Disusun oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam tidak lupa
kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan teladan
baik sehingga akal dan pikiran penyusun mampu menyelesaikan makalah dengan topik seputar
psikologi. Semoga kelak kita mendapat syafa’atnya dalam menuntut ilmu.
Makalah ini dapat tersusun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Adapun
secara khusus disampaikan ucapan terimakasih kepada Dosen Pengampu yang telah memberikan
tugas ini, sehingga kami dapat mempelajari masalah-masalah seputar psikologi sekaligus menulis
makalah ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi susunan serta cara
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan untuk kesempurnaan
makalah ni.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan juga bermanfaat bagi
penyusun. Oleh karena itu, terhadap saran dan kritik, kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Mengalami cemas adalah sesuatu yang wajar dalam siklus kehidupan. Namun kecemasan akan
menjadi sebuah masalah apabila terlalu berlebihan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Remaja
merupakan salah satu kelompok yang beriseko tinggi dapat mengalami masalah kesehatan mental.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, penduduk berusia ≥ 15 tahun
mengalami gangguan mental emosional lebih dari 19 juta dan lebih dari 12 juta penduduk berusia
lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Gangguan depresi pada remaja usia 15-24 tahun sebesar
6,2%. Masalah kesehatan mental menurut World Health Organization (WHO) sering terjadi pada
masa kanak-kanak dan awal remaja(Hafifatul Auliya Rahmy, 2021).
Gangguan mental pada remaja sangat beresiko dan menggangu kegiatan sehari-hari. Pada usia
remaja kekatifan dan kreativitas sedang berkembang seperti memiliki rasa keingin tahuan yang
tinggi atau penasaran terhadap sesuatu. Remaja juga sedang berada di fase mengekspresikan
imajniasi yang ada di pikirannya. Pada fase ini banyak perubahan yang terjadi baik dari segi fisik,
bilogis dan psikis nya. Sehingga, jika remaja tidak dapat mengontrol dan cepat beradaptasi pada
perubahan tersebut maka rentan terjadi gangguan pada kesehatan mental.
Pada kadar yang rendah, kecemasan(anxiety) membantu individu untuk bersiaga mengambil
langkah-langkah mencegah bahaya dan atau untuk memperkecil dampak bahaya tersebut.
Kecemasan sampai pada taraf tertentu dapat mendorong meningkatnya performa dan produktifitas.
Misalnya cemas mendapat nilai yang buruk, membuat seorang siswa belajar keras dan
mempersiapkan diri menghadapi ujian. Namun apabila kecemasan sangat tinggi, justru akan sangat
mengganggu. Misalnya kecemasan berlebihan saat akan ujian, justru akan membuat blocking dan
tidak bisa menjawab pertanyaan (Saleh, 2019).
Namun, dalam situasi-situasi tertentu, rasa takut akan menjadi tidak terhubung dari
bahaya yang sesungguhnya, atau sebaliknya, rasa takut tersebut akan tetap ada meskipun
situasi bahaya atau situasi ketidakpastian tersebut sudah menjadi masa lalu. Hal tersebut dapat
menyebabkan seseorang akan mengalami masalah kecemasan.
Disamping itu, kecemasan juga dipengaruhi oleh hal-hal di alam bawah sadar manusia
yang menyimpan banyak memori tidak menyenangkan. Hal ini selaras dengan perkataan
Freud, yang membagi kehidupan jiwa dalam tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious),
pra sadar (preconscious), dan tidak sadar (unconscious). Adapun bagian terbesar adalah alam
bawah sadar (Unconscious mind) berisi hal-hal yang tidak menyenangkan. Ketika rasa cemas
terjadi dalam waktu lama dan mengganggu aktivitas serta bercampur dengan memori-memori
tidak menyenangkan, rasa cemas tersebut merupakan salah satu gangguan mental yang
dinamakan anxiety disorder (Sukmawati & Setiawan, 2021).
Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa
menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau sepertinya
datang tanpa ada penyebabnya – yaitu bila bukan merupakan respon terhadap perubahan
lingkungan(Saleh, 2019). Kecemasan merupakan sebagai perasaan yang tidak menentu,
merasa khawatir terhadap kondisi atau situasi yang belum jelas, perasaan tersebut akan
mendorong individu melarikan diri atau menghindar karena telah menimbulkan perasaan tidak
nyaman dan merasa tertekan atau ketegangan emosi yang berhubungan dengan transisi dari
masa kanak-kanak menuju remaja(WHO, 2022)
Remaja yang sering atau rawan terkena kecemasan adalah remaja akhir. Remaja akhir
adalah usia dimana para remaja rentan mengalami kecemasan sosial karena cenderung
membuat penilaian antara dirinya sendiri (self diagnos) dengan orang lain sebagai pembanding
yang dapat menimbulkan rasa cemas pada dirinya sendiri dan cenderung mengandalkan
penilaian subyektif daripada penilaian objektif. Pada umumnya usia remaja akhir yaitu 19-22
tahun yang dimana remaja tahap akhir merupakan transisi dalam menuju kedewasaan(WHO,
2022).
Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada remaja dapat berasal dari faktor
internal dan eksternal. Remaja yang mengalami banyak perubahan, perlu adanya dukungan
keluarga agar remaja dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut. Selain itu juga dipengaruhi
oleh kepribadian remaja, jika seseorang yang memiliki kepribadian introvert cenderung
tertutup, sulit menerima perubahan atau beradaptasi, dan sering overthinking maka
menyebabkan orang dengan tipe kepribadian introvert memiliki rata- rata tingkat kecemasan
yang lebih tinggi. Hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar atau dengan keluarga
memberikan tambahan pengaruh positif dalam menghadapi situasi dan mengurangi tingkat
kecemasan(Hafifatul Auliya Rahmy, 2021).
Kecemasan yang sering kali dialami para remaja juga adalah kecemasan sosial, yaitu
perasaan cemas terhadap lingkungan sosialnya. Seorang remaja sedang berada di fase
mengembangkan dirinya dan membutuhkan lingkungan sosialnya untuk mengembangkan
segala kreatifitas dan menuangkan imajinasi-imajinasi dalam pikirannya. Namun hal itu tidak
dapat terealisasi jika seorang remaja mengalami social anxiety disorder (kecemasan sosial).
Kecemasan sosial sebagai suatu kondisi atau keadaan dimana adanya rasa khawatir,
takut, stress yang berlebihan terhadap situasi sosial sehingga membuat individu tersebut
merasa cemas pada keadaan atau situasi sosial, karena kekhawatiran lanjutan akan mendapat
penilaian negatif dari orang lain sehingga membuat individu tersebut cenderung untuk
menghindari interaksi yang bersifat sosial dan kegiatan sosial lainnya (Mataram-indonesia,
2021). Kecemasan sosial pada remaja timbul saat mereka berpikir jika dirinya melakukan
sesuatu tidak sama dengan orang lain, maka ia akan mendapat label negatif oleh orang lain dan
akan berpikir bahwa ia melakukan suatu hal yang memalukan didepan orang lain.
Remaja yang mengalami kecemasan sosial akan berperilaku melarikan diri atau
menghindar dari situasi sosial karena mereka berpikir pada situasi tersebut akan berpotensi
mendapatkan evaluasi negatif oleh orang lain. Remaja yang mengalami kecemasan sosial akan
cenderung memiliki pergaulan yang terbatas, menunjukkan keterampilan yang buruk, dan
kurang beradaptasi disekolah(WHO, 2022).
Kecemasan remaja dapat terjadi karena faktor tertentu seperti pengalaman masa lalu,
bentuk keadaan fisik, dan konflik interpersonal. Terdapat beberapa remaja yang sebagian
menyadari kecemasan yang dimiliki dan berusaha untuk mengatasinya. Namun, sebagian
remaja masih belum mampu mengatasi kecemasan yang dimiliki.
Kecemasan pada remaja akan sangat mengganggu apabila tidak segera ditangani.
Terlebih jika gangguan kecemasan (anxiety) terjadi secara tidak wajar. Hal ini akan membuat
pertumbuhan dan perekembangan para remaja menjadi tidak baik. Para remaja akan
kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri dan menjadi tertutup bahkan akan menjadi anti
sosial.
a. Cara berpikir (thinking style) Individu yang mengalami kecemasan sosial akan lebih
cenderung sulit mengendalikan pikiran dan tidak dapat berpikir secara logis saat berada dalam
kondisi tidak nyaman karena cara berpikirnya telah dikuasai oleh rasa cemas yang
membuatnya sulit untuk berpikir.
b. Fokus perhatian (focusing attention) Individu akan cenderung kesulitan dalam membagi
fokus perhatiannya atau tidak mampu memberi perhatian sekaligus dalam satu waktu atau
waktu yang sama saat sedang mengalami kecemasan sosial.
c. Penghindaran (avoidance) Individu akanlebih melarikan diri saat berada dalam situasi
sosial yang menimbulkan rasa tertekan dan tidak nyaman.
2.3 Cara Mengatasi Anxiety (kecemasan)
Cara yang terbaik untuk menghilangkan kecemasan ialah dengan jalan menghilangkan
sebab-sebabnya. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan, antaralain:
1. Pembelaan
Usaha yang dilakukan untuk mencari alasan-alasan yang masuk akal bagi tindakan
yang sesungguhnya tidak masuk akal, dinamakan pembelaan. Pembelaan ini tidak
dimaksudkan agar tindakan yang tidak masuk akal itu dijadikan masuk akal, akan
tetapi membelanya, sehingga terlihat masuk akal. Pembelaan ini tidak dimaksudkan
untuk membujuk atau membohongi orang lain, akan tetapi membujuk dirinya sendiri,
supaya tindakan yang tidak bisa diterima itu masih tetap dalam batas-batas yang
diingini oleh dirinya.
2. Proyeksi
Proyeksi adalah menimpakan sesuatu yang terasa dalam dirinya kepada orang lain,
terutama tindakan, fikiran atau dorongan-dorongan yang tidak masuk akal sehingga
dapat diterima dan kelihatannya masuk akal.
3. Identifikasi
Identifikasi adalah kebalikan dari proyeksi, dimana orang turut merasakan sebagian
dari tindakan atau sukses yang dicapai oleh orang lain. Apabila ia melihat orang
berhasil dalam usahanya ia gembira seolah-olah ia yang sukses dan apabila ia melihat
orang kecewa ia juga ikut merasa sedih.
6. Subsitusi
Substitusi adalah cara pembelaan diri yang paling baik diantara cara-cara yang tidak
disadari dalam menghadapi kesukaran. Dalam substitusi orang melakukan sesuatu,
karena tujuan-tujuan yang baik, yang berbeda sama sekali dari tujuan asli yang mudah
dapat diterima, dan berusaha mencapai sukses dalam hal itu (Annisa & Ifdil, 2016)
Selain itu, penangan gangguan kecemasan pada remaja bisa dilakukan dengan du acara
yaitu penanganan bilogis dan penanganan psikologis:
1) Penaganan biologis
Penanganan biologis diberikan obat-obat antipanik. Beberapa obatan tersebut
menunjukkan keberhasilan sebagai penanganan biologi bagi penderita gangguan panic.
Obat-obatan tersebut mencakup antidpresan (seperti Selective Serotonin Re-uptake
(SSRI), Serotonin and Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNRI), Trisiklik, Monoamine
Oxidase Inhibitors (MAOIs), dan Noradrenaline andSpesifik Serotonergic Antidepressants
(NASSAs) dan benzodiazepine (seperti Alprazolam atau Xanax).
2) Penanganan Psikologis
Penanganan psikologis terhadap gangguan panik telah berubah seiring berjalannya waktu.
Barlow dan rekan-rekannya mengembangkan terapi pengendalian kepanikan (PCT-Panic
Control Therapy) yang memiliki tiga komponen, yaitu:
a) Training relaksasi.
b) Kombinasi intervensi behavioral kognitif dari Ellis dan Beck.
c) Pemaparan dengan tanda-tanda internal yang memicu kepanikan (Saleh, 2019)
BAB III
PENUTUP
Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia).
Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00
Hafifatul Auliya Rahmy, M. (2021). Depresi dan Kecemasan Remaja Ditinjau dari Perspektif
Kesehatan dan Islam. Journal of Demography, Etnography, and Social Transformation,
1(1), 35–44.
Livia Prajogo, S., & Yudiarso, A. (2021). Metaanalisis Efektivitas Acceptance and Commitment
Therapy untuk Menangani Gangguan Kecemasan Umum. Psikologika: Jurnal Pemikiran
Dan Penelitian Psikologi, 26(1), 85–100.
https://doi.org/10.20885/psikologika.vol26.iss1.art5
Mujtaba, A. (2012). Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Kecemasan. Journal of
Personality and Social Psychology, 26(7), 14–21.
Sukmawati, E., & Setiawan, A. H. (2021). Refleksi Personal Anxiety Disorder Melalui Fotografi
Konseptual. 1(1), 6–29.
WHO. (2022). No Titleהעינים לנגד שבאמת מה את לראות קשה הכי. In ( הארץIssue 8.5.2017).
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/autism-spectrum-disorders