Anda di halaman 1dari 46

TEORI BELAJARAN DAN PEMBELAJARAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Teori Belajar Dan Pembelajaran

Disusun oleh:

Tamarina Somara Doria (1402619062)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah kami sebagaimana
mestinya.
Makalah ini dibuat guna memenuhi kewajiban saya selaku mahasiswi dalam rangka
memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Dosen yang bersangkutan dan merupakan
pra syarat dalam memperoleh nilai pada mata kuliah “Teori Belajar dan
Pembelajaran ”. Makalah ini disusun berdasarkan referensi yang ada, dalam
penyusunan materi ini,saya sadar sepenuhnya atas segala kekurangan dan
kesempurnaan sehingga di butuhkan masukan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga Tuhan YME selalu menyertai kita bersama dalam upaya ikut
mencerdaskan kehidupan yang berbudi pekerti luhur. Amin Ya Rabbal‘Alamin.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

PEMBAHASAN

Pengertian belajar Belajar

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Bel
ajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil be
lajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan perilaku.

Pengertian belajar sendiri sangatlah beragam, mengingat persepsi orang yang berbeda
-beda mengenai pengertian belajar dilihat dari sudut pandang tertentu namun memiliki
kesamaan. Berikut paparan dari beberapa ahli tentang pengertian belajar. Dalam

The Guidance of Learning Activities


W.H. Burton (1984) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah l
aku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan in
dividu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan ling
kungannya. Menurut Ernest R. Hilgard dalam
Introduction to Psychology
mengartikan belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap
lingkungan.
Ciri Belajar:

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut


bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan sikap
(afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat
disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha.
4. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
5. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan

Jenis-Jenis Belajar

Setiap manusia memiliki potensi, karakter, dan kebutuhan yang berbeda-


beda dalam belajar. Oleh karena itu, setiap manusia mempunyai tipe atau gaya
belajar yang berbeda pula. Berikut ini jenis-jenis belajar:

 Belajar bagian (part learning, fractioned learning ).


 Belajar dengan wawasan (learning by insight )
 Belajar diskriminatif (discriminative learning )
 Belajar global/keseluruhan (global whoe learning ).
 Belajar insidental (incidental learning ).
 Belajar instrumental (instrumental learning ).
 Belajar intensional (intensional learning )
 Belajar laten (latent learning )
 Belajar mental (mental learning )
 Belajar produktif (productive learning )
 Belajar verbal (verbal learning )

Prinsip-Prinsip Belajar

Bagi seorang guru/pendidik haruslah mengetahui dan memahami prinsip-


prinsip dalam proses belajar peserta didik demi tercapainya suatu tujuan dalam
proses belajar tersebut. Prinsip-prinsip belajar tersebut yaitu sebagai

a) Dalam belajar setiap peserta didik harus diusahakan berpartisipasi aktif,


meningkatkan dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional,

b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat


pada peserta didik untuk mencapai tujuan instruksional,
c) Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif,

Tujuan belajar

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa


peserta didik telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai
oleh peserta didik. tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku
yang diharapkan tercapai oleh peserta didik setelah berlangsungnya proses
belajar.
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu adanya sistem lingkungan
(kondisi) belajar yang lebih kondusif. Sistem lingkungan belajar itu sendiri terdiri
atau dipengaruhi oleh berbagai komponen-komponen yang masing-masing akan
saling memengaruhi. Komponen-komponen tersebut misalnya tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan peserta

Definisi Pembelajaran

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar.


Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi
tanpa guru dan tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan
mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Pembelajaran
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses, cara menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan menurut Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
Berdasarkan definisi di atas, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antar
guru dan siswa untuk dapat menyampaikan dan mengetahui sesuatu yang didalamnya
terdapat suatu proses belajar dengan tujuan yang hendak dicapai. Seperti yang
dikemukakan oleh Gagne dan Briggs (1979: 3) mengartikan pembelajaran ini adalah
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi
dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

Ciri-ciri Pembelajaran

Dari definisi pembelajaran di atas, maka terdapat ciri sebagai tanda suatu proses
atau kegiatan dikatakan sebagai pembelajaran. Ciri-ciri pembelajaran tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Merupakan upaya sadar dan disengaja.
2) Pembelajaran harus membuat siswa belajar.
3) Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
4) Pelaksanaan terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil.

Prinsip Pembelajaran
Beberapa prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Suparman dengan mengadaptasi
pemikiran sebagai berikut :

1) Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon terjadi
sebelumnya.
2) Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah
pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.
3) Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tentu akan hilang atau berkurang
frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
4) Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer
kepada situasi lain yang terbatas pula.
5) Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu
yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
Pengertian Motivasi

Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Menurut Clayton
Alderfer motivasi belajar adalah kecenderungan peserta didik dalam melakukan
kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar
sebaik mungkin.

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan


perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap
serta perilaku pada individu belajar.

Jenis-Jenis Motivasi

Sebagai kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi
primer dan motivasi sekunder.

1. Motivasi primer adalah motivasi didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif


dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis dan jasmania seseorang. Jenis
motivasi ini termasuk memelihara kesehatan, minum, istirahat, mempertahankan diri,
keamanan, membangun dan kawin.
2. Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Jenis motivasi ini dapat berupa:
kebutuhan organisme seperti ingin tahu, memperoleh kecakapan, berprestasi, dan
motof-motif sosial seperti kasih sayang, kekuasaan dan kebebasan.

Prinsip Motivasi Belajar

Motivasi memiliki beberapa prinsip dasar dalam kegiatan pembelajaran.


Prinsip-prinsip dasar tersebut yaitu:

1. Pujian lebih efektif dari pada hukuman.


2. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan akan merangsang motivasi.
3. Semua peserta didik mempunyai kebutuhan psikologis tertentu yang harus
mendapat kepuasan.
4. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang
dipaksakan dari luar.
5. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas peserta didik.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Faktor-faktor mempengaruhi motivasi belajar adalah:

a) Faktor Guru
Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup “tahu” sesuatu materi yang akan
diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang memang memiliki
“kepribadian guru” denga segala ciri tingkat kedewasaannya dan memiliki
kepribadian. Untuk itu perlu dikemukakan dalam pembahasan ini sepuluh kompetensi
guru yang berkaitan erat dengan tugasnya membentuk motivasi belajar siswa di
sekolah antara lain : (1) menguasai bahan atau materi pengajaran, (2) mengelola
program belajar mengajar, (3) Pengelolaan kelas (4) menggunakan Media dan sumber
belajar (5) menguasai landasan-landasan kependidikan (6) mengelola interaksi
belajar-mengajar (7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran (8)
mengenal fungsi dan program bimbingan & penyuluhan (9) mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah (10) mengenal prinsip-prinsip dan
menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna kepentingan pengajaran

b) Faktor Orangtua

Faktor orangtua dalam keluarga sangat menentukan juga karena mereka adalah mitra
para guru dalam bekerja bersama-sama untuk tujuan tersebut. Orangtua tidak cukup
puas hanya menyerahkan urusan dan tanggung jawab ini pada guru.
c) Faktor Lingkungan Masyarakat

Faktor lingkungan masyarakat tempat berdomisili siswa menajadi unsur yang turut
dipetimbangkan dalam proses pembentukan motivasi siswa, karena siswa juga adalah
bagian ataupun warga dari suatu masyarakat. Malcom Brownlee mengemukakan
konsep yang memperlihatkan ketergantungan ini dengan mengemukakan “Manusia
dalam masyarakat dan masyarakat dalam manusia.” Lebih lanjut dijelaskan bahwa
konsep manusia dalam masyarakat mengisyaratkan ketergantungan bahwa individu
sebagai bagian dalam komunitas yang mmiliki sistim nilai sosial yang saling
mengikat dan mempengaruhi setiap individu yang hidup bersama dalam sebuah
komunitas, baik komunitas masyarakat kota ataupun masyarakat desa dan atau
kelompok belajar seperti siswa pada suatu sekolah.

Motivasi ARCS

Keller (1987) menyatakan bahwa pembelajaran ARCS (Attention, Relevance,


Confidence, Satisfaction) mampu membangkitkan motivasi dan kepercayaan diri
siswa yang rendah. Pembelajaran ARCS memiliki beberapa kelebihan antara lain: a)
dapat diterapkan dalam pembelajaran bidang studi apapun karena bersifat fleksibel, b)
dapat meningkatkan minat dan perhatian siswa, meningkatkan rasa percaya diri serta
memberikan rasa kepuasan siswa memperoleh hasil belajarnya, dan c) dalam kegiatan
pembelajaran dapat menggunakan media apa saja untuk menarik minat siswa
(Wulandari, 2008).
Pembelajaran ARCS menekankan pada bagaimana membangkitkan dan
mempertahankan perhatian siswa, menciptakan relevansi terhadap isi pembelajaran,
menumbuhkan keyakinan diri pada siswa, dan menumbuhkan rasa puas pada siswa
terhadap pembelajaran (Keller, 1987). Tugas guru bukanlah sekedar mentransfer
pengetahuan ke siswa, melainkan bagaimana menyiapkan situasi pembelajaran yang
belum dipahami, berani mengemukakan ide dan juga memberikan penghargaan atas
keberhasilan dan kerja keras siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga mampu
meningkatkan rasa percaya diri siswa.

Pembelajaran ARCS merupakan salah satu pembelajaran untuk merancang aspek


motivasi serta menciptakan lingkungan belajar untuk medorong motivasi belajar
siswa. Pembelajaran ARCS memiliki tiga ciri khas, pertama, pembelajaran ARCS
terdiri dari empat komponen yang mengandung konsep serta variabel spesifik yang
menjadi ciri motivasi manusia, yang kedua, pembelajaran ARCS mencakup
serangkaian langkah yang digunakan untuk meningkatkan daya tarik pembelajaran,
dan ketiga, pembelajaran ARCS menggabungkan proses sistematis yang disebut
sebagai model motivasi yang dapat digunakan secara efektif dengan desain
pembelajaran yang lainnya (Keller, 1987).
Pelaksanaan pembelajaran ARCS meliputi empat komponen yaitu: Attention yaitu
berusaha menarik minat siswa, Relevance yaitu menunjukkan bahwa pembelajaran
memiliki relevansi dengan peristiwa pada kehidupan sehari-hari, Confidence yaitu
menanamkan rasa percaya terhadap diri sendiri pada siswa, dan Satisfaction yaitu
menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberi penguatan.

1. Perhatian (Attention) = A
Menurut Chairani (2005), perhatian merupakan sikap seseorang yang
umumnya didorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut merupakan motivasi
yang muncul dari dalam diri seseorang. Siswa yang mengalami peristiwa belajar,
dapat diasumsikan merupakan akibat adanya dorongan dari dalam diri untuk mengatur
aktivitas, minat, sikap dan kehendaknya. Guru harus menyadari bahwa sangat penting
artinya untuk dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap apa yang
dipelajarinya. Oleh karena itu guru harus memiliki kreativitas untuk mendorong
munculnya rasa ingin tahu siswa sehingga meningkatkan minat dan perhatian siswa
terhadap materi yang dipelajari (Warsita 2008).
2. Relevansi (Relevance) = R
Pengertian relevansi menurut Warsita (2008) adalah adanya hubungan antara materi
pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Seperti halnya proses belajar
umumnya jika seseorang tidak memiliki motivasi yang kuat dalam belajar, maka
mustahil mereka akan mampu menangkap pelajaran dengan baik (Abidin 2003). Tugas
guru sebagai fasilitator yakni membangkitkan dan menciptakan cara-cara kreatif
untuk memotivasi siswa (Wulandari 2008). Siswa akan termotivasi bila mereka
merasa bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan
sesuai dengan nilai yang dipegang.
3. Kepercayaan Diri (Confidence) = C
Pribadi yang memiliki keyakinan bahwa dirinya memiliki kemampum akan
melakukan tugasnya untuk mencapai keberhasilan. Merasa diri mampu merupakan
potensi untuk berinteraksi secara positif dengan lingkungan (Warsita 2008). Motivasi
akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Motivasi akan
menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan, dan selanjutnya pengalaman
berhasil ini akan memotivasi untuk mengejar tantangan selanjutnya.
4. Kepuasan (Satisfaction) = S
Menurut Warsita (2008), kepuasan adalah perasaan gembira yang timbul
dari dalam seseorang jika mendapatkan penghargaan terhadap dirinya dalam upaya
melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan minat, karakteristik, dan kebutuhan
siswa. Keberhasilan mencapai suatu tujuan akan memberikan kepuasan bagi siswa,
dan siswa akan berupaya untuk berhasil mencapai tujuan lainnya. Kepuasan sangat
dipengaruhi oleh konsekuensi yang akan diterima siswa, seperti penghargaan atau
reward atas keberhasilan yang diperoleh siswa.

Teori belajar behavioristik

Menurut teori belajar behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai
proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respons. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental
yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada
faktor-faktor kondisional yang diberikan
lingkungan.

Teori Kognivistik

Teori ini lebih menekankan proses belajar daripada hasil belajar. Bagi penganut
teori kognitivistik belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antar stimulus dan
respons. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
Proses ini tidak berjalan terpatah- patah, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang
mengalir, bersambung-sambung, menyeluruh.

Teori belajar humanistik

Bagi penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia. Dari teori-teori belajar, seperti behavioristik, kognitif dan kontruktivistik,
teori inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat daripada dunia
pendidikan. Pada kenyataannya, teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan
dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini
lebih tertarik pada gagasan tentang belajar dalam bentiknya yang paling ideal
daripada belajar seperti apa yang biasa diamati dalam dunia keseharian. Karena itu,
teori ini bersifat eklektik, artinyateori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya
untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri) dapat tercapai

Teori belajar konstruktivistik

Teori konstriktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstriksi)


pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari otak seseorang guru kepada orang lain (peserta)

Strategi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), strategi adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Syaiful Bahri Djamarah,
mengartikan strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai


tujuan. Dari beberapa pengertian strategi pembelajaran, disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan, dengan
mengintegrasikan urutan kegiatan, peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan
dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan secara aktif dan efisien.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )

• Konsep Dasar KTSP


Kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan
khususnya oleh guru dan kepala sekolah yang melaksanakan pendidikan. Oleh sebab itu sekolah
sebagai pihak yang melaksanakan kurikulum harus dilibatkan secara langsung dalam
pengembangan kurikulum.Keterlibatan pihak penyelenggara pendidikan di tingkat satuan
pendidikan dalam proses pengembangan kurikulum sangat diperlukan .
Keterlibatan secara langsung akan memudahkan dalam memahami dan melaksanakan kurikulum
begitu juga sebaliknya.Permasalahan itu banyak dialami oleh guru ketika kurikulum yang berlaku
disusun secara sentralistik oleh pemerintah pusat. Ketika berhadapan dengan kurikulum baru,
mereka juga tidak punya keberanian untuk menerapkan sendiri tanpa juklas – juklis yang ada.
Kekurangpahaman guru dan penyelenggara pendidikan terhadap kurikulum dapat berakibat fatal
terhadap proses dan hasil pendidikan. Oleh karena itu sejak tahun 2001 dilakukan penyempurnaan
kurikulum 1994 dan dilaksanakan uji coba penerapan kurikulum tersebut pada beberapa sekolah
oleh pusat Kurikulum Balitbang dan direktorat Jenderal Dikdasmen. Sesuai PP nomor 19 tahun
2005 , Penyempurnaan kurikulum selanjutnya dilakukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).

•Tujuan KTSP
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif,
produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang
memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan perubahan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan
pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sember dana, sumber
belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan
setempat.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang peling
dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah satuan pendidikan dengan memberikan otonomi yang
lebih besar, di samping menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat juga
merupakan sarana peningkatan kualitas, efesiensi, dan pemarataan pendidikan.
KTSP merupakan salah wujud revormasi pendidikan yang memebrikan otonomi kepada sekolah
dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan dan
kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembagan kurikulum dan pembelajaran merupakan
potensi bagi sekolah untuk meingkatakan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi
langsung kolompok-kelompok terkait, dan meningkatakn pemahaman masyarakat terhadap,
khususnya kurikulum. Pada system KTSP, sekolah memiliki “ full autority and responsibility ”
dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi dan misi dan tujuan satuan
pandidikan. Untuk mewujudkan visi dan misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk
mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam indicator kompetensi,
mengembangkan strategi, menentukan prioriotas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi
sekolah dan lingkungan sekitar, serta memeprtanggungjawabkannya kepala masyarakat dan
pemerintah.Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta
komite sekolah dan dewan pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan
musyawarah dari pejabat daerah setempbat, komisi pendidikan pada dewan peerwakilan rakyat
daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang
tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah
berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu
merumuskan dan memetapkan visi dan misi dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya
terhadap program-program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.

• Landasan Pengembangan KTSP


Sekolah memang memiliki kewenangan untuk mengembangkan KTSP. Akan tetapi kewenangan
sekolah tidaklah mutlak. Dalam pengembangan kurikulum, setiap sekolah harus mengacu kepada
landasan yang sama secara nasional. Landasan pengembangan KTSP ada banyak hal antara lain :

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan,
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,
4.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan,
5.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Standar Pelaksanaan
Peraturan Menteri Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 24 Tahun 2006 tentang standar
pelaksanaan
Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006, Pasal 1

• Prinsip Pengembangan KTSP


Adapun prinsip-prinsip KTSP yakni sebagai berikut:
1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan siswa dan lingkungannya;
2) Beragam dan terpadu;
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni;
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan;
5) Menyeluruh dan berkesinambungan;
6) Belajar sepanjang hayat; dan
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Adapun langkah-langkah dalam penyusunan KTSP adalah sebagai berikut :

1. Analisis Konteks
v Analisis potensi dan kekuatan/kelemahan yang ada di sekolah: siswa, guru dan tenaga
kependidikan, sarana prasarana, biaya dan program-program yang ada di sekolah.
v Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar: komite sekolah,
dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi propesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya
alam dan sosial budaya.
v Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan dalam penyusunan
KTSP.

2. Tim Penyusun
Tim penyusun KTSP SD, SMP, SMA dan SMK terdiri dari guru, konselor, kepala e sekolah dan
narasumber, dengan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota dan disupervisi oleh dinas
kabupaten/kota dan propinsi yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
3. Kegiatan Penyusunan
v Penyusunan KTSP merupakan bagian dari perencanaan sekolah. Kegiatan ini dapat berbentuk
rapat kerja dan loka karya sekolah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun
pelajaran baru.
v Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi: penyiapan dan penyusunan draf,
review dan revisi serta finalisasi. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan
diselenggarakan oleh tim penyusun.
4. Kegiatan Penyusunan
Dokumen KTSP SD, SMP, SMA dan SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui
oleh komite sekolah dan dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.

Pengembangan kurikulum 2013


Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan
melibatkan berbagai komponen yang saling terkait. Oleh karena itu dalam proses
pengembangan kurikulum 2013 tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari pihak
pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi harus
pula dipahami berbagai komponen yang mempengaruhinya.
1. Perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013
Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta
selalu harus dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat
mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman. Meskipun demikian,
perubahan dan pengembangan harus dilakukan secara sistematis dan
terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan pengembangan kurikulum
tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa ke mana
sistem pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut. Sehubungan
dengan itu, sejak wacana perubahan dan pengembangan kurikulum 2013
digulirkan, telah muncul berbagai tanggapan dari berbagai kalangan, baik
yang pro maupun kontra.
Menghadapi berbagai tanggapan tersebut, terutama “nada miring” dari
yang kontra terhadap perubahan dan pengembangan kurikulum 2013.
Mendikbud mengungkapkan bahwa perubahan dan pengembangan
kurikulum harus senantiasa disesuaikan dengan tuntutan zaman[1]. Berikut
ada beberapa alasan perlunya pengembangan ke arah kurikulum 2013[2]:
a. Faktor internal
1) Tuntutan tercapainya 8 standar nasional pendidikan (standar isi,
standar proses, SKL, standar pendidik & tenaga kependidikan,
standar sarpras, standar pengelolaan, standar biaya, dan standar
penilaian.
2) Pertumbuhan jumlah penduduk usia produktif (usia 15 – 65 )
lebih banyak dibanding usia tidak produktif (0 – 14 dan 65 ke atas).
Usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035.
Oleh karena itu perlu dipersiapkan agar memiliki kompetensi dan
tidak menjadi beban hidup.

b. Faktror Eksternal
1) Gencarnya arus Globalisasi
2) Isu lingkungan hidup
3) Pesatnya perkembangan IT
4) Konvergensi ilmu dan teknologi
5) Ekonomi berbasis pengetahuan

Tujuan kurikulum 2013


Seperti yang dikemukakan diberbagai media masa bahwa melalui
pengembangan kurikulum 2013 kita akan menghasilkan insan yang
produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini, pengembangan
kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta
didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapt
didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap
konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.
Kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta
didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan
penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Oleh karena itu,
peserta didik perlu mengetahui kriteria penguasaan kompetensi dan
karakter yang akan dijadikan sebagai standar penilaian hasil belajar,
sehingga para peserta didik dapat mempersiapkan dirinya melalui
penguasaan terhadap seumlah kompetensi dan karakter tertentu, sebagai
prasyarat untuk melanjutkan ke tingkat penguasaan kompetensi dan
karakter berikutnya.
3. Karakter k13
a. Mengembangkan keseimbangan antara sikap, spiritual dan sosial,
rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual
dan psikomotorik.
b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana, sehingga peserta didik mampu
menerapkan di masyarakat apa yang dipelajari di sekolah dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
c. Mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan.
e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk KI kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam KD matapelajaran.
f. KI kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing element) KD,
dimana semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai KI.
g. KD dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched)
antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan
vertikal)
4. Landasan k13
Setiap tahapan dalam pengembangan kurikulum baik
perencanaan/perancangan/penyusunan kurikulum, implementasi serta
evaluasinya haruslah memperhatikan landasan-landasan pokok serta
prinsip dasar pengembangan kurikulum. Landasan ini diprhatikan sebagai
pijakan awal bagi pengembang dan perancang kurikulum dan akan sangat
menentukan corak dan bentuk kurikulum yang akan dilahirkan nantinya.
Adapun yang dijadikan landasan pengembangan kurikulum 2013 adalah
sebagai berikut:
a) Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan
kualitas peserta didik yang akan di capai kurikulum, sumber dan isi
dari kurikukulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian
hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan
lingkungan alam disekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang
memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik
menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional.
b) Landasan yuridis
Landasan yuridis kurikulum 2013 antara lain:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945
2) Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasionl
3) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang pembangunan
rencana jangka panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang
dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah
nasional
4) Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan peraturan
pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas
peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
c) Landasan teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan
berdasarkan standar” dan teori kurikulum berbasis kompetensi.
Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional
sebagai kualitas minimal awarga Negara yang dirinci menadi standar
isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga pendidik, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Baik Negara berkembang maupun Negara maju, dewasa ini
tengah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu upaya
peningkatan ualitas pendidikan melalui perubahan kurikulum. Dalam
perubahan kurikulum digunakan model-model yang dipandang dapat
menjawab tantangan pendidikan yang dihadapi, terutama yang terkait
peningkatan mutu.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan
guru dalam bentuk proses yang dikemangkan berupa kegiatan
pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) engalaman
belajar langsung peserta didik sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar
langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya,
sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil
kurikulum.[3]

5. Konsep dasar
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi
pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik secara holistik.
Kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap ditagih dalam rapor
dan merupakan penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik.
Kompetensi pengetahuan peserta didik yang dikembangkan meliputi
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi agar
menjadi pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban. Kompetensi keterampilan peserta didik yang dikembangkan
meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar dan
mencipta agar menjadi pribadi yang berkemampuan piker dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah konkret dan abstrak. Kompetensi sikap
peserta didik yang dikembangkan meliputi menerima, menjalankan
menghargai, menghayati, mengamalkan sehingga menjadi pribadi yang
beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta
dunia dan peradabannya.
Kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap pertama kali
dikemukakan oleh Bloom dan sudah menjadi dasar dalam pengembangan
kurikulum di Indonesia sejak kurikulum 1973 (kurikulum ppsp). Akan
tetapi, dalam implementasinya guru-guru pada umumnya tidak
mengembangkan kompetensi keterampilan dan sikap secara eksplisit,
mungkin karena tidak ditagih dalam rapor sehingga tidak merupakan
penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik. Pada kurikulum 2013,
ketiga kompetensi tersebut ditagih dalam rapor dan merupakan penentu
kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik sehingga guru
mengimplementasikannya dalam pembelajaran dan penilaian.[4]

6. Prinsip
Sesuai dengan kondisi Negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai
perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini,
dalam pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1) Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik
3) Mata pelajaran merupkan wahana untuk mewujudkan pencapaian
kompetensi

Pengertian KKNI kualifikasi sebagaimana diatur dalam Prespres tersebut adalah


penguasaan capaian pembelajaran yang menyatakan kedudukannya dalam KKNI.
Sedangkan jenjang kualifikasi adalah tingkat capaian pembelajaran yang disepakati
secara nasional, disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikan dan/atau pelatihan yang
diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja.
Kualifikasi adalah sebuah istilah yang secara internasional disepakati sebagai pencapaian
penguasaan seseorang atas badan pengetahuan dengan keluasan dan kedalamannya yang
telah didefinisikan terlebih dahulu. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri
bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja
nasional dan sistem penilaian kesetaraan nasional, yang dimiliki Indonesia untuk
menghasilkan sumberdaya manusia dari capaian pembelajaran, yang dimiliki setiap insan
pekerja Indonesia dalam menciptakan hasil karya serta kontribusi yang bermutu di
bidang pekerjaannya masing-masing. KKNI merupakan sistem yang berdiri sendiri dan
merupakan jembatan antara sektor pendidikan dan pelatihan untuk membentuk sumber
daya manusia nasional berkualifikasi (qualified person) dan bersertifikasi (certified
person) melalui skema pendidikan formal, non formal, informal, pelatihan kerja atau
pengalaman kerja.
KKNI adalah kerangka kualifikasi yang disepakati secara nasional, disusun berdasarkan
suatu ukuran pencapaian proses pendidikan sebagai basis pengakuan terhadap hasil
pendidikan seseorang yang diperoleh melalui pendidikan formal, pendidikan nonformal
dan pendidikan informal. Dengan adanya KKNI ini akan merubah cara melihat
kompetensi seseorang, tidak lagi semata ijazah tapi dengan melihat kepada kerangka
kualifikasi yang disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil
pendidikan seseorang secara luas yang akuntabel dan
transparan.

2.2. Prinsip dan Implementasi KKNI


Prinsip dasar yang dikembangkan dalam KKNI adalah menilai unjuk kerja seseorang
dalam aspek-aspek keilmuan, keahlian dan keterampilan sesuai dengan capaian
pembelajaran (learning outcomes) yang diperoleh melalui proses pendidikan, pelatihan
atau pengalaman yang telah dilampauinya, yang setara dengan deskriptor kualifikasi
untuk suatu jenjang tertentu. Terkait dengan proses pendidikan, capaian pembelajaran
merupakan hasil akhir atau akumulasi proses peningkatan keilmuan, keahlian dan
keterampilan seseorang yang diperoleh melalui pendidikan formal, informal atau
nonformal. Dalam arti yang lebih luas,capaian pembelajaran juga diartikan sebagai hasil
akhir dari suatu proses peningkatan kompetensi atau karir seseorang selama bekerja.
Pinsip dasar ini sesuai dengan pendekatan yang dilakukan oleh negara-negara lain dalam
mengembangkan kerangka kualifikasi masing-masing. Pada proses penyusunan
konsep-konsep KKNI, studi banding juga telah dilakukan ke berbagai negara untuk dapat
mengembangkan KKNI yang sebanding dengan kerangka kualifikasi negaranegara lain.
Kesepadanan antara KKNI dengan kerangka kualifikasi negara-negara lain sangat
diperlukan agar KKNI dapat dipahami dan diakui sebagai sebuah sistem kualifikasi yang
handal dan terpercaya. Selanjutnya, dengan adanya pengakuan dan kepercayaan terhadap
KKNI maka kerjasama atau program penyetaraan kualifikasi ketenagakerjaan antara
Indonesia dengan negara-negara lain akan lebih mudah diwujudkan.Indonesia menganut
unified system atau sistem terpadu. Capaian pembelajaran untuk jenis pendidikan
akademik, vokasi maupun profesi untuk jenjang kualifikasi yang sama atau setara,
bahkan dapat disetarakan dengan hasil pendidikan nonformal atau informal, mendapat
perhatian dalam KKNI. Oleh karena itu, KKNI di Indonesia disusun sebagai satu
kesatuan kerangka kualifikasi untuk seluruh sektor pendidikan, pelatihan, dan
ketenagakerjaan

levansi tenaga kerja yang dihasilkan oleh sistem pendidikan dan


pelatihan nasional.

Peran Kerangka kualifikasi nasional indonesia (KKNI)


Secara umum KKNI diharapkan dapat melahirkan suatu sistem
penyetaraan kualifikasi

1. KKNI harus mampu secara komprehensif dan berkeadilan menampung


kebutuhan semua pihak yang terkait dengan ketenagakerjaan serta
memperoleh kepercayaan masyarakat luas

2. KKNI diharapkan memiliki jumlah jenjang dan deskripsi kualifikasi yang


jelas dan terukur serta secara transparan dapat dipahami oleh pihak
penghasil dan pengguna tenaga kerja baik di tingkat nasional, regional
maupun internasional..

3. KKNI yang akan dikembangkan harus bersifat lentur ( flexible) sehingga


dapat mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kebutuhan keilmuan,keahian dan keterampilan di tempat kerja serta selalu
dapat diperbaharui secara berkelanjutan. Sifat lentur yang dimiliki KKNI
harus dapat pula memberikan peluang seluas-luasnya bagi seseorang untuk
mencapai jenjang kualifikasi yang sesuai melalui berbagai jalur
pendidikan, pelatihan atau pengalaman kerja termasuk perpindahan dari
satu jalur ke jalur kualifikasi yang lain.

4. KKNI hendaknya menjadi salah satu pendorong program-program


peningkatan mutu baik dari pihak penghasil maupun pengguna tenaga
kerja sehingga kesadaran terhadap peningkatan mutu sumber daya
manusia dapat diwujudkan secara nasional.

5. KKNI harus mencakup pengembangan sistem penjaminan mutu yang


memiliki fungsi pemantauan (monitoring) dan pengkajian (assessment)
terhadap badan atau lembaga yang terkait dengan proses-proses
penyetaraan capaian pembelajaran dengan jenjang kualifikasi yang sesuai.

Adapun jenis-jenis strategi pembelajaran adalah sebagai berikut :


1.Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Strategi pembelajaran langsung merupakan bentuk dan


pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher
centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru
memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru
menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur.

2.Strategi Pembelajaran Cooperative Learning


Cooperative Learning adalah strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang biasa terdiri atas 3
sampai 5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang
spesifik sampai tuntas. Strategi. Melalui Cooperative Learning, peserta
didik didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan
kelompoknya. Beberapa penulis seperti Slavin, Johnson, & Johnson,
mengatakan ada komponen yang sangat penting dalam strategi
pembelajaran cooperative yaitu kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas
dan kooperatif dalam memberikan dorongan atau motivasi. Slavin, Abrani,
dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat
dijelaskan dari beberapa perspektif.

3.Strategi Pembelajaran Problem Solving

Strategi Pembelajaran mengajar memecahkan masalah berbeda dengan


penggunaan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar
memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu
persoalan, misalkan memecahkan soal-soal matematika. Sedangkan strategi
pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik untuk membantu
siswa agar memahami dan menguasai materi pembelajaran dengan menggunakan
strategi pemecahan masalah. Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada
kedudukan pemecahan masalah itu. Mengajar memecahkan masalah berarti
pemecahan masalah itu sebagai isi atau
content dari pelajaran, sedangkan pemecahan masalah adalah sebagai suatu strategi.

Stategi Elaborasi

Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga


informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Dengan strategi elaborasi, pengkodean
lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan kepastian.Strategi elaborasi membantu
pemindahan informasi baru dari memori diotak yang bersifat jangka pendek ke jangka
panjang dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan
yang pernah ada.Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan,
analogi, dan PQ4R. Pembuatan catatan adalah strategi belajar yang menggabungkan
antara informasi yang dipunyai sebelumnya dengan informasi baru yang
didapat melalui proses mencatat. Dengan mencatat, siswa dapat menuangkan ide baru
dari percampuran dua informasi itu. Analogi merupakan cara belajar dengan
pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan persamaan antara ciri pokok benda
atau ide, misalnya otak kiri mirip dengan komputer yang menerima dan menyimpan
informasi.

Strategi Organisasi

Strategi organisasi membantu pelaku belajar meningkatkan kebermaknaan


bahan-bahan baru dengan struktur pengorganisasian baru Strategi organisasi terdiri
atas pengelompokan ulang ide-ide atau istilah menjadi subset yang lebih kecil.
Strategi tersebut juga berperan sebagai pengindentifikasian ide-ide atau fakta kunci
dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Bentuk strategi organisasi adalah
Outlining, yakni membuat garis besar. Siswa belajar menghubungkan berbagai
macam topik atau ide dengan beberapa ide utama. Mapping, yang lebih dikenal
dengan pemetaan konsep, dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining.
Mnemonics membentuk kategori khusus dan secara teknis dapat diklasifikasikan
sebagai satu strategi, elaborasi atau organisasi. Mnemonics membantu dengan
membentuk asosiasi yang secara alamiah tidak ada yang membantu
mengorganisasikan informasi menjadi memori kerja.

Abad 21

Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan tuntutan


zaman era milenia dengan tujuan, nantinya peserta didik terbiasa dengan kecakapan
hidup abad 21. Sejalan dengan pendapat tersebut (Greenstein, 2012) menyatakan
bahwa peserta didik yang hidup pada abad 21 harus menguasai keilmuan,
berketerampilan metakognitif,mampu berpikir kritis dan kreatif, serta bisa
berkomunikasi atau berkolaborasi yang efektif,
keadaan ini menggambarkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Oleh
karena itu, pemerintah merancang pembelajaran abad 21 melalui kurikulum 2013 yang
berbasis pada peserta didik. Pendidik sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah di
sekolah - sekolah
menerapkan pembelajaran abad 21.
Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, pendidik harus memulai satu langkah
perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada pendidik
menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pola pembelajaran yang
tradisional bisa
dipahami sebagai pola pembelajaran dimana pendidik banyak memberikan ceramah
sedangkan peserta didik lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal. Pendidik
sudah sering mendengar mengenai pola pembelajaran CBSA (Cara Belajar Siwa
Aktif), namun pendekatan yang dilakukan masih bersifat tradisional. Untuk mengerti
pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik maka kita bisa kembali kepada
slogan
pendidikan kita yang tercantum dalam logo kementerian pendidikan dan kebudayaan
dan merupakan pesan dari Bapak Pendidikan Bangsa, Ki Hajar Dewantara, yaitu Tut
Wuri Handayani. Pendidik berperan sebagai pendorong dan fasilitator agar peserta
didik bisa sukses
dalam kehidupan. Satu hal lain yang penting yaitu pendidik akan menjadi contoh
pembelajar
(learner model), pendidik harus mengikuti perkembangan ilmu terakhir sehingga
sebetulnya dalam seluruh proses pembelajaran ini pendidik dan peserta didik akan
belajar bersama namun pendidik mempunyai tugas untuk mengarahkan dan
mengelola kela

Model Pembelajaran Abad 21

Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk menerapkan kemampuan


4C(Critical Thinking, Communiaction, Collaboration , Creativity),
ini dapat terwujud cepat tidak hanya tuntutan pada kinerja pendidik dalam mengubah
metode mengajar, tetapi juga peran dan tanggung jawab pendidik non formal dalam
membiasakan peserta didik menerapkan 4C dalam keseharian (Prihadi, 2017). Untuk
mencapai kondisi belajar yang ideal, kualitas pengajaran selalu terkait dengan
penggunaan model pembelajaran secara optimal, ini berarti bahwa untuk mencapai
kualitas pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran harus diorganisasikan dengan
model pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya disampaikan
kepada siswa dengan model yang tepat pula (Danial dan Sepe, 2010).
Keterampilan 4C wajibdikuasai dan dimiliki oleh setiap peserta didik guna
menghadapi tantangan abad 21. Adapun kemampuan 4C menurut Anies Baswedan
(Republika, 2016) :

1)Critical thinking
(berpikir kritis) yaitu kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis
berupa bernalar, mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan masalah. Di era
reformasi critical thinking, juga digunakan untuk menangkal dan memfilter paham
radikal yang dianggap tidak masuk akal. Kemampuan berpikir kritis biasanya diawali
dengan kemampuan seseorang mengkritisi berbagai fenomena yang terjadi di
sekitarnya, kemudian menilai dari sudut pandang yang digunakannya. Kemudian ia
memposisikan dirinya, dari situasi yang tidak tepat menjadi situasi yang berpihak
padanya.
2) Communication
(komunikasi) yaitu bentuk nyata keberhasilan pendidikan dengan
adanya komunikasi yang baik dari para pelaku pendidikan demi peningkatan kualitas
pendidikan.
3)Collaboration
(kolaborasi) yaitu mampu bekerja sama, saling bersinergi dengan
berbagai pihak dan bertanggung jawab dengan diri sendiri, masyarakat dan
lingkungan. Dengan demikian ia akan senantiasa berguna bagi lingkungannya.
4)Creativity
(kreativitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Kreativitas peserta didik perlu diasah setiap hari agar menghasilkan terobosan atau
inovasi baru bagi dunia pendidikan. Kreatifitas membekali seorang peserta didik yang
memiliki daya saing dan memberikan sejumlah peluang baginya untuk dapat
memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Penerapan 4C dalam pembelajaran.

Contoh Pembelajaran Abad 21


Berpusat pada peserta didik;
● Setiap peserta didik diminta untuk belajar mandiri
● Dari satu arah menuju interaktif dan kooperatif;
● Dari pembelajaran pribadi menjadi menuju pembelajaran berbasis tim atau
kelompok
● Setiap peserta didik menyampaikan pendapat secara kritis

Menurut Trianto (2007) dalam Djuanda (2015 : 46-47), menyatakan bahwa


discovery merupakan bagian dari inquiry. atau inquiry merupakan perluasan proses
discovery yang digunakan lebih mendalam. lnkuiri yang dalam bahasa lnggris inquiry
berarti pertanyaan. atau pemeriksaan, penyelidikan. lnkuiri sebagai suatu proses
umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.
Model inkuiri merupakan model pembelaiaran yang penyajiannya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau
tanpa bantuan guru. Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Inquiry adalah kata yang memiliki banyak makna bagi banyak orang
dalamberbagai konteks yang berbeda. Dalam bidang sains, inquiry berarti seni atau
ilmu bertanya tentang alam dan menemukan jawaban atas pertanyaan
tersebut. Inquiry dilakukan melalui langkah-langkah seperti observasi dan
pengukuran, hipotesis, interpretasi, dan penyusunan teori. Inquiry memerlukan
eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan terhadap kekuatan dan kelemahan metode
yang digunakan (Hebrank dalam Kusmayono dan setiawati, 2013:135).
Dalam bidang pembelajaraan, dikenal pendekatan pembelajaran yang
disebut Inquiry-Based Learning (IBL) dan pendekatan pengajaran yang
disebut Inquiry-Based Teaching (IBT). IBL adalah cara memperoleh pengetahuan
melalui proses inquiry .
Era pembelajaran abad 21 menuntut guru untuk mengajarkan kepada siswa mengenai
bagaimana belajar dan bagaimana memproses informasi. Lebih lanjut, hal ini dapat
dirinci menjadi apa yang akan diajarkan, bagaimana hal tersebut diajarkan, bagaimana
kondisi siswa dan pandangan baru apa yang dapat diberikan. Salah satu model
pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran inkuiri. Inkuiri berasal dari bahasa
Inggris inquiry. yang berarti pertanyaan atau penyelidikan. Dalam arti yang lebih luas
inkuiri dipandang sebagai suatu proses umum yang dilakukan seseorang untuk
mencari atau memahami informasi. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak
siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat.
Dengan model ini diharapkan siswa dapat meningkatkan pemahamannya mengenai
sains, dapat berpikir kreatif serta dapt mencari serta mengelola informasi.
Model inquiry terstruktur adalah model yang mempromosikan keterlibatan pembelajar
secara aktif dan kreatif dalam mencari, meneliti, merumuskan konsep dan prinsip
geometri dan mendorong siswa untuk mengembangkan intelektual dan keterampilan
dalam memecahkan masalah. Dalam model inkuiri terstruktur pembelajaran berpusat
pada siswa, sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Sanjaya (2009) dalam Salim dan Tiawa(2015), tujuan utama dari strategi ini
adalah pengembangan proses belajar berpikir terstruktur yang berorientasi pada
keterampilan. Kriteria keberhasilan proses pembelajaran dengan menggunakan
struktur model inkuiri tidak ditentukan oleh pemahaman materi pembelajaran tetapi
sejauh mana siswa aktif mencari dan menemukan sesuatu. Model inkuiri terstruktur
menekankan pengembangan cara-cara kognitif, emosional dan psikomotorik sehingga
melalui model pembelajaran ini lebih bermakna.

Menurut Setiawam (2006) dalam Djuanda (2015 : 48) Adapun tujuan model
inkuri adalah:
a. Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam
memecahkan masalah atau memutuskan sesuatu secara tepat (objektif).
b. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar lebih tanggap, cermat.
dan nalar (kritis. analitis, dan logis).
c. Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh (curiousity).
d. Mengungkap aspek pengetahuan (kognitif) maupun sikap (afektif).
Tujuan dalam menggunakan inkuiri adalah agar siswa belajar keterampilan yang
dibutuhkan untuk berpikir kreatif dalam mengembangkan solusi dan untuk
mendapatkan pemahaman baru tentang informasi, data, dan konsep yang kemudian
dapat dibagi dengan orang lain untuk masuk dan membangun.
dimilikinya.
Menurut Ibnu Badar ( 2015) dalam Mariyaningsih (2018 : 60). Pembelajarn
inkuiri memiliki beberapa ciri di antaranya:
1) menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencapai dan
menemukan,
2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri,
3) tujuan dari pembelajarn inkuiri yaitu mengembangkan kemampuan berpikir
secara Sistematis, logis dan kritis

Pengertian Pembelajaran Unit

Pengajaran unit lebih dikenal dengan istilah ”unit teaching” merupakan pengajaran
yang
mengarahkan kegiatan peserta didik pada pemecahan suatu masalah yang dirumuskan
dahulu secara bersama-sama. Dapat didefinisikan sebagai cara penyajian
pembelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai
segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.

Karakteristik metode pengajaran unit adalah :


1. Pengajaran unit mempunyai tujuan yang luas dan menyeluruh;
2. Perencanaan bersama antara guru dan siswa dalam hal kegiatan belajar siswa;
3. Berpusat pada masalah yang luas;
4. Berpusat pada kegiatan siswa;
5. Berpusat pada pemecahan masalah tuntas.

Tujuan Metode Pengajaran Unit


Pemakaian metode pengajaran unit dalam kegiatan belajar mengajar adalah :
1. Melibatkan para siswa mengkaji dan memecahkan suatu masalah dari berbagai
disiplin ilmu atau berbagai aspek, sehinga mereka pada akhirnya memiliki pemikiran
yang komprehensif (menyeluruh) dalam memecahkan masalah.
2. Meningkatkan keterampilan siswa dalam merencanakan, mengorganisasikan dan
memimpin suatu kegiatan.
3. Membekali dan meningkatkan kemampuan para siswa dalam menerapkan
keterampilan- keterampilan proses atau metode ilmiah untuk memecahkan suatu
masalah.

Produser Persiapan
Membangkitkan minat dan memusatkan perhatian siswa
2. Menetapkan pokok masalah
3. Menetapkan aspek-aspek pokok masalah

Prosuder Pelaksanaan
Mengatur tempat belajar atau bekerja
2. Mempelajari aspek aspek masalah
3. Mengadakan diskusi
4. Menyiapkan laporan

Prosuder Penilaian
Presentase laporan dari masing-masing individu atau kelompok
2. Setelah presentase laporan, dilanjutkan dengan pameran

RPP
Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rumusan- rumusan
tentang apa yang akan dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah ditentukan,
sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.
Dasar pengembangan pembelajaran merupakan desain pembelajaran atau tahun 1975
istilahnya disebut sebagai Prosedur Pengembangan Sistem Pembelajaran (PPSI).
Sebagai suatu prosedur, desain pembelajaran dapat diartikan sebagai langkah yang
sistematis untuk menyusun rencana atau persiapan pembelajaran dan bahan
pembelajaran. Produk dari desain pembelajaran adalah berupa persiapan pembelajaran,
silabus, modul, bahan tutorial dan bentuk saran pedagogis lainnya.
Proses pengembangan perencanaan pembelajaran terkait erat dengn unsur- unsur
dasar kurikulum yaitu tujuan materi pelajaran, pengalaman belajar dan penilaian hasil
belajar.
Perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran adalah : (a)
memahami kurikulum; (b) menguasai bahan ajar; (c) menyusun program pengajaran;
(d) melaksanakan program pengajaran dan (e) menilai program pengajaran dan hasil
proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Dalam perencanaan pembelajaran sampai saat ini masih mempergunakan pendekatan
sistem, artinya perencanaan pembelajaran merupakan kesatuan utuh yang memiliki
komponen (tujuan, materi, pengalaman belajar dan evaluasi) yang satu sama lain
saling berinteraksi.

Pengertian Rencana Pembelajaran

Sejalan dengan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan, banyak


program inovatif yang muncul kaitannya dengan perubahan paradigma dan
pembaharuan dalam dunia pendidikan.
Perubahan paradigma pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan dalam sektor
kurikulum, baik struktur maupun prosedur perumusannya. Pembaharuan kurikulum
akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan prkatik pembelajaran baik di luar
maupun di dalam kelas. Indikator perubahan kurikulum ditunjukkan dengan adanya
perubahan pola kegiatan pembelajaran, pemilihan media pembelajaran, penentuan
pola penilaian yang menentukan keberhasilan pembelajaran itu sendiri.
Keberhasilan implementasi kurikulum akan banyak ditentukan oleh pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang diembannya,
dan pembelajaran merupakan salah satu tugas yang sangat menentukan keberhasilan
itu.
Pembelajaran akan menjadi sesuatu yang bermakna buat peserta didik ketika
diupayakan melalui sebuah perencanan pembelajaran yang baik dan benar. Oleh
karena itu, keterampilan guru dalam merancang pembelajaran merupakan sesuatu
yang tidak bisa dipisahkan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang
pendidik, pembelajar, dan seorang perancang pembelajaran.
Pembelajaran, secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan
siswa dan aktivitas belajar siswa tersebut dapat terjadi dengan direncanakan (by
designed). Perencanaan merupakan aktivitas pendidikan dimana pembelajaran ada di
dalamnya yang secara sadar dirancang untuk membantu siswa dalam
mengembangkan fotensi dirinya melalui sejumlah kompetensi yang diacunya dalam
setiap proses pembelajaran yang diikutinya.
Unsur Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan terjamahan dari instruction yang secara khusus
diartikan sebagai upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan seseorang belajar.
Proses pengembangan pembelajaran terkait dengan unsur-unsur dasar karikulum yang
sekaligus juga merupakan unsur dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu
tujuan materi pelajaran, pengalaman belajar dan penilaian hasil belajar.
Pengembangan program ini merupakan suatu sistem yang menjelaskan adanya
analisis atas semua komponen yang saling terkait secara fungsional. Oleh karena itu,
guru harus mempersiapkan perangkat yang harus dilaksanakan dalam perencanaan
pembelajaran yang akan dilakukannya, antara lain : (1) Memahami kurikulum; (2)
Menguasai bahan ajar; (3) Menyusun program pengajaran; (4) Melaksanakan program
pengajaran; dan (5) Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar
yang telah dilaksanakan
Apabila anda menganalisi esensi kurikulum 2004 atau yang dikenal dengan kurikulum
berbasis kompetensi, secara jelas mengisaratkan kepada setiap guru harus memiliki
pemahaman yang komprehensip tentang implementasi pembelajaran yang diharapkan.
Dalam kurikulum tersebut, menghendaki proses pembelajaran yang memberdayakan
semua peserta didik untuk menguasai semua kompetensi yang diharapkan dengan
menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, bermuatan
nilai, etika, astetika, logika, dan kinestetika, kontektual, efektif dan efisien, bermakna,
dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan hedaknya mampu mengembangkan dan
meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas,
kepemimpinan, empati, toleransi, pada setiap peserta didik.
Perencanaan pembelajaran memiliki peran penting dalam memandu guru
dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, yang melayani kebutuhan belajar
siswanya. Perencanaan merupakan langkah awal sebelum proses pembelajaran
berlangsung.
Beberapa manfaat yang bisa diperoleh ketika guru membuat perencanaan
pembelajaran untuk setiap kegiatan pembelajarannya antara lain :
1. Sebagai petunjuk arah kegitan dalam mencapai tujuan / kompetensi dalam
pembelajaran
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang
terlibat dalam pembelajaran.
3. Sebagai pedoman kerja /kegiatan bagi setiap unsur guru dan unsur siswa

Rencana pembelajaran pada umumnya akan mengacu kepada enam hal


penting yang harus dipersiapkan ketika akan melaksanakan proses pembelajaran,
antara lain :
(1) Pencapaian tujuan yang harus dirumuskan oleh guru bedasarkan GBPP
Perumusan tujuan belajar yang mengacu kepada pengembangan perilaku khusus yang
akan dicapai pada akhir pembelajaran
(3) Pelaksanaan pembelajaran hendaknya didasarkan kepada pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang dimiliki oleh siswa.
(4)Proses pembelajaran berorientasi kepada olah kegiatan pemikiran, mentalitas, dan
perbuatan siswa yang diwujudkan dalam pembelajaran secara aktif (CBSA). Sehingga
proses pembelajaran tersebut menjadi lebih menarik, menantang dan juga
menyenangkan.
(5) Optimalisasi pemanfaatan media dan sumber belajar untuk mendukung proses
belajar aktif.
Prinsip Pengembangan Pelaksanaan Rencana Pembelajaran
Pelaksanaan rencana pembelajaran harus berorientasi kepada upaya penyiapan
individu siswa agar mampu melaksanakan perangkat kompetensi yang telah
direncanakan pada tahap awal pengembangan perencanaan pembelajaran.
Konsistensi kompetensi yang akan dicapai dalam setiap matapelajaran hendaknya
selalu diupayakan tercapai sacara optimal. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk
memberdayakan semua potensi peseta didik untuk menguasai kompetensi yang
diharapakan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran hendaknya : (1) berpusat pada
peserta didik; (2) mengembangkan kreatifitas peserta didik; (3) menciptakan kondidisi
yang menantang da menyenangkan; (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika; (5)
menyediakan pusat penglaman belajar yang beragam (Diknas, 2002).
Berdasarkan pemahaman di atas, pengembangan program hendaknya juga dilakukan
berdasarkan pendekatan kompetensi. Sehingga penggunaan pendekatan ini desain
programpun dapat dilakssanakan secara efektif, efisien, dan tepat.
Pembelajaran berberbasis kompetensi akan menitik beratkan kepada pengembangan
kemampuan untuk melakukan kompetensi sesuai dengan yang telah direncanak

Model pembelajaran aktif adalah suatu modeldalam pengelolaan sistem


pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri.
Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif (active
learning). Untuk dapat mencapai hal tersebut kegiatan pembelajaran dirancang
sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa atau anak didik.
Belajar aktif merupakan perkembangan teori learning by doing (1859-1952).
Dewey menerapkan prinsip-prinsip “learning by doing”, bahwa siswa perlu terlibat
dalam proses belajar secara spontan. Dari rasa keingin tahuan (curriositas) siswa
terdapat hal-hal yang belum diketahuinya, maka akan dapat mendorong keterlibatan
siswa secara aktif dalam suatu proses belajar. Belajar aktif berguna untuk
menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa serta menggali potensi siswa
dan guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan keterampilan, dan
pengalaman.
Peran peserta didik dan guru dalam konteks belajar aktif menjadi sangat penting.
Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan siswa belajar,
sebagai pengelola yang mampu merancang dan melakasanakan kegiatan belajar
bermakna, serta mengelola sumber belajar yang diperlukan. Siswa juga terlibat dalam
proses belajar bersama guru karena siswa dibimbing, diajar dan dilatih menjelajah,
mencari mempertanyakan sesuatu menyelidiki jawaban atas suatu pertanyaan,
mengelola dan menyampaikan hsil perolehannya secara komunikatif. Siswa
diharapkan mampu memodifikasi pengetahuan yang baru diterima dengan
pengalaman dan pengetahuan yan pernah diterimanya.
Melalui model pembelajaran aktif, siswa diharapkan akan mampu mengenal dan
mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang mereka miliki. Di samping itu,
siswa secara penuh dan sadar dapat menggunakan potensi sumber belajar yang
terdapat di lingkungan sekitarnya, lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara
sistematis, krisis dan tanggap, sehingga dapat menyelesaikan masalah sehari-hari
melalui penelusuran informasi yang bermakna baginya. Belajar aktif menuntut guru
bekerja secara profesional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prnsip-prinsip
pembelajaran yang efektif dan efisien. Artinya, guru dapat
merekayasa model pembelajaran yang dilaksanakan secara sistematis dan menjadikan
proses pembelajaran sebagai pengalaman yang bermakna bagi siswa

Prinsip-Prinsip Active Learning


Untuk menjadikan aktif, maka pembelajaran harus direncanakan dan
dilaksanakan secara sistematis serta mengetahui prinsip-prinsipnya. Prisip-prinsip
belajar aktif antara lain:
1). Stimulus belajar
Yang dimaksud dengan stimulus belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk
mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Pesan yang diterima siswa dari guru
melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk
verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik dan lain-lain. Stimulus hendaknya
disampaikan dengan upaya membantu agar siswa menerima pesan dengan mudah.
2). Perhatian dan motivasi
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek. Sedangkan
yang dimaksud dengan motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan
belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Perhatian dan motivasi akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, untuk
memotivasi dan memberikan perhatian pada kegiatan belajar, gurudapat melakukan
berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan pembelajaran yang
menyenangkan. Motivasi belajar yang diberikan oleh guru tidak akan berarti tanpa
adanya perhatian dan motivasi siswa.
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi, antara lain melalui
cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan
stimulus baru melalui pertanyaan kepada siswa, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu
yang menarik perhatian siswa seperti gambar, foto, diagram dan lain-lain. Secara
umum siswa akan terangsang untuk belajar apabila ia melihat bahwa situasi belajar
mengajar cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan kebutuhannya.
3). Respon yang dipelajari
Belajar adalah proses belajar yang aktif, sehingga apabila tidak dilibatkan dalam
berbagai kegiatan belajar sebagai respon siswa terhadap stimulus guru, maka tidak
mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki.
Keterlibatan atau respon siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk
seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk
partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi,
melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan lain-lain.
4). Penguatan
Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap bebutuhan siswa akan
mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali. Sumber penguat belajar untuk
pemuasan kebutuhan yang berasal dari luar adalah nilai, pengakuan prestasi siswa,
persetujuan pendapat siswa, pemberian hadiah dan lain-lain.
5). Asosiasi
Secara sederhana, berfikir asosiatif adalah berfikir dengan cara mengasosiasikan
sesuai dengan lainnya. Berfikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan
hubungan antara rangsangan dengan respon. Asosiasi dapat dibentuk melalui
pemberian bahan yang bermakna, berorientasi kepada pengetahuan yang telah
dimiliki siswa, pemberian contoh yang jelas, pemberian latihan yang jelas, pemberian
latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan dalam situasi yang
menyenangkan. Di sini siswa dihadapkan pada situasi baru yang dapat menuntut
pemecahan masalah melalui informasi yang telah dimilikinya.

Guided Teaching (Pembelajaran Terbimbing)


Metode ini merupakan aktifitas untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
atau untuk memperoleh hipotesa. Metode ini meminta kepada siswa untuk
membandingkan antara jawaban mereka dengan materi yang telah disampaikan oleh
guru.
Card Sort (Cari Kawan)
Metode ini merupakan aktifitas kolaboratif yang bisa digunakan untuk
mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang objek atau mereview
informasi. Metode ini meminta kepada masing-masing kelompok siswa untuk
mempresentasikan isi kartu yang ada di kelompoknya
The Power of Two (Gabungan Dua Kekuatan)
Metode ini merupakan aktifitas pembelajaran yang digunakan untuk
mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat pentingnya serta manfaat
sinergi. Metode ini meminta kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru
secara individual, kemudian melakukan sharing bersama seorang siswa di
sebelahnya.
Rotating Roles (Permainan Bergilir)
Metode ini merupakan aktifitas yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melatih kecakapan dalam bermain peran terhadap situasi kehidupan nyata.
Metode ini meminta kepada siswa untuk membuat skenario kehidupan yang nyata
berkaitan dengan materi yang sedang didiskusikan.
Reading Guide
Pembelajaran dilakukan berbasis bacaan (teks). Agar proses membaca ini bisa
efektif, maka guru memberikan pedoman (guide) membaca. Pedoman ini berisi
pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab siswa berdasarkan isi bacaan (teks), bisa
berisi tugas – tugas yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran.
Info Search
Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar di luar kelas,
keluar dari lingkungan kelas. Mereka bisa belajar di perpustakaan, warnet, mencari
jurnal, dan sumber – sumber belajar yang lain.
Index Car Match
Metode ini adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi
pembelajaran. Selain itu memberi kesempatan pada peserta didik untuk berpasangan
dan memainkan kuis kepada kawan sekelas.

Everyone is A Teacher Here


Metode ini mudah dalam memperoleh pertisipasi kelas yang besar dan
tanggung jawab individu.Metode ini memberikan kesempatan pada setiap peserta
didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar” terhadap peserta didik lain.

Listening Team
Metode ini merupakan sebuah cara membantu peserta didik agar tetap
terfokus dan siap dalampembelajaran yang berlangsung. Strategi Listening Team ini
menciptakan kelompok – kelompok kecil yang bertanggung jawab menjelaskan
materi pembelajaran sesuai dengan posisinya masing – masing.

Kelebihan
 Membantu siswa memahami poin-poin penting dalam waktu yang sing
kat
 Mengulas materi dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat
 Efektif untu melatih respon siswa

Kekurangan

1. Siswa merasa bosan membaca teks yang di berikan


2.Setiap siswa baik individu mapun kelompok harus memperoleh teks
atau bacaan,

3.Siswa hanya terpacu pada teks dan kurang mengembangkan daya imajinasi

Pengertian Cooperative Learning


Pemblajaran cooperative learning bukanlah gagasan baru dalam dunia
pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya digunakan oleh
beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan
tertentu.

Cooperative learning mempunyai tujuan pembelajaran yang penting yang man


dapat di resume oleh ibrahim (2000) yaitu:
1. Mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik yakni meningkatkan
nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan normal yang
berhubungan dengan hasil belajar
2. Dapat menerima secara luas dari orang yang berbeda berdasarkan ras
budaya, kelas social, kemampuan dan ketidak mampuannya.
3. Mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi.
C. Karakteristik Cooperative Learning
Pada hakekatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, akan
tetapi tidak. Setiap kerja kelompok dikatakan cooperative learning, Bennet (1995)
menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning
dengan kerja kelompok, antara lain:
1.Positive Independence (saling ketergantungan positif) yaitu hubungan
timbal balik yang didasari danya kepentingan yang sama.
2.Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan)yaitu mengenal
materi pelajaran dalam anggota kelompok. Sehingga siswa termotivasi
untuk membantu temannya membutuhkan keluwesan.
3.Face to Face Promotive Interaction (interksi promotif) yaitu interaksi
yang langsung terjadi antara siswa tanpa adanya perantara.
4.Interpersonal Skill (komunikasi antar anggota) yaitu menciptakan
hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok dan
memelihara hubungan kerja yang efektif.
5.Group Processing (pemrosesan kelompok) yaitu meningkatkan
ketrampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
D. Model-model Cooperative learning
Dalam cooperative learning terdapat beberapa fariasi model yang di terapkan
di antar lain :
1) jigsaw
Yaitu mendorong siswa aktifdan saling membatu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapaian prestasi yang maksimal dan penyelenggarannya di
bentuk secara bertahap.
2) Group Invesgation
Pada model ini siswa di bagi ke dalam kelompok yang b eranggotakan 4-5 orang.
Daln pada model ini siswa dapat memilh sub topic yang ingin mereka pelajari
atau di tentukan oleh guru.
3) Listening Team
Pada model ini di awali dengan pemaparan materi pelajaran oleh guru,
kemudian guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dan
kelompokmempunyai peran masing-masing.

Pengertian Pendekatan Scientific


Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran
diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu banyak pandangan yang
menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode. Pendekatan
ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi
perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah.
Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari
pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang
melandasi penerapan metode ilmiah.

Kriteria Pendekatan Scientific


Berikut ini tujuh kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan
sebagai pembelajaran scientific, yaitu:
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon materi pembelajaran.
Langkah-langkah dalam Pembelajaran Scientific
Pembelajaran scientific terdiri atas lima langkah,
yaitu Observing (mengamati), Questioning(menanya), Associating (menalar),
Experimenting(mencoba), Networking (membentuk Jejaring/
mengkomunikasikan).
1. Mengamati
Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Mengamati memiliki keunggulan tertentu,
seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati
dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan
yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak
terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta
bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.
a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi.
b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek
yang akan diobservasi.
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu
diobservasi, baik primer maupun sekunder.
d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi.
e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan
untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil
observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder,
video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika
guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia
mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang
baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata,
pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah
“pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga
dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan
tanggapan verbal.
Fungsi bertanya: (1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan
perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran; (2)
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri; (3)
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya; (4) Menstrukturkan tugas-tugas dan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap,
keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang
diberikan; (5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis,
dan menggunakan bahasa yang baik dan benar

Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif.
Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus
lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan
sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran
non-ilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini
merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari
reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.
Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada
Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori
belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam
pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide
dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya
menjadi penggalan memori.
Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman
tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman
yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan
pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai
asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada
koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari
kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.

Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik
harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau
substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya, peserta didik
harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu
menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1)
Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum; (2) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan
yang tersedia dan harus disediakan; (3) Mempelajari dasar teoritis yang
relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) Melakukan dan
mengamati percobaan; (5) Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis,
dan menyajikan data; (6) Menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)
Membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

Mengomunikasikan/Jejaring
Jejaring Pembelajaran disebut juga Pembelajaran Kolaboratif. Apa
yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif? Pembelajaran
kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar
teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya
merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan
dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara
baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka
mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru, fungsi guru lebih
bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang
harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu
falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik
terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau
guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan
empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan
masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman,
sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan
tuntutan belajar secara bersama-sama.

Pengertian Quantum Teaching


Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang
meriah dengan segala nuansanya. Dalam quantum teaching
juga menyertakan segala kaitan interaksi danperbedaan yang
memaksimalkan momen belajar.Quantum
teaching berfokus pada hubungan dinamisdalam lingkungan kelas. Interaksi yang
menjadikanlandasan dan kerangka untuk belajar (De porter.B, 2004).

Prinsip-Prinsip Dalam Quantum Learning


Quantum Learning memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap.
Prinsip-prinsip ini dianggap sebagai dasar dari belajar seorang guru.
Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Segalanya berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dan kertas yang
guru bagikan hingga rancangan pelajaran guru, semuanya mengirim pesan
tentang belajar.
b. Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam pengubahan guru mempunyai tujuan.
c. Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan
menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik
terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh
nama-nama untuk apa yang mereka pelajari.
d. Akui setiap usaha
Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari
kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah itu. Mereka patut mendapat
pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Perayaan adalah sarapan pelajar sang juara. Perayaan adalah umpan balik
mengenai kemajuan dan meningkatkan assosiasi emosi positif dengan belajar.
Kelebihan Dan Kelemahan` Quantum Learning
1. Kelebihan.
Pembelajaran quantum menekankan perkembangan ketrampilan dan
akademis. Dari sebuah pengalaman yang diselenggarakan oleh Learning
Forum di Supercamp yang mempraktekkan pembelajaran quantum ternyata
murid-muridnya mendapat nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi
dan merasa lebih bangga pada diri mereka sendiri. Dalam pendekatan
pembelajaran quantum, pendidik mampu menyatu dan membaur pada dunia
peserta didik sehingga pendidik bisa lebih memahami peserta didik dan ini
menjadi modal utama yang luar biasa untuk mewujudkan metode yang lebih
efektif yaitu metode belajar-mengajar yang lebih menyenangkan.
Model pembelajarannyapun lebih santai dan menyenangkan karena
ketika belajar sambil diiringi musik. Hal ini untuk mendukung proses belajar
karena musik akan bisa meningkatkan kinerja otak sehingga diasumsikan
bahwa belajar dengan diiringi musik akan mewujudkan suasana yang lebih
menenangkan dan materi yang disampaikan lebih mudah diterima.
Pada pembelajaran quantum, objek yang menjadi tujuan utama adalah
siswa. Maka dari itu guru mengupayakan berbagai interaksi dan
menyingkirkan hambatan belajar dengan cara yang tepat agar siswa dapat
belajar secara mudah dan alami. Semua itu adalah bertujuan untuk
melejitkan prestasi siswa.

Kelemahan
a. Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih
khusus.
b. Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang
cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.
c. Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut
situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.
Pengertian Problem Solving

Secara bahasa problem solving berasal dari dua kata yaitu problem dan solves.
Makna bahasa dari problem yaitu “a thing that is difficult to deal with or understand”
(suatu hal yang sulit untuk melakukannya atau memahaminya), dapat jika diartikan
“a question to be answered or solved” (pertanyaan yang butuh jawaban atau jalan
keluar), sedangkan solve dapat diartikan “to find an answer to problem” (mencari
jawaban suatu masalah).
Sedangkan secara terminologi problem solving seperti yang diartikan Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain adalah suatu cara berpikir secara ilmiah untuk mencari
pemecahan suatu masalah.1 Sedangkan menurut istilah Mulyasa problem solving
adalah suatu pendekatan pengajaran menghadapkan pada peserta didik permasalahan
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan permasalahan, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
esensial dari materi pembelajaran.Metode problem solving yang dimaksud adalah
suatu pembelajaran yang menjadikan masalah kehidupan nyata, dan masalah-masalah
tersebut dijawab dengan metode ilmiah,

Tujuan Problem Solving


Tujuan utama dari penggunaan metode pemecahan masalah adalah:
1) Mengembangkan kemampuan berfikir, terutama didalam mencari sebab-akibat dan
tujuan suatu masalah. Metode ini melatih murid dalam cara-cara mendekati dan
cara-cara mengambil langkah-langkah
apabila akan memecahkan suatu masalah.
2) Memberikan kepada murid pengetahuan dan kecakapan praktis yang
bernilai atau bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. Metode ini memberikan
dasar-dasar pengalaman yang praktis mengenai bagaimana cara-cara memecahkan
masalah dan kecakapan ini dapat diterapkan bagi keperluan menghadapi
masalah-masalah lainnya didalam masyarakat.

Langkah- langkah metode ini antara lain:


a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus
tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca
buku- buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu
saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh,
pada langkah kedua diatas.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini
siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa
jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau
sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan
metode-metode lainnya seperti, demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir
tentang jawaban dari masalah yang ada

Pengertian Program Based Learning


Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based Learning (PjBL)
merupakan pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan
tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok.

karakteristik sebagai berikut:


a) peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,
b) adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik,
c) pesertadidikmendesainprosesuntukmenentukansolusiataspermasalahan
atau tantangan yang diajukan,
d) peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan,
e) proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
f) peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan,
g) produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,

Kelebihan dan Kekurangan


1. Kelebihan
a. Membuat siswa lebih aktif
b. Potensi siswa lebih berkembangan.
c. Siswa dapat mengaplikasikan materi yang dia dapat dengan permasalahan
dikehidupan
nyata
d. Siswa memahami dan mendapat manfaat dari apa yang dipelajari
2. Kekurangan
a. Tidak semua sekolah dapat melaksanakan sistem pembelajaran berbasis masalah
karena
menyebabkan kelas menjadi tidak kondusif.
b. Pelaksanaan PBL butuh waktu yang lama sehingga dianggap kurang efisien
c. Siswa tidak mendapat pengetahuan dasar secara utuh

Integrated Learning atau Kurikulum terpadu adalah


kegiatan menata keterpaduan aneka macam materi mata pelajaran melalui suatu
tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas
antara aneka macam bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada.

Karakteristik Pembelajaran Terpadu


Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai
berikut :

1. Pembelajaran berpusat pada anak.


Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak
karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran
yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok.
Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip
dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan.
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagaimacam aspek yang
membentuk semacam jalinan antar irrive yang dimiliki siswa,sehingga akan
berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata di
dapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep
lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Hal
ini diharapkan akan berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan
perolehan belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam
kehidupannya.

3. Belajar Melalui Pengalaman Langsung


Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang
mereka alami,bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak
sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing irriv tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan siswa sebagai irri pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan
pengetahuannya.

4. Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata.


Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquri (penemuan
terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu
mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu
dilaksanakan dengan melihat hasrat, minat, dan kemampuan siswa, sehingga
memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus menerus.

5. Sarat dengan muatan keterkaitan


Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu
gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang
yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu
fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat
siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.

Manfaat Integrated Learning

Sebagai suatu bentuk model pembelajaran, pembelajaran terpadu memiliki beberapa


manfaat, diantaranya adalah :

1. memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan


dan keterampilannya melalui berbagai kegiatan,
2. meningkatkan pemahaman anak secara komprehensif,
3. meningkatkan kecakapan berpikir anak,
4. banyak tema yang tertuang di setiap pembelajaran yang mempunyai
keterkaiatan,
5. pembelajaran terpadu melatih anak untuk berkreativitas, berbagi, dan
berpengalama,

Prinsip Integreated Learning


Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu
yaitu meliputi :
1.Prinsip penggalian tema,
Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan
memadukan banyak bidang studi. Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang
dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. Tema yang
dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak. Tema yang dipilih
harus mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang
waktu belajar,dan mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari
masyarakat
2) Prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu
Dalam prinsip pelaksanaan pembelajarana terpadu, guru hendaknya jangan
menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar
mengajar tetapi pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam
setiap tugas yang menuntut adanya kerjasarna kelompok serta akomodatif terhadap
ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.
3) Prinsip evaluasi
Dalam prinsip Evaluasi, guru irri kesempatan kepada siswa untuk melakukan
evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya dan perlu mengajak siswa untuk
mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan irrive keberhasilan
pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
4) Prinsip reaksi
Dalam Prinsip reaksi, dampak pengiring (nuturan efek) yang penting bagi
perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi
terhadap reaksi siswa dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang
sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.

Keunggulan

Keunggulan tersebut didasari oleh beberapa alasan :

1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak


dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi
pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan
kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek
kognitif.

Kelemahan

1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas


tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang
tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik,
guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku
agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.
Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan
belajar peserta didik yang irrive “baik”, baik dalam kemampuan akademik
maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu
menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif
(menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan irriveve
(menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan
model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu
memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan
bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang,
memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini
tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.

Pengertian E-Learning
Menurut Prof. Dr. Sulistyoweni Widanarko ”E-Learning adalah proses
pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
secara sistematis dengan mengintegrasikan semua komponen pembelajaran,
termasuk interaksi pembelajaran lintas ruang dan waktu, dengan kualitas yang
terjamin”. Sedangkan menurut Allan J. Henderson ”E-learning adalah
pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau
biasanya Internet, Henderson menambahkan juga bahwa e-learning
memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka
masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas”.
Menurut Maryati ”e-learning merupakan pembelajaran dengan menggunakan
jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer”.
Sedangkan menurut Matthew Comerchero dalam bukunya yang berjudul
E-Learning, Concepts and Techniques mendefinisikan ”E-learning adalah
sarana pendidikan yang mencakup motivasi diri sendiri, komunikasi, efisiensi,
dan teknologi”.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran elektronik atau E-learning
adalah suatu kegiatan belajar mengajar jarak jauh yang dilakukan oleh seorang
pendidik dengan para peserta didik dengan menggunakan teknologi komputer
atau biasa disebut dengan internet.

Manfaat E-Learning
Ada beberapa manfaat pembelajaran elektronik atau e-learning, di
antaranya adalah:
a. Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
b. Bertambahnya Interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan
guru atau instruktur (interactivity enhancement).
c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (global
audience).
d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi
pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).

Keuntungan dan Kelemahan menggunakan E-learning


a. Keuntungan menggunakan e-Learning diantaranya sebagai berikut :
Ø Fleksibel karena siswa dapat belajar kapan saja, di mana saja, dan
dengan tipe pembelajaran yang berbeda-beda.
Ø Menghemat waktu proses belajar mengajar.
Ø Mengurangi biaya perjalanan.
Ø Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur,
peralatan, buku-buku).
Ø Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas.
Ø Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan.
b. Kelemahan menggunakan e-learning diantaranya sebagai berikut :
Ø Karena e-learning menggunakan teknologi informasi, tidak semua
orang terutama orang yang masih awam dapat menggunakannya
dengan baik.
Ø Membuat e-learning yang interaktif dan sesuai dengan keinginan
pengguna membutuhkan programming yang sulit, sehingga
pembuatannya cukup lama.
Ø E-learning membutuhkan infrastruktur yang baik sehingga
membutuhkan biaya awal yang cukup tinggi.

Pengertian Evaluasi Pembelajaran


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti penilaian
(KBBI, 1996 : 272). Sedangkan Evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 1)
adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil keputusan. Nurgiyantoro (1988 : 55) menyebutkan bahwa
evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Ia lebih lanjut
menjelaskan bahwa evaluasi yang bersinonim dengan penilaian tidak sama
konsepnya dengan pengukuran dan tes meskipun ketiga konsep ini sering
didapatkan ketika masalah evaluasi pendidikan dibicarakan. Dengan demikian,
evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya diandingkan
dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran


1. Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi pembelajaran sangat diperlukan dalam pendidikan
antara lain memberi informasi yang dipakai sebagai dasar untuk :
a. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah
dicapai oleh peserta didiknya.
b. Memberikan petunjuk tentang sejauh manakah program pengajaran
yang telah ditentukan telah dapat dicapai (Sudijono, 2006:12).
c. Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
d. Menilai hasil yang dicapai para belajar.
e. Memperbaiki materi dan program pendidikan.
2. Tujuan Evaluasi
Tujuan umum evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun
bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf
perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik
setelah meraka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Serta menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf
kemejuan, taraf perkembangan, taraf pencapaian kegiatan belajar peserta
didik.

Tujuan khusus evaluasi pembelajaran adalah :


a. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program
pendidikan.
b. Untuk mencari dan menemukan faktor penyebab keberhasilan dan
ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidiakan
sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara
perbaikannya.
c. Untuk mengetahui kemajuan hasil belajar peserta didik.
d. Mengetahui potensi yang dimiliki siswa.
e. Mengetahui hasil belajar siswa
f. Mengadakan seleksi.
g. Mengetahui kelemahan atau kesulitan belajar siswa
Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran
1. Jenis evaluasi berdasarkan tujuannya
a. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
b. Evaluasi Selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih siswa
yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
c. Evaluasi Penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk
menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai
dengan karakteristik siswa.
d. Evaluasi Formatif
Evaluasi Formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar dan mengajar.
e. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan
hasil dan kemajuan siswa

PENUTUP

A. Kesimpulan

proses pembelajaran kepada peserta didikPada dasarnya peserta


didik memiliki tiga ranah keluaran belajar, yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Dalam setiap pembelajaran, ranah ini
diharapkan oleh pendidik dapat berkembang dengan baik. Untuk
mengetahui perkembangan ketiga ranah itu, dilakukanlah kegiatan
evaluasi. Hal ini tentu saja bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik. Selain itu, evaluasi
tentu saja dapat membantu pendidik untuk mengetahui
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Dengan mengetahui
kemampuan-kemampuan siswa tersebut, pendidik dapat mengetahui dan
sekaligus membimbing peserta didik yang masih kurang mampu
memahami materi pelajaran yang telah mereka ajarkan.
Kegiatan evaluasi tentu saja tak dapat dilakukan tanpa prosedur
yang jelas. Ada prinsip-prinsip evaluasi yang sepatutnya diterapkan oleh
peserta didik. Tanpa mengikuti prinsip ini dikhawatirkan hasil evaluasi
tidak akan valid, tidak reliabilitas, tidak objektif, dan tidak praktis
menggambarkan kemampuan belajar peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

http://m.kompasiana.com/post/read/642040/2/belajar-tujuan-belajar-dan-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-belajar.html
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/at-turas/article/download/334/261
https://www.pblworks.org/what-is-pbl
https://sibatik.kemdikbud.go.id/inovatif/assets/file_upload/pengantar/pdf/pengantar_5.pdf
http://zoetrianiphysics.blogspot.co.id/2015/06/makalah-model-pembelajaran-pendekatan.html
http://anungdriyas1201110007.wordpress.com/2013/03/26/integrated-learning-pembelajaran-terpadu/

Anda mungkin juga menyukai