Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

GANGGUAN KECEMASAN DAN PANIK

DISUSUN OLEH:

AYU SRI WAHYUNI

DESTRIANI

IMELDA ANDRIANI LAROPE

JULIO ALVERO PAMOLANGO

PRISKA SINTYA PAERUNAN

RENDY MURDYANTO LANGKAMUDA

RUKMIATI DJAILOLO

WULAN PURNAMA

KELAS: A

MATA KULIAH: PSIKOLOGI KESEHATAN

PROGRAM ILMU GIZI

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

2019
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan, terima kasih kami ucapkan atas bantuan Tuhan yang telah
mempermudah dalam pembuatan makalah ini, hingga akhirnya terselesaikan tepat
waktu. Tanpa bantuan dari Tuhan, kami bukanlah siapa-siapa. Selain itu, kami
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua, keluarga, serta teman-
teman yang sudah mendukung hingga selesainya makalah ini.

Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai materi


kami yang berjudul “Gangguan Kecemasan dan Panik ”. Dalam hal ini, kami
ingin membahas mengenai cara mengatasi kecemasan dan panik dengan baik
terutama untuk kami orang muda. Zaman sekarang, tidak sedikit kaum muda yang
mengalami kecemasan dan panik.

Kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan,
seperti menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan
pengetahuan pembaca lain. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada
kalimat atau kata-kata yang salah. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali
Tuhan.

Demikian Saya ucapkan terima kasih atas waktu Anda telah membaca
hasil karya ilmiah Saya.

Palu, 18 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..

BAB I . PENDAHULUAN.

A. Latar Belakang…………………………………………………………..

B. Rumusan Masalah……………………………………………………….

C. Tujuan Penulisan………………………………………………………...

BAB II . PEMBAHASAN.

A. Pengertian Gangguan Kecemasan……………………………………….

B. Gejala Kecemasan ………………………………………………………

C. Faktor Penyebab Kecemasan ……………………………………………

D. Jenis Kecemasan………………………………………………………...

E. Pengertian Panik ………………………………………….…………….

F. Gejala Panik……………………………………………………………..

G. Faktor Penyebab Panik………………………………………………….

H. Cara Mengatasi Kecemasan dan Panik…………………………………

BAB III. PENUTUP.

A. Kesimpulan………………………………………………………………

B. Saran……………………………………………………………………..

LAMPIRAN CONTOH KASUS…………………………………………….…..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecemasan merupakan respon normal dalam menghadapi stres,
namun sebagian orang dapat mengalami kecemasan yang berlebihan
sehingga mengalami kesulitan dalam mengatasinya. Secara klinis,
seseorang yang mengalami masalah kecemasan dibagi dalam beberapa
kategori, yaitu gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas
menyeluruh (generalized anxiety disorder/GAD), gangguan panik
(panic disorder), gangguan fobia (phobic disorder) dan gangguan
obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder) (National Institute
of Mental Health (NIMH), 2013).

Panik adalah ketakutan yang tiba-tiba terjadi yang mungkin meliputi


palpitasi, berkeringat, gemetar, dispnea, mati rasa, atau perasaan bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi. Tingkat gejala maksimal terjadi dalam
hitungan menit. Biasanya gejala ini bertahan sekitar 30 menit, namun
durasinya bisa bervariasi dari detik ke jam. Mungkin ada rasa takut
untuk kehilangan kontrol atau nyeri dada. Serangan panik sendiri tidak
berbahaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dibahas sebelumnya, maka
permasalahan membahas tentang “gangguan kecemasan serta panik”
yang dibahas mulai dari pengertian sampai cara mengatasinya.

C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui tentang pengertian gangguan kecemasan.
b. Mengetahui tentang gejala kecemasan.
c. Mengetahui tentang faktor penyebab kecemasan.
d. Mengetahui tentang jenis kecemasan.
e. Mengetahui tentang pengertian panik.
f. Mengetahui tentang gejala panik.
g. Mengetahui tentang faktor penyebab panik.
h. Mengetahui tentang jenis panik.
i. Mengetahui tentang cara mengatasi kecemasan dan panik.
BAB II.

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Gangguan Kecemasan


Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari
Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti
mencekik (Trismiati, dalam Yuke Wahyu Widosari, 2010: 16). Selanjutnya,
Steven Schwartz, S (2000: 139) mengemukakan kecemasan berasal dari kata
Latin anxius, yang berarti penyempitan atau pencekikan. Kecemasan mirip
dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang spesifik, sedangkan ketakutan
biasanya respon terhadap beberapa ancaman langsung, sedangkan kecemasan
ditandai oleh kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga yang terletak di
masa depan. Kecemasan merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai
dengan adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak kencang,
berkeringat, kesulitan bernapas.

Syamsu Yusuf (2009: 43) mengemukakan anxiety (cemas) merupakan


ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan kurang
mampu dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan), kesulitan dan
tekanan kehidupan sehari-hari. Dikuatkan oleh Kartini Kartono (1989: 120)
bahwa cemas adalah bentuk ketidakberanian ditambah kerisauan terhadap
hal-hal yang tidak jelas. Senada dengan itu, Sarlito Wirawan Sarwono (2012:
251) menjelaskan kecemasan merupakan takut yang tidak jelas objeknya dan
tidak jelas pula alasannya.

Definisi yang paling menekankan mengenai kecemasan dipaparkan juga


oleh Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 163) “kecemasan adalah suatu keadaan
emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang
yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi”. Dari berbagai pengertian kecemasan (anxiety) yang telah
dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi emosi
dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan
pengalaman yang samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya
serta tidak menentu yang disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas.
B. Gejala Kecemasan
Menurut Dadang Hiwari (2006: 65-66) ada beberapa gejela kecemasan,
yaitu:

1. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang .

2. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir).

3. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam

panggung).

4. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain.

5. Tidak mudah mengalah, suka ngotot.

6. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah.

7. Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir

berlebihan terhadap penyakit.

8. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil

(dramatisasi).

9. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu.

10. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang.

11. Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris.

C. Faktor Penyebab Kecemasan


Blacburn & Davidson (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra,
2012: 51) menjelaskan faktor-faktor yang menimbulakan kecemasan, seperti
pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai situasi yang sedang
dirasakannya, apakah situasi tersebut mengancam atau tidak memberikan
ancaman, serta adanya pengetahuan mengenai kemampuan diri untuk
mengendalikan dirinya (seperti keadaan emosi serta fokus
kepermasalahannya). Kemudian Adler dan Rodman (dalam M. Nur Ghufron
& Rini Risnawita, S, 2014: 145146) menyatakan terdapat dua faktor yang
dapat menimbulkan kecemasan, yaitu:
1. Pengalaman negatif pada masa lalu Sebab utama dari timbulnya rasa
cemas kembali pada masa kanak-kanak, yaitu timbulnya rasa tidak
menyenangkan mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa
mendatang, apabila individu menghadapi situasi yang sama dan juga
menimbulkan ketidaknyamanan, seperti pengalaman pernah gagal
dalam mengikuti tes.

2. Pikiran yang tidak rasional Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam
empat bentuk, yaitu.

a. Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa


sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya. Individu mengalami
kecemasan serta perasaan ketidakmampuan dan tidak sanggup
dalam mengatasi permaslaahannya.

b. Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk


berperilaku sempurna dan tidak memiliki cacat. Individu
menjadikan ukuran kesempurnaan sebagai sebuah target dan
sumber yang dapat memberikan inspirasi.

c. Persetujuan

d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan,


ini terjadi pada orang yang memiliki sedikit pengalaman.

D. Jenis Kecemasan
Menurut Spilberger (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra,
2012: 53) menjelaskan kecemasan dalam dua bentuk, yaitu. 1. Trait anxiety
Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang menghinggapi
diri seseorang terhadap kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya. Kecemasan
ini disebabkan oleh kepribadian individu yang memang memiliki potensi
cemas dibandingkan dengan individu yang lainnya. 2. State anxiety State
anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara pada diri
individu dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang dirasakan secara
sadar serta bersifat subjektif.

Sedangkan menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012: 38) membedakan
kecemasan dalam tiga jenis, yaitu.

1. Kecemasan neurosis Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat


bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu berada pada ego, tetapi
muncul dari dorongan id. Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan
terhadap insting-insting itu sendiri, namun ketakutan terhadap hukuman
yang mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan.

2. Kecemasan moral Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan
superego. Kecemasan ini dapat muncul karena kegagalan bersikap
konsisten dengan apa yang mereka yakini benar secara moral.
Kecemasan moral merupakan rasa takut terhadap suara hati. Kecemasan
moral juga memiliki dasar dalam realitas, di masa lampau sang pribadi
pernah mendapat hukuman karena melanggar norma moral dan dapat
dihukum kembali.

3 Kecemasan realistik Kecemasan realistik merupakan perasaan yang


tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan
bahaya itu sendiri. Kecemasan realistik merupakan rasa takut akan
adanya bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.

E. Pengertian Panik
Panik berasal dari kata Pan yaitu nama Dewa Yunani yang tinggal
dipergunungan dan hutan serta mempunyai tingkahlaku yang sulit
diramalkan. Riwayat Gangguan Panik ini berasal dari konsep yang
dikemukakan oleh Jacob Mendes DaCosta (1833-1900) gejala-gejala seperti
serangan jantung yang ditemukan pada tentara-prajurit Perang Saudara
Amerika. Gejala DaCosta meliputi gejala psikologik dan somatik. Istilah
Agorafobia pertama kali dipakai tahun 1871 untuk menggambarkan kondisi
pasien yang takur pergi ketempat-tempat umum sendirian. Berasal dari
bahasa Yunani : Agora dan Phobos yang berarti takut terhadap situasi/suasana
pasar. Prevalensi hidup Gangguan Panik kira-kira 1-4% populasi, sedangkan
Serangan Panik sekitar 3-6%. Wanita 2-3 kali lebih banyak menderita
gangguan ini dibanding laki-laki. Prevalensi Agorafobia kira-kira 2-6%.
Gangguan Panik bisa terjadi kapan saja sepanjang hidup,onset tertinggi usia
20-an, ditandai dengan perasaan serangan cemas tiba-tiba dan terus
menerus,sesak nafas, disertai perasaan akan datangnya bahaya, serta
ketakutan akan kehilangan kontrol atau menjadi gila. Bila tidak diobati
beresiko terjadinya ide bunuh diri dan percobaan bunuh diri. Penatalaksanaan
yang tepat kombinasi farmakoterapi dengan psikoterapi akan memberikan
hasil yang lebih baik.
F. Gejala Panik
Gejala untuk panik biasanya dimulai dengan serangkaian serangan panik
yang tak terduga. Kriteria diagnosanya diikuti oleh setidaknya kekhawatiran
yang berlangsung selama 1 bulan terus-menerus. Selama terjadi serangan,
harus ada setidaknya 4 gejala fisik, ditambah dengan gejala psikologi. Gejala
psikologi seperti depersonalisasi, takut kehilangan kontrol, takut menjadi gila,
serta takut mati. Sedangkan gejala fisik seperti distress abdominal, nyeri dada,
menggigil, pusing, hot flushes, palpitasi, mual, sesak napas, berkeringat,
takikardia, dan gemetar.

G. Faktor Panik
Beberapa faktor mungkin terlibat sebagai penyebab gangguan panik. Peristiwa
stres dan perubahan besar dalam hidup, seperti pengangguran jangka panjang,
kehilangan orang yang dicintai bisa memicu gangguan panik. Pada awalnya, ketika
orang berada di bawah stres sedang, mekanisme normal otak untuk bereaksi terhadap
ancaman diaktifkan. Hal ini disebut respon “lari-atau-melawan”. Meskipun
demikian, serangan seperti itu tampak “datang secara tiba-tiba”, serangan itu
biasanya diartikan sebagai tanda-tanda penyakit yang mengancam jiwa atau
“menjadi gila”. Kemudian, ketika disadari tubuh akan memberikan respon ringan
terhadap pemicu eksternal (seperti berolahraga, mengkonsumsi kafein), pada
beberapa orang berkembang ketakutan yang kuat terhadap serangan lainnya dan
kecemasan yang meningkat seperti itu kemudian bisa benar-benar mendatangkan
serangan panik. Tidak ada penyebab tunggal dari gangguan panik, beberapa faktor
memberikan kontribusi termasuk:

a. Faktor biologis: keturunan, ketidakseimbangan kimia zat pengontrol fungsi


otak, sistem saraf simpatik terlalu sensitif

b. Faktor psikologis: orang yang mudah cemas, pesimis dan kurang merasa
aman

c. Faktor lingkungan: pengalaman negatif di masa kecil, peristiwa stres


(misalmengalami bencana, kecelakaan), stres kehidupan sehari-hari lainnya
(misalnya pergantian pekerjaan, masalah hubungan antar pribadi).

H. Cara Mengatasi Kecemasan dan Panik


Cara yang terbaik untuk menghilangkan kecemasan ialah dengan jalan
menghilangkan sebab-sebabnya. Menurut Zakiah Daradjat (1988: 29) adapun
cara-cara yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Pembelaan Usaha yang dilakukan untuk mencari alasan-alasan yang
masuk akal bagi tindakan yang sesungguhnya tidak masuk akal,
dinamakan pembelaan. Pembelaan ini tidak dimaksudkan agar
tindakan yang tidak masuk akal itu dijadikan masuk akal, akan tetapi
membelanya, sehingga terlihat masuk akal. Pembelaan ini tidak
dimaksudkan untuk membujuk atau membohongi orang lain, akan
tetapi membujuk dirinya sendiri, supaya tindakan yang tidak bisa
diterima itu masih tetap dalam batas-batas yang diingini oleh dirinya.

2. Proyeksi Proyeksi adalah menimpakan sesuatu yang terasa dalam


dirinya kepada orang lain, terutama tindakan, fikiran atau dorongan-
dorongan yang tidak masuk akal sehingga dapat diterima dan
kelihatannya masuk akal.

3. Identifikasi Identifikasi adalah kebalikan dari proyeksi, dimana orang


turut merasakan sebagian dari tindakan atau sukses yang dicapai oleh
orang lain. Apabila ia melihat orang berhasil dalam usahanya ia
gembira seolah-olah ia yang sukses dan apabila ia melihat orang
kecewa ia juga ikut merasa sedih.

4. Hilang hubungan (disasosiasi)

Seharusnya perbuatan, fikiran dan perasaan orang berhubungan satu


sama lain. Apabila orang merasa bahwa ada seseorang yang dengan
sengaja menyinggung perasaannya, maka ia akan marah dan
menghadapinya dengan balasan yang sama. Dalam hal ini perasaan,
fikiran dan tindakannya adalah saling berhubungan dengan harmonis.
Akan tetapi keharmonisan mungkin hilang akibat
pengalamanpengalaman pahit yang dilalui waktu kecil.

5. Represi Represi adalah tekanan untuk melupakan hal-hal, dan


keinginan-keinginan yang tidak disetujui oleh hati nuraninya.
Semacam usaha untuk memelihara diri supaya jangan terasa
dorongan-dorongan yang tidak sesuai dengan hatinya. Proses itu
terjadi secara tidak disadari.

6. Subsitusi Substitusi adalah cara pembelaan diri yang paling baik


diantara cara-cara yang tidak disadari dalam menghadapi kesukaran.
Dalam substitusi orang melakukan sesuatu, karena tujuan-tujuan yang
baik, yang berbeda sama sekali dari tujuan asli yang mudah dapat
diterima, dan berusaha mencapai sukses dalam hal itu.
BAB III.

PENUTUP.

A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai