ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pemanfaatan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dalam meningkatkan hasil belajar IPA tentang ekosistem. Penelitian ini
dilaksanakan di Sekolah Dasar yang dengan subjek penelitian siswa kelas V yang berjumlah 30
orang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan menggunakan model Kemmis dan
McTaggart, dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar IPA dilihat dari hasil evaluasi siklus I dan siklus II. Peningkatan yang signifikan terjadi
pada siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa khususnya tentang ekosistem, juga menekankan pada
nilai kepedulian diri khususnya pada hewan dan tumbuhan yang berada di daerah tempat tinggal
maupun lingkungan sekolah. Untuk membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa scientist. Sehingga dapat meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model Problem Based Learning
(PBL) dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang ekosistem pada siswa kelas
V SDN 5 Manukaya.
Kata kunci: Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam, Model Problem Based
Learning (PBL), Ekosistem
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Identifikasi Masalah
Memperhatikan situasi diatas, kondisi yang ada saat ini adalah
a. Rendahnya kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
b. Rendahnya prestasi siswa untuk mata Ilmu Pengetahuan Alam alam.
c. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas masih berjalan monoton.
d. Metode yang digunakan bersifat konvensional.
e. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat.
f. Belum ada kolaborasi antara siswa dan guru.
2. Analisis Masalah
Ada beberapa hal yang mengakibatkan rendahnya kualitas pembelajaran baik
prestasi siswa maupun aktivitas belajar, antara lain :
a. Siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang
lain.
b. Siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri.
c. Siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, permasalah yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana menerapkan pembelajaran model problem based learning agar dapat
meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang
ekosistem di kelas V SDN 5 Manukaya?
2. Apakah penggunaan pembelajaran model problem based learning dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang
ekosistem di kelas V SDN 5 Manukaya?
Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL adalah kemampuan siswa untuk berpikir kreatif,
analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah malalui
eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Berikut ini
beberapa tujuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL):
Guru yang secara terus menerus membimbing siswa dengan cara mendorong
dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memberi penghargaan
untuk pertanyaan-pertanyaan berbobot yang mereka ajukan, dengan mendorong siswa
mencari solusi/penyelesaian terhadap masalah nyata yang dirumuskan oleh siswa
sendiri, maka diharapkan siswa dapat belajar menangani tugas-tugas pencarian solusi
itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill
yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut.
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang
sedang dinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tetulis yang
tersimpan dipepustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang
relevan.
4. Penilaian (Assessment)
No Indikator Penjelasan
1 Memahami Merupakan kegiatanmengidentifikasi kecukupan data
Masalah untuk menyelesaikan masalah sehingga memperoleh
gambaran lengkap apa yang diketahui dan ditanyakan
dalam masalah tersebut.
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan
siswa untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukan. Disamping itu,
pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik
terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti
oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku saja.
7. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
dan menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan
pengetahuan yang dimiliki dalam dunia nyata.
10. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau siswa berasumsi bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan model pembelajaran melalui Problem Based Learning membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha memecahkan masalah yang dipelajari,
maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari.
J. Kerangka Berpikir
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang ada dalam
pendidikan Sekolah Dasar (SD). Dalam pembelajaran IPA diharapkan siswa tidak hanya
belajar melalui materi-materi yang ada didalam buku maupun yang disampaikan oleh
guru, namun siswa melakukan percobaan dan melakukan pengamatan secara langsung.
Kenyataan yang terjadi saat ini siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang
disampaikan guru. Didalam pembelajaran guru menjadi pusat dari kegiatan belajar
menggajar, sehingga terjadi komunikasi satu arah. Didalam kegiatan pembelajaran siswa
hanya mendengarkan materi dari guru secara cepat, sehingga pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran lemah, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Guru
dalam pembelajaran masih sangat jarang dalam menggunakan model-model
pembelajaran yang inovatif, sehingga pembelajaran menjadi kurang berkesan bagi siswa.
Adapun dalam pembelajaran IPA, guru hanya menyampaikan pembelajaran dengan
menggunakan ceramah dalam menjelaskan materi sehingga siswa kurang aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai digunakan untuk anak pada tahap
operasional konkret adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). PBL
merupakan model pembelajaran yang menekakan keaktifan siswa dalam menyelesaikan
suatu masalah dengan mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam kehidupan
nyata. Melalui penerapan model pembelajaran PBL diharapkan siswa akan lebih
mampu memahami materi serta berpengaruh pada hasil belajar. Hasil penelitian yang
relevan menunjukkan adanya pengaruh yang positif dari penelitian yang telah dilakukan
tentang penerapan model pembelajaran PBL terhadap aktivitas belajar, keterampilan
belajar, dan hasil belajar. Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui pengaruh penerapan
model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar siswa untuk memperkaya hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya. Model pembelajaran PBL
diterapkan pada muatan pelajaran IPA, pada materi Ekosistem. Model pembelajaran
PBL memberikan siswa untuk berpikir secara logis dalam pemecahan masalah dalam
pembelajaran. Jika model pembelajaran PBL diterapkan dalam pembelajaran IPA materi
Ekosistem, maka penerapan model pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa.
K. Sistematis Tindakan
Berdasarkan beberapa teori pendukung dan kerangka berpikir diatas maka hipotesis
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat hasil belajar tematik muatan IPA tentang ekosistem pada siswa
kelas V SDN 5 Manukaya.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
1.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada
rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu
didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh
berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal. Pelaksanaan
tindakan dilakukan karena peneliti ingin mengetahui perkembangan siswa
mengenai bagaimana hasil belajar dan aktivitas dengan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
tentang ekosistem.
1.3 Observasi
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti
mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan
terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan
melalui teknik observasi. Dalam pengamatan ini diamati oleh teman sejawat yang
dicatat kekurangan pada saat kita mengajar Observasi terhadap dampak tindakan
dilakukan secara kontinyu dan dengan berbagai cara. Berarti dilakukan secara
terus-menerus, baik dalam proses pembelajaran maupun pada hasil belajar. Proses
pengamatan terutama ditujukan pada perkembangan pemahaman dengan acuan
respon terhadap pertanyaan-pertanyaan, pemahaman dan atau kemungkinan
berpartisipasi dalam diskusi-diskusi atau pemecahan masalah.
1.4 Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis,
interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan.
Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil
atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari
kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian
yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik
kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat
penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi,
yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Refleksi
perbaikan pengajaran dilakukan oleh praktikan untuk merasakan apa yang sudah
dilaksanakan dalam mengajar. Dalam hal ini akan dapat dirasakan kelebihan dan
kekurangannya, karena praktikan merasakan lebih ada kekurangannya, maka
dilanjutkan ke siklus II. Peneliti melakukan analisis data mengenai proses,
masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap
dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar pada
siklus selanjutnya hambatan yang dihadapi berkurang.
2. Siklus II
2.1 Perencanaan
Pada siklus II, dalam perencanaan lebih intensif membimbing siswa untuk
belajar baik secara individu maupun membimbing siswa secara berkelompok,
Mempersiapkan pembelajaran yang lebih baik sehingga siswa lebih antusias
untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan dan membuat perangkat
pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) yang lebih mudah dipahami
peserta didik.
2.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru Kelas V (lima) SDN 5 Manukaya,
Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Hal ini dilakukan karena peneliti
ingin mengetahui perkembangan siswa mengenai bagaimana hasil belajar dan
aktivitas dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang ekosistem.
2.3 Observasi
Observasi terhadap dampak tindakan dilakukan secara kontinyu dan
dengan berbagai cara. Berarti dilakukan secara terus-menerus, baik dalam proses
pembelajaran maupun pada hasil belajar. Proses pengamatan terutama ditujukan
pada perkembangan pemahaman siswa dengan acuan respon siswa terhadap
pertanyaan-pertanyaan, pemahaman dan atau kemungkinan siswa berpartisipasi
dalam diskusi-diskusi atau pemecahan masalah.
2.4 Refleksi
Peneliti melakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan
yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan
tindakan yang dilaksanakan.Hasil perbaikan pada siklus II mengenai pelaksanaan
pembelajaran, karena sudah dirasakan baik maka tidak dilanjutkan ke siklus
selanjutnya
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
tes dan non tes (lembar observasi), sedangkan teknik analisis data menggunakan
teknik analisis deskriftif kualitatif
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Siklus
1. Pelaksanaan siklus I
Siklus I dilaksanakan pada Selasa, 14 April 2020, dengan rincian:
Tema 5 : Ekosistem
Sub Tema 1 : Komponen Ekosistem
Pembelajaran : 3
1.1 Perencanaan
Perencanaan tindakan ini merupakan tahap pertama yang dilakukan peneliti,
dalam tahap perencanaan ini peneliti melakukan diskusi dengan tutor dan
teman sejawat mengenai apa saja yang diperlukan dalam tindakan yang akan
dilakukan. Persiapan yang dilakukan antara lain mengidentifikasi standar
kompetensi, menetapkan indikator, tujuan pembelajaran, menyusun rencana
pembelajaran, menyiapkan lembar instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi
untuk mengetahui kegiatan atau aktifitas pembelajaran, lembar evaluasi dan
menyiapkan sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran siklus I.
1.2 Tindakan
Tahap berikutnya dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan kelas
yang merupakan pengimplementasian dari perencanaan tindakan. Pelaksanaan
tindakan pada siklus I, pada Selasa, 14 April 2020.
1.2.1 Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam dan menyuruh salah
satu siswa untuk memimpin doa. Setelah itu, guru menanyakan kehadiran
siswa dan melakukan absensi. Sebelum memulai pembelajaran, guru
mengecek fisik dan psikis siswa apakah sudah siap untuk mengikuti
pembelajaran atau belum.Setelah siswa terlihat siap menerima
pembelajaran guru membuka pembelajaran dengan mengajak semua
siswa untuk bertepuk PPK. Setelah selesai melakukan tepuk PPK, guru
menginformasikan tema yang akan dipelajari yaitu tentang “Komponen
Ekosistem”. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan
memperlihatkan tiga gambar hewan melalui Power Point yang ada di
buku paket dan mengajukan pertanyaan : “Apa sajakah tipe-tipe ekosistem
yang kamu ketahui terdapat di Indonesia?, Hewan apa sajakah yang
terdapat di Indonesia?, Tahukah kamu seperti apakah daur hidup hewan
tersebut?” Kemudian siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dan guru
memberikan penguatan .
1.2.2 Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti Guru membentuk kelompok sesuai dengan
penempatan duduk siswa. Guru menugaskan siswa untuk mengamati
gambar ketiga hewan yang disajikan pada buku siswa dan mereka
berdiskusi dengan kelompoknya tentang berbagai hal yang mereka ketahui
tentang hewan tersebut. Siswa ditugaskan menjelaskan perbedaan antara
ketiga gambar yang tersedia. Guru memfasilitasi siswa yang ingin
menceritakan pengalamannya tentang hewan tersebut dan memberikan
kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya sehubungan dengan gambar
tersebut. Siswa mencermati teks bacaan tentang daur hidup hewan dan
membuat peta pikiran untuk memudahkan siswa dalam melakukan tugas
berikutnya, yakni membuat diagram. Siswa melakukan kerja sama
kelompok untuk membuat diagram yang memperlihatkan daur hidup tiga
jenis hewan yang berbeda. Siswa bersama dengan kelompoknya akan
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dengan
percaya diri. Kegiatan ini untuk membantu siswa memahami KD IPA 3.5.
Siswa ditugaskan untuk mencari perbedaan dan persamaan antara daur
hidup hewan yang mengalami metamorfis dan yang tidak mengalami
metamorfosis! Kemudian menjelaskan dan menggambarkan daur hidup
salah satu hewan berikut: siput air, kucing, dan katak!. Guru melakukan
penilaian hasil belajar.
1.2.3 Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, dengan bimbingan guru, siswa membuat
kesimpulan/rangkuman terkait pembelajaran yang telah dilakukan. Guru
mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dipahami oleh
siswa. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti. Guru memberikan
penghargaan kepada semua siswa atas partisipasi aktifnya di kelas. Guru
memberikanpesan moral tentang pentingnya menjaga pelestarian hewan
sebagai komponen ekosistem. Guru menutup pembelajaran dengan
menyanyikan lagu daerah, salam dan doa.
1.3 Pengamatan
1.3.1 Analisis Observasi Guru
Hasil observasi kegiatan mengajar guru siklus I yang dilakukan oleh
observer dan teman sejawat pada peneliti kelas 5, Tema 5 Ekosistem,
Subtema 1 Komponen Ekosistem saat mengajar menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Penilaian kegiatan
mengajar yang sudah dilaksanakan oleh teman sejawat sesuai dengan
lembar observasi mengajar dan masih ada 3 indikator yang belum
dilakukan oleh guru yaitu guru memberi motivasi kepada peserta didik,
tidak memberi penguatan kepada peserta didik dalam mencari masalah
pada materi yang diajarkan dan tidak menyampaikan rencana
pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Sebenarnya
guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan mengunakan model
pembelajaran problem based learning cukup baik, hal ini terbukti hampir
semua indikator penilaian kegiatan mengajar guru sudah dilaksanakan.
1.3.2 Refleksi
Setelah proses pembelajaran selesai, peneliti melakukan refleksi
tentang kegiatan pembelajaran yang telah berjalan. Refleksi ini
didasarkan pada hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat.
Dalam proses pembelajaran yang terjadi beberapa kekurangan dari guru
yaitu: (1) guru belum sepenuhnya memberikan motivasi kepada peserta
didik, (2) guru belum memberikan penguatan kepada peserta didik dalam
mengidentifikasi ide-ide atau masalah yang menunjang ide utama pada
materi yang diajarkan. Dari hasil refleksi, untuk meningkatkan aktivitas
guru terutama dalam pelaksanaan sintaks model Problem Based
Learning antara peneliti dan guru harus sering melakukan komunikasi
tentang sintaks. Dalam menumbuhkan semangat kerjasama, guru perlu
memotivasi siswa pentingnya bekerjasama. Untuk meningkatkan aktivitas
siswa, terutama menciptakan kelas yang kondusif sebaiknya pada
pertemuan 2 diharapkan adanya perbaikan agar lebih mengerti jalannya
pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning.
2. Pelaksanaan siklus II
Siklus II dilaksanakan pada Selasa, 21 April 2020, dengan rincian:
Tema 5 : Ekosistem
Sub Tema 2 : Hubungan Antar Makhluk Hidup dalam Ekosistem
Pembelajaran : 5
2.1 Perencanaan
Perencanaan tindakan ini merupakan tahap pertama yang dilakukan peneliti,
dalam tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan tutor dan teman sejawat
mengenai apa saja yang harus disiapkan dalam tindakan yang akan dilakukan.
Persiapan yang dilakukan antara lain mengidentifikasi standar kompetensi,
menetapkan indikator, tujuan pembelajaran, menyusun rencana pembelajaran,
menyiapkan lembar instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi untuk
mengetahui kegiatan atau aktifitas pembelajaran, lembar evaluasi dan menyiapkan
sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran siklus II.
2.2 Tindakan
Tahap berikutnya dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan kelas
yang merupakan pengimplementasian dari perencanaan tindakan. Pelaksanaan
tindakan pada siklus II, pada Selasa, 21 April 2020.
2.2.1 Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam dan menyuruh salah
satu siswa untuk memimpin doa. Setelah itu, guru menanyakan kehadiran
siswa dan melakukan absensi.Sebelum memulai pembelajaran, guru
mengecek fisik dan psikis siswa apakah sudah siap untuk mengikuti
pembelajaran atau belum.Setelah siswa terlihat siap menerima
pembelajaran guru membuka pembelajaran dengan mengajak semua
siswa untuk bertepuk PPK. Setelah selesai melakukan tepuk PPK,
guru menginformasikan tema yang akan dipelajari yaitu tentang
“Hubungan Antar Makhluk Hidup dalam Ekosistem”. Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru
menyampaikan apersepsi terkait dengan materi tentang hubungan antar
makhluk hidup dalam ekosistem. Guru memberikan motivasi kepada
siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran siklus I agar lebih serius
dalam mengikuti pembelajaran, serta tetap memberikan semangat kepada
siswa yang sudah berhasil dalam pembelajaran pada siklus I.
2.2.2 Kegiatan Inti
Kegiatan pertama yang dilakukan guru dalam pembelajaran ini
yaitu, Guru membuka hari dengan sebuah diskusi tentang sarapan pagi.
Siswa membaca artikel singkat tentang sarapan pagi. Guru menjelaskan
tentang energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.
Siswa mengamati gambar rantai makanan dan memberi penjelasan
mengenai gambar tersebut. Kelompok yang dibentuk pada siklus II ditata
kembali disesuaikan dengan kondisi/kendala yang dijumpai pada siklus I.
Siswa kemudian mendiskusikan tentang hubungan antara aliran energi
dengan rantai makanan. Guru meningkatkan pengawasan agar diskusi
dapat berjalan lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Bantuan
individual diberikan kepada siswa yang mengalami masalah dalam
penguasaan materi. Guru berkeliling memantau diskusi dalam kelompok
dan memastikan agar setiap kelompok dapat memahami materi secara
utuh. Guru juga memberikan bantuan apabila ada anggota kelompok
kesulitan memberikan penjelasan materi yang diampu kepada temannya
dalam kelompok. Siswa membuat contoh rantai makanan dalam sebuah
ekosistem. Guru kembali meningkatkan pengawasan dan memberikan
bimbingan yang lebih efektif agar bisa dipastikan setiap siswa menguasai
materi yang diampunya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memahamkan
siswa tentang rantai makanan dalam sebuah ekosistem (KD IPA 3.5 dan
4.5). Guru melakukan penilaian hasil belajar.
2.2.3 Kegiatan Penutup
Pada akhir kegiatan dengan bimbingan guru, siswa membuat
kesimpulan/rangkuman terkait pembelajaran yang telah dilakukan. Guru
mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dipahami oleh
siswa. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti. Guru memberikan
penghargaan kepada semua siswa atas partisipasi aktifnya di kelas. Guru
memberikan pesan moral tentang pentingnya menjaga pelestarian hewan
sebagai hubungan antar makhluk hidup dalam ekosistem. Guru menutup
pembelajaran dengan menyanyikan lagu daerah, salam dan doa.
2.3 Pengamatan
2.3.1 Analisis Observasi Guru
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan observer dan teman
sejawat, pada menyampaikan apersepsi yang menarik dan menjelaskan
model pembelajaran yang akan dilakukan dengan menambahkan unsur
kompetensi sehingga antusias dalam mengikuti pembelajaran. Guru
menyiapkan kondisi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Pada siklus II
ini guru bertindak lebih dinamis dalam proses pembelajaran.
2.3.2 Refleksi
Hasil refleksi yang diperoleh dari hasil diskusi dengan teman sejawat,
yaitu dalam penyampaian kalimat dalam menyampaikan materi sudah
baik, walaupun masih ada kata-kata yang belum jelas penyampaiannya,
namun sudah dipahami maksudnya. Sesuai dengan hasil yang dilihat dari
aktivitas serta hasil dokumentasi. Maka langkah – langkah pembelajaran
dengan menggunakan model Problem Based Learning yang diterapkan,
mengalami kemajuan pada setiap siklus. Hasil perbaikan pada siklus II
mengenai pelaksanaan pembelajaran, karena sudah dirasakan baik maka
tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, interpretasi hasil analisis dan pembahasan, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas V SDN 5
Manukaya, khususnya tentang ekosistem pada pembelajaran hubungan makhluk hidup
dalam ekosistem melalui metode Problem Based Learning, dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan proses pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif dan menyenangkan.
Sesuai dengan hasil observasi aktivitas serta hasil dokumentasi. Maka langkah – langkah
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning yang diterapkan,
terus mengalami kemajuan pada setiap siklus. Sehingga pada akhir siklus II proses
pembelajaran telah berhasil dan tuntas.
Kedua, media pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran bervariatif yaitu
dengan media belajar berupa gambar hewan dan tumbuhan, tulisan pada kertas, kertas
berwarna dan LCD. Media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar
ini membantu untuk membangkitkan minat dan kreatifitas dalam meningkatkan hasil
belajar IPA pada khususnya.
Ketiga, keberhasilan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas V SDN 5
Manukaya, khususnya tentang ekosistem pada pembelajaran hubungan makhluk hidup
dalam ekosistem, ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA. Dilihat dari evaluasi siklus I dan siklus II, hasil belajar IPA terus mengalami
peningkatan. Peningkatan yang signifikan terjadi pada siklus II.
Keempat, peningkatan hasil belajar khususnya tentang ekosistem pada pembelajaran
hubungan makhluk hidup dalam ekosistem terutama menekankan pada kemampuan
untuk meningkatkan hasil belajar IPA.
Kelima, Peningkatan hasil belajar siswa khususnya tentang ekosistem pada
pembelajaran hubungan makhluk hidup dalam ekosistem, juga menekankan pada nilai
kepedulian diri khususnya pada hewan dan tumbuhan yang berada di daerah tempat
tinggalnya maupun lingkuingan sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk
karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa scientist, dimanapun mereka
berada. Sehingga dapat meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Berdasarkan paparan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Problem
Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA, khususnya tentang ekosistem dan
membentuk karakter kepedulian di dalam diri khususnya pada hewan dan tumbuhan
yang berada di daerah tempat tinggalnya maupun lingkungan sekolah sehingga
manjadikan siswa memiliki rasa scientist di manapun berada.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil
temuan baik di lapangan maupun secara teoritis, maka ada beberapa hal yang dapat
menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru
Guru sebaiknya sering membimbing, mengarahkan dan memandu aktivitas
yang dilakukan siswa. Karena siswa memiliki potensi yang besar sehingga
memerlukan ruang gerak yang bebas untuk dapat mengembangkan kemampuan
berfikirnya maka dari itu diperlukan bimbingan dan arahan guru agar siswa dapat
terarah dalam menentukan keputusan. Guru diharapkan cerdas dalam menentukan
kelompok belajar, karena dengan kurang awasnya guru dalam menentukan
kelompok maka akan mengakibatkan stimulus yang diberikan guru tidak dapat
memunculkan semangat secara keseluruhan dalam kelas yang pada akhirnya akan
menurunkan semangat belajar individu.
2. Bagi siswa
Kemampuan yang sudah dimiliki siswa dalam memecahkan suatu masalah
diharapkan dapat ditindak lanjuti dengan selalu belajar dan melatih kemampuannya
baik bertukar pikiran dengan siswa yang lain ataupun dalam kegiatan diskusi serta
presentasi kelompok di kelas Siswa diharapkan lebih berani dalam mengungkapkan
pendapat ataupun ide-ide yang baru jangan takut salah untuk mengemukakan
pendapatnya karena keberhasilan itu berawal dari kesalahan.
3. Bagi sekolah
Agar dalam proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih maksimal,
maka hendaknya sekolah memberikan kebebasan yang bertanggungjawab kepada
guru untuk berkreasi secara kreatif dan inovatif dalam menentukan metode
pembelajaran yang akan diterapkan di sekolah. Selain itu juga pihak sekolah harus
dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam rangka
mengoptimalkan proses pembelajaran agar lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam konteks Kurikulum. Bandung: PT
Refika Aditama.
Afandi, Muhammad dan Badarudin. 2011. Perencanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar
Dengan Memasukkan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Bandung: CV
Alfabeta
Asrori, Mohammad. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima.
Fadillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SD/MTS, dan
SMA/MA. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Haryono. 2013. Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikkan. Yogyakarta: Kepel
Press.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Nasution, Amir Hamzah. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Polya, G. 1973. How to Solve it. New Jersey: Princeton University Press.
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu Bogor:
Ghalia Indonesia.