Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Belajar

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang

dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. 6

Belajar dilakukan manusia dari dalam kandungan hingga akhir hayat karena

dengan belajar manusia akan memperoleh pengetahuan, keterampilan, serta

pengalaman. Belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja terlepas dari ada

yang mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individu

dengan lingkungan.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.7 Perilaku

siswa yang kompleks maksudnya adalah proses belajar dialami oleh siswa

sendiri dengan terjadinya interaksi terhadap lingkungan yang dijadikan bahan

belajar. Lingkungan sangat mendukung adanya proses belajar yang baik bagi

siswa, karena dengan didukung lingkungan yang baik akan menghasilkan proses

belajar yang baik pula. Jika proses belajar yang dialami siswa hasil dari

pengalamannya sendiri, maka siswa akan terus ingat dalam jangka waktu yang

lama. Hal ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh Kimble dalam buku

Theories of Learning karangan B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, yang

mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen di dalam

6
Arief S. Sadiman (dkk). 2011. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers, hal. 2
7
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: Rineka Cipta,
hal. 7

1
2

behavioral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai akibat dari

reinforced practice (praktik yang diperkuat).8 Dalam hal ini, belajar yang

didukung dengan praktik sangat mendukung hasil dari proses belajar yang

dialami siswa.

Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan

tingkah laku dalam dirinya.9 Perubahan tingkah laku tersebut dilihat dari aspek

pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut

nilai dan sikap (afektif). Ketiga aspek tersebut dalam hal ini didapat dalam

proses belajar mengajar didalam kelas. Belajar di dalam kelas terjadi interaksi

antara guru dengan siswa. Guru memberikan informasi kepada siswa,

mengarahkan, dan mengevaluasi siswa selama proses pembelajaran. Siswa tidak

hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru, namun harus mampu

mengembangkan dan mencari informasi yang lebih banyak dan relevan. Siswa

belajar didorong oleh keingintahuan dan kebutuhannya. Rasa keingintahuan dari

siswa tersebut akan memahami tujuan belajar.

Belajar adalah suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam

pengetahuan keterampilan dan nilai sikap.10 Artinya belajar tidak hanya dari segi

jasmani saja, tetapi rohani seseorang juga harus menunjukkan bahwa ia telah

mengamalkan ilmu yang didapatnya. Hal ini sejalan dengan pengertian belajar

yang dikutip oleh Fontana dalam buku Strategi Pembelajaran Matematika


8
B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson. 2008. Theories of Learning. Jakarta: Kencana,
hal. 2
9
Sadiman, Arief S. (dkk). 2011. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers, hal. 2
10
Suroto. 2012. Pembelajaran Matematika Model Kooperatif Tipe Jigsaw pada Materi
Prisma dan Limas Kelas VIII, Journal of Primary Education1. Semarang, hal. 52
3

Kontemporer, “proses perubahan tingkah laku individu yang relative tetap

sebagai hasil dari pengalaman”11 Jika seseorang perilakunya sama dengan

sebelum belajar, maka dapat dikatan bahwa ia belum belajar.

Belajar (learning) adalah proses multisegi yang biasanya dianggap sesuatu

yang biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitan saat

menghadapi tugas yang kompleks.12 Multisegi yang dimaksud adalah belajar

dari segala aspek dari yang mudah hingga menghadapi masalah yang dianggap

oleh seseorang itu sangat sulit dan beragam.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan

tingkah laku dalam individu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya

bersifat permanen dan tidak berlangsung sesaat saja, yang idealnya dilakukan

dalam bidang pendidikan.

2. Matematika

Matematika merupakan mata pelajaran yang telah diajarkan mulai dari

tingkat sekolah kanak-kanak hingga tingkat sekolah menengah atas. Dalam

kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari kita telah menggunakan ilmu

matematika. Misalnya, sewaktu kecil kita membeli permen dengan harga

Rp100,00 per buah dan kita ingin membeli 5 buah permen maka kita harus

membayar seharga Rp500,00. Itu merupakan salah satu contoh aplikasi

matematika dalam kehidupan sehari-hari yang artinya matematika sangat

bermanfaat dalam kehidupan manusia.

11
Eman Suherman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
JICA, hal. 7
12
Margaret E. Gredler. 2011. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Kencana, hal. 2
4

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani manthanein atau mathemata

yang berarti "belajar atau hal yang dipelajari" (things that are learned).13 Artinya

matematika harus dipelajari karena memiliki teorema-teorema khusus. Dengan

adanya teorema-teorema khusus tersebut, membuat matematika harus benar-

benar dipelajari agar tidak terjadi penyimpangan dalam memahami konsep

matematika. Karena untuk memahami matematika diperlukan konsep yang

benar.

Menurut Johnson dan Myklebust dalam buku yang dikutip oleh Mulyono

Abdurrahman, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan

fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. 14 Dalam hal ini,

matematika memiliki fungsi praktis dan teoritis yang membuat kematangan

dalam berpikir matematis. Kematangan berpikir matematis itu dapat diperoleh

jika sering memecahkan suatu masalah matematika yang diiringi oleh teorema-

teorema yang sudah ada.

Menurut Suwarsono, matematika adalah ilmu yang memiliki sifat khas yaitu;

objek bersifat abstrak, menggunakan lambang-lambang yang tidak banyak

digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan proses berpikir yang dibatasi oleh

aturan-aturan yang ketat.15 Dalam ilmu matematika terdapat berbagai simbol

13
Gusti Randa. Pengertian Matematika Menurut Ahli, diakses dari
http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-matematika-menurut-ahli.html
pada Minggu, 22 Juni 2014 pukul 09.40 WIB
14
Mulyono Abdurrahman. 2012. Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnotis, dan
Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta, hal. 202
15
Op. Cit
5

yang sering ditemukan disekitar. Selain itu bila matematika masih berupa

simbol-simbol, artinya matematika itu masih abstrak.

“Mathematics is often used by other subjects to support the truth of

experimentation in science, psychology and geography, for example. If ideas

can be proved mathematically then they are considered true. The following

gives an overview of different aspect of mathematics”.16 Ilmu matematika tidak

hanya digunakan untuk mata pelajaran matematika atau mata kuliah di jurusan

matematika saja, tetapi ternyata digunakan pada ilmu-ilmu lain seperti ilmu

sains, psikologi, geografi, dan lain sebagainya.

Matematika mempelajari tentang keteraturan, tentang struktur yang

terorganisasikan, konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis,

berstruktur dan sistematika, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai

pada konsep yang paling kompleks.17 Dalam mempelajari matematika

dibutuhkan keahlian khusus dalam mengolah suatu pembelajaran matematika.

Mempelajari matematika menurut sebagian orang tidaklah mudah, karena untuk

mempelajarinya diperlukan ketelitian, ketekunan, dan berpikir secara rasional

dalam memecahkan suatu masalah.

Jadi matematika adalah ilmu dasar dari berbagai ilmu yang menggunakan

lambang-lambang dengan arti tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Selain itu, matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari

16
Briggs, Marry and Sue Davis. 2008. Creative Teaching:Mathematics in The Early Years
and Primary Classroom. London and New York:Routledge, hal. 16
17
Hastarudin. Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika, Jurnal
Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2. Medan: Universitas Negeri Medan
6

tingkat taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Oleh

karena itu, mempelajari matematika tidak dapat dihindarkan oleh siswa.

3. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.18 Proses yang

dilaksanakan di dalam kelas, siswa akan mendapatkan hasil belajar yang telah

dievaluasi oleh guru. Selama proses pembelajaran tindakan siswa dinilai oleh

guru yang akan dilaporkan di akhir pembelajaran. Hasil belajar tersebut didapat

setelah proses belajar dilaksanakan.

Hasil belajar tampak dari perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat

diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan

keterampilan. Hasil belajar juga ditunjukan dengan prestasi belajar yang

merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa.

Untuk mendapatkan hasil belajar dibutuhkan beberapa proses agar

mengetahui sejauh mana kemampuan siswa. Proses tersebut adalah

pembelajaran di dalam kelas yang menunjang keberhasilan kemampuan siswa,

karena saat proses pembelajaran guru mengetahui tingkat kemampuan siswa

dalam suatu materi. Proses pembelajaran disesuaikan dengan silabus dan jadwal

yang ditentukan oleh sekolah. Sehingga guru harus mengatur waktu untuk

penyampain materi kepada siswa agar tercapai tujuan pemeblajaran yang

berdampak pada hasil belajar siswa.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

belajar adalah menggunakan tes. Tes ini digunakan untuk menilai hasil belajar

yang dicapai dalam materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah. Indikator
18
Dimyati dan Mudjiono. Op. Cit, hal. 20
7

hasil belajar merupakan uraian kemampuan yang harus dikuasai peserta didik

dalam berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai

ketercapaian hasil pembelajaran.19 Oleh karena itu, tes digunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa dengan indikator-indikator yang sesuai dengan

materi yang diajarkan.

Dari pengertian matematika dan hasil belajar yang telah diuraikan, maka

hasil belajar matematika merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan

tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi

pelajaran matematika dari proses pengalaman belajarnya yang diukur dengan

tes.

4. Model Problem Based Learning

Problem-based learning (PBL) is considered a student-centered instruction

approach in which inspired students to apply critical thinking through simulated

problems in order to study complicated multifaceted, and practical problems

that may have or not have standard answers. 20 Pembelajaran berbasis masalah

dianggap sebagai pendekatan yang berpusat pada siswa melalui simulasi

masalah sehingga menginspirasi siswa menerapkan pemikiran kritis.

Menurut Arends dalam International Juournal of Education and Research,

Problem Based Learning (PBL) is one of learning models which used contextual

problems as a context for students to learn about problem solving thinking.21


19
Zaenal Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
hal.27
20
Kuo-shu Huang dan Tzu-Pu Wang. Op. Cit, hal. 123

21
Scolastika Mariani, dkk. 2014. The Effectiviness of Learning by PBL Assisted Mathematics
Pop Up Book Againts The Spatial Ability in Grade VIII on Geometry SubjectMatter,
International Journal of Education and Research. Semarang: Semarang State University, hal.
532
8

PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan masalah-

masalah kontekstual untuk siswa mempelajari berpikir memecahkan masalah.

Karena dengan terbiasanya siswa menghadapi masalah dalam proses belajar

akan membuat siswa cepat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya.

Problem-based learning (PBL) merupakan pembelajaran yang

penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka

dialog.22 Permasalahan yang diselesaikan hendaknya kontekstual sesuai dengan

konsep yang tercakup pada materi pelajaran. Melalui pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan siswa ketika menyelesaikan masalah akan membuka dialog antara

guru dengan siswa sehingga proses pembelajaran terjadi lebih hidup dan

kemandirian siswa dalam belajar lebih baik.

Menurut Baron, dalam buku yang dikutip dari buku karangan Rusmono, ciri-

ciri strategi PBL adalah (1) menggunakan permasalahan dalam dunia nyata, (2)

pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah, (3) tujuan pembelajaran

ditentukan oleh siswa, dan (4) guru berperan sebagai fasilitator. 23 Hal ini

menujukkan bahwa PBL memusatkan siswa untuk menyelesaikan masalah.

Masalah yang diselesaikan oleh siswa diarahkan oleh guru agar siswa memiliki

pengalaman langsung dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, sehingga

aktifitas siswa dalam belajar memiliki hasil yang lebih optimal. Problems in

PBL refer to the instructional materials presented to students to trigger their

Ridwan Abdullah Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 140
22

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu: Untuk
23

Meningkatkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 74


9

learning processes.24 Masalah-masalah yang disampaikan kepada siswa untuk

memicu pembelajaran mereka. Masalah tersebut akan mampu memicu rasa ingin

tahu siswa untuk menggali informasi, yang pada akhirnya membangun

pengetahuan yang bermakna bagi siswa.

Strategi pembelajaran dengan PBL menawarkan kebebasan siswa dalam

proses pembelajaran.25 Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan untuk

mengeluarkan ide-ide dalam memecahkan masalah, namun tetap dalam arahan

guru. Ide-ide yang disampaikan tidak boleh disalahkan oleh guru, tetapi

diarahkan agar siswa mampu memperbaikinya sesuai dengan masalah yang

disajikan.

Oleh karena itu, PBL dapat disimpulkan sebagai model pembelajaran yang

cocok untuk pelajaran matematika, karena mengedepankan aktifitas siswa dalam

memecahkan masalah.

5. Power Point

Aplikasi Microsoft Office PowerPoint ini pertama kali dikembangkan oleh

Bob Gaskins dan Dennis Austin pada tahun 1987.26 Aplikasi microsoft power

point merupakan media pembelajaran yang sering digunakan dalam proses

pembelajaran matematika.

24
Sockalingam, Nachamma and Henk G. Schmidt. 2011. Characteristics of Problems for
Problem-Based Learning: The Students’ Perspective, Interdisciplinary Journal of Problem-
Based Learning Volume 5, hal. 6
25
Rusmono dan M. Yusro. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kecemasan Terhadap
Hasil Belajar Matematika, Seminar Internasional ISSN 1907-2066.Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta, hal. 274
26
Rizki SW. 2014. Penggunaan Media Microsoft Office Powerpoint yang baik dalam
Pembelajaran Matematika, diakses dari http://www.slideshare.net/rizkiikikii/manfaat-media-
geogebra-dalam-pembelajaran-pertidaksamaan-liniar-dua-variabel pada Jumat, 20 Maret 2015
pukul 02.45
10

Microsoft power point atau Microsoft office power point adalah sebuah

program komputer untuk presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft.

Aplikasi ini digunakan untuk membuat dan mengedit presentasi oleh kalangan

perkantoran, pebisnis, para pendidik, siswa atau mahasiswa. 27 Penggunaan

program presentasi power point adalah program aplikasi yang dimanfaatkan

untuk menjelaskan sesuatu hal kepada umum yang menarik dari segi tampilan

dan dengan memanfaatkan proyektor LCD dapat menjangkau banyak orang.

Pembelajaran dengan penggunaan presentasi power point antara lain dapat

membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan pembelajaran dengan

lebih efektif.

Menu-menu yang ada pada tampilan Microsoft power point antara lain

Home, Insert, Design, Transitions, Animations, Slide Show, Review, dan View.

Menu-menu tersebut memiliki banyak pilihan sub menubar yang dapat

digunakan untuk mengedit presentasi yang akan dibuat. Secara umum, area

kerja PowerPoint 2010 sama seperti PowerPoint 2007 hanya saja kini tidak ada

lagi tombol Microsoft Office Button, karena telah diganti dengan tab File. 28 Area

kerja Microsoft power point merupakan slide yang berisi materi sistem

persamaan dan pertidaksamaan linier yang dapat diedit sesuai dengan kebutuhan

pada indikator setiap pertemuan. Slide tersebut akan menampilkan masalah yang

guru sampaikan agar siswa dalam satu kelas dapat fokus perhatiannya ketika

belajar. Selain itu, tampilan animasi akan membuat minat dan ketertarikan siswa

27
Dwi Ninggar. 2011. 7 Jam Belajar Interaktif PowerPoint 2010 untuk Orang Awam.
Palembang: Maxikom, hal. 2
28
Ibid, hal. 4
11

dalam memecahkan masalah matematika lebih meningkat, akhirnya hasil belajar

siswa pun meningkat.

Dengan penggunaan power point dapat membantu guru dalam mengarahkan

siswa untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini

untuk membantu model PBL yang peneliti gunakan agar memudahkan

dalam menyampaikan materi.

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir penelitian ini, yaitu rendahnya hasil belajar siswa dalam

pelajaran matematika kelas X PM semester ganjil SMK Negeri 15 Jakarta tahun

ajaran 2014-2015, dimana pencapaian KKM siswa masih rendah. Hal ini

disebabkan karena pembelajaran di dalam kelas lebih sering terpusat kepada guru,

metode mengajar yang digunakan belum tepat, dan media yang digunakan tidak

bervariasi. Aktifitas sehari-hari siswa di kelas masih monoton dengan menjelaskan

materi berikut contoh soalnya, kemudian siswa diminta untuk mengerjakan latihan

soal. Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas X PM SMK Negeri 15

Jakarta tahun ajaran 2014-2015 dibuktikan dengan hasil ulangan harian materi

eksponen hanya ada 4 siswa yang mencapai KKM. Karena itu, perlu upaya untuk

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X PM SMK Negeri 15 Jakarta

tahun ajaran 2014-2015. Peneliti bersama kolaborator memilih model pembelajaran

PBL berbantuan power point, materi yang digunakan adalah sistem persamaan dan

pertidaksamaan linier karena sesuai dengan proses pembelajaran yang sedang

berlangsung.
12

Model pembelajaran PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang

melibatkan siswa untuk memecahkan masalah yang dimulai dengan guru

memberikan masalah, kemudian siswa membaca masalah, menetukan masalah,

merumuskan masalah, mendiskusikan, dan menyimpulkan. Dengan proses

pembelajaran seperti itu siswa akan mampu menyelesaikan masalah dengan baik.

Pada saat siswa mendiskusikan masalah akan terjadi interaksi antara siswa dengan

siswa, siswa dengan guru, serta guru dengan kolaborator, sehingga proses belajar

dapat berjalan secara aktif. Kemudian dengan berbantuan power point yang

digunakan untuk menampilkan masalah dalam pembelajaran agar proses

pembelajaran lebih menarik dan mengarahkan siswa dalam memecahkan masalah

akan membuat siswa lebih memahami masalah yang dimaksud. Siswa akan tertarik

untuk mengikuti pembelajaran matematika di dalam kelas, sehingga masalah yang

diberikan akan terselesaikan dengan baik.

Dengan diterapkannnya model ini akan membawa perubahan pada tingkat

pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap pelajaran matematika, khususnya

materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linier yang diajarkan dan

menyebabkan ingatan dapat bertahan lama sehingga pada akhirnya hasil belajar

matematika siswa meningkat.

Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL

berbantuan power point akan berpeluang meningkatkan hasil belajar matematika

materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linier siswa kelas X PM semester

ganjil SMK Negeri 15 Jakarta tahun ajaran 2014-2015.


13

C. Hipotesis Tindakan

Melalui penggunaan model problem based learning berbantuan power point

dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi sistem persamaan dan

pertidaksamaan linier siswa kelas X PM semester ganjil SMK Negeri 15 Jakarta

tahun ajaran 2014-2015.

Anda mungkin juga menyukai