Disusun oleh:
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah kami sebagaimana
mestinya.
Makalah ini dibuat guna memenuhi kewajiban saya selaku mahasiswi dalam rangka
memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Dosen yang bersangkutan dan merupakan
pra syarat dalam memperoleh nilai pada mata kuliah “Teori Belajar dan
Pembelajaran ”. Makalah ini disusun berdasarkan referensi yang ada, dalam
penyusunan materi ini,saya sadar sepenuhnya atas segala kekurangan dan
kesempurnaan sehingga di butuhkan masukan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga Tuhan YME selalu menyertai kita bersama dalam upaya ikut
mencerdaskan kehidupan yang berbudi pekerti luhur. Amin Ya Rabbal‘Alamin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
PEMBAHASAN
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Bel
ajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil be
lajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan perilaku.
Pengertian belajar sendiri sangatlah beragam, mengingat persepsi orang yang berbeda
-beda mengenai pengertian belajar dilihat dari sudut pandang tertentu namun memiliki
kesamaan. Berikut paparan dari beberapa ahli tentang pengertian belajar. Dalam
Jenis-Jenis Belajar
Prinsip-Prinsip Belajar
Tujuan belajar
Definisi Pembelajaran
Ciri-ciri Pembelajaran
Dari definisi pembelajaran di atas, maka terdapat ciri sebagai tanda suatu proses
atau kegiatan dikatakan sebagai pembelajaran. Ciri-ciri pembelajaran tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Merupakan upaya sadar dan disengaja.
2) Pembelajaran harus membuat siswa belajar.
3) Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
4) Pelaksanaan terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil.
Prinsip Pembelajaran
Beberapa prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Suparman dengan mengadaptasi
pemikiran sebagai berikut :
1) Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon terjadi
sebelumnya.
2) Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah
pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.
3) Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tentu akan hilang atau berkurang
frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
4) Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer
kepada situasi lain yang terbatas pula.
5) Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu
yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
Pengertian Motivasi
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Menurut Clayton
Alderfer motivasi belajar adalah kecenderungan peserta didik dalam melakukan
kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar
sebaik mungkin.
Jenis-Jenis Motivasi
Sebagai kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi
primer dan motivasi sekunder.
a) Faktor Guru
Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup “tahu” sesuatu materi yang akan
diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang memang memiliki
“kepribadian guru” denga segala ciri tingkat kedewasaannya dan memiliki
kepribadian. Untuk itu perlu dikemukakan dalam pembahasan ini sepuluh kompetensi
guru yang berkaitan erat dengan tugasnya membentuk motivasi belajar siswa di
sekolah antara lain : (1) menguasai bahan atau materi pengajaran, (2) mengelola
program belajar mengajar, (3) Pengelolaan kelas (4) menggunakan Media dan sumber
belajar (5) menguasai landasan-landasan kependidikan (6) mengelola interaksi
belajar-mengajar (7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran (8)
mengenal fungsi dan program bimbingan & penyuluhan (9) mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah (10) mengenal prinsip-prinsip dan
menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna kepentingan pengajaran
b) Faktor Orangtua
Faktor orangtua dalam keluarga sangat menentukan juga karena mereka adalah mitra
para guru dalam bekerja bersama-sama untuk tujuan tersebut. Orangtua tidak cukup
puas hanya menyerahkan urusan dan tanggung jawab ini pada guru.
c) Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor lingkungan masyarakat tempat berdomisili siswa menajadi unsur yang turut
dipetimbangkan dalam proses pembentukan motivasi siswa, karena siswa juga adalah
bagian ataupun warga dari suatu masyarakat. Malcom Brownlee mengemukakan
konsep yang memperlihatkan ketergantungan ini dengan mengemukakan “Manusia
dalam masyarakat dan masyarakat dalam manusia.” Lebih lanjut dijelaskan bahwa
konsep manusia dalam masyarakat mengisyaratkan ketergantungan bahwa individu
sebagai bagian dalam komunitas yang mmiliki sistim nilai sosial yang saling
mengikat dan mempengaruhi setiap individu yang hidup bersama dalam sebuah
komunitas, baik komunitas masyarakat kota ataupun masyarakat desa dan atau
kelompok belajar seperti siswa pada suatu sekolah.
Motivasi ARCS
1. Perhatian (Attention) = A
Menurut Chairani (2005), perhatian merupakan sikap seseorang yang
umumnya didorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut merupakan motivasi
yang muncul dari dalam diri seseorang. Siswa yang mengalami peristiwa belajar,
dapat diasumsikan merupakan akibat adanya dorongan dari dalam diri untuk mengatur
aktivitas, minat, sikap dan kehendaknya. Guru harus menyadari bahwa sangat penting
artinya untuk dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap apa yang
dipelajarinya. Oleh karena itu guru harus memiliki kreativitas untuk mendorong
munculnya rasa ingin tahu siswa sehingga meningkatkan minat dan perhatian siswa
terhadap materi yang dipelajari (Warsita 2008).
2. Relevansi (Relevance) = R
Pengertian relevansi menurut Warsita (2008) adalah adanya hubungan antara materi
pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Seperti halnya proses belajar
umumnya jika seseorang tidak memiliki motivasi yang kuat dalam belajar, maka
mustahil mereka akan mampu menangkap pelajaran dengan baik (Abidin 2003). Tugas
guru sebagai fasilitator yakni membangkitkan dan menciptakan cara-cara kreatif
untuk memotivasi siswa (Wulandari 2008). Siswa akan termotivasi bila mereka
merasa bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan
sesuai dengan nilai yang dipegang.
3. Kepercayaan Diri (Confidence) = C
Pribadi yang memiliki keyakinan bahwa dirinya memiliki kemampum akan
melakukan tugasnya untuk mencapai keberhasilan. Merasa diri mampu merupakan
potensi untuk berinteraksi secara positif dengan lingkungan (Warsita 2008). Motivasi
akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Motivasi akan
menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan, dan selanjutnya pengalaman
berhasil ini akan memotivasi untuk mengejar tantangan selanjutnya.
4. Kepuasan (Satisfaction) = S
Menurut Warsita (2008), kepuasan adalah perasaan gembira yang timbul
dari dalam seseorang jika mendapatkan penghargaan terhadap dirinya dalam upaya
melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan minat, karakteristik, dan kebutuhan
siswa. Keberhasilan mencapai suatu tujuan akan memberikan kepuasan bagi siswa,
dan siswa akan berupaya untuk berhasil mencapai tujuan lainnya. Kepuasan sangat
dipengaruhi oleh konsekuensi yang akan diterima siswa, seperti penghargaan atau
reward atas keberhasilan yang diperoleh siswa.
Menurut teori belajar behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai
proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respons. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental
yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada
faktor-faktor kondisional yang diberikan
lingkungan.
Teori Kognivistik
Teori ini lebih menekankan proses belajar daripada hasil belajar. Bagi penganut
teori kognitivistik belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antar stimulus dan
respons. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
Proses ini tidak berjalan terpatah- patah, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang
mengalir, bersambung-sambung, menyeluruh.
Bagi penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia. Dari teori-teori belajar, seperti behavioristik, kognitif dan kontruktivistik,
teori inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat daripada dunia
pendidikan. Pada kenyataannya, teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan
dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini
lebih tertarik pada gagasan tentang belajar dalam bentiknya yang paling ideal
daripada belajar seperti apa yang biasa diamati dalam dunia keseharian. Karena itu,
teori ini bersifat eklektik, artinyateori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya
untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri) dapat tercapai
Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), strategi adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Syaiful Bahri Djamarah,
mengartikan strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
•Tujuan KTSP
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif,
produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang
memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan perubahan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan
pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sember dana, sumber
belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan
setempat.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang peling
dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah satuan pendidikan dengan memberikan otonomi yang
lebih besar, di samping menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat juga
merupakan sarana peningkatan kualitas, efesiensi, dan pemarataan pendidikan.
KTSP merupakan salah wujud revormasi pendidikan yang memebrikan otonomi kepada sekolah
dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan dan
kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembagan kurikulum dan pembelajaran merupakan
potensi bagi sekolah untuk meingkatakan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi
langsung kolompok-kelompok terkait, dan meningkatakn pemahaman masyarakat terhadap,
khususnya kurikulum. Pada system KTSP, sekolah memiliki “ full autority and responsibility ”
dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi dan misi dan tujuan satuan
pandidikan. Untuk mewujudkan visi dan misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk
mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam indicator kompetensi,
mengembangkan strategi, menentukan prioriotas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi
sekolah dan lingkungan sekitar, serta memeprtanggungjawabkannya kepala masyarakat dan
pemerintah.Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta
komite sekolah dan dewan pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan
musyawarah dari pejabat daerah setempbat, komisi pendidikan pada dewan peerwakilan rakyat
daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang
tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah
berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu
merumuskan dan memetapkan visi dan misi dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya
terhadap program-program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.
1. Analisis Konteks
v Analisis potensi dan kekuatan/kelemahan yang ada di sekolah: siswa, guru dan tenaga
kependidikan, sarana prasarana, biaya dan program-program yang ada di sekolah.
v Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar: komite sekolah,
dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi propesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya
alam dan sosial budaya.
v Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan dalam penyusunan
KTSP.
2. Tim Penyusun
Tim penyusun KTSP SD, SMP, SMA dan SMK terdiri dari guru, konselor, kepala e sekolah dan
narasumber, dengan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota dan disupervisi oleh dinas
kabupaten/kota dan propinsi yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
3. Kegiatan Penyusunan
v Penyusunan KTSP merupakan bagian dari perencanaan sekolah. Kegiatan ini dapat berbentuk
rapat kerja dan loka karya sekolah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun
pelajaran baru.
v Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi: penyiapan dan penyusunan draf,
review dan revisi serta finalisasi. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan
diselenggarakan oleh tim penyusun.
4. Kegiatan Penyusunan
Dokumen KTSP SD, SMP, SMA dan SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui
oleh komite sekolah dan dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
b. Faktror Eksternal
1) Gencarnya arus Globalisasi
2) Isu lingkungan hidup
3) Pesatnya perkembangan IT
4) Konvergensi ilmu dan teknologi
5) Ekonomi berbasis pengetahuan
5. Konsep dasar
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi
pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik secara holistik.
Kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap ditagih dalam rapor
dan merupakan penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik.
Kompetensi pengetahuan peserta didik yang dikembangkan meliputi
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi agar
menjadi pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban. Kompetensi keterampilan peserta didik yang dikembangkan
meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar dan
mencipta agar menjadi pribadi yang berkemampuan piker dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah konkret dan abstrak. Kompetensi sikap
peserta didik yang dikembangkan meliputi menerima, menjalankan
menghargai, menghayati, mengamalkan sehingga menjadi pribadi yang
beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta
dunia dan peradabannya.
Kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap pertama kali
dikemukakan oleh Bloom dan sudah menjadi dasar dalam pengembangan
kurikulum di Indonesia sejak kurikulum 1973 (kurikulum ppsp). Akan
tetapi, dalam implementasinya guru-guru pada umumnya tidak
mengembangkan kompetensi keterampilan dan sikap secara eksplisit,
mungkin karena tidak ditagih dalam rapor sehingga tidak merupakan
penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik. Pada kurikulum 2013,
ketiga kompetensi tersebut ditagih dalam rapor dan merupakan penentu
kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik sehingga guru
mengimplementasikannya dalam pembelajaran dan penilaian.[4]
6. Prinsip
Sesuai dengan kondisi Negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai
perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini,
dalam pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1) Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik
3) Mata pelajaran merupkan wahana untuk mewujudkan pencapaian
kompetensi
Stategi Elaborasi
Strategi Organisasi
Abad 21
1)Critical thinking
(berpikir kritis) yaitu kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis
berupa bernalar, mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan masalah. Di era
reformasi critical thinking, juga digunakan untuk menangkal dan memfilter paham
radikal yang dianggap tidak masuk akal. Kemampuan berpikir kritis biasanya diawali
dengan kemampuan seseorang mengkritisi berbagai fenomena yang terjadi di
sekitarnya, kemudian menilai dari sudut pandang yang digunakannya. Kemudian ia
memposisikan dirinya, dari situasi yang tidak tepat menjadi situasi yang berpihak
padanya.
2) Communication
(komunikasi) yaitu bentuk nyata keberhasilan pendidikan dengan
adanya komunikasi yang baik dari para pelaku pendidikan demi peningkatan kualitas
pendidikan.
3)Collaboration
(kolaborasi) yaitu mampu bekerja sama, saling bersinergi dengan
berbagai pihak dan bertanggung jawab dengan diri sendiri, masyarakat dan
lingkungan. Dengan demikian ia akan senantiasa berguna bagi lingkungannya.
4)Creativity
(kreativitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Kreativitas peserta didik perlu diasah setiap hari agar menghasilkan terobosan atau
inovasi baru bagi dunia pendidikan. Kreatifitas membekali seorang peserta didik yang
memiliki daya saing dan memberikan sejumlah peluang baginya untuk dapat
memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Penerapan 4C dalam pembelajaran.
Menurut Setiawam (2006) dalam Djuanda (2015 : 48) Adapun tujuan model
inkuri adalah:
a. Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam
memecahkan masalah atau memutuskan sesuatu secara tepat (objektif).
b. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar lebih tanggap, cermat.
dan nalar (kritis. analitis, dan logis).
c. Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh (curiousity).
d. Mengungkap aspek pengetahuan (kognitif) maupun sikap (afektif).
Tujuan dalam menggunakan inkuiri adalah agar siswa belajar keterampilan yang
dibutuhkan untuk berpikir kreatif dalam mengembangkan solusi dan untuk
mendapatkan pemahaman baru tentang informasi, data, dan konsep yang kemudian
dapat dibagi dengan orang lain untuk masuk dan membangun.
dimilikinya.
Menurut Ibnu Badar ( 2015) dalam Mariyaningsih (2018 : 60). Pembelajarn
inkuiri memiliki beberapa ciri di antaranya:
1) menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencapai dan
menemukan,
2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri,
3) tujuan dari pembelajarn inkuiri yaitu mengembangkan kemampuan berpikir
secara Sistematis, logis dan kritis
Pengajaran unit lebih dikenal dengan istilah ”unit teaching” merupakan pengajaran
yang
mengarahkan kegiatan peserta didik pada pemecahan suatu masalah yang dirumuskan
dahulu secara bersama-sama. Dapat didefinisikan sebagai cara penyajian
pembelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai
segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
Produser Persiapan
Membangkitkan minat dan memusatkan perhatian siswa
2. Menetapkan pokok masalah
3. Menetapkan aspek-aspek pokok masalah
Prosuder Pelaksanaan
Mengatur tempat belajar atau bekerja
2. Mempelajari aspek aspek masalah
3. Mengadakan diskusi
4. Menyiapkan laporan
Prosuder Penilaian
Presentase laporan dari masing-masing individu atau kelompok
2. Setelah presentase laporan, dilanjutkan dengan pameran
RPP
Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rumusan- rumusan
tentang apa yang akan dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah ditentukan,
sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.
Dasar pengembangan pembelajaran merupakan desain pembelajaran atau tahun 1975
istilahnya disebut sebagai Prosedur Pengembangan Sistem Pembelajaran (PPSI).
Sebagai suatu prosedur, desain pembelajaran dapat diartikan sebagai langkah yang
sistematis untuk menyusun rencana atau persiapan pembelajaran dan bahan
pembelajaran. Produk dari desain pembelajaran adalah berupa persiapan pembelajaran,
silabus, modul, bahan tutorial dan bentuk saran pedagogis lainnya.
Proses pengembangan perencanaan pembelajaran terkait erat dengn unsur- unsur
dasar kurikulum yaitu tujuan materi pelajaran, pengalaman belajar dan penilaian hasil
belajar.
Perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran adalah : (a)
memahami kurikulum; (b) menguasai bahan ajar; (c) menyusun program pengajaran;
(d) melaksanakan program pengajaran dan (e) menilai program pengajaran dan hasil
proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Dalam perencanaan pembelajaran sampai saat ini masih mempergunakan pendekatan
sistem, artinya perencanaan pembelajaran merupakan kesatuan utuh yang memiliki
komponen (tujuan, materi, pengalaman belajar dan evaluasi) yang satu sama lain
saling berinteraksi.
Listening Team
Metode ini merupakan sebuah cara membantu peserta didik agar tetap
terfokus dan siap dalampembelajaran yang berlangsung. Strategi Listening Team ini
menciptakan kelompok – kelompok kecil yang bertanggung jawab menjelaskan
materi pembelajaran sesuai dengan posisinya masing – masing.
Kelebihan
Membantu siswa memahami poin-poin penting dalam waktu yang sing
kat
Mengulas materi dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat
Efektif untu melatih respon siswa
Kekurangan
3.Siswa hanya terpacu pada teks dan kurang mengembangkan daya imajinasi
Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika
guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia
mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang
baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata,
pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah
“pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga
dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan
tanggapan verbal.
Fungsi bertanya: (1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan
perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran; (2)
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri; (3)
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya; (4) Menstrukturkan tugas-tugas dan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap,
keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang
diberikan; (5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis,
dan menggunakan bahasa yang baik dan benar
Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif.
Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus
lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan
sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran
non-ilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini
merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari
reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.
Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada
Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori
belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam
pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide
dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya
menjadi penggalan memori.
Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman
tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman
yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan
pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai
asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada
koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari
kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.
Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik
harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau
substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya, peserta didik
harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu
menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1)
Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum; (2) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan
yang tersedia dan harus disediakan; (3) Mempelajari dasar teoritis yang
relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) Melakukan dan
mengamati percobaan; (5) Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis,
dan menyajikan data; (6) Menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)
Membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Mengomunikasikan/Jejaring
Jejaring Pembelajaran disebut juga Pembelajaran Kolaboratif. Apa
yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif? Pembelajaran
kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar
teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya
merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan
dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara
baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka
mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru, fungsi guru lebih
bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang
harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu
falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik
terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau
guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan
empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan
masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman,
sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan
tuntutan belajar secara bersama-sama.
Kelemahan
a. Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih
khusus.
b. Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang
cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.
c. Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut
situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.
Pengertian Problem Solving
Secara bahasa problem solving berasal dari dua kata yaitu problem dan solves.
Makna bahasa dari problem yaitu “a thing that is difficult to deal with or understand”
(suatu hal yang sulit untuk melakukannya atau memahaminya), dapat jika diartikan
“a question to be answered or solved” (pertanyaan yang butuh jawaban atau jalan
keluar), sedangkan solve dapat diartikan “to find an answer to problem” (mencari
jawaban suatu masalah).
Sedangkan secara terminologi problem solving seperti yang diartikan Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain adalah suatu cara berpikir secara ilmiah untuk mencari
pemecahan suatu masalah.1 Sedangkan menurut istilah Mulyasa problem solving
adalah suatu pendekatan pengajaran menghadapkan pada peserta didik permasalahan
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan permasalahan, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
esensial dari materi pembelajaran.Metode problem solving yang dimaksud adalah
suatu pembelajaran yang menjadikan masalah kehidupan nyata, dan masalah-masalah
tersebut dijawab dengan metode ilmiah,
Keunggulan
Kelemahan
Pengertian E-Learning
Menurut Prof. Dr. Sulistyoweni Widanarko ”E-Learning adalah proses
pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
secara sistematis dengan mengintegrasikan semua komponen pembelajaran,
termasuk interaksi pembelajaran lintas ruang dan waktu, dengan kualitas yang
terjamin”. Sedangkan menurut Allan J. Henderson ”E-learning adalah
pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau
biasanya Internet, Henderson menambahkan juga bahwa e-learning
memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka
masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas”.
Menurut Maryati ”e-learning merupakan pembelajaran dengan menggunakan
jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer”.
Sedangkan menurut Matthew Comerchero dalam bukunya yang berjudul
E-Learning, Concepts and Techniques mendefinisikan ”E-learning adalah
sarana pendidikan yang mencakup motivasi diri sendiri, komunikasi, efisiensi,
dan teknologi”.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran elektronik atau E-learning
adalah suatu kegiatan belajar mengajar jarak jauh yang dilakukan oleh seorang
pendidik dengan para peserta didik dengan menggunakan teknologi komputer
atau biasa disebut dengan internet.
Manfaat E-Learning
Ada beberapa manfaat pembelajaran elektronik atau e-learning, di
antaranya adalah:
a. Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
b. Bertambahnya Interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan
guru atau instruktur (interactivity enhancement).
c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (global
audience).
d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi
pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://m.kompasiana.com/post/read/642040/2/belajar-tujuan-belajar-dan-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-belajar.html
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/at-turas/article/download/334/261
https://www.pblworks.org/what-is-pbl
https://sibatik.kemdikbud.go.id/inovatif/assets/file_upload/pengantar/pdf/pengantar_5.pdf
http://zoetrianiphysics.blogspot.co.id/2015/06/makalah-model-pembelajaran-pendekatan.html
http://anungdriyas1201110007.wordpress.com/2013/03/26/integrated-learning-pembelajaran-terpadu/