Anda di halaman 1dari 11

PETA KONSEP PENDIDIKAN IPS DI SD

MODUL 3
ESENSI KURIKULUM IPS BERDASARKAN KTSP 2006 KELAS
TINGGI

KB 1. Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi Ilmu Ilmu Sosial dalam Kurikulum SD


(KTSP) Tahun 2006 Kelas Tinggi

A. Generalisasi

KB 2. Nilai Dan Sikap, Keterampilan Intelektual, Kemampuan Analisis, Personal Dan Sosial
Dalam Kurikulum IPS SD 2006 Kelas Tinggi

A. Nilai Dan Sikap Dalam Kurikilum IPS SD 2006 Di Kelas Tinggi


1) Nilai
2) Keterampilan Intelektual/ Keterampilan Analisis, Personal dan Sosial Dalam
Kurikulum IPS SD 2006 Kelas Tinggi
3) Peningkatan Keterampilan Kelompok Sosial

KB 3. Contoh Keterkaitan Antara Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi, Nilai, Sikap Dan
Keterampilan Intelektual/ Kemampuan Analisis, Personal, Sosial, Dalam Konteks
Pendidikan IPS SD Kelas Tinggi

Nama: Nita Yulianti

Nim: 836384725
MODUL 3. ESENSI KURIKULUM IPS SD BERDASARKAN KTSP 2006 KELAS
TINGGI

KB 1. Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi Ilmu Ilmu Sosial Dalam Kurikulum SD (KTSP)

Tahun 2006 Kelas Tinggi

Tugas guru antara lain membantu peserta didik membangun dan mengembangkan konsep
generalisasi, oleh sebab itu dalam kegiatan pembelajaran, guru dan peserta didik harus
menggunakan serangkaian peristiwa dan fakta fakta ini sebagai dasar pembentukan konsep
dan generalisasi. Oleh karena aktivitas pembelajaran itu berlangsung dalam rambu rambu
kurikulum maka pijakan utama dalam proses kegiatan pembelajaran IPS adalah kurikulum,
dalam hal ini kurikulum IPS SD Tahun 2006.

Dari serangkaian peristiwa dan fakta fakta itulah kita menyusun content, isi bahan
pembelajran yang akan kita berikan dalam kegiatan pembelajaran yang akan kita berikan
dalam kegiatan pembelajaran. Peristiwa dan Fakta Fakta itu bertebaran dalam kenyataan
hidup kita. Kebermaknaan suatu peristiwa dan fakta hanya didalam stuktur (Pristiwa, Fakta,
Konsep dan Generalisasi).Oleh karena itu, pristiwa dan fakta harus dijemput dan diletakkan
didalam stuktur, artinya harus diletakkan dalam “hubungannya” dengan konsep dan
generalisasi.

Dalam proses “pengelolahan” menjadi bahan pembelajaran itulah berfungsinya fakta, konsep
dan generalisasi. Melalui tentang fakta, konsep dan generalisasi itulah guru dapat
mengorganisasikan bahan pembelajaran IPS, jadi scenario dari alur pengembangan pristiwa,
fakta, konsep dan generalisasi sesungguhnya sudah ditangan guru, dan dijadikan bahan dalam
perencanaan kegiatan belajar mengajar dikelas.

Didalam kegiatan pembelajaran sesungguhnya, peserta didik harus dilibatka dalam proses
pengembangan sebuah pristiwa menjadi fakta, menjadi konsep, kemudian bermuara pada
generalisasi, berdasar pada pendekatan PAIKEM. Yang terpenting adalah bahwa pristiwa
merupakan dasar pembentukan untuk menjadi fakta fakta, konsep, dan generalisasi.

Tujuan konseptual dari IPS adalah berkenaan dengan pengembangan pemahaman dasar
tentang duni sekitar kita dan fungsi fungsinya. Dengan pemahaman tersebut kita dapat
mengerti bagaimana orang berinter aksi secara sosila, ekonomi, politik dengan sesamanya.
Bagaimana orang berinteraksi dengan dunia disekitarnya. Tujuan akademisnya berkenaan
dengan peningkatan pemahaman kita tentang dunia kita. Demikianlah, konsep diciptakan
manusia untuk memenuhi keperluan keperluan dalam hidupnya dalam menyampaikan apa
yang dipikirkannya.

Beberapa sikap konsep diantaranya sebagai berikut.

1. Konsep itu bersifat abstrak.


2. Konsep itu merupakan kumpulan dari benda benda yang memiliki karakteristik atau
kualitas secara umum.
3. Konsep itu bersifat personal,
4. Konsep dipelajari melalui pengalaman dengan belajar.
5. Konse bukan persoalan arti kata, seperti didalam kamus.
Konsep dapat pula diartikan sebagai abtraksi dari hal hal yang konkrit yang
mengandung pengertian.
Dalam konsep ada makna donative dan makna konotatif. Makna donative berkenaan
dengan arti kata, seperti pada kamus, misalnya kata revolusi adalah perubahan
cepatdalam hal prosedur, kebiasaaan, lembaga dan seterusnya. Revolusi juga memiliki
makna konotatif antara lain.
1. Makna revolusi mengguankan makna denotative
2. Revolusi tidak sama dengan pemberontakan, melainkan kejadian yang penting
yang telah direncanakan dan telah diatur secara bersungguh sungguh.
3. Konsep Revolusi itu mencakup kepemimpinan, baik oleh kelompok maupun oleh
perseorangan.
4. Revolusi juga berarti menantang segala sesuatu, apakah itu orang atau lembaga,
lebih jauh bukan hanya menentang tetapi juga melawan dengan kekuatan.
Pembelajaran konsep disekolah sesungguhnya dalam rangka memahami makna
konotatif, karena itu pembelajaran konsep harus:
1. Diberikan dalam sesuatu konteks bukan diterangkan tanpa ada kaitan dengan
sesuatu
2. Pesera didik harus diberi kesempatan untuk sampai kepada pengertiannya
sendiri tentang suatu konsep.
3. Peserta didik harus membacanya sendiri, menjelaskan penjelaskan dan segera
menuliskan makna konsep segera setelah diperkenalkan.
Kemampuan mengklasifikasikan sesuatu dari anak anak SD pada umumnya
berkembang sebagai berikut.
1. Mereka dapat mengklasifikasikan benda berdasarkan pengalaman
langsung (oprasi formal)
2. Pada saat beranjak kemampuannya kepada “Oprasi konkret”mereka sudah
bias memecah grup kedalam subgrupnya walaupun masih dalam kedaan
belum jelas.
3. Pada perkembangan berikutnya mereka sudah dapat melakukan klasifikasi,
dan menyadari bahwa sesuatu itu bias diklasifikasikan pada kelompok
yang berbeda.
A. Generalisasi
Kita dapat mengambil beberapa kesimpulan tentang generalisasi jika diperbandingkan
dengan konsep, yaitu berikut ini.
1) Generalisasi adalah prinsip-prinsip atau rules (aturan) yang dinyatakan dalam
kalimat sempurna, sedangkan konsep bukan prinsip dan dinyatakan tidak
dalam kalimat yang sempurna.
2) Generalisasi memiliki dalil, konsep tidak.
3) Generalisasi adalah objektif dan impersonal, sedangkan konsep subjektif dan
personal (berbeda antara seseorang dan lainnya.
4) Generalisasi memiliki aplikasi universal, sedangkan konsep terbatas pada orang
tertentu.
KB 2. Nilai Dan Sikap, Keterampilan Intelektual/ Kemampuan Analisis, Personal Dan Sosial
Dalam Kurikulum IPS SD 2006 Kelas Tinggi.
A. Nilai Dan Sikap Dalam Kurikulum IPS SD 2006 Di Kelas Tinggi
1. Nilai
Mubarok (2007) menjelaskan, bahwa satu hal yang sangat penting yang harus
dipertimbangkan dalam pendidikan IPS adalah segala tingkatan dan jenjang
pendidikan adalah pendidikan nilai atau pendidikan moral.
Sebagian berpendapat bahwa pendidikan nilai diberikan kepada peserta didik
dengan tujuan agar peserta didik sendiri mampu mengembangkan ukuran nilainya
sendiri. Sebagian lagi berpendapat bahwa pendidikan nilai harus diberikan dengan
tujuan peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan tatanan nilai yang hidup dan
dianut dalam masyarakat.
Ada dua pendapat yang perlu kita pertimbangkan. Pendapat pertama bahwa nilai
itu merupakan kriteria untuk menentukan hal yang bermakna, kebijakan, sesuatu
yang berharga atau keindahan , kecantikan. Misalnya kejujuran kebebasan,
kebenaran, dan sesuatu yang rasional. Tujuan dari pendidikan nilai itu ialah untuk
membantu peserta didik agar memiliki kesadaran dan mampu
mengidenntifikasikan nilai nilai anutannya dan membandingkannya dengan nilai
yang dianut orang lain.
Jhonson (dalam Gross 1978:215) Menurut pendapatnya, belajar itu dapat
dilakukan baik didalam maupun diluar kelas. Cara yang efektif adalah dengan
melalui “action learning model” dengan menekankan pembeljaran skill agar dapat
berpartisipasi didalam masyarakat.

Menurut Notonagoro (Darmodiharjo, 1979: 55-56) Nilai terbagi menjadi 3 bagian


sebagai berikut:
a. Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
b. Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan.
c. Nilai Kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia
Nilai Kerohanian ini dapat dibedakan atas 4 macam sebagai berikut.
a. Nilai Kebenaran /kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia (rasio,
budi, cipta)
b. Nilai Keindahan, (yang bersumber pada unsur unsur rasa manusia, estetis.
Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur
kehendak,/kemauan manusia (karsa, etik).
c. Nilai religious, yang merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tertinggi
dan mutlak.
Secara sederhana proses terbentuknya sikap adalah sebagai berikut.
a. Mula- mula diperoleh belief kepercayaan tentang objek,
b. Berkenaan dengan artibut tumbuhan response evaluative mengenai objek.
c. Melalui conditioning, response evaluative ini dikaitkan dengan objek
d. Response Evaluative ini berakumulasi maka kemudian jika objek itu muncul
lagi tumbuhan sikap terhadap objek secara menyeluruh.
Cara Mengevaluasi nilai:
Memberikan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, misalnya
pendapat peserta didik tentang “persahabatan”. Bisa juga dilakukan dengan
teknik menilai diri misalnya dengan prestasi kepribadian.

2. Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis, Personal, dan Sosial dalam


Kurikulum IPS SD 2006 Kelas Tinggi
a. Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis, Keterampilan Berpikir
1) Sejumlah proses melukiskan, menyimpulkan, menganalisis Informasi,
generalisasi, membuat keputusan.
2) Membuat Kesimpulan: Memahami dan menerangkan berdasarkan
pengamatan.
3) Menganalisis Informasi: Kemampuan untuk mengamati secara hati-hati
dan merumuskan kesimpulan.
4) Konseptualisasi: membuat konsep melalui proses pembentukan konsep,
seperti telah dibahas dimuka, antara lain klasifikasi, asimilasi dan asosiasi.
5) Membuat Generalisasi: Ketika membuat generalisasi, mereka merumuskan
pernyataan yang menunjukan bagaimana konsep itu berkaitan.
Pada Tahap yang Tinggi Diperlukan Hal-Hal Berikut:
1) Studi atas beberapa sampel yang berbeda, bagaimana data dari
berbagai latar belakang budaya berbeda, merumuskan berbagai
pernyataan yang valid.
2) Membuat Keputusan: Merupakan asimilasi dari kemampuannya
mengaplikasi konsep dan generalisasi.
3) Memprekdisikan Konsekuensi
b. Keterampilan Personal
Berkenaan dengan Ketermpilan yang dibutuhkan oleh setiap siswa khususnya
dalam mempelajari IPS dalam prosesnya, antaralain berikut ini.
1) Membaca peta untuk mengenal pembagian permukaan bumi
2) Membuat denah rumahnya
3) Peta di RT dan RW dan seterusnya
4) Mengenal waktu dan teknologi.
Kematangan peserta didik tentang waktu dan kronologi adalah bertahap.
Kompleks, Kumulatif dan Skuensial, yang penting siswa dapat
mengembangkan kemampuannya dan menerjemahkan konsep waktu dan
mengerti bagaimana waktu lampau dan masa kini berhubungan.
c. Keterampilan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial tinggal dalam klompok, blajar dengan
klompok (nilai,Kepercayaan,Prilaku) belajar dari yang lain, dalam situasi
klompok, memiliki sifat kemanusiaannya didalam hubungan dengan yang
lainnya didalam klompok.
Klompok adalah kumpulan Individu menurut Johnson & Johnson, Kelompok
itu adalah Klompok perorangan dalam interaksi tatap muka, setiap orang
menyadari hubungannya sendiri, menyadari sifat keanggotaannya, dan setiap
orang mendapatkan kepuasan dalam partisipasi didalam aktivitas yang
berlangsung.
1. Kebutuhan Akan Pengembangan Keterampilan Berkelompok
Masyarakat manusia pada dasarnya adalah masyarakat demokratis. Mereka
harus dapat berperan dengan sebaik baiknya dalam masyarakat, tahu
bagaimana cara menggunakan dalam masyarakat.
2. Peningkatan Keterampilan Klompok Sosial
Klompok Efektif mampu melihat suatu perkara dari kerangka dan acuan
yang berbada. Mampu berkomunikasi dan berkompromi.

KB 3. Contoh Keterkaitan Antara Pristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi, Nilai, Sikap Dan
Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis, Personal, Sosial, Dalam Konteks Pendidikan
IPS SD Kelas Tinggi.
Kegiatan Oprasional:
Tahapan Kelas:
I. Pertemuan Pertama
1) Penjelasan pokok-pokok pelajaran dari guru disertai cara belajarnya.
2) Kegiatan berikutnya:
a. Guru memperagakan contoh-contoh, menunjukan tokoh-tokoh dari Budi
Utomo, Serikat Islam, Indisce Partai, Sumpah pemuda dll.
b. Menanyakan komentar peserta didik tentang gambar/foto tersebut.
c. Membuat kesimpulan singkat tentang “Makna Zaman Pergerakan Nasional
dan Sumpah Pemuda”.
3) Guru menyampaikan ceramah singkat tentang “Makna Zaman Pergerakan
Nasional dan Sumpah Pemuda”.
4) Pertemuan ditutup dengan pemberian tugas dan penjelasan tugas klompok.
II. Tahap Penugasan
1. Inkuiri Sederhana, mengkaji isi buku serta pokok-pokok yang akan dibahas.
2. Inkuiri dokumen lainnya, melalui perpustakaan, Koran, majalah, serta mencari
informasi dari lingkungan, misalnya bertanya kepada orang tua, kepada orang lain
yang diperkirakan mengetahui bahan tersebut.
3. Untuk lebih memudahkan proses kerja klompok, guru boleh memberikan cara dan
teknis pembuatan instrumennya, cara mewawancarai, cara menulis laporan dan
sebagainya.
III. Tahap Kelas (Minggu Berikutnya)
Tahap ini adalah tahap diskusi kelas.
1. Masing-masing kelompok menyerahkan hasil kerjanya
2. Memilih hasil kerja kelompok yang akan didiskusikan.
3. Merumuskan hasil kesimpulan diskusi.
PETA KONSEP MODUL 4

ISU DAN MASALAH SOSIAL BUDAYA DALAM PEMBELAJARAN IPS SD

KB 1. Trend Globalisasi dan Keragaman Budaya

A. Globalisasi
B. Keragaman Budaya
C. Globalisasi Dan Keragaman Budaya Di Indoseia
D. Pelajaran IPS Dalam Era Globalisasi Dan Keragaman Budaya

KB 2. Masalah-Masalah Lingkungan Dan Pendidikan Lingkungan.

KB 3. Masalah Masalah Hukum, Ketertiban dan Kesadaran Hukum

A. Masalah-Masalah Hukum
B. Ketertiban
C. Kesadaran Hukum
D. Hubungan Masalah Hukum, Ketertiban, Dan Kesadaran Hukum Dengan
Pendidikan IPS di SD
MODUL 4

ISU DAN MASALAH SOSIAL BUDAYA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD

KB 1. Trend Globalisasi dan Keragaman Budaya

A. Globalisasi
Globalisasi artinya, suatu keadaan atau kondisi dimana isu dan masalah masalah yang
ada menyangkut berbagai bangsa dan Negara atau bahkan seluruh dunia (Nursid
Sumaatmadja, 2008) .
Menurut Tye dalam Nursid Sumaatmadja (2008) menyatakan pemahaman terhadap
globalisasi merupakan proses belajar tentang masalah-masalah dan isu-isu yang
melintasi batas-batas Negara (Nation) dan sistem keterhubungan dalam lingkungan,
budaya, ekonomi, politik dan teknologi.
Pemahaman terhadap Globalisasi merupakan suatu proses cara memandang dunia
dengan hubungan-hubungan yang terjadi didalamnya. Pemahaman tersebut menurut
King dan Kawan-Kawan harus mengandung hal-hal berikut:
1. Pengertian terhadap bumi beserta manusia sebagai bagian dari jaringan yang
memiliki keterkaitan.
2. Kepeduian bahwa terdapat pilihan pilihan yang bersifat individu, Nasiona,
maupun Universal.
3. Menerima bahwa bangsa lain memiliki pandangan-pandangan yang berbeda dan
mungkin lebih senang pada pilihan-pilihan yang lain.
Pendidikan global adalah salah satu sarana agar peserta didik mengerti bahwa
meraeka adlah bagian dari masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti harus
mengingkari dirinya sebagai warga dari sebuah bangsa.
Contoh Masalah-Masalah Dan Isu-Isu yang Sifatnya Global:
1. Krisis Energi
2. Jurang antara Negara kaya dan miskin
3. Kepadatan penduduk
4. Populasi
5. Perang Nuklir
6. Perdagangan Internasional
7. Komunikasi
8. Obat Terlarang
B. Keragaman Budaya
Keragaman Budaya mengandung dua arti, yaitu keragaman artinya ketidaksamaan
atau perbedaan, dan budaya dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan
milik manusia dengan belajar. Dengan demikian, Keaneka ragaman budaya dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana suatu masyarkat memiliki lebih dari satu
perangkat gagasan, tindakan, dan hasil karya. (Koentjaraningrat,1980:1993)
Menurut Koentjaraningrat pembauran adalah proses sosial yang timbul apabila ada
hal-hal berikut ini.
1. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.
2. Saling bergaul secara intensif untuk wilayah yang lama.
3. Kebudayaan-Kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang
khas dan juga unsur-unsur kebudayaan campuran.
Faktor-Faktor yang menghambat proses pembauran, antara lain berikut ini.
1. Kurang Pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi.
2. Sikap takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain atau Inferioritas
3. Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang rendah
terhdap kebudayaan lain atau perasaan superioritas.
C. Globalisasi Dan Keragaman Budaya di Indonesia
Alvin Toffler menulis bahwa media tlevisi, radio, dan computer akan membuat dunia
menjadi homogen. Media masa memiliki efek homogenisasi yang paling kuat kalau
hanya terdapat beberapa saluran dan sedikit pilihan yang dapat dilakukan khalayak.
Media global telah banyak memberikan manfaat bagi Indonesia sekaligus dampak
negatifnya, terutama dikalangn generasi muda. Dengan melihat keuntungan dan
kerugian yang diakibatkan oleh gencarnya arus globalisasi, rasanya kita sepakat harus
mewaspadai perkembangan lebih lanjut demi kelangsungan generasi muda kita
dimasa yang akan datang.
D. Pembelajara IPS Dalam Era Globalisasi dan Keragaman Budaya
Pembelajaran Keanekaragaman dalam IPS haruslah mengandung tujuan, antaralain
sebagai berikut.
1. Mampu mentransformasikan bahwa sekolah akan memberikan pengalaman dan
kesempatan yang sama kepada semua peserta didik baik putra maupun putri
sekalipun mereka mampunyai perbedaan budaya, sosial,ras, dan klompok etnik.
2. Membimbing peserta didik untuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam
mendekati masalah-masalah perbedaan budaya, ras, etnik, dan klompok agama.
3. Mendorong peserta didik untuk tidak jadi klompok yang dirugikan
4. Membimbing peserta didik untuk mengembangkan kemampuan memahami saling
keterhubungan dan ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari
pandangan yang berbeda-beda.
Pembelajaran Globalisasi dalam IPS harus mengandung tujuan, seperti berikut ini:
1. Mampu menanamkan pengertian bahwa sekalipun mereka berbeda, tetapi sebagai
manusia memiliki kesamaan kesamaan.
2. Membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan pemahaman bahwa
bumi dihuni oleh manusia yang memiliki saling ketergantungan dan lebih banyak
memiliki kesamaan budaya daripada perbedaannya.
3. Membantu peserta didik memahami kenyataan bahwa ada masalah masalah yang
dihadapi bersam, yaitu masalah kelebihan penduduk bumi, pencemaran air dan
udara, kelaparan dan masalah-masalah global lainnya.
4. Membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir keritis terhadap
masalah-masaslah dunia dan keterampilan menganalisis Informasi yang
diterimanya.
KB 2. Masalah Masalah Lingkungan Dan Pendidikan Lingkungan
Lingkungan hidup (environment) itu menurut Undang Undang RI No. 32 Tahun 2009
tentang ketentuan ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, dafat didefinisikan
sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk
didalamnya manusia dan prilakunya yang mempengaruhi kelangsungan prikehidupan dan
kesejahtraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Konsep-Konsep yang termasuk lingkungan hidup, paling tidak meliputi 5 hal.
1. Lingkungan abiotik, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar makhluk hidup yang bukan
berupa organisme hidup.
2. Lingkungan Biotik, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar makhluk hidup yang berupa
organisme hidup.
3. Lingkungan Alam, yaitu kondisi alamiah baik secara abiotik maupun biotik yang belum
banyak dipengaruhi oleh tangan-tangan manusia.
4. Lingkungan Sosial, yaitu manusia baik secara individu maupun secara kelompok yang
ada diluar dirinya.
5. Lingkungan budaya, yaitu segala sesuatu baik secara materi maupun non materi yang
dihasilkan manusia melalui proses penciptaan rasa, karsa, dan karyanya.
Lingkungan hidup manusia dalam persepektif sejarah dari waktu ke waktu mengalami
perubahan. Usaha itu dapat disebabkan oleh usaha manusia itu sendiri dalam rangka
memanfaatkan kekayaan alam secara maksimal dlam rangka memenuhi kebutuhan dan
kesejahtraan hidupnya.
Menurut Nursid Sumaatmadja (1999: 46-65), setidaknya ada empat masalah yang berkaitan
dengan lingkungan hidup manusia.
1. Perkembangan populasi manusia yang cepat
2. Daya dukung lingkungan yang tidak memadai
3. Keterbatasan daya dukung lingkungan hidup dan kemampuan manusia
4. Ketimpungan hidup itu sendiri.
Salah satu ilmu yang mempelajari tentang lingkungan hidup adalah ekologi. Menurut
Munanjito, dkk. (2002), istilah ekologi sebagai disiplin ilmu mulai diperkenalkan pada
tahun 1969 oleh seorang ahli biologi Jerman yang bernama Ernest Hackle, Ekologi
berasal dari kata Oikos, yang artinya rumah atau tempat tinggal dan Logos yang berarti
telaah atau studi.
Dalam perkembangan selanjutnya, ekologi memiliki cakupan studi yang sangat luas.
Dilihat dari bidang yang dikajinya maka dikenal cabang-cabang ekologi, seperti berikut.
a. Auteknologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu jenis organisme yang berinteraksi
dengan lingkungannya.
b. Sineklogi, yaitu ekologi yang mengkaji tentang berbagai klompok organisme sebagai
satu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu.
c. Ekologi Habitat, yaitu ilmu lingkungan yang mempelajari habitat atau tempat suatu
jenis atau jenis klompok tertentu.
d. Ekologi Taksonomi, yaitu ilmu lingkungan yang objek kajiannya sesuai dengan
sistematika makhluk hidup.
KB 3. Masalah-Masalah Hukum, Ketertiban Dan Kesadaran Hukum
A. Masalah-Masalah Hukum
Masalah-masalah adalah berbagai permasalahan yang muncul sebagai akibat dari
interaksi atau pergaulan manusia sebagai makhluk sosial.
B. Ketertiban
Ketertiban ialah suatu keadaan yang menunjukkan adanya patokan, aturan atau
pedoman maupun petunjuk yang berlaku dan ditaati oleh setiap individu didalam
pergaulan antara pribadi atau golongan (masyarakat).
C. Kesadaran Hukum
Kesadaran hukum adalah suatu sikap individu untuk menerima dengan rela dan
bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari pristiwa hukum yang terjadi.
D. Hubungan Masalah Hukum, Ketertiban Dan Kesadaran Hukum Dengan Pendidikan
IPS
Sebagai Ilmu Pengetahuan yang menelaah antara hubungan manusia (human
relationships) yang mencakup hubungan individu dengan klompok, klompok dengan
klompok, serta klompok dengan alam maka IPS akan potensial didalam mengkaji
permasalahan yang dapat muncul dari sebab yang ditimbulkan dalam berbagai
hubungan antar manusia tersebut. Dari hubungan antar manusia (human relationship)
tersebut akan bermunculan pristiwa hukum dan akibat hukum.

Anda mungkin juga menyukai