswa kebanyakan hanya diambil dari buku-
usaha penyampaian kebudayaan kepada anak didik. Definisi kedua ini hampir
sama maksudnya dengan definisi pertama. Tentu saja yang diinginkan adalah agar
anak mengenal kebudayaan bangsa, kebudayaan suku dan marganya. Tetapi lebih
dari itu diharapkan agar anak didik tidak hanya menguasai kebudayaan yang ada,
diartikan menata berbagai kondisi belajar secara pantas. Kondisi yang ditata itu
adalah kondisi eksternal anak didik. Termasuk di dalam kondisi eksternal ini
menyempurnakan pola laku tertentu dalam diri peserta. didik. Yang dimaksud
dengan pola laku adalah kerangka dasar dari sejumlah kegiatan yang lazim
hidupnya dalam situasi nyata. Kegiatan itu bisa berupa kegiatan rohani, misalnya
mengamati, menganalisis, dan menilai keadaan dengan daya nalar. Bisa juga
berupa kegiatan jasmani. yang dilakukan dengan tenaga dan keterampilan fisik.
Umumnya rnanusia bertindak secara manusiawi apabila kedua jenis kegiatan
sama atau serupa atas cara yang lebih mudah, tanpa memeras atau memboroskan
tenaga. Kebiasaan akan timbul justru apabila kegiatan manusia, baik rohani
maupun jasmani dilakukan berulang kali dengan sadar dan penuh perhitungan.
sedemikian rupa disebut dengan pembelajaran. Belajar mungkin saja terjadi tanpa
suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk
belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada
siswa saja tetapi dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media
instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,
3. Pembelajaran
namun pada dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang
memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan
terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di
sama dengan proses belajar mengajar dimana di dalamnya ada interaksi guru dan
siswa dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya
perubahan sikap dan tingkahlaku siswa. Apa yang dipahami guru ini sesuai
dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal
lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas
Duffy dan Roehler (1989) mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses
belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman
merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan
Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi
berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya
tujuan kurikulum.
belajar, fungsi pembelajaran dan fungsi penilaian. Fungsi belajar dilakukan oleh
diri siswa (Arief,S. 1984:10). Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa
pembelajaran namun hasil belajar akan tampak jelas dari suatu pembelajaran.
diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila dalam
dirinya terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa
menjadi bisa dan sebagainya. Dalam pembelajaran hasil belajar dapat dilihat
langsung, oleh karena itu agar kemampuan siswa dapat dikontrol dan berkembang
tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan
B. Kompetensi Guru
1. Pengertian
belajar1. Dari pengertian tersebut dikatakan bahwa selama proses belajar stimulus
1
Ma’mur Asmani, Jamal. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Jogjakarta.
Power Books. Hal. 37
mempelajari cara melakukan sesuatu pekerjaan yang kompleks dari sebelumnya,
maka pada diri individu tersebut pasti sudah terjadi perubahan kompetensi.
tertentu.
sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan
yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian
yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja
Berdasarkan hal tersebut, Hasyim Ashari (2008), mengatakan bahwa guru yang
2
Ma’mur Asmani, Jamal. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Jogjakarta.
Power Books. Hal. 38
cerah masa depannya adalah mereka yang memenuhi tiga hal, yaitu sebagai
berikut:
yang tinggi serta ikhlas dalam memajukan pendidikan dan mencerdaskan anak
didik4.
profesional adalah guru yang mengajar pada mata pelajaran yang menjadi
3
M. Hasyim Ashari. 2007. Siapa Bilang Jadi Guru Hidupnya Susah? Kiat Parktis Mendapakan
penghasilan Tambahan. Yogyakarta. Pinus. Hal. 19-20.
4
MZ. Mandaru. 2005. Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari, Yogyakarta. Ar-Ruzz. Hal.
119.
2. Tugas Guru
Indonesia no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik
anak usia didni jalur pendiidkan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan tengah.
memiliki minimal satu bidang keilmuan. Guru harus mempunyai sikap integritas
profesional.
dimaksu dalam pasal 2 ayat 1 adalah untuk meningkatkan martabat dan peran
(learning agent). Peran guru antara lain sbegai fasilitator, motivator, pemacu,
berkewajiban:
kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, latar belakang keluarga, dan
pendidikan profesi5.
1. Kompetensi Pedagogis
dilakukan efektif dan dinamis adalah kompetensi pedagogis. Guru harus belajar
praktik.
butir (a) adalah kemauan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
5
Ma’mur Asmani, Jamal. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Jogjakarta.
Power Books. Hal. 42-44
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Jadi, kompetensi ini bisa diartikan sebagai
kompetensi pedagogis guru mata pelajaran terdiri atas 37 buah kompetensi yang
diampu;
pembelajaran;
pembelajaran;
10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran6.
d. Perancangan pembelajaran;
yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
6
Ma’mur Asmani, Jamal. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Jogjakarta.
Power Books. Hal. 65
belakang terhadap perilaku7. Kepribadian sangat erat kaitannya dengan sikap
khususnya semua itu berlaku apabila berhubungan dengan orang lain atau
kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan lain-lain sifat yang khas dimiliki seseorang yang
Menurut Rifai (2009), seorang guru harus memiliki sikap yang dapat
memiliki kepribadian sehingga dapat dibedakan dengan guru yang lain. Memang,
kepribadian menurut Zakiah Darajat disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar
dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan atau
mencakup semua unsur, baik unsur psikis, maupun unsur fisik. Dapat dikatakan
bahwa sikap dan tindakan yang dilkukan oleh sseorang merupakan cerminan dari
naik di mata masyarakat, maka wibawa nya pun akan naik pula.
7
Ma’mur Asmani, Jamal. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Jogjakarta.
Power Books. Hal. 103
8
Moh. Roqib dan Nurfuadi. 2009. Kepribadian Guru, Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru
yang Sehat di Masa depan. Grafindo Litera media. Yogyakarta. Hal. 15
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup beberapa
a. Berakhlak mulia;
c. Berwibawa;
d. Stabil;
e. Dewasa
f. Jujur;
dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya justru menjadi perusak
anaj didiknya. Sehingga, sikap dan citra yang negatif dari seorang guru dan
3. Kompetensi Sosial
adalah makhluk yang senantiasa ingin hidup berkelompok. Pendapat yang sama
menyatakan bahwa manusia adalah homo politicus. Manusia dalam hal ini tidak
makhluk hidup.
Guru selaku bagian dari masyarakat merupakan salah satu pribadi
laku yang dilakukan guru senantiasa dipantau oleh masyarakat. Oleh akrena itu,
masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di
berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai
meliputi penguasaan:
a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program
diampunya;
diampu.
1. Pendahuluan
beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya
sebaliknya yang terjadi. Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah
menjadi industri bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan
meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan memakmuran diri,
sebagai sebuah investasi. Gelar dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera dan
secepatnya diraih supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai
didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak
banyaknya dari kalangan Muslim memiliki pendidikan yang tinggi, namun dalam
berbahagia. Masih ada kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih
dengan rendahnya moral serta akhlak kehidupan Muslim. Ini terjadi disebabkan
visi dan misi pendidikan yang pragmatis. Sebenarnya, agama Islam memiliki
tujuan dan sasaran pedidikan dalam Islam secara induktif dengan melihat dalil-
dalil naqli yang sudah ada dalam al-Qur’an maupun al-Hadits, juga
memberi batasan tentang pendidikan, akan tetapi ada kesepakatan diantara mereka
bahwa pendidikan itu dilaksanakan untuk mengembangkan potensi yang ada pada
dimengerti terlebih dahulu apa sebenarnya yang disebut dengan pendidikan itu
“Pendidikan adalah segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk
disempurnakan dengan kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistic
dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya
pendidikan merupakan proses atau usaha yang dilakukan dengan sadar, seksama
oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan
menyampaikannya kepada anak didik secara bertahap. Apa yang diberikan kepada
anak didik itu sedapat mungkin dapat menolong tugas dan perannya dimasyarakat,
2. Pengertian
boleh dikatakan bahwa setiap orang mengenal istilah pendidikan. Begitu juga
itu identik dengan sekolah , pemberian pelajaran, melatih anak dan sebagainya.
dilakukan oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri. Sedangkan Pendidikan
Agama Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai Islam dan
berhasil menyusun suatu definisi pendidikan yang dapat disepakati oleh para ahli
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
SD dan MI adalah : "Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan,
suatu bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar nantinya setelah
yang sama meskipun susunan bahasanya berbeda oleh karena itu beberapa
pengertian.
bimbingan dan usaha yang diberikan pada seseorang dalam pertumbuhan jasmani
dan usaha rohani agar tertanam nilai-nilai ajaran agama Islam untuk menuju pada
meyakini, mengamalkan dan menguasai bahan agama tersebut. Hal ini karena
Tuhan Yang Maha Esa, dan pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab
dalam kehidupan sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan
definisi pendidikan di atas tidaklah terwujud secara tiba-tiba. Upaya itu harus
Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan agama Islam
saat ini, adalah bagaimana cara penyampaian materi pelajaran agama tersebut
Agama Islam, salah satu kendala yang paling menonjol dalam pelaksanaan
seperti tujuan, materi, evaluasi, situasi dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam
Pendidikan Agama, dengan tujuan agar setiap pendidik agama dapat memperoleh
beberapa metode secara terpadu. Kebanyakan guru lebih senang dan terbiasa
menjemukan peserta didik. Hal ini disebabkan guru-guru tersebut tidak menguasai
atau enggan menggunakan metode yang tepat, sehingga pembelajaran agama tidak
yang cukup mengenai berbagai metode yang dapat digunakan dalam situasi
tertentu secara tepat. Guru harus mampu menciptakan suatu situasi yang dapat
memberikan motivasi agar dapat menarik minat siswa terhadap pendidikan agama
yang disampaikan oleh guru. Karena yang harus mencapai tujuan itu siswa, maka
ia harus berminat untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk menarik minat itulah
sesuai.
karena itu diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Tujuan harus
dalam bahan atau materi pelajaran, baik sifat maupun tujuan, sehingga metode
yang digunakan pun berlainan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya. Misalnya dari segi tujuan dan sifat pelajaran tawhid yang membicarakan
tentang masalah keimaman, tentu lebih bersifat filosofis, dari pada pelajaran fiqih,
seperti tentang shalat umpamanya yang bersifat praktis dan menekankan pada
aspek keterampilan. Oleh karena itu, cara penyajiannya atau metode yang dipakai
harus berbeda.
Selain dari kekhususan sifat dan tujuan materi pelajaran yang dapat
kemampuan guru , dan sarana atau fasilitas yang berbeda baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya. Hal ini semua sangat mempengaruhi guru dalam memilih
pendidikan banyak tertuang dalam ayat-ayat al Qur’an dan hadits nabi. Dalam hal
ini akan dikemukakan ayat ayat atau hadits hadits yang dapat mewakili dan
mengandung ide tentang prinsip prinsip dasar tersebut, dengan asumsi dasar,
seperti dikatakan an Nahlawi bahwa pendidikan sejati atau maha pendidikan itu
adalah Allah yang telah menciptakan fitrah manusia dengan segala potensi dan
bahwa dunia ini merupakan jembatan menuju kampung akhirat. Karena itu,
mempersiapkan diri secara utuh merupakan hal yang tidak dapat dielakkan agar
masa kehidupan di dunia ini benar benar bermanfaat untuk bekal yang akan
dibawa ke akhirat. Perilaku yang terdidik dan nikmat Tuhan apapun yang didapat
terutama dengan mematuhi keinginan Tuhan. Allah Swt Berfirman, “Dan carilah
duniawi...” (QS. Al Qoshosh: 77). Ayat ini menunjukkan kepada prinsip integritas
di mana diri dan segala yang ada padanya dikembangkan pada satu arah, yakni
antara material dan spiritual, unsur jasmani dan rohani. Pada banyak ayat al-
9
Munzir Hitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Infinite Press, 2004, hal. 25-30
Qur’an Allah menyebutkan iman dan amal secara bersamaan. Tidak kurang dari
enam puluh tujuh ayat yang menyebutkan iman dan amal secara besamaan, secara
Ketiga, Prinsip Persamaan. Prinsip ini berakar dari konsep dasar tentang
manusia yang mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan derajat, baik
antara jenis kelamin, kedudukan sosial, bangsa, maupun suku, ras, atau warna
kulit. Sehingga budak sekalipun mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan.
budak perempuan, lalu diajar dan didiknya dengan ilmu dan pendidikan
jurang kehinaan. Dalam hal ini dituntut kedewasaan manusia berupa kemampuan
moral. Nilai moral yang paling tinggi adalah tauhid. Sedangkan nilai moral yang
paling buruk dan rendah adalah syirik. Dengan prinsip keutamaan ini, pendidik
bukan hanya bertugas menyediakan kondisi belajar bagi subjek didik, tetapi lebih
dari itu turut membentuk kepribadiannya dengan perlakuan dan keteladanan yang
ditunjukkan oleh pendidik tersebut. Nabi Saw bersabda, “Hargailah anak anakmu
kebahagiaan melalui berpikir dan penalaran yang akurat. Orang tua memiliki
kewajiban untuk mendidik mereka agar mentaati syariat ini, agar berbuat baik.
Hal ini dapat dijalankan melalui al-mau’izhah (nasehat), al- dharb (dipukul) kalau
perlu, al-taubikh (dihardik), diberi janji yang menyenangkan atau tahdzir
bentuk apapun seharusnya tidak dilakukan dalam dunia pendidikan. Karena dalam
membahayakan anak didik, apalagi pada anak kecil, kekerasan merupakan bagian
dari sifat-sifat buruk. Disamping itu, Ia juga menambahkan bahwa perbuatan yang
lahir dari hukuman tidak murni berasal dari keinginan dan kesadaran anak didik.
Itu artinya pendidikan dengan metode ini juga sekaligus akan membiasakan
Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah aspek
mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep
dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip
prinsip dasarnya. Hal tersebut disebabkan pendidikan adalah upaya yang paling
utama, bahkan satu satunya untuk membentuk manusia menurut apa yang
dikehendakinya. Karena itu menurut para ahli pendidikan, tujuan pendidikan pada
keinginan manusia.12
10
Ibnu Miskawaih, Tahzib al-Akhlaq, Mesir: al-Mathbah al-Husainiyyah, tanpa
tahun, hal. 27
11
Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001, hal.
763
12
Hilda Taba dalam Munzir Hitami, Ibid, hal. 32
Maka dari itu berdasarkan definisinya, Rupert C. Lodge dalam philosophy
knomledge and habit through instructional as study”. Dalam definisi ini tekanan
kepribadian yang dibina adalah aspek kognitif dan kebiasaan. Theodore Meyer
dalam konteks Islam inheren salam konotasi istilah “tarbiyah”, “ta’lim” dan
mengandung makna yang amat dalam menyangkut manusia dan masyarakat serta
lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama
yakni memberi petunjuk akhlak dan pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu
Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi
memiki visi dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Selain itu,
terpisahkan dari tugas kekhalifahan manusia, atau lebih khusus lagi sebagai
dalam al Qur’an. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal, sebab visi dan
dunia yang yang makmur, demokratis, adil, damai, taat hukum, dinamis, dan
harmonis.16
14
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002, hal. 5
15
Sulaiman, dalam Ibid, hal. 33
16
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam; Membangun
Masyarakat Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania Press dan MSI, hal.
142
Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari
yang bersifat teleologik itu sebagai berbau mistik dan takhayul dapat dipahami
kebenaran hanya kepada empiris sensual, yakni sesuatu yang teramati dan
terukur.17
Islam dalam dua hal, yaitu; a) mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai atau akhlak Islam; b) mendidik peserta didik untuk mempelajari
usaha secara sadar dalam memberikan bimbingan kepada anak didik untuk
berperilaku sesuai dengan ajaran Islam dan memberikan pelajaran dengan materi-
7. Kesimpulan
pendapat para tokoh pendidikian Islam bahwa pendidikan pada dasarnya memiliki
didikan sehingga semua tujuan pendidikan dapat dicapai dengan landasan moral
dan etika Islam, yang tentunya memiliki tujuan kemashlahatan di dalam mencapai
Munzir Hitami, Op. Cit, hal. 32
17
Ahmad Qodri Azizy, Islam dan Permaslahan Sosial; Mencari Jalan Keluar,
18