Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BAHASA INDONESIA

ANXIETY DISORDER (KECEMASAN BERLEBIH) PADA REMAJA

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Nurul Shofia, M.Pd

Disusun oleh :

Baiq Ayu Nisrina Purnawati (220401110009)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam tidak lupa
kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan teladan
baik sehingga akal dan pikiran penyusun mampu menyelesaikan makalah dengan topik seputar
psikologi. Semoga kelak kita mendapat syafa’atnya dalam menuntut ilmu.

Makalah ini dapat tersusun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Adapun
secara khusus disampaikan ucapan terimakasih kepada Dosen Pengampu yang telah memberikan
tugas ini, sehingga kami dapat mempelajari masalah-masalah seputar psikologi sekaligus menulis
makalah ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi susunan serta cara
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan untuk kesempurnaan
makalah ni.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan juga bermanfaat bagi
penyusun. Oleh karena itu, terhadap saran dan kritik, kami ucapkan terima kasih.

Malang, 1 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB 1 ............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................. 5
BAB II............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
2.1 Pengertian Anxiety Disorder ............................................................................................ 6
2.1.1 Kecemasan ( Anxiety Disorder )............................................................................... 6
2.1.2 Anxiety Disorder Pada Remaja ................................................................................. 7
2.2 Ciri-ciri dan Penyebab Anxiety (kecemasan)................................................................... 9
2.3 Cara Mengatasi Anxiety (kecemasan)............................................................................ 11
BAB III ......................................................................................................................................... 13
PENUTUP..................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia pasti pernah mengalami kecemasan dalam hidupnya, atau dalam istilah
psikologinya disebut sebagai anxiety. Anxiety (kecemasan) yang berasal dari Bahasa Latin
angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Anxiety (cemas)
merupakan ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan kekurangmampuan
dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan), kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang mengalami anxiety disorder akan merasa ketakutan dan cemas yang berlebih
ketika dihadapkan oleh sesuatu permasalahan atau realita yang akan dating.(Annisa & Ifdil, 2016)

Mengalami cemas adalah sesuatu yang wajar dalam siklus kehidupan. Namun kecemasan akan
menjadi sebuah masalah apabila terlalu berlebihan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Remaja
merupakan salah satu kelompok yang beriseko tinggi dapat mengalami masalah kesehatan mental.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, penduduk berusia ≥ 15 tahun
mengalami gangguan mental emosional lebih dari 19 juta dan lebih dari 12 juta penduduk berusia
lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Gangguan depresi pada remaja usia 15-24 tahun sebesar
6,2%. Masalah kesehatan mental menurut World Health Organization (WHO) sering terjadi pada
masa kanak-kanak dan awal remaja(Hafifatul Auliya Rahmy, 2021).

Gangguan mental pada remaja sangat beresiko dan menggangu kegiatan sehari-hari. Pada usia
remaja kekatifan dan kreativitas sedang berkembang seperti memiliki rasa keingin tahuan yang
tinggi atau penasaran terhadap sesuatu. Remaja juga sedang berada di fase mengekspresikan
imajniasi yang ada di pikirannya. Pada fase ini banyak perubahan yang terjadi baik dari segi fisik,
bilogis dan psikis nya. Sehingga, jika remaja tidak dapat mengontrol dan cepat beradaptasi pada
perubahan tersebut maka rentan terjadi gangguan pada kesehatan mental.

Pada kadar yang rendah, kecemasan(anxiety) membantu individu untuk bersiaga mengambil
langkah-langkah mencegah bahaya dan atau untuk memperkecil dampak bahaya tersebut.
Kecemasan sampai pada taraf tertentu dapat mendorong meningkatnya performa dan produktifitas.
Misalnya cemas mendapat nilai yang buruk, membuat seorang siswa belajar keras dan
mempersiapkan diri menghadapi ujian. Namun apabila kecemasan sangat tinggi, justru akan sangat
mengganggu. Misalnya kecemasan berlebihan saat akan ujian, justru akan membuat blocking dan
tidak bisa menjawab pertanyaan (Saleh, 2019).

Kerentanan remaja mengalami sebuah kecemasan berlebihan (anxiety disorder) perlu


diperhatikan lebih lanjut lagi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik mengambil
judul “Anxiety Disorder Pada Remaja” yang bertujuan untuk menjelaskan dan memaparkan
pengertian dari anxiety disorder, ciri-ciri, penyebab serta apa saja langkah yang di ambil dalam
mengatasi kecemasan (anxiety) pada remaja agar pengetahuan mengenai anxiety disorder yang
masih awam bisa dimengerti oleh pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari anxiety disorder?


2. Apa saja ciri-ciri dan penyebab anxiety (kecemasan) pada remaja?
3. Bagaimana cara mengatasi anxiety (kecemasan) pada remaja?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan pengertian dari anxiety disorder (kecemasan) pada remaja.


2. Menjelaskan apa saja ciri-ciri dan penyebab dari anxiety (kecemasan) pada remaja.
3. Menjelaskan bagaimana cara mengatasi kecemasan berlebih pada remaja.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anxiety Disorder


2.1.1 Kecemasan ( Anxiety Disorder )
Pada saat situasi yang sulit atau dalam keadaan menunggu sesuatu yang belum pasti
sering kali akan merasakan suatu kecemasan. Suatu kondisi yang sangat umum terjadi saat
sedang berusaha mengantisipasi sesuatu atau ketegangan psikologis. Seseorang yang berada
pada situasi berbahaya atau situasi yang tidak dikenal cenderung akan merasakan ketakutan.
Apabila berlangsung dalam jangka pendek, emosi-emosi tersebut akan bersifat adaptif, karena
emosi tersebut akan memberikan tenaga untuk menghadapi situasi bahaya tersebut.

Namun, dalam situasi-situasi tertentu, rasa takut akan menjadi tidak terhubung dari
bahaya yang sesungguhnya, atau sebaliknya, rasa takut tersebut akan tetap ada meskipun
situasi bahaya atau situasi ketidakpastian tersebut sudah menjadi masa lalu. Hal tersebut dapat
menyebabkan seseorang akan mengalami masalah kecemasan.

Kecemasan (Anxiety), dalam Psikologi didefinisikan sebagai perasaan campuran


berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus
untuk ketakutan tersebut serta bersifat individual (Mujtaba, 2012). Kecemasan adalah suatu
keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang
tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Anxiety
(kecemasan) keadaan emosional negatif dan kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga yang
terletak di masa depan yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti
hati berdetak kencang, berkeringat, kesulitan bernapas (Annisa & Ifdil, 2016).

Disamping itu, kecemasan juga dipengaruhi oleh hal-hal di alam bawah sadar manusia
yang menyimpan banyak memori tidak menyenangkan. Hal ini selaras dengan perkataan
Freud, yang membagi kehidupan jiwa dalam tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious),
pra sadar (preconscious), dan tidak sadar (unconscious). Adapun bagian terbesar adalah alam
bawah sadar (Unconscious mind) berisi hal-hal yang tidak menyenangkan. Ketika rasa cemas
terjadi dalam waktu lama dan mengganggu aktivitas serta bercampur dengan memori-memori
tidak menyenangkan, rasa cemas tersebut merupakan salah satu gangguan mental yang
dinamakan anxiety disorder (Sukmawati & Setiawan, 2021).

Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa
menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau sepertinya
datang tanpa ada penyebabnya – yaitu bila bukan merupakan respon terhadap perubahan
lingkungan(Saleh, 2019). Kecemasan merupakan sebagai perasaan yang tidak menentu,
merasa khawatir terhadap kondisi atau situasi yang belum jelas, perasaan tersebut akan
mendorong individu melarikan diri atau menghindar karena telah menimbulkan perasaan tidak
nyaman dan merasa tertekan atau ketegangan emosi yang berhubungan dengan transisi dari
masa kanak-kanak menuju remaja(WHO, 2022)

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) mendefinisikan


gangguan kecemasan (anxiety) sebagai perasaan takut berlebihan yang terjadi pada seseorang
yang berdampak pada terganggunya kegiatan sehari-hari. Gangguan kecemasan dapat dialami
oleh banyak individu tanpa melihat usia maupun jenis kelamin. Penyebab dari gangguan
kecemasan ini cukup variatif, sehingga di dalam DSM-5, gangguan kecemasan inipun dibagi
menjadi beberapa macam, yakni phobia, social anxiety disorder, separation anxiety disorder,
panic disorder, dan generalized anxiety disorder (Livia Prajogo & Yudiarso, 2021).

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan diatas, dapat diambil kesimpulan


bahwa gangguan kecemasan (anxiety disorder) adalah gangguan mental yang dialami oleh
seseorang tanpa mengetahui penyebab pasti dari sesuatu yang dicemaskan atau ditakuti
tersebut.

2.1.2 Anxiety Disorder Pada Remaja


Remaja berasal dari kata “adolensence” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilan adolensence memiliki makna luas yang mencakup fisik, emosional sosial dan
kematangan mental. Perkembangan masa remaja dari segi sosial ditandai dengan semakin
meningkatnya tuntutan dalam lingkungan sosial, adanya tekanan dari teman sebaya, adanya
keinginan lepas dari orang tua (mandiri), ketertarikan akan hal romantic.

Remaja yang sering atau rawan terkena kecemasan adalah remaja akhir. Remaja akhir
adalah usia dimana para remaja rentan mengalami kecemasan sosial karena cenderung
membuat penilaian antara dirinya sendiri (self diagnos) dengan orang lain sebagai pembanding
yang dapat menimbulkan rasa cemas pada dirinya sendiri dan cenderung mengandalkan
penilaian subyektif daripada penilaian objektif. Pada umumnya usia remaja akhir yaitu 19-22
tahun yang dimana remaja tahap akhir merupakan transisi dalam menuju kedewasaan(WHO,
2022).

Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada remaja dapat berasal dari faktor
internal dan eksternal. Remaja yang mengalami banyak perubahan, perlu adanya dukungan
keluarga agar remaja dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut. Selain itu juga dipengaruhi
oleh kepribadian remaja, jika seseorang yang memiliki kepribadian introvert cenderung
tertutup, sulit menerima perubahan atau beradaptasi, dan sering overthinking maka
menyebabkan orang dengan tipe kepribadian introvert memiliki rata- rata tingkat kecemasan
yang lebih tinggi. Hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar atau dengan keluarga
memberikan tambahan pengaruh positif dalam menghadapi situasi dan mengurangi tingkat
kecemasan(Hafifatul Auliya Rahmy, 2021).

Kecemasan yang sering kali dialami para remaja juga adalah kecemasan sosial, yaitu
perasaan cemas terhadap lingkungan sosialnya. Seorang remaja sedang berada di fase
mengembangkan dirinya dan membutuhkan lingkungan sosialnya untuk mengembangkan
segala kreatifitas dan menuangkan imajinasi-imajinasi dalam pikirannya. Namun hal itu tidak
dapat terealisasi jika seorang remaja mengalami social anxiety disorder (kecemasan sosial).

Kecemasan sosial sebagai suatu kondisi atau keadaan dimana adanya rasa khawatir,
takut, stress yang berlebihan terhadap situasi sosial sehingga membuat individu tersebut
merasa cemas pada keadaan atau situasi sosial, karena kekhawatiran lanjutan akan mendapat
penilaian negatif dari orang lain sehingga membuat individu tersebut cenderung untuk
menghindari interaksi yang bersifat sosial dan kegiatan sosial lainnya (Mataram-indonesia,
2021). Kecemasan sosial pada remaja timbul saat mereka berpikir jika dirinya melakukan
sesuatu tidak sama dengan orang lain, maka ia akan mendapat label negatif oleh orang lain dan
akan berpikir bahwa ia melakukan suatu hal yang memalukan didepan orang lain.

Remaja yang mengalami kecemasan sosial akan berperilaku melarikan diri atau
menghindar dari situasi sosial karena mereka berpikir pada situasi tersebut akan berpotensi
mendapatkan evaluasi negatif oleh orang lain. Remaja yang mengalami kecemasan sosial akan
cenderung memiliki pergaulan yang terbatas, menunjukkan keterampilan yang buruk, dan
kurang beradaptasi disekolah(WHO, 2022).

Kecemasan remaja dapat terjadi karena faktor tertentu seperti pengalaman masa lalu,
bentuk keadaan fisik, dan konflik interpersonal. Terdapat beberapa remaja yang sebagian
menyadari kecemasan yang dimiliki dan berusaha untuk mengatasinya. Namun, sebagian
remaja masih belum mampu mengatasi kecemasan yang dimiliki.

Kecemasan pada remaja akan sangat mengganggu apabila tidak segera ditangani.
Terlebih jika gangguan kecemasan (anxiety) terjadi secara tidak wajar. Hal ini akan membuat
pertumbuhan dan perekembangan para remaja menjadi tidak baik. Para remaja akan
kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri dan menjadi tertutup bahkan akan menjadi anti
sosial.

2.2 Ciri-ciri dan Penyebab Anxiety (kecemasan)


Menurut Jeffrey S. Nevid ada beberapa ciri-ciri kecemasan, yaitu (Annisa & Ifdil, 2016) :

1. Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya :


1) Kegelisahan, kegugupan
2) Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar
3) Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang
4) Kerongkongan merasa tersekat
5) Banyak berkeringat
6) Telapak tangan yang berkeringat
7) Pening atau pingsan
8) Mulut atau kerongkongan terasa kering
9) Bernafas pendek
10) Sulit bernafas

2. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya:


1) Perilaku menghindar
2) Perilaku melekat dan dependen
3) Perilaku terguncang
3. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya:
1) Khawatir tentang sesuatu
2) Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di
masa depan
3) Keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan
yang jelas
4) Terpaku pada sensasi ketubuhan
5) Sangat waspada terhadap sensasi ketubuhann
6) Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak
mendapat perhatian
7) Ketakutan akan kehilangan control
8) Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
9) Berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan
10) Berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan

Rapee berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi individu mengalami


kecemasan sosial adalah (WHO, 2022) :

a. Cara berpikir (thinking style) Individu yang mengalami kecemasan sosial akan lebih
cenderung sulit mengendalikan pikiran dan tidak dapat berpikir secara logis saat berada dalam
kondisi tidak nyaman karena cara berpikirnya telah dikuasai oleh rasa cemas yang
membuatnya sulit untuk berpikir.

b. Fokus perhatian (focusing attention) Individu akan cenderung kesulitan dalam membagi
fokus perhatiannya atau tidak mampu memberi perhatian sekaligus dalam satu waktu atau
waktu yang sama saat sedang mengalami kecemasan sosial.

c. Penghindaran (avoidance) Individu akanlebih melarikan diri saat berada dalam situasi
sosial yang menimbulkan rasa tertekan dan tidak nyaman.
2.3 Cara Mengatasi Anxiety (kecemasan)
Cara yang terbaik untuk menghilangkan kecemasan ialah dengan jalan menghilangkan
sebab-sebabnya. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan, antaralain:

1. Pembelaan
Usaha yang dilakukan untuk mencari alasan-alasan yang masuk akal bagi tindakan
yang sesungguhnya tidak masuk akal, dinamakan pembelaan. Pembelaan ini tidak
dimaksudkan agar tindakan yang tidak masuk akal itu dijadikan masuk akal, akan
tetapi membelanya, sehingga terlihat masuk akal. Pembelaan ini tidak dimaksudkan
untuk membujuk atau membohongi orang lain, akan tetapi membujuk dirinya sendiri,
supaya tindakan yang tidak bisa diterima itu masih tetap dalam batas-batas yang
diingini oleh dirinya.

2. Proyeksi
Proyeksi adalah menimpakan sesuatu yang terasa dalam dirinya kepada orang lain,
terutama tindakan, fikiran atau dorongan-dorongan yang tidak masuk akal sehingga
dapat diterima dan kelihatannya masuk akal.

3. Identifikasi
Identifikasi adalah kebalikan dari proyeksi, dimana orang turut merasakan sebagian
dari tindakan atau sukses yang dicapai oleh orang lain. Apabila ia melihat orang
berhasil dalam usahanya ia gembira seolah-olah ia yang sukses dan apabila ia melihat
orang kecewa ia juga ikut merasa sedih.

4. Hilang hubungan (disasosiasi)


Seharusnya perbuatan, fikiran dan perasaan orang berhubungan satu sama lain.
Apabila orang merasa bahwa ada seseorang yang dengan sengaja menyinggung
perasaannya, maka ia akan marah dan menghadapinya dengan balasan yang sama.
Dalam hal ini perasaan, fikiran dan tindakannya adalah saling berhubungan dengan
harmonis. Akan tetapi keharmonisan mungkin hilang akibat pengalaman- pengalaman
pahit yang dilalui waktu kecil.
5. Represi
Represi adalah tekanan untuk melupakan hal-hal, dan keinginan-keinginan yang tidak
disetujui oleh hati nuraninya. Semacam usaha untuk memelihara diri supaya jangan
terasa dorongan-dorongan yang tidak sesuai dengan hatinya. Proses itu terjadi secara
tidak disadari.

6. Subsitusi
Substitusi adalah cara pembelaan diri yang paling baik diantara cara-cara yang tidak
disadari dalam menghadapi kesukaran. Dalam substitusi orang melakukan sesuatu,
karena tujuan-tujuan yang baik, yang berbeda sama sekali dari tujuan asli yang mudah
dapat diterima, dan berusaha mencapai sukses dalam hal itu (Annisa & Ifdil, 2016)

Selain itu, penangan gangguan kecemasan pada remaja bisa dilakukan dengan du acara
yaitu penanganan bilogis dan penanganan psikologis:

1) Penaganan biologis
Penanganan biologis diberikan obat-obat antipanik. Beberapa obatan tersebut
menunjukkan keberhasilan sebagai penanganan biologi bagi penderita gangguan panic.
Obat-obatan tersebut mencakup antidpresan (seperti Selective Serotonin Re-uptake
(SSRI), Serotonin and Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNRI), Trisiklik, Monoamine
Oxidase Inhibitors (MAOIs), dan Noradrenaline andSpesifik Serotonergic Antidepressants
(NASSAs) dan benzodiazepine (seperti Alprazolam atau Xanax).
2) Penanganan Psikologis
Penanganan psikologis terhadap gangguan panik telah berubah seiring berjalannya waktu.
Barlow dan rekan-rekannya mengembangkan terapi pengendalian kepanikan (PCT-Panic
Control Therapy) yang memiliki tiga komponen, yaitu:
a) Training relaksasi.
b) Kombinasi intervensi behavioral kognitif dari Ellis dan Beck.
c) Pemaparan dengan tanda-tanda internal yang memicu kepanikan (Saleh, 2019)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan


suatu kondisi mental yang menjadi penyebab terbesar dari beban penyakit dan kecatatan yang
dihadapi oleh remaja. Kecemasan adalah suatu sensasi cemas yang bersifat normal pada
berbagai kondisi, namun dapat menjadi abnormal jika berlebihan dan tidak sesuai dengan
proporsi ancamannya.
Tentunya kesehatan mental terutama pada remaja sangat penting untuk menunjang
keberlangsungan hidup seorang remaja. Memahami gangguan kecemasan pada diri remaja
dapat dikenali dari beberapa gejala yang timbul pada diri remaja seperti mengalami kecemasan
umumnya memiliki gejala psikosomatis seperti keringat dingin, tremor, mual, gugup, bernafas
pendek, sulit bernafas.
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan sebuah tema dalam makalah yang dibuat. Kami
banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kami serta dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan dapat memahami materi tentang parafrasa.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia).
Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00

Hafifatul Auliya Rahmy, M. (2021). Depresi dan Kecemasan Remaja Ditinjau dari Perspektif
Kesehatan dan Islam. Journal of Demography, Etnography, and Social Transformation,
1(1), 35–44.

Livia Prajogo, S., & Yudiarso, A. (2021). Metaanalisis Efektivitas Acceptance and Commitment
Therapy untuk Menangani Gangguan Kecemasan Umum. Psikologika: Jurnal Pemikiran
Dan Penelitian Psikologi, 26(1), 85–100.
https://doi.org/10.20885/psikologika.vol26.iss1.art5

Mataram-indonesia, U. I. N. (2021). a l - T azkiah : 10(December), 161–174.

Mujtaba, A. (2012). Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Kecemasan. Journal of
Personality and Social Psychology, 26(7), 14–21.

Saleh, U. (2019). Anxiety Disorder (Memahami gangguan kecemasan: jenis-jenis, gejala,


perspektif teoritis dan Penanganan). Kesehatan, 1–58.

Sukmawati, E., & Setiawan, A. H. (2021). Refleksi Personal Anxiety Disorder Melalui Fotografi
Konseptual. 1(1), 6–29.

WHO. (2022). No Title‫העינים לנגד שבאמת מה את לראות קשה הכי‬. In ‫( הארץ‬Issue 8.5.2017).
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/autism-spectrum-disorders

Anda mungkin juga menyukai