Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN

PENGGUNAAN METODE PERMAINAN JARIMATIKA DAPAT MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN MATEMATIKA
DI KELAS III SD NO.003/XI AUR DURI
KECAMATAN PONDOK TINGGI
KOTA SUNGAI PENUH
TP. 2013/2014

NAMA

: MUHAMMAD FACHRUROZI,S.Pd

NIP

: 19890601 201301 1001

ASAL SEKOLAH

: SD NO.003/XI AUR DURI KECAMATAN PONDOK


TINGGI KOTA SUNGAI PENUH

SD NO.003/XI AUR DURI KECAMATAN PONDOK TINGGI


KOTA SUNGAI PENUH
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari.. Hal ini

dikarenakan matematika sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Dalam hal
tertentu manusia tidak terlepas dari berhitung, baik dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan,
dan pembagian. Oleh karena itu, matematika diajarkan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan
tinggi. Dalam mengajarkan matematika harus dimulai dari materi yang termudah sampai yang
tersulit. Sebagai guru juga harus mampu melihat tingkat kemampuan siswa dalam menyerap
materi yang disampaikan oleh guru.
Mengajarkan matematika mulai tingkat dasar harus dimulai dari pengenalan angka dan
dari bilangan yang terkecil. Dalam mengajarkan matematika di SD seperti di Kelas III SD
003/XI Aur Duri guru memberi materi sesuai dengan kemampuan siswa.

Tetapi walapun

demikian saat melakukan penilaian dengan tes untuk mengukur hasil belajar. Guru mendapati
beberapa orang siswa belum mencapai nilai KKM yang diharapkan. Hal ini terjadi disebabkan
karena guru melihat siswa kurang termotivasi dalam belajar matematika.
Di samping itu metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang tepat sehingga
siswa menjadi kurang memahami pelajaran yang di sampaikan. Selain masalah tersebut, ketika
guru sedang mengadakan apersepsi tentang pelajaran yang baru dipelajari, banyak diantara siswa
yang lupa atau kurang ingat tentang cara penyelesaian materi yang disampaikan pada pertemuan
sebelumnya. Siswa juga kurang menguasai konsep perkalian, sehingga belum bisa menghitung
perkalian dengan benar.
Dari beberapa masalah yang terjadi di atas, saya merasa perlu untuk melakukan sebuah
penelitian untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Penelitian yang akan saya lakukan

berjudul Penggunaan metode permainan jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pelajaran matematika di kelas III SD No.003/XI Aur Duri.
1.2.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu Bagaimanakah

penggunaan metode permainan jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pelajaran matematika dikelas III SD No. 003/XI Aur Duri ?
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui penggunaan metode permainan jarimatika
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika di kelas III SD No. 003/XI
Aur Duri.
1.4.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaatn untuk:
1. Siswa, meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika pada materi
operasi hitung perkalian.
2. Guru, dapat memperbaiki cara mengajar guru untuk menggunakan berbagai metode
dalam pembelajaran dengan melakukan PTK.
3. Sekolah, dapat memfasilitasi media dan alat peraga dalam melaksanakan proses
pembelajaran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dijarkan di SD. Guru yang akan
mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaklah mengetahui dan memahami objek yang
akan diajarkannya, yaitu matematika. Untuk menjawab pertanyaan Apakah matematika itu ?
tidak dapat dengan mudah dijawab.
Hal ini dikarenakan sampai saat ini belum ada kepastian mengenai pengertian
matematika karena pengetahuan dan pandangan masing-masing dari para ahli yang berbedabeda. Ada yang mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang,
matematika merupakan bahasa simbol, matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah
ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah metode berpikir logis, matematika adalah
ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, matematika adalah ratunya ilmu dan
juga menjadi pelayan ilmu yang lain.

2.2 Pengertian Matematika


Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari
perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike

berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang
artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti
ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan
kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil
observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea,
proses, dan penalaran (Russeffendi, 1980 :148).
Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris.
Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran
di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika supaya konsepkonsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi
secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atua notasi matematika yang bernilai global
(universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar
terbentuknya matematika.
Menurut Russefendi (1988 : 23) Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah
dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu
deduktif.
Jadi, matematika sebagai ilmu tentang pola karena pada matematika sering dicari
keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-konsep tertentu atau
model yang merupkan representasinya untuk membuat generalisasi.

2.3 Pendekatan Pembelajaran Matematika


Dalam suatu pembelajaran terjadi komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan

guru dan antara siswa dengan siswa. Agar komunikasi tersebut dapat berlajaran dengan baik dan
diperoleh hasil pembelajaran yang maksimal guru seharusnya mempunyai strategi dalam
melaksanakan pembelajaran.
Secara umum strategi belajar mengajar mempunyai pengertian sebagai suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Menurut
Mansur Muslich (2007:67) strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru
dalam mengajar. Dengan demikian jika dihubungkan dengan belajar mengajar matematika,
strategi berarti suatu pola-pola umum kegiatan guru-siswa dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar matematika untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Strategi merupakan siasat dalam pembelajaran misalnya mengaktifkan siswa. Dalam
strategi terdapat beberapa pendekatan, seperti konstruktivis dan realistik. Pendekatan
pembelajaran merupakan suatu pedoman mengajar yang sifatnya masih teorits atau konseptual.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa memilih sistem pendekatan belajar mengajar
merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dalam konteks penerapan
KTSP, kegiatan pembelajaran diartikan sebagai kegiatan aktif siswa dalam membangun makna
atau pemahaman. Dalam kegiatan pembelajaran guru berfungsi sebagai fasilitator dan motivator,
guru bertanggungjawab untuk menciptakan situasi yang kondusif yang mendorong prakarsa,
motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar. Dengan demikian, tanggung jawab belajar
terdapat pada diri siswa. Menurut Depdiknas (2003), pengembangan kegiatan pembelajaran
harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
2. Belajar dengan bertahap
3. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan

4. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah


5. Mengembangkan kreatifitas siswa
6. Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi
7. Perpaduan kompetensi, kerjasama, dan solidaritas
8. Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik untuk belajar sepanjang hayat.

2.4. Pengertian Belajar


Slameto (2003:13) mengemukakan Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh
motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Dimana, Hilgard
(dalam Sanjaya 2009:110) mengemukakanBelajar adalah proses perubahan melalui kegiatan
atau prosedur latihan baik latihan didalam laboratorium maupun didalam lingkungan alamiah.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan yang
ditunjukkan dengan perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. Dalam
kegiatan ini maka antara proses belajar dengan perubahan adalah dua gejala saling terkait yakni
belajar sebagai proses belajar dan perubahan bukti dari hasil yang diproses. Belajar dengan
proses perubahan maka perubahan-perubahan itu dapat berubah menjadi hasil yang baru atau
penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh.
2.5. Pengertian Hasil Belajar
Mulyono (1999:37) mengemukakan Hasil belajar merupakan kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Kemudian Slameto (2003:2) mengemukakan

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima


pengalaman belajarnya.
Selanjutnya, Sudijono (2008 : 49) mengemukakan Hasil belajar yang secara garis
besarnya membagi tiga ranah, yakni ranah kognitif adalah berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sifat yang terdiri dari
lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang diperoleh anak berupa pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, dan evaluasi setelah menerima pengalaman belajar dimana pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi merupakan ranah kognitif yang paling banyak dinilai
oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran.
2.6. Metode Jarimatika
Apabila kita ingin mengerjakan sesuatu kepada anak atau peserta didik dengan baik dan
berasil pertama-tama yang harus diperhatikan adalah metode yang akan dilakukan, sehingga
sasaran yang diharapkan dapat tercapai atau terlaksana dengan baik, karena metode yang
didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Metode mengajar yang digunakan
harus dapat menumbuhkan motivasi dalam belajar siswa. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
menciptakan suasana belajar yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan memilih
metode yang sesuai dengan keadaan siswa.

Oleh karena itu, salah satu metode yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa adalah dengan menggunakan metode permainan Jarimatika. Permainan Jarimatika adalah
salah satu metode pembelajaran yang dapat mengembangkan daya kreativitas, meningkatkan
motivasi juga dapat mengurangi rasa bosan dan jenuh khususnya saat belajar operasi hitung.
Pada prinsipnya bermain tidak dapat dilepas begitu saja dari kehidupan anak-anak karena
bermain bagi kehidupan anak-anak merupakan proses yang sangat mendasar dalam pertumbuhan
fisik dan perkembangan mental serta sosial seorang anak. Seperti yang dikemukakan oleh
Sudono ( dalam Thursan 2000 : 1) "Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau
tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak".
Jarimatika berasal dari dua kata yaitu jari dan matika. Jari merupakan bagian pelengkap
pada tangan yang telah dikaruniakan Tuhan untuk kita sebagai manusia, sedangkan matika
merupakan singkatan dari matematika. Jarirnatika itu mempunyai arti menghitung dengan
metode jari-jari kita. Dimana konsep berhitung yang dikembangkan adalah menggunakan jari
tangan. Widiastudi (2009) Pondasi yang kuat dan dengan pengalaman awal mereka belajar
matematia yang cepat ,mudah, dan menyenangkan maka ke depannya mereka diharapkan
menjadi manusia-manusia yang menyukai dan tidak kuat lagi dengan matematika.
Dan dipertegas oleh Septi Peni Wulandari ( Edisi tiga 2009 ) Dimana jarimatika
memberikan visualisasi proses berhitung, tidak memberatkan memori otak, alatnya gratis, selalu
terbawa,dan tidak dapat disita. Selama ini mereka hanya mengenal hal-hal yang kasat mata,
karena itu pembelajaran dengan menggunakan jari sangat efektif. Sebelum mempelajari metode
jarimatika Perkalian bilangan

anak-anak harus

memahami konsep Penjumlahan

terlebih

dahulu. Untuk Perkalian bilangan, caranya adalah hadapkan kedua belah tangan denga jari-

jarinya menghadap kita. Beri nomor jari-jari tangan tersebut. Untuk perkalian 6 10, jari
kelingking bernilai 6, jari manis bernilai 7, jari tengah bernilai 8, jari telunjuk bernilai 9, dan jari
jempol bernilai 10.

Cara menggunakan metode jarimatika sebagai berikut:


1. Jarimatika perkalian 9 (19 109)

Buka kedua tangan anda. Mulai dari jari kelingking tangan kiri adalah 1, hingga jari
kelingking kanan adalah 10.

Misalkan kita ingin menghitung 39. Lipat jari nomor 3 dari kiri (jari tengah tangan kiri).

Jari no 3 yang kita lipat, berfungsi sebagai pemisah antara puluhan dan satuan.

Dari jari tangan yang kita peragakan tersebut artinya di sebelah kiri jari yang dilipat ada 2
jari, yang mewakili angka 20.

Sedangkan di sebelah kanan jari yang dilipat ada tujuh jari (termasuk jari-jari tangan
kanan), mewakili angka 7.

Berarti ada 2 puluhan dan 7 satuan, jika dijumlahkan sama dengan 27. Jadi 39 = 27.

Cobalah dengan contoh lain misalnya 69 atau 99. Ingat dihitungnya dari jari
kelingking tangan kiri ya.

2. Jarimatika perkalian 5 (15 105)

Buka kedua tangan anda, mulai dari jari kelingking kiri adalah 1 hingga jari kelingking
kanan adalah 10.

Buat irama atau lagu untuk anak. Katakan 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50.
Prinsipnya adalah melompat bilangan 5.

Sekarang minta anak dengan menunjuk jari kelingking kiri (jari no. 1) sambil berkata 5.
Tunjuk jari no. 2 dengan berkata 10. Tunjuk jari no.3 dengan berkata 15 dan seterusnya
sampai jari ke 10 dengan berkata 50.

Bila sudah hafal dengan jari dan iramanya, coba test anak dengan menunjuk jari no. 6
misalnya, maka dia otomatis akan menjawab 30. Berarti 65=30.

3. Jarimatika perkalian 6, 7, dan 8

Gunakan semua jari anda, baik jari kaki maupun jari tangan.

Jari kari mewakili 1 sampai 5 kemudian tangan kiri mulai jempol kiri mewakili no. 6
sampai kelingking kiri mewakili 10. Demikian pula kaki kanan dan tangan kanan, mulai
jempol kanan mewakili 6 sampai kelingking kanan mewakili 10.

Misalnya kita ingin mendapatkan hasil dari perkalian 67, maka lipat jempol kiri untuk
mewakili 6, dan lipat jempol dan telunjuk kanan untuk mewakili 7.

Perhatikan jari yang dilipat. Setiap jari yang dilipat mewakili angka 10. Pada contoh yang
kita gunakan ada 3 jari yang dilipat berarti 30.

Selanjutnya hitung jari yang tidak dilipat. Jari di kiri ada 4, sedangkan jari di kanan ada 3.
Kalikan kedua angka tersebut yaitu 43 = 12.

Terakhir menjumlahkan angka 30 dengan angka 12, hasilnya: 30 + 12 = 42.

Lakukan lagi latihan dengan contoh lain misalnya 78 atau 65 dan seterusnya.

Dengan metode jarimatika diatas siswa dapat dengan mudah melakukan perkalian tanpa
menggunakan alat bantu hitung instan seperti kalkulator atau tabel perkalian. Dan ketika siswa
sudah terbiasa metode jarimatika juga lebih memberikan kesan tersendiri yang akan membantu
siswa dalam mengingat perkalian. yang menarik dari jarimatika adalah cara belajar berhitung
yang menyenangkan dengan adanya penyeimbangan dan pengoptimalkan otak kiri dan otak
kanan serta belajarnya tidak memakai alat dan tidak perlu menghafal.
2.7. Kerangka Konseptual
Kemampuan berhitung merupakan salah satu latar belakang kognitif siswa yang
menetukan keberhasilan belajarnya. Matematika merupakan mata pelajaran pondasi awal
pembentukan logika anak dalam berhitung. Seiring perkembangan teknologi, alat-alat yang
membantu berhitung seperti kalkulator dan computer berkembang pesat, disatu sisi hal ini sangat
menguntungkan tapi dipihak lain hal ini sangat merugikan dan penyalahgunaan fungsi dari jasa
teknologi tersebut. Seperti halnya anak-anak cenderung menggunakan kalkulator untuk
menghitung angka-angka yang mudah dihitung sampai angka yang sulit . Hal ini mengakibatkan
anak kurang berfikir kritis dan tidak mengalami proses pembelajaran yang baik.
Suatu pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika tercapainya tujuan pembelajaran yang
diharapkan oleh guru sebagaimana yang telah dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik, maka
dituntut kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat
serta perencanaan yang matang untuk menguji dan mengukur kemampuan siswa. Salah satu
metode yang tepat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran
matematika di SD kelas III adalah menggunakan metode jarimatika.
2.8. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah Dengan Menggunakan Metode Jarimatika dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Perkalian Bilangan di Kelas III SD No.003/XI
Aur Duri.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Subjek penelitian
Yang menjadi subjek pada penelitian ini ialah siswa kelas III SD No.003/XI Aur Duri
yang berjumlah 22 orang, terdiri dari 12 laki-laki dan 10 perempuan.
3.2 Setting penelitian
Penelitian ini direncanakan diadakan selama 4 minggu (1 bulan) pada semester 1 bulan
September 2014. Dan bertempat di ruangan Kelas III SD No.003/XI Aur Duri Kecamatan
Pondok Tinggi Kota Sungai Penuh.
3.3 Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan model siklus
Kemmis dan Mc. Taggart sebagaimana yang dikemukakan oleh Suhaidi (2007 : 24), yakni
dalam desaign tersebut secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui dalam
melaksanakan penelitian tindakan kelas, yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3),
Pengamatan, dan (4) Refleksi.
Penelitian ini adalah penelitian kelas dengan bentuk penelitian tindakan yang
direncanakan dalam 2 siklus. Pada pembelajaran pertama, sama dengan yang diterapkan pada
pembelajaran kedua, hanya refleksi terhadap setiap pembelajaran berbeda tergantung dari fakta
dan data yang ada atau situasi dan kondisi yang dijumpai. Hal ini dilakukan agar diperoleh hasil
yang maksimal mengenai cara penggunaan metode Jarimatika.

Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan, peneliti mengadakan beberapa kali pertemuan dengan teman
sejawat untuk mambahas teknis pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Dalam pertemuan
tersebut dikaji kurikulum sebagai acuan untuk materi pelajaran antara lain:
-

Menyusun RPP berdasarkan silabus

Mempersiapkan bahan ajar yang akan diajarkan

Membuat soal-soal tugas yang akan diberikan pada masing-masing siswa berdasarkan
tujuan pembelajaran yang dipelajari

Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana perkembangan peserta didik


didalam kelas

Menyusun tes untuk mengukur hasil belajar siswa selama tindakan penelitian diterapkan

Membuat jurnal

b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan skenario pembelajaran yang telah disusun dengan menonjolkan tindakan yang ingin
diterapkan yaitu meningkatkan hasil belajar siswa penguasaan guru akan materi perkalian
bilangan.
c. Observasi

Pada saat melakukan tindakan, peneliti melakukan observasi untuk mengetahui keaktifan
siswa dalam mengikuti pelajaran, mengetahui kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat
dan mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Observasi ini juga
bertujuan untuk kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun dan juga berguna
mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan sesuai dengan
yang dikehendaki.
d. Refleksi
Hasil yang didapatkan dari tahap tindakan dan observasi dikumpulan dan dianalisa
sehingga didapat kesimpulan dari tindakan yang dilaksanakan. Hasil refleksi ini kemudian
digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan pada siklus berikutnya.
Setelah siklus I dilaksanakan dan belum tuntas, maka dalam hal ini dilaksanakan siklus
II.
Siklus II
Perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi pada siklus II dilakukan berdasarkan hasil
tindakan dari siklus I.
3.4 Tekhnik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes,
lembar observasi dan dokumentasi, yaitu mengamati keadaan yang ada di kelas. Pedoman ini
berfungsi untuk mengamati seluruh kegiatan pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan
metode jarimatika, untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disiapkan
dan untuk mengetahui perubahan kemampuan penguasaan siswa yang terjadi pada saat dilakukan
pemberian tindakan.
3.5 Analisis data

Data penelitian ini akan diolah dengan deskriptif dan kualitatif. Untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pembelajaran yang dilakukan maka akan digunakan kriteria ketuntasan minimal
dimana dengan adanya kriteria penilaian tes ini, kita dapat melihat hasil pembelajaran baik dari
segi soal yang digunakan maupun siswa yang menjadi sampel pada penelitian dengan nilai
ketuntasan 60.
Analisa ini dilakukan dengan mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang dilakukan
dengan menggunakan persentase sebagai berikut:
a. Sudjana (2009:50) rumus untuk melihat hasil belajar dari segi soal yang digunakan:
N

f
x 100 %
n

Keterangan:
N : Persentase nilai tiap siswa dari keseluruhan soal
f

: Jumlah yang benar dari keseluruhan soal

: Jumlah keseluruhan soal

b. Dan untuk menentukan persentase hasil belajar siswa secara klasikal dengan
rumus :
P=

f
x 100%
n

P = Perubahan
f = Jumlah siswa yang mengalami perubahan
n = Jumlah seluruh siswa (dalam Dewi, 2009 :114 )

3.6 Instrument pangumpulan data


Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi dan dokumentasi:
1. Tes
Peningkatan salah satu evaluasi yang dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa dari
suatu bahan ajar yang disampaikan adalah tes. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti yaitu:
tes belajar pertama dan tes belajar kedua yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa
dengan menggunakan metode jarimatika.
2. Observasi
Observasi yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap seluruh kegiatan siswa mulai
dari awal pelaksanaan tindakan observer (guru kelas) mengamati tindakan peneliti. Dalam
melaksanakan tindakan, berupa pembelajaran dengan menggunakan Metode jarimatika pada
materi perkalian bilangan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk digunakan sebagai bukti bahwa penelitian ini telah
dilakukan dengan sebenarnya tanpa merekayasa kebenaran isi dari penelitian ini.

3.7 Jadwal Penelitian


Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian
Bulan September 2014
No

Kegiatan
Minggu Efektif
1

Refleksi awal (persiapan


pelaksanaan
tindakan
kelas)

Siklus I

Pertemuan I

Pertemuan II

Evaluasi Siklus I

Siklus II
Pertemuan I

Pertemuan II

Evaluasi Siklus I

Analisis Data

Penulisan laporan Hasil


penelitian

x
x

Lembar Observasi

No

Komponen Yang Diamati

1.

Menyampaikan tujuan pembelajaran

2.

Mengadakan apersepsi

3.

Memotivasi siswa untuk belajar

4.

Penyajian materi pelajaran

5.

Mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari

6.

Membimbing siswa bekerja dalam melakukan jarimatika

7.

Memperhatikan aktivitas siswa dalam belajar

8.

Meminta siswa mengumpulkan hasil kerjanya

9.

Mengajak siswa menarik kesimpulan

10. Memberi umpan balik terhadap siswa


Keterangan :
5 = Sangat Baik

( 80% - 100%)

4 = Baik

( 60% - 79% )

3 = Sedang

( 40% - 59% )

2 = Kurang

( 20% - 19% )

1 = Sangat Kurang

( 0% - 19% )

Kategori
1

Anda mungkin juga menyukai