OLEH :
PEBIMBING :
Idzni Desrifani
KARYA ILMIAH
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmatNya, sehingga kami dapat membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ANALISIS
KECEMASAN REMAJA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA”.
BAB I
PENDAHULUAN
1
Chabyeofmath “Sejarah Matematika” (https://chabyeofmath.wordpress.com/sejarah-matematika/, diakses pada
26 November 2020, pukul 20.05)
2
Gurupendidikan “Pengertian Matematika” (https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-matematika/, diakses
pada 26 November 2020, pukul 20.32
3
Iwan Lukman “Mengenal Matematika-Pengertian Matematika”
(https://iwanlukman.blogspot.com/2018/05/mengenal-matematika-pengertian.html), Mathirfanely “Matematika
Menurut Para Ahli” (https://mathirfanely.wordpress.com/matematika-menurut-para-ahli/, diakses pada 26
November 2020, pukul 21.01)
jalan, pemecahan masalah dalam membangun rumah, dan masih banyak lagi. Selain
itu, belajar matematika dapat membantu untuk berdagang. Seperti di saat menerima
dan membayar kembalian dari pembeli sehingga tidak rugi dalam berdagang.
Matematika sebagai dasar pokok ilmu yang maksudnya pelajaran pokok tentang ilmu
berhitung. Sehingga, matematika juga berperan penting di pelajaran lainnya seperti
ekonomi, akuntansi, fisika dan lainnya.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka karya tulis ilmiah ini dibatasi
pada masalah sebagai berikut :
4
Docdoc “Apa Itu Kecemasan” (https://www.docdoc.com/id/info/condition/kecemasan, diakses pada 27
November 2020, pukul 22.19)
5
Paulus Roy Saputra “Jurnal Phythagoras”
(https://www.journal.unrika.ac.id/index.php/jurnalphythagoras/article/view/590, diakses pada 9 Februari 2021,
pukul 22.03)
2. Bagaimana cara mengatasi kecemasan remaja dalam pembelajaran
matematika?
1.3 Batasan Masalah
Dari judul pembuatan karya tulis ilmiah ini maka penulis menentukan tujuan-
tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini, yaitu :
2. Faktor-faktor kecemasan
Seseorang mengalami kecemasan tidak mungkin terjadi dengan sendirinya.
Tentunya, ada beberapa faktor penyebab terjadinya kecemasan ini. Beberapa
faktor tersebut yaitu sebagai berikut.9
a. Pernah mengalami trauma. Biasanya orang yang mengalami kecemasan,
sebelumnya pernah mengalami trauma. Contohnya trauma Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang pernah dialami seseorang dan
6
Wayne Froggatt. (2003). Free From Stress ; Panduan untuk Mengatasi Kecemasan, alih Bahasa, Meitasari
Tjandrasa. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer Gramedia.
7
Stuart, G. W. & Sundeen. (2008). Buku Saku Keperawatan Jiwa (edisi 3), alih
bahasa, Achir Yani. Jakarta: EGC.
8
Az-Zahrani, Musfir Bin Said. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Press
9
Halodoc “Gangguan Kecemasan Umum” (https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguan-kecemasan-umum,
diakses pada tanggal 14 April 2021, pukul 21.13)
kasus perundungan atau biasa yang disebut bullying. Hal-hal tersebut
dapat menyebabkan trauma yang membekas dalam hidupnya. Sehingga
seseorang mudah mengalami kecemasan.
b. Adanya aktivitas berlebihan di bagian otak yang mengendalikan emosi
dan tingkah laku. Hal ini membuat emosi seseorang menjadi tidak
beraturan. Sehingga seseorang mudah mengalami kecemasan.
c. Adanya faktor keturunan. Seseorang yang memiliki kerabat dekat atau
saudara dekat dengan gangguan kecemasan, biasanya memiliki risiko
lima kali lebih besar untuk mengalami kondisi sejenis.
3. Gejala kecemasan
Kecemasan merupakan suatu reaksi tidak mengenakan yang terjadi di saat-
saat tertentu. Sebenarnya rasa cemas ini berfungsi untuk membuat kita lebih hati-
hati atau waspada terhadap suatu hal yang akan terjadi. Tetapi, jika rasa cemas ini
terjadi secara berlebihan akan sangat mengganggu kegiatan sehari-hari seseorang.
Ada beberapa jenis kecemasan yaitu gangguan panik, gangguan kecemasan sosial
dan gangguan kecemasan umum. 10
Gangguan panik, penderita akan mengalami serangan panik secara tiba-tiba
tanpa adanya alasan yang jelas. Ada beberapa gejala yang muncul saat terjadi
gangguan panik : 11
a. Berkeringat
b. Palpitasi (berdebar-debar)
c. Gemetar
d. Ketakutan
Gangguan kecemasan sosial, merupakan rasa cemas atau rasa takut yang
luar biasa terhadap situasi sosial. Orang yang mengalami gangguan ini akan
merasa takut untuk melakukan sesuatu didepan orang lain atau ditempat umum.
Karena dianggap hal tersebut akan mempermalukan dia. Gejala-gejala gangguan
kecemasan sosial :
a. Takut atau enggan untuk berinteraksi dan menyapa orang lain, terutama
orang yang tidak dikenal.
b. Memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah
10
Alo Dokter “Kenali Tiga Jenis Gangguan Kecemasan Dan Gejalanya” (https://www.alodokter.com/kenali-
tiga-jenis-gangguan-kecemasan-dan-gejalanya, diakses pada tanggal 1 April 2021, pukul 21.07)
11
Ibid.
c. Menghindari bertatapan mata dengan orang lain.
Gangguan kecemasan umum, kecemasan ini membuat penderita merasakan
cemas secara berlebihan yang menetap dalam waktu lama, biasanya hingga lebih
dari 6 bulan. Seseorang yang menderita gangguan kecemasan umum biasanya
tidak bisa fokus pada suatu hal, sulit berkonsentrasi, dan tidak bisa merasa santai
Gejala yang dialami penderita gangguan kecemasan umum :
a. Gemetar dan keringat dingin
b. Otot tegang
c. Pusing dan sakit kepala
d. Mudah marah
e. Susah tidur
4. Manfaat Kecemasan
Kecemasan sering kali menimbulkan rasa yang tidak nyaman. Sehingga
banyak sekali orang yang menganggap kecemasan itu suatu hal yang buruk.
Banyak juga orang yang ingin sekali menyingkirkan rasa cemas ini. Namun,
kecemasan tidak harus disingkirkan. Sebab, rasa cemas atau kecemasan juga
punya fungsi untuk membangun diri.
Seorang ahli mengatakan, kecemasan belum tentu membawa kita pada
sesuatu yang buruk. Menurut Dr. Kate Sweeney, pada kondisi tertentu merasakan
cemas dan khawatir bisa menguntungkan. Manfaat dari sebuah rasa cemas bisa
menjadi motivasi positif untuk kita sendiri. Rasa cemas merupakan sinyal bahwa
kita harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga
muncullah motivasi belajar atau berlatih lebih giat untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Namun, setiap orang harus cerdas dalam mengelola rasa cemas atau
kecemasan ini. Jika rasa cemas ini tidak dapat dikelola dengan baik dan menjadi
berlebihan, hal ini dapat mengganggu kesehatan tubuh. Gangguan kesehatan
mulai timbul, seperti depresi, gangguan tidur, sulit berkonsentrasi, tekanan darah
tinggi dan penyakit jantung.
2.2 Remaja
1. Pengertian remaja
Secara umum, remaja adalah masa peralihan diri anak menuju dewasa,
pada masa ini terjadi berbagai macam perubahan yang cukup bermakna baik
secara fisik, biologis, mental dan emosional serta psikososial. Semuanya ini
dapat mempengaruhi kehidupan pribadi, lingkungan keluarga maupun
masyarakat.12
2. Ciri-ciri remaja
Masa transisi dari anak-anak ke dewasa (remaja) tentunya terdapat
beberapa perubahan yang terjadi. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat.
b. Perubahan fisik yang cepat. Hal ini terjadi karena beberapa bagian
tubuhnya sudah mulai matang untuk menjadi dewasa.
c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain.
d. Perubahan nilai terhadap suatu benda atau aktivitas. Dimana sesuatu yang
mereka anggap penting pada saat masih anak-anak menjadi kurang atau
tidak penting karena mereka sudah mendekati dewasa.
e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen (sikap yang bertentangan) dalam
menghadapi perubahan yang terjadi.
3. Batasan Usia Remaja
Beberapa ahli dari Indonesia memberikan pendapatnya tentang batasan
usia remaja. Drs. M.A. Priyatno, SH. menyebutkan rentangan usia 13-21 tahun
sebagai batasan usia remaja.13
Drs. Singgih Gunarsa, menetapkan bahwa usia 12-22 tahun sebagai
masa remaja. Ahli lainnya, Dra. Susilowindradini, untuk menghindari salah
paham, ia berpatokan pada literatur Amerika dalam menentukan masa remaja,
yaitu 12-16 tahun. Beliau melanjutkan, bahwa masa remaja awal atau Early
Adolescence memiliki batasan usia 13-17 tahun dan masa remaja akhir atau Late
Adolescence adalah 17-21 tahun.14
4. Karakteristik umum perkembangan remaja
Masa remaja seringkali disebut sebagai masa mencari jati diri. Hal ini
terjadi karena remaja merupakan peralihan dari anak-anak ke dewasa. Segi fisik
remaja sudah tidak seperti anak-anak lagi melainkan seperti orang dewasa.
12
Dosen Pendidikan “Remaja Adalah” (https://www.dosenpendidikan.co.id/remaja-adalah/, diakses pada
tanggal 11 April 2021, pukul 20.34)
13
Drs. H. Panut Panuju, Ida Umami S. Ag. Psikologi Remaja. (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1999),
hal. 6.
14
Ibid.
Namun, Ketika diperlakukan seperti orang dewasa, mereka belum bisa
menunjukkan sikap dewasanya.
Maka dari itu, ada beberapa karakteristik atau sikap yang sering
ditunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut.15
a. Kegelisahan
Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak
ideliasme atau keinginan yang ingin diwujudkan di masa depan. Namun,
sebenarnya remaja belum memiliki kemampuan untuk mewujudkan semua
itu. Selain itu, di satu sisi mereka ingin mendapatkan pengalaman
sebanyak-banyaknya untuk menambah pengetahuan, di sisi lain mereka
merasa belum mampu melakukan berbagai hal sehingga tidak berani
mengambil tindakan secara langsung. Karena dua hal itu, mengakibatkan
mereka diliputi oleh perasaan gelisah.
b. Pertentangan
Remaja seringkali berada pada situasi antara ingin melepaskan diri dari
orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri karena masih
mencari jati dirinya. Maka dari itu, umumnya remaja sering mengalami
kebingungan karena seringnya terjadi pertentangan pendapat antara
mereka dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi ini
menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orang tua dan
kemudian ditentangnya sendiri karena dalam diri remaja sesungguhnya
belum begitu berani untuk mengambil resiko meninggalkan lingkungan
keluarganya. Ditambah kebanyakan remaja belum mampu untuk
membiayai kehidupannya sendiri tanpa bantuan keuangan dari orang
tuanya. Maka dari itu, seringkali timbul kebingungan dalam diri remaja
itu sendiri.
c. Mengkhayal
Kegiatan untuk menjelajah dan bertualang tidak semuanya tercapai.
Biasanya hambatannya dari segi keuangan atau biaya. Sebab untuk
menjelajah lingkungan sekitar yang luas membutuhkan banyak biaya,
sedangkan kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari orang tuanya.
Akibatnya, mereka mengkhayal, mencari kepuasaan, bahkan menyalurkan
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. (2004). Psikologi Remaja ; Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
15
Bumi Aksara.
khayalannya melalui dunia fantasi. Ada dua perbedaan khayalan antara
putra dan putri. Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada prestasi dan
jenjang karier, sedangkan putri lebih mengkhayal romantika hidup.
Khayalan ini tidak selamanya negatif, karena dari khayalan ini bisa
menghasilkan ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.
d. Aktivitas Berkelompok
Banyak keinginan para remaja yang tidak dapat terpenuhi karena
adanya banyaknya kendala. Biasanya kendala yang menghambat keinginan
para remaja adalah larangan dari orang tua, tidak tersedianya biaya, dan
lain-lain. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya
setelah mereka berkumpul dengan teman-temannya untuk melakukan
aktivitas bersama. Mereka melakukan kegiatan secara berkelompok
sehingga banyak kendala tersebut dapat diatasi bersama-sama.
e. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu
Pada umumnya, remaja memiliki raja ingin tahu yang tinggi atau
disebut high curiosity. Karena didorong rasa ingin tahu yang tinggi,
remaja cenderung ingin mencoba segala sesuatu yang belum pernah
dialaminya. Selain itu, didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa
menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan
oleh orang dewasa. Sedangkan remaja putri seringkali mencoba memakai
kosmetik baru, meskipun sekolah melarangnya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi remaja untuk diberikan
bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah kepada
kegiatan-kegiatan positif, kreatif dan produktif. Dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang positif dan produktif, hal ini bisa menghasilkan
kreativitas remaja yang bermanfaat.
BAB III
METODE PENELITIAN
16
Dr. Sandu Siyoto, M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media Publishing,
2015), hal. 17.
17
Putut Wijaya “Kuesioner Adalah” (https://www.ukulele.co.nz/kuesioner-adalah/, diakses pada 19 April 2021,
pukul 15.25)
diajukan dan kuesioner tertutup yaitu pertanyaan dan jawaban sudah
disediakan oleh penulis.18
Penulis akan menggunakan metode analisis Skala Guttman yaitu skala
kumulatif atau skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti
tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti, yang sering
disebut atribut universal.19 Skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan
jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Responden diminta menjawab dengan tegas “Ya” atau “Tidak” mengenai
beberapa pertanyaan yang sudah dibuat penulis. Jawaban "Ya" bernilai 1 dan
jawaban "Tidak" bernilai 0.20 Subjek penelitian diminta untuk mengisi
kuesioner dalam bentuk google form yang diberikan peneliti.
3.5 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini adalah menggunakan Teknik
kuantitatif yang meliputi proses pemeriksaan, pengelompokkan, input data
dan pengolahan secara sederhana.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif.
Metode kuantitatif statistika akan digunakan dalam kuesioner. Metode
kuantitatif statistika adalah jenis metode yang datanya dalam penelitian dapat
diukur, dihitung, serta dapat dideskripsikan dengan menggunakan angka.21
Data yang sudah terkumpul, dibuktikan validitas kuesionernya
menggunakan rumus koefisien reprodusibilitas dan rumus koefisien
skalabilitas. Pengertian dari koefisien reprodusibilitas adalah suatu besaran
yang mengukur derajat ketepatan alat ukur yang dibuat (daftar pertanyaan)
dan Skala Guttman menghendaki nilai koefisien reprodusibilitas > 0.90.22
Sedangkan pengertian koefisien skalabilitas adalah skala yang mengukur
18
DosenSosiologi.com “Pengertian Kuesioner, Jenis, Kekurangan, Kelebihan dan Contohnya”
(https://dosensosiologi.com/pengertian-kuesioner-jenis-dan-contohnya-lengkap/, diakses pada 19 April 2021,
pukul 15.33)
19
Muchlisin Riadi “Pengertian dan Jenis Skala Pengukuran”
(https://www.kajianpustaka.com/2020/11/pengertian-dan-jenis-skala-pengukuran.html?m=1, diakses pada 23
April 2021, pukul 17.00)
20
Adminspssstatistik “Kuesioner Penelitian dengan Skala Guttman” (https://www.spssstatistik.com/kuesioner-
penelitian-dengan-skala-guttman/, diakses pada 24 April 2021, pukul 17.57)
21
Iqbal Hakim “Data Kualitatif dan Kuantitatif” (https://insanpelajar.com/data-kualitatif-dan-kuantitatif, diakses
pada 19 April 2021, pukul 16.06)
22
Ashfar Kurnia "Statistika dan Teori Probabilitas" (https://ocw.upj.ac.id, diakses pada 24 April 2021, pukul
14:00)
apakah penyimpangan pada skala reprodusibilitas masih dalam batas yang
dapat ditaoleli. Skala Guttman menghendaki nilai koefisien Skalabilitas >
0.60.23 Lalu data akan dianalisa untuk mengetahui hasil dan menyimpulkan
kesimpulan yang didapatkan dari kuesioner tersebut.
Rumus koefisien reprodusibilitas yang digunakan adalah sebagai
berikut : 24
e
Kr=1−
n
Keterangan :
Kr = Koefisien reprodusibilitas
e
Ks=1−
n
Keterangan :
Ks = koefisien skalabilitas
23
Ashfa Kurnia Loc cit
24
Rudy Prietno "Uji Validitas dengan Skala Guttman" (http://www.jendelastatistik.com/2016/10/uji-validitas-
dengan-skala-guttman_12.html?m=1, diakses pada tanggal 24 April 2021, pukul 14:06)
25
Ibid.
26
Sistemphp.com “Cara Menentukan Persentase Dari Hasil Kuesioner” (https://www.sistemphp.com/cara-
menentukan-persentase-dari-hasil-kuesioner/, diakses pada 26 April 2021, pukul 19.02)
3.7 Pertanyaan Kuesioner Penelitian
Kisi-kisi dari kuesioner yang akan diberikan kepada orang-orang :
No Jumlah Butir
Indikator Nomor Soal
. Soal
Kesukaan responden terhadap
1. 1 1
pelajaran matematika
Ketegangan responden terhadap
2. 4 1
soal matematika
Rasa cemas dalam pembelajaran
3. 2, 16, 18 2
matematika
Kesulitan dalam pembelajaran
4. 3, 6 3
matematika
Rasa semangat dan tidak semangat
5. 7, 8 2
saat pembelajaran matematika
Manfaat matematika dalam
6. 11 1
kehidupan sehari-hari
Mengurangi rasa kecemasan saat
7. 12, 13 2
mengerjakan soal matematika
Tingkat kekhawatiran dalam
8. 5, 17 2
pembelajaran matematika
Tingkat ketakutan saat
9. 9, 10 3
mengerjakan soal matematika
Kemampuan responden dalam
10. 14 1
mengerjakan soal matematika
Kegelisahan saat mengerjakan soal
11. 15 1
matematika
Tanggapan subjek terhadap
12. 19 1
penyebab timbulnya rasa cemas
Tanggapan subjek terhadap cara
13. 20 1
mengatasi kecemasan
Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan dicantumkan dalam
kuisioner tersebut :
Nama :
Usia : 13/14/15/16/17/18/19/20/21
64 responden menjawab ya
Persentase= × 100 = 64%
100 responden
Hal ini dapat disimpulkan bahwa remaja yang tidak menyukai
pelajaran matematika lebih banyak daripada remaja yang menyukai
pelajaran matematika.
4.1.1.2 Hasil Pertanyaan Ke-2
Dari hasil pertanyaan ini dapat dinyatakan bahwa 60% dari
100 remaja sering mengalami cemas saat pembelajaran
matematika. Persentase dapat digambarkan dalam diagram berikut :
Gambar 4.2 Persentase seringnya remaja merasa cemas saat
pembelajaran matematika
60 responden menjawab ya
Persentase= ×100 = 60%
100 responden
Dapat disimpulkan bahwa lebih banyak remaja yang sering
mengalami cemas saat pembelajaran matematika berlangsung
daripada remaja yang tidak mengalami rasa cemas saat pembelajaran
matematika berlangusng.
4.1.1.3 Hasil Pertanyaan Ke-3
Hasil dari pertanyaan ini dapat menjelaskan bahwa 77%
dari 100 remaja berpendapat mereka sering mengalami kesulitan
berkonsentrasi saat pembelajaran matematika berlangsung.
Persentase dapat digambarkan dalam diagram berikut :
77 responden menjawab ya
persentase= × 100 = 77%
100 responden
Dapat disimpulkan bahwa lebih banyak remaja yang sering
merasa kesulitan berkonsentrasi saat pembelajaran matematika
yaitu sebanyak 77 orang dan dibandingkan remaja yang tidak
mengalami kesulitan berkonsentrasi sebanyak 23 orang.
4.1.1.4 Hasil Pertanyaan Ke-4
Dari hasil pertanyaan ini dapat dinyatakan bahwa 65% dari
100 remaja berusia 13-21 tahun sering merasa tegang ketika
mengerjakan soal matematika. Presentase dapat digambarkan
dalam diagram berikut :