Anda di halaman 1dari 30

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MUATAN IPA

TENTANG EKOSISTEM MELALUI MODEL PROBLEM BASED


LEARNING PADA SISWA KELAS V SDN 5 MANUKAYA

Nama : I Wayan Mardana


NIM : 859011017
wymardana@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pemanfaatan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dalam meningkatkan hasil belajar IPA tentang ekosistem. Penelitian ini
dilaksanakan di Sekolah Dasar yang dengan subjek penelitian siswa kelas V yang berjumlah 30
orang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan menggunakan model Kemmis dan
McTaggart, dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar IPA dilihat dari hasil evaluasi siklus I dan siklus II. Peningkatan yang signifikan terjadi
pada siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa khususnya tentang ekosistem, juga menekankan pada
nilai kepedulian diri khususnya pada hewan dan tumbuhan yang berada di daerah tempat tinggal
maupun lingkungan sekolah. Untuk membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa scientist. Sehingga dapat meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model Problem Based Learning
(PBL) dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang ekosistem pada siswa kelas
V SDN 5 Manukaya.

Kata kunci: Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam, Model Problem Based
Learning (PBL), Ekosistem

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan di sekolah dasar merupakan lembaga yang dikelola dan diatur oleh
pemerintah yang bergerak di bidang pendidikan yang diselenggarakan secara formal yang
berlangsung selama 6 tahun dari kelas 1 sampai kelas 6 untuk anak atau siswa-siswi di
seluruh indonesia tentunya dengan maksud dan tujuan yang tidak lain agar anak indonesia
menjadi seorang individu yang telah diamanatkan atau yang sudah dicita-citakan dalam
Undang-undang Dasar 1945.
Dalam pelaksanannya, pendidikan di sekolah dasar diberikan kepada siswa dengan
sejumlah materi atau mata pelajaran yang harus dikuasainya. Mata pelajaran tersebut
antara lain seperti pendidikan agama (diberikan sesuai dengan agama dan kepercayaan
siswa masing-masing, yaitu agama islam, kristen, katolik, hindu, dan budha), pendidikan
kewarganegaraan, bahasa indonesia, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
matematika, pendidikan jasmani dan olahraga, seni budaya dan kerajinan, serta ditambah
dengan mata pelajaran yang bersifat muatan lokal pilihan yang disesuaikan dengan daerah
masing-masing yaitu seperti mata pelajaran bahasa inggris, bahasa daerah (sesuai dengan
daerah masing-masing).
Menurut Haryono (2013: 1) dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling utama. Tantangan pendidikan adalah menciptakan mutu
pendidikan yang berkualitas sesuai dengan perkembangan globalisasi saat ini. sudah lama
orang menyadari dan mempertimbangkan tentang rendahnya mutu pendidikan IPA.
Diantaranya indikator yang digunakan untuk menunjukkan rendahnya mutu pendidikan
IPA adalah berdasarkan laporan PISA (Programme for International Student Assessment)
peringkat pendidikan Indonesia di dunia bertengger di urutan 62 dunia di bidang sains.
Masih di bawah Singapura, Vietnam, dan Thailand. PISA sendiri merupakan survei yang
menguji kemampuan siswa untuk tiga bidang, yakni membaca, matematika, dan sains.
Survei ini diinisiasi Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD).
(Rizki Akbar Putra, 2019)
Dengan kondisi tersebut guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas untuk
memperbaiki praktek pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih berkualitas dan lebih
efektif. Menurut Mohammad Asrori (2012: 5) mendefinisikan penelitian tindakan kelas
adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
1
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut
diberikan oleh guru yang dilakukan oleh siswa.
Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk
merancangnya, agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi
harapan dan tujuan pembelajaran, perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan
agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Dalam perbaikan pembelajaran
diasumsikan bahwa: Perbaikan kualitas pembelajaran ini haruslah diawali dengan
perbaikan desain pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal
dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena dalam
desain pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan oleh guru dalam mengajar telah
terancang dengan baik, mulai dari mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran
sampai dengan pelaksanaan evaluasi sumatif yang tujuannya untuk mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

1. Identifikasi Masalah
Memperhatikan situasi diatas, kondisi yang ada saat ini adalah
a. Rendahnya kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
b. Rendahnya prestasi siswa untuk mata Ilmu Pengetahuan Alam alam.
c. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas masih berjalan monoton.
d. Metode yang digunakan bersifat konvensional.
e. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat.
f. Belum ada kolaborasi antara siswa dan guru.

2. Analisis Masalah
Ada beberapa hal yang mengakibatkan rendahnya kualitas pembelajaran baik
prestasi siswa maupun aktivitas belajar, antara lain :
a. Siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang
lain.
b. Siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri.
c. Siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Salah satu alternatif model pembelajaran yang bisa dilaksanakan adalah model
problem based learning. Melalui model problem based learning siswa diajak untuk
belajar aktif dalam memecahkan masalah. Maka penulis mencoba menerapkan salah
satu model pembelajaran, yaitu problem based learning untuk membuktikan apakah
dengan model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
IPA. Mengingat pentingnya proses pembelajaran IPA sebagai langkah untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa memiliki kelemahan-kelemahan dalam proses
pembelajaran harus diperbaiki dan dicarikan alternatif pemecahannya. Oleh karena itu
perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas. Sebagai wujud nyata dari tuntutan
tersebut maka peneliti tertarik untuk mengangkat sebuah penelitian yang
berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Tematik Muatan IPA tentang Ekosistem melalui
Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas V SDN 5 Manukaya”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, permasalah yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana menerapkan pembelajaran model problem based learning agar dapat
meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang
ekosistem di kelas V SDN 5 Manukaya?
2. Apakah penggunaan pembelajaran model problem based learning dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang
ekosistem di kelas V SDN 5 Manukaya?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Adapun tujuan penelitian perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Dengan diterapkan pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang ekosistem
di kelas V SDN 5 Manukaya.
2. Dengan diterapkan pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang ekosistem di
kelas V SDN 5 Manukaya.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan latar tujuan penelitian di atas, dapat dirumuskan manfaat penelitian,
yaitu:
1. Bagi Siswa
Bagi siswa, kontribusi manfaat yang diharapkan dapat diberikan dari hasil
tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan berlandaskan kaidah
PTK ini adalah:
a. Proses belajar mengajar pengetahuan alam tidak lagi monoton
b. Ditemukan strategi pembelajaran yang tepat tidak konvensional, tetapi bersifat
variatif.
c. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok meningkat.
d. Keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan dan saran
meningkat.
e. Kualitas pembelajaran pengetahuan alam meningkat.
f. Hasil belajar pengetahuan alam meningkat.
2. Bagi Guru
Secara lebih khusus, kontribusi manfaat yang diharapkan dapat diberikan dari
hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan berlandaskan
kaidah PTK ini adalah:
a. Memberikan tambahan pengalaman tentang cara menemukan kelemahan dalam
pembelajaran melalui refleksi.
b. Meningkatkan profesionalisme dalam bidang pendidikan.
c. Sebagai acuan dalam mendapatkan cara yang efektif dalam penyajian pelajaran.
3. Bagi Sekolah
Hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan berlandaskan
kaidah PTK ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
kemajuan sekolah, yang antara lain tercermin pada:
a. Memberi sumbangan yang berharga bagi lembaga bahwa penelitian yang
dilakukan dapat dijadikan sebagai alat bantu pembelajaran
b. Mempertinggi mutu belajar mengajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Pembelajaran Model Problem Based Learning


Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Problem Based Learning (PBL) dalam bahasa Indonesia disebut Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang
diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan
untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Model PBL
dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep
tersebut memberikan dukungan teoritis terhadap pengembangan model PBL yang
berorientasi pada kecakapan memproses informasi.

B. Pengertian Model Problem Based Learning


Model Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang
difokuskan pada pengalaman pembelajaran yang diatur meliputi penyelidikan dan
pemecahan masalah khususnya masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
(Trianto, 2009: 47).
Menurut Abidin (2014: 159) memandang model Problem based learning suatu
model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”,
bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin
tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik
sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah
yang harus dipecahkan.

C. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning  


Menurut Trianto (2009: 93), karakteristik model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) adalah: (1) adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, (2) berfokus pada
keterkaitan antar disiplin, (3) penyelidikan autentik, (4) menghasilkan produk atau karya
dan mempresentasikannya, dan (5) kerja sama. 
D. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning 

Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL adalah kemampuan siswa untuk berpikir kreatif,
analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah malalui
eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Berikut ini
beberapa tujuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL):

1. Mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. 


Proses-proses berpikir tentang ide-ide abstrak berbeda dari proses-proses yang
digunakan untuk berpikir tentang situasi-situasi dunia nyata.
2. Belajar peran orang dewasa 
Problem Based Learning (PBL) juga dimaksudkan untuk membantu siswa
berkinerja dalam situasi-situasi kehidupan nyata dan belajar peran-peran penting yang
biasa dilakukan oleh orang dewasa.

3. Keterampilan-keterampilan untuk belajar mandiri 

Guru yang secara terus menerus membimbing siswa dengan cara mendorong
dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memberi penghargaan
untuk pertanyaan-pertanyaan berbobot yang mereka ajukan, dengan mendorong siswa
mencari solusi/penyelesaian terhadap masalah nyata yang dirumuskan oleh siswa
sendiri, maka diharapkan siswa dapat belajar menangani tugas-tugas pencarian solusi
itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.

E. Langkah-Langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran

Langkah-langkah operasional dalam proses pembelajaran yang dikonsepkan oleh


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai berikut:

1. Konsep Dasar (Basic Concept) 

Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill
yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut.

2. Pendefinisian Masalah (Defining The Problem) 


Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan scenario atau permasalahan dan
peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota
kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap scenario secara
bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.

3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning) 

Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang
sedang dinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tetulis yang
tersimpan dipepustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang
relevan.

3. Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge) 

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam


langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik
berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan
solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan
dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

4. Penilaian (Assessment) 

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge),


kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan
yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

F. Sintaks Model Problem Based Learning


Menurut Rusmono (2012: 81), sintaks model pembelajaran Problem based learning
dapat disajikan seperti Tabel 1.1
Tabel 1.1
Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning
Fase-Fase Perilaku Guru
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
Fase 1
logistic yang dibutuhkan.
Orientasi peserta didik kepada
Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif
masalah
dalam pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2 Membantu peserta didik mendefinisikan dan
Mengorganisasikan peserta mengorganisaikan tugas belajar yang
didik berhubungan dengan masalah tersebut
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
Fase 3
informasi yang sesuai, melaksanakan
Membimbing penyelidikan
eksperimen untuk menapatkan penjelasan dari
individu dan kelompok
pemecahan masalah
Fase 4 Membantu peserta didik dalam merencanakan
Mengembangkan dan menyajikan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
hasil karya laporan, model dan berbagi tugas dengan teman

G. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah


Menurut polya ( 2014: 193), indikator kemampuan pemecahan masalah dapat
disajikan seperti Tabel 2.2
Tabel 2.2
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

No Indikator Penjelasan
1 Memahami Merupakan kegiatanmengidentifikasi kecukupan data
Masalah untuk menyelesaikan masalah sehingga memperoleh
gambaran lengkap apa yang diketahui dan ditanyakan
dalam masalah tersebut.

2 Merencanakan Merupakan kegiatan dalam menetapkan langkah-


Penyelesaian langkah penyelesaian, pemilihan konsep, persamaan
dan teori yang sesuai untuk setiap langkah.
3 Menjalankan Merupakan kegiatan menjalankan penyelesaian
Rencana berdasarkanla ah-langkah yang telah dirancang dengan
menggunakan konsep, persamaan serta teori yang
dipilih.

4 Pemeriksaan Melihat kembali apa yang telah dikerjakan, apakah


langkah-langkah penyelesaian telah terealisasikan
sesuai rencana sehingga dapat memeriksa kembali
kebenaran jawaban yang pada akhirnya membuat
kesimpulan akhir.

H. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning  


Setiap model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut ini
merupakan keunggulan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL),
yaitu sebagai berikut (Sanjaya, 2006: 220):

1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna. 
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. 
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan
siswa untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukan. Disamping itu,
pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik
terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti
oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku saja. 
7. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. 
8. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
dan menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 
9. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan
pengetahuan yang dimiliki dalam dunia nyata. 
10. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Adapun kelemahan-kelemanan dari penggunaan model pembelajaran Problem


Based Learning (PBL), adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2006: 221):

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau siswa berasumsi bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa enggan untuk mencoba. 
2. Keberhasilan model pembelajaran melalui Problem Based Learning membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan. 
3. Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha memecahkan masalah yang dipelajari,
maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari.

I. Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar


Siswa Sekolah Dasar merupakan anak yang paling banyak mengalami
perubahan sangat drastis baik mental maupun fisik. Gerakan- gerakan organ tubuh
anak juga menjadi lincah dan terarah seiring dengan munculnya keberanian
mentalnya. Keberanian dan kemampuan ini, disamping karena perkembangan
kapasitas mental, juga disebabkan oleh adanya keseimbangan dan keselarasan
gerakan organ-organ tubuh anak. Masa usia sekolah menurut Suryosubroto (2008:
124) sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Hal tersebut
ditentukan oleh kematangan anak tersebut bukan ditentukan oleh umur semata,
namun pada umur antara 6 atau 7 tahun biasanya anak memang telah matang untuk
masuk sekolah dasar. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat peneliti
simpulkan bahwa karakteristik peserta didik sekolah dasar merupakan semua watak
yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan peserta didik dalam kehidupannya setiap
saat. Sehingga dengan demikian, watak dan perbuatan manusia tidak akan lepas dari
kodrat dan sifat serta bentuknya yang berbeda-beda, maka tidak heran jika bentuk
dan karakter peserta didik juga berbeda-beda

J. Kerangka Berpikir
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang ada dalam
pendidikan Sekolah Dasar (SD). Dalam pembelajaran IPA diharapkan siswa tidak hanya
belajar melalui materi-materi yang ada didalam buku maupun yang disampaikan oleh
guru, namun siswa melakukan percobaan dan melakukan pengamatan secara langsung.
Kenyataan yang terjadi saat ini siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang
disampaikan guru. Didalam pembelajaran guru menjadi pusat dari kegiatan belajar
menggajar, sehingga terjadi komunikasi satu arah. Didalam kegiatan pembelajaran siswa
hanya mendengarkan materi dari guru secara cepat, sehingga pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran lemah, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Guru
dalam pembelajaran masih sangat jarang dalam menggunakan model-model
pembelajaran yang inovatif, sehingga pembelajaran menjadi kurang berkesan bagi siswa.
Adapun dalam pembelajaran IPA, guru hanya menyampaikan pembelajaran dengan
menggunakan ceramah dalam menjelaskan materi sehingga siswa kurang aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai digunakan untuk anak pada tahap
operasional konkret adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). PBL
merupakan model pembelajaran yang menekakan keaktifan siswa dalam menyelesaikan
suatu masalah dengan mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam kehidupan
nyata. Melalui penerapan model pembelajaran PBL diharapkan siswa akan lebih
mampu memahami materi serta berpengaruh pada hasil belajar. Hasil penelitian yang
relevan menunjukkan adanya pengaruh yang positif dari penelitian yang telah dilakukan
tentang penerapan model pembelajaran PBL terhadap aktivitas belajar, keterampilan
belajar, dan hasil belajar. Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui pengaruh penerapan
model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar siswa untuk memperkaya hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya. Model pembelajaran PBL
diterapkan pada muatan pelajaran IPA, pada materi Ekosistem. Model pembelajaran
PBL memberikan siswa untuk berpikir secara logis dalam pemecahan masalah dalam
pembelajaran. Jika model pembelajaran PBL diterapkan dalam pembelajaran IPA materi
Ekosistem, maka penerapan model pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa.

K. Sistematis Tindakan
Berdasarkan beberapa teori pendukung dan kerangka berpikir diatas maka hipotesis
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat hasil belajar tematik muatan IPA tentang ekosistem pada siswa
kelas V SDN 5 Manukaya.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian


1. Subjek Kelompok Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas V (Lima) dengan jumlah 30 peserta didik,
yang terdiri dari 13 laki-laki dan 17 Perempuan, pada tahun Pelajaran 2019/2020
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini bertempat di SDN 5 Manukaya, Kecamatan Tampaksiring
Kabupaten Gianyar
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut pada tanggal 14 April 2020
s.d. 21 April 2020, tahun pelajaran 2019/2020.
.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan identifikasi masalah di atas rencana perbaikan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dilakukan dalam 2 (dua) siklus dimana pada setiap siklus terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Kemmis dan McTaggart mengatakan
bahwa penelitian tindakan adalah suatu siklus spiral melalui 4 (empat) tahap, dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi, yang
selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Setiap siklus digambarkan
pada alur perencanaan seperti gambar 1.1 di bawah ini :

Gambar 1.1 Model Kemmis dan McTaggart


C. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dalam 2 siklus
1. Siklus I
Pada siklus I ini perbaikan pembelajaran melalui tahap-tahap sebagai berikut
1.1 Perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal.
Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan
sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa
perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi
nyata yang ada. Perencanaan tindakan dilakukan dengan membuat segala sesuatu
yang diperlukan seperti: Perangkat Perbaikan Pembelajaran (RPP), dan beberapa
instrument pendukung seperti: tes, observasi. Dalam perencanaan tindakan ini
peneliti akan membuat skenario pembelajaran yang dituangkan dalam RPP.

1.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada
rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu
didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh
berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal. Pelaksanaan
tindakan dilakukan karena peneliti ingin mengetahui perkembangan  siswa
mengenai bagaimana hasil belajar  dan aktivitas dengan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
tentang ekosistem.

1.3 Observasi
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti
mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan
terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan
melalui teknik observasi. Dalam pengamatan ini diamati oleh teman sejawat yang
dicatat kekurangan pada saat kita mengajar Observasi terhadap dampak tindakan
dilakukan secara kontinyu dan dengan berbagai cara. Berarti dilakukan secara
terus-menerus, baik dalam proses pembelajaran maupun pada hasil belajar. Proses
pengamatan terutama ditujukan pada perkembangan pemahaman dengan acuan
respon terhadap pertanyaan-pertanyaan, pemahaman dan atau kemungkinan
berpartisipasi dalam diskusi-diskusi atau pemecahan masalah.

1.4 Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis,
interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan.
Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil
atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari
kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian
yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik
kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat
penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi,
yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Refleksi
perbaikan pengajaran dilakukan oleh praktikan untuk merasakan apa yang sudah
dilaksanakan dalam mengajar. Dalam hal ini akan dapat dirasakan kelebihan dan
kekurangannya, karena praktikan merasakan lebih ada kekurangannya, maka
dilanjutkan ke siklus II. Peneliti melakukan analisis data mengenai proses,
masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap
dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar pada
siklus selanjutnya hambatan yang dihadapi berkurang.

2. Siklus II
2.1 Perencanaan
Pada siklus II, dalam perencanaan lebih intensif membimbing siswa untuk
belajar baik secara individu maupun membimbing siswa secara berkelompok,
Mempersiapkan pembelajaran yang lebih baik sehingga siswa lebih antusias
untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan dan membuat perangkat
pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) yang lebih mudah dipahami
peserta didik.

2.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru Kelas V (lima) SDN 5 Manukaya,
Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Hal ini dilakukan karena peneliti
ingin mengetahui perkembangan  siswa mengenai bagaimana hasil belajar  dan
aktivitas dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang ekosistem.

2.3 Observasi
Observasi terhadap dampak tindakan dilakukan secara kontinyu dan
dengan berbagai cara. Berarti dilakukan secara terus-menerus, baik dalam proses
pembelajaran maupun pada hasil belajar. Proses pengamatan terutama ditujukan
pada perkembangan pemahaman siswa dengan acuan respon siswa terhadap
pertanyaan-pertanyaan, pemahaman dan atau kemungkinan siswa berpartisipasi
dalam diskusi-diskusi atau pemecahan masalah.

2.4 Refleksi
Peneliti melakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan
yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan
tindakan yang dilaksanakan.Hasil perbaikan pada siklus II mengenai pelaksanaan
pembelajaran, karena sudah dirasakan baik maka tidak dilanjutkan ke siklus
selanjutnya
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
tes dan non tes (lembar observasi), sedangkan teknik analisis data menggunakan
teknik analisis deskriftif kualitatif
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Siklus
1. Pelaksanaan siklus I
Siklus I dilaksanakan pada Selasa, 14 April 2020, dengan rincian:
Tema 5 : Ekosistem
Sub Tema 1 : Komponen Ekosistem
Pembelajaran : 3
1.1 Perencanaan
Perencanaan tindakan ini merupakan tahap pertama yang dilakukan peneliti,
dalam tahap perencanaan ini peneliti melakukan diskusi dengan tutor dan
teman sejawat mengenai apa saja yang diperlukan dalam tindakan yang akan
dilakukan. Persiapan yang dilakukan antara lain mengidentifikasi standar
kompetensi, menetapkan indikator, tujuan pembelajaran, menyusun rencana
pembelajaran, menyiapkan lembar instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi
untuk mengetahui kegiatan atau aktifitas pembelajaran, lembar evaluasi dan
menyiapkan sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran siklus I.
1.2 Tindakan
Tahap berikutnya dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan kelas
yang merupakan pengimplementasian dari perencanaan tindakan. Pelaksanaan
tindakan pada siklus I, pada Selasa, 14 April 2020.
1.2.1 Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam dan menyuruh salah
satu siswa untuk memimpin doa. Setelah itu, guru menanyakan kehadiran
siswa dan melakukan absensi. Sebelum memulai pembelajaran, guru
mengecek fisik dan psikis siswa apakah sudah siap untuk mengikuti
pembelajaran atau belum.Setelah siswa terlihat siap menerima
pembelajaran guru membuka pembelajaran dengan mengajak semua
siswa untuk bertepuk PPK. Setelah selesai melakukan tepuk PPK, guru
menginformasikan tema yang akan dipelajari yaitu tentang “Komponen
Ekosistem”. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan
memperlihatkan tiga gambar hewan melalui Power Point yang ada di
buku paket dan mengajukan pertanyaan : “Apa sajakah tipe-tipe ekosistem
yang kamu ketahui terdapat di Indonesia?, Hewan apa sajakah yang
terdapat di Indonesia?, Tahukah kamu seperti apakah daur hidup hewan
tersebut?” Kemudian siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dan guru
memberikan penguatan .
1.2.2 Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti Guru membentuk kelompok sesuai dengan
penempatan duduk siswa. Guru menugaskan siswa untuk mengamati
gambar ketiga hewan yang disajikan pada buku siswa dan mereka
berdiskusi dengan kelompoknya tentang berbagai hal yang mereka ketahui
tentang hewan tersebut. Siswa ditugaskan menjelaskan perbedaan antara
ketiga gambar yang tersedia. Guru memfasilitasi siswa yang ingin
menceritakan pengalamannya tentang hewan tersebut dan memberikan
kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya sehubungan dengan gambar
tersebut. Siswa mencermati teks bacaan tentang daur hidup hewan dan
membuat peta pikiran untuk memudahkan siswa dalam melakukan tugas
berikutnya, yakni membuat diagram. Siswa melakukan kerja sama
kelompok untuk membuat diagram yang memperlihatkan daur hidup tiga
jenis hewan yang berbeda. Siswa bersama dengan kelompoknya akan
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dengan
percaya diri. Kegiatan ini untuk membantu siswa memahami KD IPA 3.5.
Siswa ditugaskan untuk mencari perbedaan dan persamaan antara daur
hidup hewan yang mengalami metamorfis dan yang tidak mengalami
metamorfosis! Kemudian menjelaskan dan menggambarkan daur hidup
salah satu hewan berikut: siput air, kucing, dan katak!. Guru melakukan
penilaian hasil belajar.
1.2.3 Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, dengan bimbingan guru, siswa membuat
kesimpulan/rangkuman terkait pembelajaran yang telah dilakukan. Guru
mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dipahami oleh
siswa. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti. Guru memberikan
penghargaan kepada semua siswa atas partisipasi aktifnya di kelas. Guru
memberikanpesan moral tentang pentingnya menjaga pelestarian hewan
sebagai komponen ekosistem. Guru menutup pembelajaran dengan
menyanyikan lagu daerah, salam dan doa.
1.3 Pengamatan
1.3.1 Analisis Observasi Guru
Hasil observasi kegiatan mengajar guru siklus I yang dilakukan oleh
observer dan teman sejawat pada peneliti kelas 5, Tema 5 Ekosistem,
Subtema 1 Komponen Ekosistem saat mengajar menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Penilaian kegiatan
mengajar yang sudah dilaksanakan oleh teman sejawat sesuai dengan
lembar observasi mengajar dan masih ada 3 indikator yang belum
dilakukan oleh guru yaitu guru memberi motivasi kepada peserta didik,
tidak memberi penguatan kepada peserta didik dalam mencari masalah
pada materi yang diajarkan dan tidak menyampaikan rencana
pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Sebenarnya
guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan mengunakan model
pembelajaran problem based learning cukup baik, hal ini terbukti hampir
semua indikator penilaian kegiatan mengajar guru sudah dilaksanakan.
1.3.2 Refleksi
Setelah proses pembelajaran selesai, peneliti melakukan refleksi
tentang kegiatan pembelajaran yang telah berjalan. Refleksi ini
didasarkan pada hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat.
Dalam proses pembelajaran yang terjadi beberapa kekurangan dari guru
yaitu: (1) guru belum sepenuhnya memberikan motivasi kepada peserta
didik, (2) guru belum memberikan penguatan kepada peserta didik dalam
mengidentifikasi ide-ide atau masalah yang menunjang ide utama pada
materi yang diajarkan. Dari hasil refleksi, untuk meningkatkan aktivitas
guru terutama dalam pelaksanaan sintaks model Problem Based
Learning antara peneliti dan guru harus sering melakukan komunikasi
tentang sintaks. Dalam menumbuhkan semangat kerjasama, guru perlu
memotivasi siswa pentingnya bekerjasama. Untuk meningkatkan aktivitas
siswa, terutama menciptakan kelas yang kondusif sebaiknya pada
pertemuan 2 diharapkan adanya perbaikan agar lebih mengerti jalannya
pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning.
2. Pelaksanaan siklus II
Siklus II dilaksanakan pada Selasa, 21 April 2020, dengan rincian:
Tema 5 : Ekosistem
Sub Tema 2 : Hubungan Antar Makhluk Hidup dalam Ekosistem
Pembelajaran : 5
2.1 Perencanaan
Perencanaan tindakan ini merupakan tahap pertama yang dilakukan peneliti,
dalam tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan tutor dan teman sejawat
mengenai apa saja yang harus disiapkan dalam tindakan yang akan dilakukan.
Persiapan yang dilakukan antara lain mengidentifikasi standar kompetensi,
menetapkan indikator, tujuan pembelajaran, menyusun rencana pembelajaran,
menyiapkan lembar instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi untuk
mengetahui kegiatan atau aktifitas pembelajaran, lembar evaluasi dan menyiapkan
sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran siklus II.
2.2 Tindakan
Tahap berikutnya dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan kelas
yang merupakan pengimplementasian dari perencanaan tindakan. Pelaksanaan
tindakan pada siklus II, pada Selasa, 21 April 2020.
2.2.1 Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam dan menyuruh salah
satu siswa untuk memimpin doa. Setelah itu, guru menanyakan kehadiran
siswa dan melakukan absensi.Sebelum memulai pembelajaran, guru
mengecek fisik dan psikis siswa apakah sudah siap untuk mengikuti
pembelajaran atau belum.Setelah siswa terlihat siap menerima
pembelajaran guru membuka pembelajaran dengan mengajak semua
siswa untuk bertepuk PPK. Setelah selesai melakukan tepuk PPK,
guru menginformasikan tema yang akan dipelajari yaitu tentang
“Hubungan Antar Makhluk Hidup dalam Ekosistem”. Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru
menyampaikan apersepsi terkait dengan materi tentang hubungan antar
makhluk hidup dalam ekosistem. Guru memberikan motivasi kepada
siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran siklus I agar lebih serius
dalam mengikuti pembelajaran, serta tetap memberikan semangat kepada
siswa yang sudah berhasil dalam pembelajaran pada siklus I.
2.2.2 Kegiatan Inti
Kegiatan pertama yang dilakukan guru dalam pembelajaran ini
yaitu, Guru membuka hari dengan sebuah diskusi tentang sarapan pagi.
Siswa membaca artikel singkat tentang sarapan pagi. Guru menjelaskan
tentang energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.
Siswa mengamati gambar rantai makanan dan memberi penjelasan
mengenai gambar tersebut. Kelompok yang dibentuk pada siklus II ditata
kembali disesuaikan dengan kondisi/kendala yang dijumpai pada siklus I.
Siswa kemudian mendiskusikan tentang hubungan antara aliran energi
dengan rantai makanan. Guru meningkatkan pengawasan agar diskusi
dapat berjalan lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Bantuan
individual diberikan kepada siswa yang mengalami masalah dalam
penguasaan materi. Guru berkeliling memantau diskusi dalam kelompok
dan  memastikan agar setiap kelompok dapat memahami materi secara
utuh. Guru juga memberikan bantuan apabila ada anggota kelompok
kesulitan memberikan penjelasan materi  yang  diampu kepada temannya
dalam kelompok. Siswa membuat contoh rantai makanan dalam sebuah
ekosistem. Guru kembali meningkatkan pengawasan dan memberikan
bimbingan yang lebih efektif agar bisa dipastikan setiap siswa menguasai
materi  yang  diampunya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memahamkan
siswa tentang rantai makanan dalam sebuah ekosistem (KD IPA 3.5 dan
4.5). Guru melakukan penilaian hasil belajar.
2.2.3 Kegiatan Penutup
Pada akhir kegiatan dengan bimbingan guru, siswa membuat
kesimpulan/rangkuman terkait pembelajaran yang telah dilakukan. Guru
mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dipahami oleh
siswa. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti. Guru memberikan
penghargaan kepada semua siswa atas partisipasi aktifnya di kelas. Guru
memberikan pesan moral tentang pentingnya menjaga pelestarian hewan
sebagai hubungan antar makhluk hidup dalam ekosistem. Guru menutup
pembelajaran dengan menyanyikan lagu daerah, salam dan doa.
2.3 Pengamatan
2.3.1 Analisis Observasi Guru
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan observer dan teman
sejawat, pada menyampaikan apersepsi yang menarik dan menjelaskan
model pembelajaran yang akan dilakukan dengan menambahkan unsur
kompetensi sehingga antusias dalam mengikuti pembelajaran. Guru
menyiapkan kondisi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Pada siklus II
ini guru bertindak lebih dinamis dalam proses pembelajaran.
2.3.2 Refleksi
Hasil refleksi yang diperoleh dari hasil diskusi dengan teman sejawat,
yaitu dalam penyampaian kalimat dalam menyampaikan materi sudah
baik, walaupun masih ada kata-kata yang belum jelas penyampaiannya,
namun sudah dipahami maksudnya. Sesuai dengan hasil yang dilihat dari
aktivitas serta hasil dokumentasi. Maka langkah – langkah pembelajaran
dengan menggunakan model Problem Based Learning yang diterapkan,
mengalami kemajuan pada setiap siklus. Hasil perbaikan pada siklus II
mengenai pelaksanaan pembelajaran, karena sudah dirasakan baik maka
tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya

B. Pembahasan dari Setiap Siklus


Mengenai kondisi awal pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SDN 5 Manukaya
dengan materi ekosistem menunjukkan yaitu: (1) rendahnya kualitas pembelajaran
pengetahuan alam, (2) rendahnya prestasi siswa untuk mata pelajaran pengetahuan alam,
(3) pembelajaran pengetahuan alam di kelas masih berjalan monoton, (4) metode yang
digunakan bersifat konvensional, (5) belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat
dan (6) belum ada kolaborasi antara siswa dan guru
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh peningkatan tentang pemanfaatan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan hasil belajar
siswa SDN 5 Manukaya pada pembelajaran IPA tentang ekosistem yaitu hubungan
makhluk hidup dalam ekosistem. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(Classroom Action research). Desain intervensi tindakan/rancangan siklus dalam
penelitian ini menggunakan model Kemmis and Mc Taggart, dengan menggunakan
sistem spiral yang dimulai dari perencanaan(planning), pelaksanaan(acting),
pengamatan(observing), refleksi (reflecting), dan dilanjutkan lagi ke perencanaan
kembali (replanning) sebagai dasar untuk strategi pemecahan masalah. Penelitian
tindakan ini dilakukan melalui dua siklus, yang disesuaikan dengan kondisi dan hasil
refleksi ketercapaian peningkatan yang diharapkan pada siklus sebelumnya, sesuai
dengan tindakan yang dilakukan. Pada siklus pertama belum berhasil, maka dilanjutkan
pada siklus berikutnya.
Pada tahap perencanaan tindakan yang meliputi perencanaan umum dan perencanaan
khusus. Perencanaan umum meliputi perencanaan waktu pelaksanaan penelitian yang
akan dilakukan selama kurang lebih dua bulan. Peneliti mengadakan pertemuan secara
online dengan tutor untuk konsultasi, dan pertemuan dengan rekan sejawat peneliti
mendiskusikan langkah-langkah pelaksanaan penelitian. Selain itu direncanakan
pengaturan kondisi, persiapan materi pelajaran yang diperlukan, instrumen observasi
tindakan, dan instrumen hasil tentang ekosistem pada pembelajaran hubungan makhluk
hidup dalam ekosistem.
Kemudian, peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan dalam proses
pembelajaran. Perencanaan tersebut meliputi analisis kurikulum terutama pada
kompetensi dasar yang akan digunakan. Selanjutnya menyusun rencana pembelajaran
(RPP) dengan berpedoman pada kurikulum 2013 untuk menentukan standar kompetensi
dan kompetensi dasar, sedangkan untuk indikator pembelajaran menggunakan indikator
keterampilan proses sains dasar. Selain itu, peneliti juga menyiapkan video pembelajaran
dan membuat instrumen tindakan dan pengumpulan data.
Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh
tutor, peneliti dan teman sejawat. Pembelajaran IPA di SDN 5 Manukaya khususnya
kelas V dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan dalam seminggu. Satu kali pertemuan
dilakukan 2 jam pelajaran, 1 jam pelajaran berlangsung selama 35 menit. Dalam
penelitian tindakan dilakukan dalam bentuk siklus.
Intrumen pengumpulan data yang digunakan sebagai bahan penilaian terhadap
kegiatan proses dan hasil belajar adalah menggunakan instrumen pengumpulan data yang
telah diperasiapkan, seperti berupa lembar observasi/pengamatan ketika menjalankan
metode penelitian. Oleh sebab itu, teknik penilaian yang digunakan disesuaikan dengan
objek yang dinilai dan disesuaikan dengan tujuan penilaian. Untuk menilai aktivitas
proses dan hasil belajar, teknik penilaian yang dipergunakan adalah dengan
mengumpulkan data dengan menggunakan metode tes dan non tes (lembar observasi),
sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriftif kualitatif.
Kegiatan observasi melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti.
Pengamatan tersebut mencakup pengamatan selama tindakan observasi melalui video
pembelajaran serta pengamatan dalam keterampilan proses yang dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung. Peneliti bersama observers melakukan evaluasi selama
melakukan kegiatan pembelajaran. Jika hasil yang didapatkan kurang memuaskan atau
belum sesuai dengan yang diharapkan maka peneliti dapat melakukan revisi untuk
perbaikan tindakan pada siklus berikutnya. Selanjutnya pada siklus berikutnya
dilaksanakan berdasarkan analisis data hasil observasi, pemaknaan data hasil observasi,
penjelasan hasil analisis dan kesimpulan mengenai presentase teratasi atau tidaknya
permasalahan dalam pembelajaran, serta faktor-faktor lainnya yang menjadi
pertimbangan belum tercapainya target dalam penelitian ini.
Pembelajaran dirancang dengan pendekatan sistem desain pembelajaran yang
dilakukan haruslah didasarkan pada pendekatan sistem. Hal ini disadari bahwa dengan
pendekatan system akan memberikan peluang yang lebih besar dalam mengintegrasikan
semua variable yang mempengaruhi belajar. Desain pembelajaran mengacu pada
bagaimana seseorang itu belajar. Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan
pendekatan perancangnya. Hal ini biasanya muncul pendekatan yang bersifat intuitif
yang rancangan pembelajarannya banyak diwarnai oleh kehendak perancangnya, dan
pendekatan perancangan yang bersifat ilmiah yakni diwarnai dengan berbagai teori
yang dikemukakan oleh para ilmuwan pembelajaran. Jika pembuatan rancangan
pembelajaran dibuat bersifat intuitif ilmiah yang merupakan perpaduan antara
keduanya, dapat menghasilkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman
empiris yang pernah ditemukan pada saat melaksanakan pembelajaran yang
dikembangkan dengan teori-teori yang relavan.
Menurut Afandi, Muhammad dan Badarudin (2011: 4) Desain pembelajaran
penetapan metode untuk mencapai tujuan. Menetapkan metode pembelajaran yang
optimal adalah inti dari desain pembelajaran dalam mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan. Fokus utamanya adalah pada pemilihan, penetapan dan pengembangan
variabel metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada
analisis kondisi dari hasil pembelajaran. Desain pembelajaran dapat dimaknai dari
berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan
sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian
dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan
pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan
spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang
memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk
berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain
pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Pada kegiatan siklus I atau sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas di SDN 5
Manukaya, khususnya kelas 5 yang berjumlah 30 siswa, peneliti memperoleh data
rendahnya kreativitas belajar yang menunjukkan kriteria kurang kreatif yaitu siswa yang
kesulitan dalam mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran IPA
dan siswa yang kurang berani dalam mengungkapkan ide, tidak mampu merumuskan
gagasan sendiri dan tidak berani berpendapat dengan guru maupun siswa lainnnya.
Setelah guru menerapkan langkah-langkah model Problem Based Learning dapat
mengalami peningkatan kreativitas belajar dan hasil belajar yang ditunjukkan pada siklus
I dan siklus II pada pembelajaran IPA.
Tema dalam pembelajaran tematik mengacu dengan karakteristik peserta didik sesuai
tingkat perkembangannya. Dalam pembelajaran tematik, tidak hanya memuat
pengetahuan saja akan tetapi juga kompetensi tertentu, baik sikap maupun keterampilan,
seperti yang dikemukakan (Fadilah, 2014: 176) pembelajaran tematik dimaksudkan
bahwa pembelajaran tersebut dibuat per tema dengan mengacu pada karakteristik peserta
didik dan dilaksanakan secara integrasi antara tema satu dengan tema yang lain maupun
antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain. Pembelajaran tematik
menurut Rusman (2012: 254) merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara
individual maupun kelompok aktif dalam menggali dan menemukan konsep serta prinsip-
prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
Pada penelitian ini terdapat satu variabel yaitu kreativitas belajar yang akan
ditingkatkan melalui model Problem Based Learning. Kreativitas belajar merupakan
kemampun yang dimiliki siswa untuk mengembangkan gagasan baru dalam
menghasilkan produk sesuatu yang baru, orisinil dan bermakna atas pemecahan
masalah yang lebih efisien dan unik dalam proses belajar. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya peningkatan kreativitas belajar IPA pada siswa melalui model
Problem Based Learning (PBL).
Berdasarkan penelitian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
meningkatkan kreativitas belajar siswa dan hasil belajar dapat menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning atau model pembelajaran yang menuntut siswa
belajar lebih aktif, kritis , kreatif dan komunikatif dengan apa yang sudah dipelajari dan
tentunya juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam beberapa mata pelajaran.
Penelitian ini dapat membuktikan bahwa model Problem Based Learning dapat
meningkatkan kreativitas belajar yang berdampak pada hasil belajar. Hipotesis tindakan
dalam penelitian ini terbukti bahwa kreativitas belajar dapat ditingkatkan melalui
penerapan model Problem Based Learning yang berpengaruh pada peningkatan hasil
belajar di SDN 5 Manukaya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, interpretasi hasil analisis dan pembahasan, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas V SDN 5
Manukaya, khususnya tentang ekosistem pada pembelajaran hubungan makhluk hidup
dalam ekosistem melalui metode Problem Based Learning, dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan proses pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif dan menyenangkan.
Sesuai dengan hasil observasi aktivitas serta hasil dokumentasi. Maka langkah – langkah
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning yang diterapkan,
terus mengalami kemajuan pada setiap siklus. Sehingga pada akhir siklus II proses
pembelajaran telah berhasil dan tuntas.
Kedua, media pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran bervariatif yaitu
dengan media belajar berupa gambar hewan dan tumbuhan, tulisan pada kertas, kertas
berwarna dan LCD. Media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar
ini membantu untuk membangkitkan minat dan kreatifitas dalam meningkatkan hasil
belajar IPA pada khususnya.
Ketiga, keberhasilan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas V SDN 5
Manukaya, khususnya tentang ekosistem pada pembelajaran hubungan makhluk hidup
dalam ekosistem, ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA. Dilihat dari evaluasi siklus I dan siklus II, hasil belajar IPA terus mengalami
peningkatan. Peningkatan yang signifikan terjadi pada siklus II.
Keempat, peningkatan hasil belajar khususnya tentang ekosistem pada pembelajaran
hubungan makhluk hidup dalam ekosistem terutama menekankan pada kemampuan
untuk meningkatkan hasil belajar IPA.
Kelima, Peningkatan hasil belajar siswa khususnya tentang ekosistem pada
pembelajaran hubungan makhluk hidup dalam ekosistem, juga menekankan pada nilai
kepedulian diri khususnya pada hewan dan tumbuhan yang berada di daerah tempat
tinggalnya maupun lingkuingan sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk
karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa scientist, dimanapun mereka
berada. Sehingga dapat meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Berdasarkan paparan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Problem
Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA, khususnya tentang ekosistem dan
membentuk karakter kepedulian di dalam diri khususnya pada hewan dan tumbuhan
yang berada di daerah tempat tinggalnya maupun lingkungan sekolah sehingga
manjadikan siswa memiliki rasa scientist di manapun berada.

B. Saran
Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil
temuan baik di lapangan maupun secara teoritis, maka ada beberapa hal yang dapat
menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru
Guru sebaiknya sering membimbing, mengarahkan dan memandu aktivitas
yang dilakukan siswa. Karena siswa memiliki potensi yang besar sehingga
memerlukan ruang gerak yang bebas untuk dapat mengembangkan kemampuan
berfikirnya maka dari itu diperlukan bimbingan dan arahan guru agar siswa dapat
terarah dalam menentukan keputusan. Guru diharapkan cerdas dalam menentukan
kelompok belajar, karena dengan kurang awasnya guru dalam menentukan
kelompok maka akan mengakibatkan stimulus yang diberikan guru tidak dapat
memunculkan semangat secara keseluruhan dalam kelas yang pada akhirnya akan
menurunkan semangat belajar individu.
2. Bagi siswa
Kemampuan yang sudah dimiliki siswa dalam memecahkan suatu masalah
diharapkan dapat ditindak lanjuti dengan selalu belajar dan melatih kemampuannya
baik bertukar pikiran dengan siswa yang lain ataupun dalam kegiatan diskusi serta
presentasi kelompok di kelas Siswa diharapkan lebih berani dalam mengungkapkan
pendapat ataupun ide-ide yang baru jangan takut salah untuk mengemukakan
pendapatnya karena keberhasilan itu berawal dari kesalahan.
3. Bagi sekolah
Agar dalam proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih maksimal,
maka hendaknya sekolah memberikan kebebasan yang bertanggungjawab kepada
guru untuk berkreasi secara kreatif dan inovatif dalam menentukan metode
pembelajaran yang akan diterapkan di sekolah. Selain itu juga pihak sekolah harus
dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam rangka
mengoptimalkan proses pembelajaran agar lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam konteks Kurikulum. Bandung: PT
Refika Aditama.
Afandi, Muhammad dan Badarudin. 2011. Perencanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar
Dengan Memasukkan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Bandung: CV
Alfabeta
Asrori, Mohammad. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima.
Fadillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SD/MTS, dan
SMA/MA. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Haryono. 2013. Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikkan. Yogyakarta: Kepel
Press.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Nasution, Amir Hamzah. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Polya, G. 1973. How to Solve it. New Jersey: Princeton University Press.

Putra, Rizki Akbar.2019. Potret Pendidikan Indonesia di Tengah Perkembangan Teknologi.


https://p.dw.com/p/3HnPv (diakses tanggal 27 Mei 2020)
Rusman. 2011. Model–Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajawali Pers.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu Bogor:
Ghalia Indonesia.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inofatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pusaka.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suryosubroto. 2008. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:


Prestasi Pustaka.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progresif. Surabaya: Kencana


Prenada Media Group.
Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Mode Pembelajaran. Jakarta: GP
Press Group.

Anda mungkin juga menyukai