KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan key term (istilah kunci) yang paling penting dalam pendidikan. Dapat
dikatakan bahwa tanpa belajar, tak pernah ada pendidikan. Belajar merupakan suatu kegiatan
mental yang tidak dapat diamati dari luar. Menurut Morgan (dalam Ratumanan, 2002:1), “belajar
didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 2003: 2). Pengertian belajar juga dikemukakan
Belajar dalam artian luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan
timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon
utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku bukan disebabkan
Belajar juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan setiap orang yang ditandai dengan
adanya perubahan tingkah laku yang lebih baik, akibat adanya interaksi antara individu dan
lingkungannya. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat dilihat dari cara berpikir, sikap
dan keterampilan yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hudojo
terbentuk dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar, karena itu seseorang dikatakan
belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang
aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku dan mental yang tetap sebagai bentuk respon
terhadap suatu situasi atau sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
2. Pengertian Matematika
Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu
matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi
kemajuan Iptek. Matematika pada hakekatnya merupakan suatu ilmu yang cara bernalarnya
deduktif formal dan abstrak harus diberikan kepada anak-anak sejak pendidikan dasar yang cara
berpikirnya masih pada tahap operasi konkret. Oleh karena itu kita perlu berhati-hati dalam
menanamkan konsep-konsep matematika tersebut. Di satu pihak siswa pada tingkat tersebut
berpikirnya masih sangat terbatas artinya, berpikirnya dengan cara mengaitkan benda-benda
Sebagai guru matematika, terlebih yang mengajar di pendidikan dasar perlu mendalami
sifat-sifat matematika seperti yang disebutkan di atas, walaupun dalam menyampaikan bahan-
bahan matematika harus berorientasi kepada kepentingan siswa. Dengan demikian, seorang guru
yang mengajar di pendidikan dasar semestinya tidak keliru dalam menanamkan konsep-konsep
matematika kepada siswanya. Jika siswa keliru dalam memahami suatu konsep, maka sulit untuk
Setiap tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika pada dasarnya
merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil dari proses pembelajaran matematika
tersebut. Karenanya sasaran tujuan pembelajaran matematika tersebut dianggap tercapai bila
siswa telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan di bidang matematika yang
dipelajari.
Pada tahap awal, matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya
sebagai empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia kemudian pengalaman itu diproses
dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintetis dengan penalaran di dalam struktur kognitif,
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika
adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Logika adalah masa bayi dari matematika,
oleh seseorang. Seperti Sudjana (dalam Darmawati, 2003: 6) mendefinisikan matematika sebagai
berikut : (a) matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terkategorisasi secara
sistematik, (b) matematika membantu orang dalam menginterpretasikan secara tepat berbagai ide
dan kesimpulan, (c) matematika adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan, (d)
matematika adalah pengetahuan tentang penalaran yang logis dan masalah yang berhubungan
James dan James (dalam Suherman, 2003: 16) menyimpulkan bahwa matematika adalah
ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan
Setara dengan yang disimpulkan Kline (dalam Suherman, 2003: 17) bahwa matematika
itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya
matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai
Selanjutnya Johnson dan Rising (dalam Suherman, 2003: 17) matematika adalah pola
berpikir, pola pengorganisasian, pembuktian yang logik. Matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan amat, jelas, dan akurat, representasinya dengan
simbol dan padat, lebih berupa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi.
secara sederhana dapat dikatakan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan mengenai struktur
terorganisir dengan baik yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan dari teori observasi,
mengetahui tentang hakikat matematika. Banyak ahli yang mendefinisikan tentang matematika
berdasarkan sudut pandang, pengetahuan, dan pengalaman yang berbeda. (Suherman, 2003 : 151)
“Ada yang mengatakan bahwa matematika itu bahasa simbol, matematika adalah bahasa
numerik; matematika adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk dan
emosional; matematika adalah sarana berfikir; matematika adalah logika pada masa dewasa;
matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus pelayannya; matematika adalah sains mengenai
kualitas dan besaran; matematika adalah suatu sains yang bekerja menarik kesimpulan-
kesimpulan yang perlu; matematika adalah sains formal yang murni; matematika adalah sains
yang memanipulasi simbol; matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang; matematika
adalah ilmu yang mempelajari ilmu yang abstrak dan edukatif; matematika adalah aktivitas
manusia.”
adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa dan
suatu alat.”
Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat matematika adalah ilmu
yang abstrak, dedukatif, terstruktur, dan sebagai ratu sekaligus pelayan ilmu.
Selanjutnya kita harus mengkaji tentang hakikat pembelajaran sebelum mengkaji hakikat
pembelajaran matematika secara utuh. Fotona (dalam Suherman, 2003:7) mengatakan bahwa
”belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari
Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik
daripada belajar hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat.
Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang
sengaja diciptakan.
Salah satu ciri dari pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya didasarkan
pada teori psikologi pembelajaran yang ada pada saat ini sedang populer dibicarakan oleh para
pakar pendidikan. Psikologi belajar atau disebut pula dengan teori belajar adalah teori yang
mempelajari perkembangan intelektual (mental) siswa dan psikologi mengajar atau teori
mengajar berisi tentang petunjuk bagaimana semestinya mengajar siswa pada usia tertentu, bila ia
sudah siap belajar. Pada pelaksanaannya, kedua teori ini tidak dapat dipisahkan seperti halnya
kata belajar dan mengajar. Peristiwa mengajar selalu disertai dengan peristiwa belajar.
Beberapa teori belajar menurut para ahli sebagai berikut teori Thorndike (dalam
Suherman, 2003: 28) mengemukakan beberapa hukum belajar yang dikenal dengan sebutan law
of effect. Menurut hukum ini belajar akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu
stimulasi segera di ikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa senang atau kepuasan ini bisa
penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar. Dalam teorinya Skinner
menyatakan bahwa penguatan terdiri dari penguatan positif dan penguatan negatif. Pengutan
dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya
Menurut Gagne (dalam Suherman, 2003: 33) dalam belajar matematika ada dua objek
yang dapat diperoleh siswa yaitu objek langsung dan objek tidak langsung. Objek langsung
berupa fakta, keterampilan, konsep dan aturan. Sedangkan objek tak langsung antara lain
kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap
matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Lebih lanjut Gagne mengemukakan bahwa
hasil belajar harus didasarkan pada pengamatan tingkah laku, melalui stimulus, respon dan
belajar tersebut bersyarat. Alasannya adalah bahwa manusia itu organisme pasif yang bisa
(conditioning) dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, agar siswa belajar dengan
baik maka harus dibiasakan. Misalkan agar siswa mengerjakan soal pekerjaan rumah dengan
mental anak dan bagaimana pengajaran yang harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap
siswa besar mengakibatkan siswa mengalami kesulitan, karena apa yang disajikan pada siswa
matematika adalah suatu proses yang mengarahkan siswa untuk memahami dan menguasai
konsep dalil, teorema, generalisasi dan prinsip-prinsip matematika dan keterkaitan serta manfaat
matematika bagi bidang lain, dan mereka juga dituntut untuk selalu hidup tertib, disiplin,
sehari-hari khususnya yang berkaitan dengan matematika. Untuk mencapai hal tersebut, guru
harus mengetahui perkembangan mental anak dan bagaimana pengajaran yang harus dilakukan
Materi pelajaran matematika di kelas III berdasarkan Kurikulum 2013 yang diajarkan pada
a. Kompetensi Inti
Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca)
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah
b. Kompetensi Dasar
3.1 Menjelaskan sisfat-sifat opersai hitung pada bilangan cacah
4.1 menyelesaikan masalah yang melibatkan penggunaan sifat-sifat operasi hitung pada
bilangan cacah
5. Media Pembelajaran
melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efektivitas kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa. Pihak – pihak yang terlibat dalam pembelajaran pendidik, siswa yang
beriteraksi antara satu dengan yang lainnya. Isi kegiatan adalah bahan (materi) belajar yang
bersumber dari kurukulum suatu program pendidikan. Media pembelajaran metrupakan alat yangt
antara peserta didik, pendidik dan bahan ajar, komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan
2. Menstimulus peserta didik mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan
3. Menstimulus peserta didik dalam memberikan tanggapan, umpan balik, dan juga
3. Menimbulkan semangat belajar, interaksi langsung antara peserta didik dan sumber belajar
4. Memungkinkan peserta didik belajar mandiri, sesuai dengan bakat dan kemampuan visual,
yang sama.
Selain itu peran media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton (1985) adalah :
7. Sikap positif peserta didik terhadap materi pembelajaran dan proses pembelajaran
manusia, pengajar bukan satu – satunya sumber belajar namun menerapkan salah satu komponen dari
6. Pengertian Pipet
Pipet adalah suatu alat yang biasanya terbuat dari plastik dengan beraneka warna (merah, kuning,
putih,biru, dan lain – lain) digunakan untuk menyedot air minuman tetapi pada penelitian ini pipet
digunakan sebagai media belajar sebagai alat hitung untuk mempermudah siswa di dalam
menyelesaikan soal latihan . Pipet dipilih sebagai media belajar dalam hal ini untuk menarik minat
siswa belajar matematika dan agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Sudah menjadi kewajiban bagi guru sebagai pengelola pembelajaran di kelas adalah
menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang menyenangkan, serta dapat
menumbuhkan minat dan motivasi siswa terhadap pelajaran matematika. Guru dalam hal ini
dituntut untuk menjadi seorang yang kreatif dan inovatif dalam mewujudkan situasi belajar
yang seperti itu.
Salah satu yang dapat diupayakan oleh guru agar mampu menumbuhkan minat dan
motivasi siswa terhadap pelajaran matematika adalah menghadirkan alat bantu pembelajaran
(media) yang bersifat manipulatif.
Secara ilmu, matematika memang dikenal sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat
abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif. Hal ini merupakan tantangan
tersendiri bagi guru matematika yang tentu tidak mudah untuk dapat menjelaskan sifat
abstrak matematika bagi siswa SD yang relatif belum mampu berpikir abstrak. Mengingat
pula bahwa siswa di SD sebagian besar masih suka bermain, maka guru seyogyanya
mengadaptasikan diri pada dunia bermain anak untuk dapat menemukan formulasi
pembelajaran dengan tingkat pencapaian yang optimal.
Terilhami oleh suatu ungkapan bijak yang menyatakan bahwa ”saya mendengar saya
lupa, saya melihat lalu saya ingat, saya berbuat lalu saya mengerti”, penulis berasumsi
bahwa menggunakan alat bantu pembelajaran yang bersifat manipulatif dapat menjadikan
siswa untuk mampu melihat dan berbuat tidak hanya sekedar mendengar. Dalam paparan
tulisan ini, penulis ingin memperkenalkan kembali kepada sebuah alat bantu pembelajaran
untuk melakukan perkalian yang berupa alat peraga Pipet Warna Warni. Dengan alat
tersebut, anak dapat bermain dengan angka-angka yang dipergunakan untuk mencari hasil
kali bilangan-bilangan besar dengan hasil yang akurat. Mengapa wacana tersebut
dikemukakan, karena masih dijumpai banyak siswa yang ternyata mengalami kesulitan
dalam mengerjakan soal-soal perkalian seperti 35 x 6 dengan cara disusun ke bawah dan
dalam pengerjaan model perkalian seperti itu digunakan istilah “simpan” dan “hasil kali
berikutnya tambah simpanannya”. Dengan alat bantu pembelajaran berupa Pipet Warna
Warni tersebut, penulis mengharapkan tumbuhnya minat belajar siswa terhadap pelajaran
matematika serta dapat menghilangkan asumsi siswa yang selama ini memberi kesan negatif
terhadap pelajaran matematika.