Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS KECEMASAN REMAJA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

Jovanka Thania & Valerie Elviani

PEBIMBING :

Idzni Desrifani

KARYA ILMIAH

ANALISIS KECEMASAN REMAJA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Disusun oleh :

Jovanka Thania (XI IPS 1) & Valerie Elviani (XI IPS 2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmatNya, sehingga kami dapat membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ANALISIS
KECEMASAN REMAJA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA”.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu yang
mempelajari besaran, struktur, ruang dan perubahan. Menurut Chabye of Math, istilah
matematika berasal dari bahasa Yunani Kuno dari akar kata mathema yang berarti
pengetahuan atau ilmu, atau dari kata lain yang serupa yaitu mathanein yang berarti
belajar atau berpikir.1 Menurut Aris Kurniawan, secara etimologis, matematika berarti
“ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”, yang lebih menekankan pada
aktifitas penalaran dan membentuk pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide
dan proses. 2

Ada beberapa tokoh yang menyatakan pendapatnya tentang matematika.


Menurut Iwan Ridwan di blognya, seorang matematikawan Amerika bernama
Benjamin Peirce, ia menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan
simpulan-simpulan penting". Menurut Irfan Ely di blognya, tokoh lain yang bernama
Susilo menyatakan, “Matematika bukanlah sekedar kumpulan angka, simbol, dan
rumus yang tidak ada kaitannya dengan dunia nyata. Justru sebaliknya, matematika
tumbuh dan berakar dari dunia nyata. 3

Matematika punya banyak manfaat di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan


belajar matematika dapat memecahkan suatu permasalahan. Baik pemecahan dalam
pengerjaan soal-soal maupun pemecahan permasalahan lain. Seperti, mengukur jarak

1
Chabyeofmath “Sejarah Matematika” (https://chabyeofmath.wordpress.com/sejarah-matematika/, diakses pada
26 November 2020, pukul 20.05)
2
Gurupendidikan “Pengertian Matematika” (https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-matematika/, diakses
pada 26 November 2020, pukul 20.32
3
Iwan Lukman “Mengenal Matematika-Pengertian Matematika”
(https://iwanlukman.blogspot.com/2018/05/mengenal-matematika-pengertian.html), Mathirfanely “Matematika
Menurut Para Ahli” (https://mathirfanely.wordpress.com/matematika-menurut-para-ahli/, diakses pada 26
November 2020, pukul 21.01)
jalan, pemecahan masalah dalam membangun rumah, dan masih banyak lagi. Selain
itu, belajar matematika dapat membantu untuk berdagang. Seperti di saat menerima
dan membayar kembalian dari pembeli sehingga tidak rugi dalam berdagang.
Matematika sebagai dasar pokok ilmu yang maksudnya pelajaran pokok tentang ilmu
berhitung. Sehingga, matematika juga berperan penting di pelajaran lainnya seperti
ekonomi, akuntansi, fisika dan lainnya.

Manfaat lain matematika adalah dapat meningkatkan ketelitian dan kecermatan,


karena otak kita dilatih untuk menyelesaikan persoalan mudah hingga rumit dengan
teliti, hati-hati dan cermat. Sehingga persoalan yang dikerjakan dapat menghasilkan
hasil yang maksimal. Belajar matematika dapat melatih cara berpikir. Ketika kita
salah menyelesaikan suatu persoalan, cara berpikir kita dilatih lebih keras untuk
menyelesaikan persoalan tersebut hingga mendapatkan jawaban yang benar.
Sehingga, cara berpikir otak kita semakin lama semakin terasah.

Informasi dari docdoc.com, kecemasan adalah suatu istilah yang


menggambarkan gangguan psikologis yang dapat memiliki karakteristik yaitu berupa
rasa takut, keprihatinan terhadap masa depan, kekhawatiran yang berkepanjangan, dan
rasa gugup. Rasa cemas disebut gangguan psikologis ketika rasa cemas menghalangi
seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan menjalani kegiatan produktif.4
Dikutip dari Jurnal Unrika, seringkali terjadi pandangan yang buruk dari dalam diri
sendiri oleh para remaja terhadap pembelajaran matematika5, sehingga menimbulkan
perasaan cemas dan takut dalam mengikuti pembelajaran matematika. Oleh karena
itu, penulis ingin meneliti tentang “Analisi Kecemasan Remaja Dalam
Pembelajaran Matematika”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka karya tulis ilmiah ini dibatasi
pada masalah sebagai berikut :

1. Apa yang menyebabkan remaja cemas ketika mempelajari pelajaran


matematika?

4
Docdoc “Apa Itu Kecemasan” (https://www.docdoc.com/id/info/condition/kecemasan, diakses pada 27
November 2020, pukul 22.19)
5
Paulus Roy Saputra “Jurnal Phythagoras”
(https://www.journal.unrika.ac.id/index.php/jurnalphythagoras/article/view/590, diakses pada 9 Februari 2021,
pukul 22.03)
2. Bagaimana cara mengatasi kecemasan remaja dalam pembelajaran
matematika?
1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penulis akan


mencaritahu apa penyebab remaja cemas ketika mempelajari pelajaran matematika.

1.4 Tujuan Penelitian

Dari judul pembuatan karya tulis ilmiah ini maka penulis menentukan tujuan-
tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui penyebab kecemasan remaja dalam belajar matematika.


2. Untuk mengetahui solusi yang tepat mengatasi kecemasan remaja dalam
belajar matematika.
1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memberitahu pembaca penyebab kecemasan remaja dalam belajar


matematika.
2. Supaya pembaca lebih mengerti cara mengatasi kecemasan pada remaja yang
diakibatkan belajar matematika.
3. Dengan adanya karya tulis ilmiah ini, diharapkan pembaca mendapatkan
informasi yang bermanfaat.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kecemasan
1. Pengertian kecemasan
Kecemasan adalah suatu istilah yang menggambarkan gangguan psikologis
yang dapat memiliki karakteristik yaitu berupa rasa takut, keprihatinan terhadap
masa depan, kekhawatiran yang berkepanjangan, dan rasa gugup.
Istilah “kecemasan” mengacu pada perasaan tidak nyaman dan ketakutan,
ditambah dengan beberapa gejala fisik menyenangkan, termasuk ketegangan
(otot yang menegang), denyut jantung yang bertambah cepat, napas memburu,
mulut kering dan lain-lain.6
Arti kecemasan yang lain adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang
ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, rasa takut yang kadang kita alami,
dalam tingkat yang berbeda-beda. 7
Az-Zahrani mengatakan, kecemasan adalah perasaan tertekan dan tidak
tenang, serta berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan.8

2. Faktor-faktor kecemasan
Seseorang mengalami kecemasan tidak mungkin terjadi dengan sendirinya.
Tentunya, ada beberapa faktor penyebab terjadinya kecemasan ini. Beberapa
faktor tersebut yaitu sebagai berikut.9
a. Pernah mengalami trauma. Biasanya orang yang mengalami kecemasan,
sebelumnya pernah mengalami trauma. Contohnya trauma Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang pernah dialami seseorang dan

6
Wayne Froggatt. (2003). Free From Stress ; Panduan untuk Mengatasi Kecemasan, alih Bahasa, Meitasari
Tjandrasa. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer Gramedia.
7
Stuart, G. W. & Sundeen. (2008). Buku Saku Keperawatan Jiwa (edisi 3), alih
bahasa, Achir Yani. Jakarta: EGC.
8
Az-Zahrani, Musfir Bin Said. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Press
9
Halodoc “Gangguan Kecemasan Umum” (https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguan-kecemasan-umum,
diakses pada tanggal 14 April 2021, pukul 21.13)
kasus perundungan atau biasa yang disebut bullying. Hal-hal tersebut
dapat menyebabkan trauma yang membekas dalam hidupnya. Sehingga
seseorang mudah mengalami kecemasan.
b. Adanya aktivitas berlebihan di bagian otak yang mengendalikan emosi
dan tingkah laku. Hal ini membuat emosi seseorang menjadi tidak
beraturan. Sehingga seseorang mudah mengalami kecemasan.
c. Adanya faktor keturunan. Seseorang yang memiliki kerabat dekat atau
saudara dekat dengan gangguan kecemasan, biasanya memiliki risiko
lima kali lebih besar untuk mengalami kondisi sejenis.

3. Gejala kecemasan
Kecemasan merupakan suatu reaksi tidak mengenakan yang terjadi di saat-
saat tertentu. Sebenarnya rasa cemas ini berfungsi untuk membuat kita lebih hati-
hati atau waspada terhadap suatu hal yang akan terjadi. Tetapi, jika rasa cemas ini
terjadi secara berlebihan akan sangat mengganggu kegiatan sehari-hari seseorang.
Ada beberapa jenis kecemasan yaitu gangguan panik, gangguan kecemasan sosial
dan gangguan kecemasan umum. 10
Gangguan panik, penderita akan mengalami serangan panik secara tiba-tiba
tanpa adanya alasan yang jelas. Ada beberapa gejala yang muncul saat terjadi
gangguan panik : 11
a. Berkeringat
b. Palpitasi (berdebar-debar)
c. Gemetar
d. Ketakutan
Gangguan kecemasan sosial, merupakan rasa cemas atau rasa takut yang
luar biasa terhadap situasi sosial. Orang yang mengalami gangguan ini akan
merasa takut untuk melakukan sesuatu didepan orang lain atau  ditempat umum.
Karena dianggap hal tersebut akan mempermalukan dia. Gejala-gejala gangguan
kecemasan sosial :
a. Takut atau enggan untuk berinteraksi dan menyapa orang lain, terutama
orang yang tidak dikenal.
b. Memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah
10
Alo Dokter “Kenali Tiga Jenis Gangguan Kecemasan Dan Gejalanya” (https://www.alodokter.com/kenali-
tiga-jenis-gangguan-kecemasan-dan-gejalanya, diakses pada tanggal 1 April 2021, pukul 21.07)
11
Ibid.
c. Menghindari bertatapan mata dengan orang lain.
Gangguan kecemasan umum, kecemasan ini membuat penderita merasakan
cemas secara berlebihan yang menetap dalam waktu lama, biasanya hingga lebih
dari 6 bulan. Seseorang yang menderita gangguan kecemasan umum biasanya
tidak bisa fokus pada suatu hal, sulit berkonsentrasi, dan tidak bisa merasa santai
Gejala yang dialami penderita gangguan kecemasan umum :
a. Gemetar dan keringat dingin
b. Otot tegang
c. Pusing dan sakit kepala
d. Mudah marah
e. Susah tidur
4. Manfaat Kecemasan
Kecemasan sering kali menimbulkan rasa yang tidak nyaman. Sehingga
banyak sekali orang yang menganggap kecemasan itu suatu hal yang buruk.
Banyak juga orang yang ingin sekali menyingkirkan rasa cemas ini. Namun,
kecemasan tidak harus disingkirkan. Sebab, rasa cemas atau kecemasan juga
punya fungsi untuk membangun diri.
Seorang ahli mengatakan, kecemasan belum tentu membawa kita pada
sesuatu yang buruk. Menurut Dr. Kate Sweeney, pada kondisi tertentu merasakan
cemas dan khawatir bisa menguntungkan. Manfaat dari sebuah rasa cemas bisa
menjadi motivasi positif untuk kita sendiri. Rasa cemas merupakan sinyal bahwa
kita harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga
muncullah motivasi belajar atau berlatih lebih giat untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Namun, setiap orang harus cerdas dalam mengelola rasa cemas atau
kecemasan ini. Jika rasa cemas ini tidak dapat dikelola dengan baik dan menjadi
berlebihan, hal ini dapat mengganggu kesehatan tubuh. Gangguan kesehatan
mulai timbul, seperti depresi, gangguan tidur, sulit berkonsentrasi, tekanan darah
tinggi dan penyakit jantung.
2.2 Remaja
1. Pengertian remaja
Secara umum, remaja adalah masa peralihan diri anak menuju dewasa,
pada masa ini terjadi berbagai macam perubahan yang cukup bermakna baik
secara fisik, biologis, mental dan emosional serta psikososial. Semuanya ini
dapat mempengaruhi kehidupan pribadi, lingkungan keluarga maupun
masyarakat.12
2. Ciri-ciri remaja
Masa transisi dari anak-anak ke dewasa (remaja) tentunya terdapat
beberapa perubahan yang terjadi. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat.
b. Perubahan fisik yang cepat. Hal ini terjadi karena beberapa bagian
tubuhnya sudah mulai matang untuk menjadi dewasa.
c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain.
d. Perubahan nilai terhadap suatu benda atau aktivitas. Dimana sesuatu yang
mereka anggap penting pada saat masih anak-anak menjadi kurang atau
tidak penting karena mereka sudah mendekati dewasa.
e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen (sikap yang bertentangan) dalam
menghadapi perubahan yang terjadi.
3. Batasan Usia Remaja
Beberapa ahli dari Indonesia memberikan pendapatnya tentang batasan
usia remaja. Drs. M.A. Priyatno, SH. menyebutkan rentangan usia 13-21 tahun
sebagai batasan usia remaja.13
Drs. Singgih Gunarsa, menetapkan bahwa usia 12-22 tahun sebagai
masa remaja. Ahli lainnya, Dra. Susilowindradini, untuk menghindari salah
paham, ia berpatokan pada literatur Amerika dalam menentukan masa remaja,
yaitu 12-16 tahun. Beliau melanjutkan, bahwa masa remaja awal atau Early
Adolescence memiliki batasan usia 13-17 tahun dan masa remaja akhir atau Late
Adolescence adalah 17-21 tahun.14
4. Karakteristik umum perkembangan remaja
Masa remaja seringkali disebut sebagai masa mencari jati diri. Hal ini
terjadi karena remaja merupakan peralihan dari anak-anak ke dewasa. Segi fisik
remaja sudah tidak seperti anak-anak lagi melainkan seperti orang dewasa.

12
Dosen Pendidikan “Remaja Adalah” (https://www.dosenpendidikan.co.id/remaja-adalah/, diakses pada
tanggal 11 April 2021, pukul 20.34)
13
Drs. H. Panut Panuju, Ida Umami S. Ag. Psikologi Remaja. (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1999),
hal. 6.
14
Ibid.
Namun, Ketika diperlakukan seperti orang dewasa, mereka belum bisa
menunjukkan sikap dewasanya.
Maka dari itu, ada beberapa karakteristik atau sikap yang sering
ditunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut.15
a. Kegelisahan
Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak
ideliasme atau keinginan yang ingin diwujudkan di masa depan. Namun,
sebenarnya remaja belum memiliki kemampuan untuk mewujudkan semua
itu. Selain itu, di satu sisi mereka ingin mendapatkan pengalaman
sebanyak-banyaknya untuk menambah pengetahuan, di sisi lain mereka
merasa belum mampu melakukan berbagai hal sehingga tidak berani
mengambil tindakan secara langsung. Karena dua hal itu, mengakibatkan
mereka diliputi oleh perasaan gelisah.
b. Pertentangan
Remaja seringkali berada pada situasi antara ingin melepaskan diri dari
orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri karena masih
mencari jati dirinya. Maka dari itu, umumnya remaja sering mengalami
kebingungan karena seringnya terjadi pertentangan pendapat antara
mereka dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi ini
menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orang tua dan
kemudian ditentangnya sendiri karena dalam diri remaja sesungguhnya
belum begitu berani untuk mengambil resiko meninggalkan lingkungan
keluarganya. Ditambah kebanyakan remaja belum mampu untuk
membiayai kehidupannya sendiri tanpa bantuan keuangan dari orang
tuanya. Maka dari itu, seringkali timbul kebingungan dalam diri remaja
itu sendiri.
c. Mengkhayal
Kegiatan untuk menjelajah dan bertualang tidak semuanya tercapai.
Biasanya hambatannya dari segi keuangan atau biaya. Sebab untuk
menjelajah lingkungan sekitar yang luas membutuhkan banyak biaya,
sedangkan kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari orang tuanya.
Akibatnya, mereka mengkhayal, mencari kepuasaan, bahkan menyalurkan

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. (2004). Psikologi Remaja ; Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
15

Bumi Aksara.
khayalannya melalui dunia fantasi. Ada dua perbedaan khayalan antara
putra dan putri. Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada prestasi dan
jenjang karier, sedangkan putri lebih mengkhayal romantika hidup.
Khayalan ini tidak selamanya negatif, karena dari khayalan ini bisa
menghasilkan ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.
d. Aktivitas Berkelompok
Banyak keinginan para remaja yang tidak dapat terpenuhi karena
adanya banyaknya kendala. Biasanya kendala yang menghambat keinginan
para remaja adalah larangan dari orang tua, tidak tersedianya biaya, dan
lain-lain. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya
setelah mereka berkumpul dengan teman-temannya untuk melakukan
aktivitas bersama. Mereka melakukan kegiatan secara berkelompok
sehingga banyak kendala tersebut dapat diatasi bersama-sama.
e. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu
Pada umumnya, remaja memiliki raja ingin tahu yang tinggi atau
disebut high curiosity. Karena didorong rasa ingin tahu yang tinggi, 
remaja cenderung ingin mencoba segala sesuatu yang belum pernah
dialaminya. Selain itu, didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa
menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan
oleh orang dewasa. Sedangkan remaja putri seringkali mencoba memakai
kosmetik baru, meskipun sekolah melarangnya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi remaja untuk diberikan
bimbingan  agar rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah kepada
kegiatan-kegiatan positif, kreatif dan produktif. Dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang positif dan produktif, hal ini bisa menghasilkan 
kreativitas remaja yang bermanfaat.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Berhubung adanya pandemi covid-19 ini, penelitian dilakukan secara
online di rumah masing-masing. Penelitian ini dilakukan di pertengahan
semester 2 tahun pelajaran 2020/2021, yaitu bulan April 2020/2021.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah para remaja dengan batasan usia 13-21
tahun yang merupakan siswa-siswi kelas 1 SMP sampai mahasiswa
perkuliahan.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian
yang sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga
akhir.16
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan instrument tes berupa kuesioner. Instrumen tersebut digunakan
untuk mengetahui apa saja penyebab rasa cemas pada remaja ketika
mempelajari pelajaran matematika dan cara yang tepat untuk mengatasi rasa
cemas dalam pembelajaran matematika.
Kuesioner adalah salah satu metode survei dalam melakukan penelitian
yang digunakan untuk mengumpulkan data dari responden.17 Kuesioner berisi
pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab responden.
Jenis kuesioner yang digunakan oleh penulis adalah kuesioner terbuka
dimana responden mempunyai kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang

16
Dr. Sandu Siyoto, M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media Publishing,
2015), hal. 17.
17
Putut Wijaya “Kuesioner Adalah” (https://www.ukulele.co.nz/kuesioner-adalah/, diakses pada 19 April 2021,
pukul 15.25)
diajukan dan kuesioner tertutup yaitu pertanyaan dan jawaban sudah
disediakan oleh penulis.18
Penulis akan menggunakan metode analisis Skala Guttman yaitu skala
kumulatif atau skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti
tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti, yang sering
disebut atribut universal.19 Skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan
jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Responden diminta menjawab dengan tegas “Ya” atau “Tidak” mengenai
beberapa pertanyaan yang sudah dibuat penulis. Jawaban "Ya" bernilai 1 dan
jawaban "Tidak" bernilai 0.20 Subjek penelitian diminta untuk mengisi
kuesioner dalam bentuk google form yang diberikan peneliti.
3.5 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini adalah menggunakan Teknik
kuantitatif yang meliputi proses pemeriksaan, pengelompokkan, input data
dan pengolahan secara sederhana.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif.
Metode kuantitatif statistika akan digunakan dalam kuesioner. Metode
kuantitatif statistika adalah jenis metode yang datanya dalam penelitian dapat
diukur, dihitung, serta dapat dideskripsikan dengan menggunakan angka.21
Data yang sudah terkumpul, dibuktikan validitas kuesionernya
menggunakan rumus koefisien reprodusibilitas dan rumus koefisien
skalabilitas. Pengertian dari koefisien reprodusibilitas adalah suatu besaran
yang mengukur derajat ketepatan alat ukur yang dibuat (daftar pertanyaan)
dan Skala Guttman menghendaki nilai koefisien reprodusibilitas > 0.90.22
Sedangkan pengertian koefisien skalabilitas adalah skala yang mengukur

18
DosenSosiologi.com “Pengertian Kuesioner, Jenis, Kekurangan, Kelebihan dan Contohnya”
(https://dosensosiologi.com/pengertian-kuesioner-jenis-dan-contohnya-lengkap/, diakses pada 19 April 2021,
pukul 15.33)
19
Muchlisin Riadi “Pengertian dan Jenis Skala Pengukuran”
(https://www.kajianpustaka.com/2020/11/pengertian-dan-jenis-skala-pengukuran.html?m=1, diakses pada 23
April 2021, pukul 17.00)
20
Adminspssstatistik “Kuesioner Penelitian dengan Skala Guttman” (https://www.spssstatistik.com/kuesioner-
penelitian-dengan-skala-guttman/, diakses pada 24 April 2021, pukul 17.57)
21
Iqbal Hakim “Data Kualitatif dan Kuantitatif” (https://insanpelajar.com/data-kualitatif-dan-kuantitatif, diakses
pada 19 April 2021, pukul 16.06)
22
Ashfar Kurnia "Statistika dan Teori Probabilitas" (https://ocw.upj.ac.id, diakses pada 24 April 2021, pukul
14:00)
apakah penyimpangan pada skala reprodusibilitas masih dalam batas yang
dapat ditaoleli. Skala Guttman menghendaki nilai koefisien Skalabilitas >
0.60.23 Lalu data akan dianalisa untuk mengetahui hasil dan menyimpulkan
kesimpulan yang didapatkan dari kuesioner tersebut.
Rumus koefisien reprodusibilitas yang digunakan adalah sebagai
berikut : 24
e
Kr=1−
n

Keterangan :

Kr = Koefisien reprodusibilitas

e = jumlah kesalahan atau jumlah nilai error

n = jumlah pertanyaan × jumlah responden

Rumus koefisien skalabilitas yang digunakan adalag sebagai berikut :25

e
Ks=1−
n

Keterangan :

Ks = koefisien skalabilitas

e = jumlah kesalahan atau jumlah nilai error

x = 0,5×((jumlah pertanyaan × jumlah responden)-jumlah


jawaban “Ya”)

Untuk mengetahui persentase hasil setiap pertanyaan dari data yang


terkumpul, digunakan rumus matematika sebagai berikut 26:

jumlah responden yang menjawab ya atau tidak


persentase= ×100
Jumlah responden

23
Ashfa Kurnia Loc cit
24
Rudy Prietno "Uji Validitas dengan Skala Guttman" (http://www.jendelastatistik.com/2016/10/uji-validitas-
dengan-skala-guttman_12.html?m=1, diakses pada tanggal 24 April 2021, pukul 14:06)
25
Ibid.
26
Sistemphp.com “Cara Menentukan Persentase Dari Hasil Kuesioner” (https://www.sistemphp.com/cara-
menentukan-persentase-dari-hasil-kuesioner/, diakses pada 26 April 2021, pukul 19.02)
3.7 Pertanyaan Kuesioner Penelitian
Kisi-kisi dari kuesioner yang akan diberikan kepada orang-orang :

No Jumlah Butir
Indikator Nomor Soal
. Soal
Kesukaan responden terhadap
1. 1 1
pelajaran matematika
Ketegangan responden terhadap
2. 4 1
soal matematika
Rasa cemas dalam pembelajaran
3. 2, 16, 18 2
matematika
Kesulitan dalam pembelajaran
4. 3, 6 3
matematika
Rasa semangat dan tidak semangat
5. 7, 8 2
saat pembelajaran matematika
Manfaat matematika dalam
6. 11 1
kehidupan sehari-hari
Mengurangi rasa kecemasan saat
7. 12, 13 2
mengerjakan soal matematika
Tingkat kekhawatiran dalam
8. 5, 17 2
pembelajaran matematika
Tingkat ketakutan saat
9. 9, 10 3
mengerjakan soal matematika
Kemampuan responden dalam
10. 14 1
mengerjakan soal matematika
Kegelisahan saat mengerjakan soal
11. 15 1
matematika
Tanggapan subjek terhadap
12. 19 1
penyebab timbulnya rasa cemas
Tanggapan subjek terhadap cara
13. 20 1
mengatasi kecemasan
Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan dicantumkan dalam
kuisioner tersebut :

Nama :

Usia : 13/14/15/16/17/18/19/20/21

1. Apakah anda menyukai pelajaran matematika?


Ya
Tidak
2. Apakah anda sering merasa cemas saat pembelajaran matematika?
Ya
Tidak
3. Apakah anda sering mengalami kesulitan berkonsentrasi saat pembelajaran
matematika berlangsung?
Ya
Tidak
4. Apakah anda sering merasa tegang ketika mengerjakan soal matematika?
Ya
Tidak
5. Apakah pikiran anda menjadi kacau saat pembelajaran matematika?
Ya
Tidak
6. Apakah anda memiliki anggapan bahwa matematika itu sulit?
Ya
Tidak
7. Apakah anda merasa ngantuk ketika pembelajaran matematika sedang
berlangsung?
Ya
Tidak
8. Apakah anda sering aktif di kelas saat pembelajaran matematika
berlangsung?
Ya (aktif)
Tidak (pasif)
9. Apakah anda merasa takut ketika guru memanggil anda untuk
mengerjakan soal di papan tulis?
Ya
Tidak
10. Apakah anda sering merasa takut menjadi bahan tertawaan teman jika
salah menjawab soal matematika di papan tulis?
Ya
Tidak
11. Menurut anda, apakah matematika bermanfaat besar bagi kehidupan
sehari-hari anda?
Ya
Tidak
12. Jika ada materi yang kurang dimengerti, apakah anda sering bertanya
kepada guru untuk mengurangi rasa cemas akan ketidakmampuan
mengerjakan soal matematika?
Ya
Tidak
13. Jika ada materi yang kurang dimengerti, apakah anda sering bertanya
kepada teman untuk mengurangi rasa cemas akan ketidakmampuan
mengerjakan soal matematika?
Ya
Tidak
14. Apakah anda yakin akan kemampuan anda saat mengerjakan soal
matematika?
Ya
Tidak
15. Apakah anda sering merasa gelisah saat mengerjakan soal matematika?
Ya
Tidak
16. Apakah rasa cemas sangat berpengaruh saat kalian mengerjakan soal
matematika?
Ya
Tidak
17. Apakah anda merasa khawatir saat pembelajaran matematika berlangsung?
Ya
Tidak
18. Apakah kecemasan anda dalam pelajaran matematika mengganggu
kesehatan mental anda?
Ya
Tidak
19. Menurut anda, apa penyebab timbulnya rasa cemas saat pembelajaran
matematika?
20. Menurut anda, bagaimana cara mengatasi kecemasan tersebut saat
pembelajaran matematika?
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Selama penelitian, data yang diperoleh berupates dalam bentuk
kuesioner form dengan responden yangberupa tanggapan atau respon remaja
mengenai kecemasan dalampembelajaran matematika. Data-data yang
diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui apa saja penyebab
kecemasan remaja dalam pembelajaran matematika dan cara mengatasi
kecemasan remaja dalam pembelajaran matematika. Berikut adalah hasil dari
kuesioner yang telah dilakukan :
4.1.1 Hasil Kuesioner
Untuk mengetahui penyebab kecemasan remaja dalam
pembelajaran matematika dan cara mengatasi kecemasan remaja
tersebut, maka diadakanlah kuesioner yang berdasar pada indikator yang
tertera pada halaman sebelumnya. Kuesioner ini dilakukan pada remaja-
remaja dalam batasan umur 13-21 tahun, yang terdiri dari 100 orang.
Hasil kuesioner akan dijabarkan dan dijelaskan di bawah ini :
4.1.1.1 Hasil Pertanyaan Ke-1
Dari hasil pertanyaan ini dapat dinyatakan bahwa 64% dari
100 remaja usia 13-21 tahun tidak menyukai pelajaran matematika.
Presentase dapat digambarkan dalam diagram berikut :

Gambar 4.1 Persentase remaja yang tidak suka pelajaran


matematika

64 responden menjawab ya
Persentase= × 100 = 64%
100 responden
Hal ini dapat disimpulkan bahwa remaja yang tidak menyukai
pelajaran matematika lebih banyak daripada remaja yang menyukai
pelajaran matematika.
4.1.1.2 Hasil Pertanyaan Ke-2
Dari hasil pertanyaan ini dapat dinyatakan bahwa 60% dari
100 remaja sering mengalami cemas saat pembelajaran
matematika. Persentase dapat digambarkan dalam diagram berikut :
Gambar 4.2 Persentase seringnya remaja merasa cemas saat
pembelajaran matematika
60 responden menjawab ya
Persentase= ×100 = 60%
100 responden
Dapat disimpulkan bahwa lebih banyak remaja yang sering
mengalami cemas saat pembelajaran matematika berlangsung
daripada remaja yang tidak mengalami rasa cemas saat pembelajaran
matematika berlangusng.
4.1.1.3 Hasil Pertanyaan Ke-3
Hasil dari pertanyaan ini dapat menjelaskan bahwa 77%
dari 100 remaja berpendapat mereka sering mengalami kesulitan
berkonsentrasi saat pembelajaran matematika berlangsung.
Persentase dapat digambarkan dalam diagram berikut :

Gambar 4.3 Persentase remaja yang sulit berkonsentrasi saat


pembelajaran matematika berlangsung

77 responden menjawab ya
persentase= × 100 = 77%
100 responden
Dapat disimpulkan bahwa lebih banyak remaja yang sering
merasa kesulitan berkonsentrasi saat pembelajaran matematika
yaitu sebanyak 77 orang dan dibandingkan remaja yang tidak
mengalami kesulitan berkonsentrasi sebanyak 23 orang.
4.1.1.4 Hasil Pertanyaan Ke-4
Dari hasil pertanyaan ini dapat dinyatakan bahwa 65% dari
100 remaja berusia 13-21 tahun sering merasa tegang ketika
mengerjakan soal matematika. Presentase dapat digambarkan
dalam diagram berikut :

Gambar 4.4 Persentase remaja yang sering merasa tegang


ketika mengerjakan soal matematika
65 responden menjawab ya
Persentase= ×100 = 65%
100 responden
Hasil pertanyaan ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata
remaja lebih banyak yang sering merasa tegang ketika mengerjakan
soal matematika yautu sebanyak 65 orang, daripada remaja yang
tidak merasa tegang saat pembelajaran matematika, yaitu sebanyak
35 orang.
4.1.1.5 Hasil Pertanyaan Ke-5
Hasil pertanyaan ini dapat dinyatakan bahwa 64% dari 100
remaja pikiran mereka sering merasa kacau saat pembelajaran
matematika dan sisanya atau 36% remaja tidak merasa kacau
pikirannya saat pembelajaran matematika. Persentase tersebut
dapat digambarkan dalam diagram berikut :
Gambar 4.5 Persentase pikiran remaja kacau saat
pembelajaran matematika
64 responden menjawab ya
Persentase= × 100 = 64%
100 responden
Dapat disimpulkan bahwa lebih banyak remaja yang merasa
pikirannya menjadi kacau saat pembelajaran matematika daripada
remaja yang tidak merasa kacau pikirannya saat pembelajaran
matematika.
4.1.1.6 Hasil Pertanyaan Ke-6
Dari hasil pertanyaan ini dapat dinyatakan bahwa 80% dari
100 remaja beranggapan bahwa matematika itu sulit. Sedangkan
sisanya atau 20% remaja beranggapan bahwa matematika itu tidak
sulit. Persentase tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut
:

Gambar 4.6 Persentase anggapan bahwa matematika itu sulit


oleh remaja
80 responden menjawab ya
Persentase= × 100 = 80%
100 responden
Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar yaitu 80 orang
remaja beranggapan bahwa matematika itu sulit dan 20 orang
beranggapa bahwa matematika itu tidak sulit.
4.1.1.7 Hasil Pertanyaan Ke-7
Hasil dari pertanyaan ini dapat disimpulkan 61% dari 100
remaja sering merasakan ngantuk ketika pembelajaran matematika
berlangsung. Sedangkan, sisanya sebanyak 39% tidak merasakan
ngantuk saat pembelajaran matematika berlangsung. Persentase
tersebut dapat dilihat dalam diagram berikut :

Gambar 4.7 Persentase remaja merasa ngantuk ketika


pembelajaran matematika
61 responden menjawab ya
Persentase= ×100 = 61%
100 responden
Sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja yang merasa
ngantuk saat pembelajaran matematika berlangsung lebih banyak
dibandingkan remaja yang tidak merasa ngantuk saat pembelajaran
matematika berlangsung.
4.1.1.8 Hasil Pertanyaan Ke-8
Hasil pertanyaan ini dapat dijelaskan bahwa 77% dari 100
remaja pasif di kelas saat pembelajaran matematika berlangsung.
Persentase tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut :
Gambar 4.8 Persentase remaja yang aktif di kelas saat
pembelajaran matematika
Dapat disimpulkan bahwa rata-rata remaja yang berusia 13-
21 tahun lebih pasif di kelas saat pembelajaran matematika
berlangsung. Sedangkan, sisanya atau 23% sering aktif saat
pembelajaran matematika berlangsung.
4.1.1.9 Hasil Pertanyaan Ke-9
Dari hasil pertanyaan ini dapat menjelaskan bahwa 68%
dari 100 remaja berpendapat mereka merasa takut ketika guru
memanggil mereka untuk mengerjakan soal di papan tulis.
Persentase tersebut dapat dilihat dalam ddiagram berikut :

Gambar 4.9 Persentase remaja yang merasa takut ketika guru


memanggil untuk mengerjakan soal di papan tulis
68 responden menjawab ya
Persentase= ×100 = 68%
100 responden
Dalam diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa lebih
banyak remaja yang merasa takut ketika guru memanggil mereka
untuk mengerjakan soal di papan tulis yaitu sebanyak 68 orang dan
sisanya sebanyak 32 orang merasa tidak takut saat guru memanggil
untuk mengerjakan soal di papan tulis.
4.1.1.10 Hasil Pertanyaan Ke-10
Hasil dari pertanyaan ini menunjukkan bahwa 57% dari 100
remaja sering merasa takut menjadi bahan tertawaan teman jika
salah menjawab soal matematika di depan kelas. Hasil pertanyaan
ini dapat digambarkan dalam diagram berikut :

Gambar 4.10 Persentase remaja yang sering merasa takut


menjadi bahan tertawaan teman jika salah menjawab soal
matematikaa di papan tulis.
57 responden menjawab ya
Persentase= ×100 = 57%
100 responden
Dalam diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah
remaja yang merasa takut menjadi bahan tertawaan teman jika
salah menjawab soal matematika didepan lebih banyak daripada
yang merasa tidak takut.
4.1.1.11 Hasil Pertanyaan Ke-11
Dalam pertanyaan ini banyak yang menjawab bahwa
matematika memiliki manfaat besar bagi kehidupan sehari-hari.
Matematika adalah pelajaran yang sangat penting dan berguna
untuk dikehidupan sehari-hari, seperti melatih remaja menjadi lebih
cermat, teliti dan dapat menyelesaikan masalah dengan lebih
mudah. Hasil dari pertanyaan ini menunjukkan bahwa 73% dari
100 remaja berpendapat bahwa matematika bermanfaat besar bagi
kehidupan sehari-hari. Sedangkan 27% dari 100 remaja
berpendapat matematika tidak bermanfaat bagi kehidupan sehari-
hari. Hasil dari pertanyaan ini dapat digambarkan dalam diagram
berikut :
Gambar 4.11 Persentase remaja yang berpendapat bahwa
matematika bermanfaat besar bagi kehidupan sehari-hari
73 responden menjawab ya
Persentase= ×100 = 73%
100 responden
Dapat disimpulkan bahwa lebih banyak remaja yang setuju
kalau matematika bermanfaat besar bagi kehidupan sehari-hari
dibandingkan dengan yang tidak setuju.
4.1.1.12 Hasil Pertanyaan Ke-12
Dari hasil pertanyaan ini dapat dinyatakan bahwa 52% dari
100 remaja jika ada materi yang kurang dimengerti jarang bertanya
kepada guru untuk mengurangi rasa cemas akan ketidakmampuan
mengerjakan soal matematika. Persentase dapat digambarkan
dalam diagram berikut :

Gambar 4.12 Persentase remaja yang sering bertanya kepada


guru untuk mengurangi rasa cemas akan ketidakmampuan
mengerjakan soal matematika
48 responden menjawab ya
Persentase= ×100 = 48%
100 responden
Dari hasil pertanyaan ini dapat disimpulkan bahwa remaja
lebih banyak yang tidak bertanya kepada guru dibandingkan
dengan remaja yang bertanya kepada guru jika ada materi yang
kurang dimengerti.
4.1.1.13 Hasil Peertanyaan Ke-13
Hasil dari pertanyaan ini dapat dinyatakan bahwa 90% dari
100 remaja jika ada materi yang kurang dimengerti sering
bertanya kepada teman untuk mengurangi rasa cemas akan
ketidakmampuan mengerjakan soal matematika. Sedangkan,
sisanya 10% dari 100 remaja tidak sering bertanya kepada teman
jika ada materi yang kurang dimengerti. Persentase dapat
digambarkan dalam diagram berikut :

Gambar 4.13 Persentase remaja yang sering bertanya kepada


teman untuk mengurangi rasa cemas akan ketidakmampuan
mengerjakan soal matematika
90responden menjawab ya
Persentase= ×100 = 90%
100 responden
Berdasarkan diagram tersebut, dapat disimpulkan bahwa
jika ada materi yang kurang dimengerti, remaja dominan bertanya
kepada temannya untuk mengurangi rasa cemas.
4.1.1.14 Hasil Pertanyaan Ke-14
Hasil dari pertanyaan ini menunjukkan bahwa hanya 33%
dari 100 remaja merasa yakin akan kemampuan mereka saat
mengerjakan soal matematika. Sedangkan, sisanya 67% dari 100
remaja, mereka tidak yakin akan kemampuan mereka saat
mengerjakan soal matematika. Persentase dapat digambarkan
dalam diagram berikut :
Gambar 4.14 Persentase keyakinan remaja akan
kemampuannya saat mengerjakan soal matematika
33 responden menjawab ya
Persentase= ×100 = 33%
100 responden
Berdasarkan diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa
lebih banyak remaja yang tidak yakin akan kemampuan mereka
saat mengerjakan soal matematika dibandingkan dengan yang
yakin akan kemampuannya.
4.1.1.15 Hasil Pertanyaan Ke-15
Hasil pertanyaan ini dapat diperlihatkan bahwa 60% dari
100 remaja sering merasa gelisah saat mengerjakan soal
matematika. Sedangkan, sisanya atau 40% dari 100 remaja tidak
merasa gelisah saat mengerjakan soal matematika. Persentase
dapat digambarkan dalam diagram berikut :

Gambar 4.15 Persentase remaja yang sering merasa


gelisah saat mengejakan soal matematika
60 responden menjawab ya
Persentase= ×100 = 60%
100 responden
Dari diagram tersebut, dapat disimpulkan bahwa lebih
banyak remaja yang merasa gelisah saat mengerjakan soal
matematika daripada remaja yang tidak merasa gelisah saat
mengerjakan soal matematika.
4.1.1.16 Hasil Pertanyaan Ke-16
Daril hasil pertanyaan dapat dinyatakan bahwa 75% dari
100 remaja berpendapat bahwa rasa cemas sangat berpengaruh saat
mengerjakan soal matematika. Sedangkan, sisanya atau 25% dari
100 remaja berpendapat bahwa rasa cemas tidak berpengaruh saat
mengerjakan soal matematika. Hasil pertanyaan dapat digambarkan
dalam diagram berikut :

Gambar 4.16 Persentase remaja yang berpendapat bahwa


rasa cemas sangat berpengaruh saat mengerjakan soal
matematika
75 responden menjawab ya
Persentase= ×100 = 75%
100 responden
Berdasarkan diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa
rata-rata remaja lebih banyak yang beranggapan bahwa rasa cemas
sangat berpengaruh saat mengerjakan soal matematika.
4.1.1.17 Hasil Pertanyaan Ke-17
Dari hasil pertanyaan ini dapat dinyatakan bahwa 52% dari
100 remaja merasa tidak khawatir saat pembelajaran matematika
berlangsung. Sedangkan, 48% dari 100 remaja merasa khawatir
saat pembelajaran matematika berlangsung. Persentase dapat
digambarkan melalui diagram berikut :
Gambar 4.17 Persentase kekhawatiran remaja saat
pembelajaran matematika
52 responden menjawab tidak
Persentase= ×100 = 52%
100 responden
Berdasarkan diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa
lebih banyak remaja yang berpendapat bahwa tidak merasa
khawatir saat pembelajaran matematika berlangsung yaitu
sebanyak 52 orang.
4.1.1.18 Hasil Pertanyaa Ke-18
Pertanyaan ini dapat menjelaskan jumlah remaja yang
beranggapan bahwa pembelajaran matematika mengganggu
kesehatan mental para remaja atau tidak. Hasil pertanyaan tersebut
dapat dinyatakan bahwa 73% dari 100 remaja berpendapat bahwa
pembelajaran matematika tidak mengganggu kesehatan mental.
Sedangkan, 27% dari 100 remaja berpendapat bahwa pembelajaran
matematika mengganggu kesehatan mental. Hasil pertanyaan dapat
digambarkan dalam diagram berikut :
Gambar 4.18 Persentase kecemasan dalam pembelajaran
matematika mengganggu kesehatan mental remaja
73 responden menjawab tidak
Persentase= ×100 = 73%
100 responden
Dapat disimpulkan bahwa lebih banyak remaja yang
beranggapan bahwa kecemasan dalam pembelejaran matematika
tidak mengganggu kesehatan mental para remaja.

Anda mungkin juga menyukai