Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

“Pengertian Separation Anxiety ( Kecemasan Perpisahan ), Gejala dan


Penanganan Psikologi serta BKI”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Psikologi Abnormal
DosenPengampu: Dr. Hj. Risydah Fadilah,s.psi.,M.Psi,Psikolog

DISUSUN OLEH KELOMPOK IV


Annisa Fitri ( 0303192059 )
Afni Khoiriyah Lubis ( 0303192060 )
Lilis Sartika ( 0303192056 )
Rizka Zakia Ulfa ( 0303192058 )

BKPI 2 SEMESTER 3
PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayahnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad Saw, keluarga , Sahabatnya dan semoga kepada kita selaku umatnya, AAMIIN.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam proses
pengerjaan makalah ini. Makalah yang berjudul“ Separation Anxiety ( Kecemasan Perpisahan
Gejala dan Penanganan Psikologi serta BKI”. Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari proses
pembelajaran Psikologi Abnormal yang diampuh oleh Ibu: Dr. Hj.Risydah Fadilah, S.psi., M.Psi,
Psikolog
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segii isi
maupun sistematika penulisannya. Oleh karena itu, kesalahan dan kekurangan pada makalah inii
sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis. Dan penyempurnaan makalah ini sangat mengharapkan
kritik dan saran dari semua pembaca yang budiman.
Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi insan akademik umumnya dan penulis
khususnya.

Medan, 20 November 2020

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Separation Anxiety ............................................................................................. 3
B. Gejala Separation Anxiety .................................................................................................... 3
C. Penanganan Psikologi serta BKI ......................................................................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 7
B. Kritik dan Saran ................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder) merupakan suatu kondisi dimana
individu merasa takut yang berlangsung terus menerus dan tidak dapat dikendalikan. Rasa takut yang
dialami berkaitan dengan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Wade & Tavris, 2007).
Kecemasan merupakan kondisi yang normal ketika mengahadapi suatu ancaman atau bahaya. Namun
kecemasan yang berlebihan akan menjadi hal yang mengganggu ketika situasi yang mengancam
tersebut tidak ada atau tidak seburuk yang dipikirkan.
Kecemasan tidak hanya dialami oleh orang dewasa namun juga dapat dialami oleh anak-anak
khususnya anak usia dini. Penyebab munculnya kecemasan juga bervariasi seperti faktor keturunan
atau adanya perlakuan kekerasan terhadap anak.Kelekatan orangtua yang insecure juga menjadi salah
satu sebab anak merasa cemas (Brumariu, Kerns, & Seibert, 2012). Penyebab yang bervariasi ini akan
berdampak pada bentuk kecemasan yang dialami oleh anak seperti fobia sosial, fobia sekolah dan
kecemasan berpisah dengan figur lekat. Kecemasan seperti ini merupakan salah satu bentuk gangguan
emosi yang dialami oleh anak sehingga penanganan yang sesuai dibutuhkan untuk mencegah implikasi
terhadap gangguan perkembangan yang lebih serius.
Pada anak usia dini, kecemasan yang umum terjadi adalah ketika berpisah dengan figur lekat.
Kelekatan dimulai ketika seorang bayi memiliki ikatan emosional yang kuat dengan ibu. Menurut Freud,
bayi memulai kelekatan dengan payudara ibu sebagai sumber kenikmatan oral dan selanjutnya menjadi
lekat dengan sosok ibu itu sendiri (Nurhidayah, 2011). Ibu merupakan figur penting bagi bayi sebagai
sumber yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan oral, kasih sayang dan
contact comfort.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa contact comfort (kenyamanan akibat sentuhan)
merupakan salah satu faktor bayi atau anak lekat dengan ibunya. Sebagaimana penelitian eksperimen
Harlow dan Zimmermann (1959) yang dilakukan pada seekor kera bahwa kera tersebut menghabiskan
lebih banyak waktu untuk dekat dengan boneka yang dibalut kain halus dibandingkan dengan boneka
yang hanya berupa kawat meskipun menyediakan makanan.Aktivitas bersentuhan dapat menimbulkan
reaksi bagi tubuh yaitu terlepasnya hormon endorfin yang menghasilkan perasaan senang (Wade &
Tavris, 2007).Dalam hal ini, berpisah dengan ibu dapat menjadi sebuah ancama bagi bayi karena figur
yang memberikan rasa aman dan nyaman berada jauh dari jangkauannya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian separation anxienty ?
2. Bagaimana gejala separation axienty ?
3. Bagaimana penanganan yang tepat secara psikologi dan bimbingan konseling ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gangguan kecemasan (Separation Axienty)
2. Untuk mengetahui gejala pada gangguan kecemasan (Separation Axienty)
3. Untuk mengetahui cara penanganan yang tepat secara psikologi dan bki

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Separation Anxiety ( Kecemasan Perpisahan )


Setiap individu pasti pernah merasakan kecemasan dalam hidupnya.Kecemasan adalah
mekanisme peringatan biologis dengan perasaan takut untuk bertindak.Kecemasan atau ansietas
merupakan penilaian dan respon emosional terhadap sesuatu yang berbahaya.Kecemasan sangat
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.Kondisi dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang
berlebihan terhadap kondisi ketakutan, kegelisahan, bencana yang akan datang, kekhawatiran.
Gangguan kecemasan perpisahan atau SAD (Saparation Anxiety Disorder) adalah gangguan
kecemasan yang paling umum ditemukan pada anak-anak (Al-Biltagi dan Sarhan, 2016, p. 21). Pada
anak, rasa cemas biasanya terjadi saat anak berusia tiga tahun, bentuknya dapat berupa rasa cemas
kehilangan kasih sayang orangtua, cemas akan mengalami rasa sakit, cemas karena merasa berbeda
dengan orang lain, atau mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.
Kecemasan berpisah adalah perasaan takut seorang anak jika orangtuanya akan
meninggalkan dia. Bahkan, kecemasan ini bisa terjadi hanya karena orangtua meninggalkannya ke
ruangan yang berbeda di dalam rumahnya (Bukhari, 2013:70). Indikator utama SAD (Saparation
Anxiety Disorder) adalah tekanan pemisahan dan keinginan untuk tidak sendirian atau jauh dari
pengasuh mereka. Akibatnya mereka lebih dekat dengan pengasuh dan tidak akan membiarkannya
pergi (Al-Biltagi dan Sarhan, 2016, p. 21).
Gangguan kecemasan perpisahan adalah kecemasan dan kekhawatiran yang tidak realistik
pada anak tentang apa yang akan terjadi bila ia berpisah dengan orang-orang yang berperan penting
dalam hidupnya, misalnya orangtua. Ketakutan itu mungkin berpusat pada apa yang mungkin terjadi
dengan individu yang berpisah dengan anak itu (misalnya orangtua meninggal, atau ada suatu alasan
yang lain) atau apabila terjadi perpisahan (ia akan hilang, diculik, disakiti, atau dibunuh). Alasan-alasan
tersebut dapat menjadi alasan bagi anak untuk enggan berpisah dari orangtuanya (Semiun, 2006:209).

B. Gejala Separation Anxiety ( Kecemasan Perpisahan )


separation anxiety disorder merupakan tipe kecemasan yang dapat dialami anak jika kondisi
cemasnya tidak ditangani dengan baik. Kriteria dari separation anxiety disorder ini menurut DSM V
(APA, 2013) antara lain:
a. merasakan stress yang berlebihan ketika meninggalkan rumah atau berpisah dengan figur lekat,

3
b. kecemasan yang terus menerus dan berlebihan tentang kehilangan atau kecelakaan figur lekat,
c. merasa cemas yang berlebihan jika hal buruk terjadi seperti tersesat atau diculik,
d. menolak pergi ke sekolah atau tempat lain,
e. merasa takut sendirian tanpa figur lekat,
f. menolak tidur sendiri tanpa figur lekat,
g. mimpi buruk yang berulang tentang berpisah dengan figur lekat,
h. mengalami gejala fisik seperti pusing, sakit perut, mual dan muntah ketika berpisah dengan figur
lekat. Kriteria tersebut menetap pada anak setidaknya selama empat minggu dan pada dewasa
setidaknya selama enam bulan.

Gejala SAD menurut DSM IV muncul ketika anak-anak hingga sebelum usia 18 tahun. Namun
kriteria ini direvisi dalam DSM IV bahwa gejala kecemasan berpisah dapat terjadi di usia mana saja
bahkan ketika remaja maupun dewasa (Carmassi, Gesi, Massimetti, Shear, & Osso, 2015). Meskipun
pada kenyataannya kecemasan berpisah yang dimulai sejak remaja jarang ditemukan dan lebih banyak
ditemukan pada anak usia dini. Anak yang mengalami SAD akan terganggu baik perkembangannya
maupun aktivitas kesehariannya Kasus SAD yang sampai pada psikolog umumnya ketika anak sudah
menunjukkan gejala-gejala yang memalukan dan menolak pergi ke sekolah. Jika ditunjukkan gambar
dalam tes grafis, anak cenderung memberikan respon emosi yang negatif (Dabkowska, Araszkiewicz,
Dabkowska, & Wiklosc, 2011).
Menurut Figueroa (2012, p. 2) SAD (Saparation Anxiety Disorder) memiliki presentasi klinis
yang heterogen.Gejala umum adalah tekanan yang berlebihan dan rasa takut yang tidak realistis ketika
berpisah dari orang tua atau suasana rumah. Figueroa juga menjelaskan ada tiga karakteristik utama
SAD (Saparation Anxiety Disorder) yaitu:
a. Ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan dan terus-menerus sebelum dan pada saat
perpisahan.
b. Gejala perilaku dan somatic sebelum, selama dan sesudah pemisahan.
c. Penghindaran terus-menerus atau upaya untuk melepaskan diri dari situasi pemisahan.

Beberapa penyebab dari gangguan kecemasan berpisah (SAD atau Saparation Anxiety
Disorder) ini juga dijelaskan oleh Figueroa (2012, p. 5-7) yaitu:
1) Faktor keturunan (genetic)
Berdasarkan hasil studi berskala besar menunjukkan adanya pengaruh genetik yang signifikan
bagi SAD. Menurut Pine (dalam Figueroa 2012, p. 5) sebagian besar penelitian menjelaskan

4
gangguan kecemasan berpisah terjadi pada keluarga, seseorang dapat mewarisi kerentanan
mengalami gangguan kecemasan berpisah ini.
2). Faktor Perkembangan
Proses psikobiologis yang kurang optimal seperti pengkondisian ketakutan adalah fondasi dari
gangguan kecemasan yang mungkin mencerminkan perasaan individu.
3). Faktor Lingkungan
Salah satu faktor penyebab kecemasan pada anak dari lingkungan terutama lingkungan
keluarga. Kehangatan dari orang tua yang rendah terhadap anaknya, pemisahan atau
perceraian, penyakit fisik orang tua, gangguan mental pada orang tua, ayah yang egosentris atau
antisosial, mengalami tindak kekerasan, serta kelahiran saudara kandung. Selain itu, lingkungan
skitar atau sekolah juga dapat menyebabkan terjadinya kecemasan pada anak, seperti takut
akan kegagalan, takut diganggu, serta memiliki cacat secara fisik.

C. Penanganan Psikologi serta BKI


Pendapat Herawati dalam sebuah artikel kesehatannya terkait dengan langkah-langkah atau
cara mengatasi gangguang kecemasan berpisah atau SAD (Saparation Anxiety Dysorder), yaitu
sebagai berikut:
a. Kondisikan dan beri alasan
Penderita anak dapat diberi pengertian dan dikondisikan. Ketika anak harus ditinggalkan, beri
pengertian mengapa hal tersebut harus terjadi. Jelaskan bahwa beberapa saat kemudian akan
bertemu atau pulang kembali. Jangan pernah menggagalkan kepergian karena anak menangis
atau bersedih atau hal lainnya. Dengan cara tersebut dan konsistensi, maka gangguan akan
hilang perlahan. Proses memberi pengertian ini membutuhkan waktu yang lama. Jangan
memaksa anak untuk tiba-tiba menerima kenyataan.
b. Berikan kesibukan
Kesibukan akan membuat anak penderita kecemasan melupakan sejenak kekhawatirannya. Hal
ini merupakan bentuk pengalih perhatian. Misalnya dengan mengajak anak bermain dan
berbagai aktivitas lain sampai mereka terbiasa.
c. Melatih kesabaran
Latihan kesabaran dapat mengatasi gangguan ini. Ajari untuk bersabar untuk menerima segala
sesuatu yang terjadi. Ajari anak untuk bersabar untuk menunggu waktu bertemu kembali.
Awalnya akan sulit, namun lama-kelamaan akan terbiasa.
d. Konsisten

5
Konsisten dalam melakukan hal-hal di atas mutlak diperlukan sebab jika terkadang dilakukan
terkadang tidak, maka langkah-langkah tersebut sia-sia. Selain itu, untuk anak yang mengalami
gangguan kecemasan berpisah kedua orangtua harus mempunyai persepsi dan keyakinan yang
sama untuk mengatasinya.

Jika anak terdiagnosis kelainan separation anxiety, psikolog mungkin akan melanjutkan
perawatan tahap berikutnya melalui evaluasi dan tanya jawab khusus. Beberapa pengobatan yang bisa
diberikan oleh psikolog yaitu:
a. Terapi psikis
Yaitu dimana seorang psikolog akan mengajak anak berbicara, membahas dan berdiskusi untuk
mengembangkan toleransi atas ketidakhadiran orang tua. Sebuah jenis terapi yang dinamakan
cognitive – behavorial juga bisa diterapkan untuk membantu pembentukan ulang fungsi kognitif /
pemahaman anak. Terapi keluarga juga bisa dilakukan untuk hasil yang semakin positif.
b. Medikasi
Obat anti depresi atau anti kecemasan sesuai dosis bisa juga diberikan untuk membantu kasus
separation anxiety pada anak.

Hingga saat ini belum ada pencegahan secara khusus terhadap separation anxiety. Tetapi
penangan yang cepat dan tepat bisa meminimalisir sekaligus mencegah tingkat keseriusan kelainan ini.
Dengan perawatan yang tepat anak bisa saja bebas dari separation anxiety, belajar mandiri, dan klien
percaya diri melalui langkah – langkah yang efektif.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan kecemasan perpisahan atau SAD (Saparation Anxiety Disorder) adalah gangguan
kecemasan yang paling umum ditemukan pada anak-anak (Al-Biltagi dan Sarhan, 2016, p. 21). Pada
anak, rasa cemas biasanya terjadi saat anak berusia tiga tahun, bentuknya dapat berupa rasa cemas
kehilangan kasih sayang orangtua, cemas akan mengalami rasa sakit, cemas karena merasa berbeda
dengan orang lain, atau mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.
Ada tiga karakteristik utama SAD (Saparation Anxiety Disorder) yaitu:
a. Ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan dan terus-menerus sebelum dan pada saat
perpisahan.
b. Gejala perilaku dan somatic sebelum, selama dan sesudah pemisahan.
c. Penghindaran terus-menerus atau upaya untuk melepaskan diri dari situasi pemisahan.

Cara mengatasi gangguan kecemasan berpisah atau SAD (Saparation Anxiety Dysorder), yaitu
sebagai berikut:
a. Kondisikan dan berikan alasan,
b. Berikan kesibukan dan
c. Melatih kesabaran
d. Konsisten

Hingga saat ini belum ada pencegahan secara khusus terhadap separation anxiety.Tetapi
penangan yang cepat dan tepat bisa meminimalisir sekaligus mencegah tingkat keseriusan kelainan
ini.Dengan perawatan yang tepat anak bisa saja bebas dari separation anxiety, belajar mandiri, dan
klien percaya diri melalui langkah – langkah yang efektif.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

C. Refisi

7
Pertanyaan yang diajukan oleh Audience :
1. Penanya : Anjani Farras
Penjawab : Afni Khoiriyah Lubis
Pertanyaan :
bagaimana cara penanganan kesibukan untuk anak kecil yang mengalami perpisahan?
Jawaban:
mungkin kita bisa mengajak anak untuk melakukan kesibukan yang baik dan ke arah yang
positif seperti bermain, belajar melukis membuat kreativitas yang banyak. Sehingga membuat
anak itu lupa akan masalah yang sudah dihadapinya dan mau menerima kenyataan hidup.

2. Penannya : Azur Aini Harahap


Penjawab : Lilis Sartika.
Pertanyaannya :
Anak yang mengalami SAD akan terganggu baik perkembangannya maupun aktivitas
kesehariannya. SAD yang sampai pada psikolog umumnya ketika anak sudah menunjukkan
gejala-gejala yang memalukan. jadi pertanyaan saya, perkembangan yang terganggu spesifik
nya terganggu pada apa? Fisik apa psikis? Dan kenapa bisa menggagu aktifitas keseharian
nya?
Jawaban :
Menurut saya, tidak hanya mengganggu fisik,namun psikis nya juga. Dan mengapa hal tersebut
dapat mengganggu aktifitasnya karena, dia bisa membuat mual dan emosi tidak stabil jadi anak
akan susah untuk melakukan aktivitas nya dengan normal.

3. Penanya : Siti Fani Aldila


Penjawab : Annisa Fitri
Pertanyaannya :
Jelaslan bagaimana Mengatasi Separation Anxiety pada Anak di Hari Pertama ia Sekolah?
Jawaban:
Mengatasi Separation Anxiety pada Anak di Hari Pertama Sekolah diantaranya yaitu:
a. Ceritakan serunya sekolah
Sebelum hari pertama sekolah itu datang, ceritakan pada anak tentang serunya kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan di sekolah. Misalnya bagaimana ia akan bermain dengan
teman-teman baru, masuk di ruang kelas yang nyaman, menyanyi, mendengarkan cerita

8
atau melakukan permainan-permainan yang umumnya tidak dapat dilakukan di rumah.
Dengan demikian, anak akan menantikan sekolah dan justru bersemangat untuk mengikuti
kegiatan belajar saat tiba waktunya nanti.
b. Perkenalkan anak pada situasi baru
Salah satu hal yang memperburuk separation anxiety adalah karena anak harus berada di
satu situasi baru tanpa Anda di sampingnya. Karena itu, kenalkan ia pada situasi ini sedini
mungkin. Ajaklah anak pergi ke sekolah barunya dan melihat-lihat, perlihatkan ruang
kelasnya, bahkan kenalkan guru yang nanti akan mengajarnya. Semakin ia nyaman dan
kenal dengan situasi dan orang-orang yang ada, semakin baik.
c. Libatkan anak dalam persiapan
Biarkan ia memilih baju untuk dipakai dan bekal atau snack apa yang ingin ia bawa. Selain
membangun rasa memiliki terhadap pengalaman pertamanya ini, melakukan ini akan
membangun rasa percaya diri dan rasa aman pada anak Anda dalam menghadapi hari
pertama.
d. Bawakan benda kesayangan
Untuk membuat anak tetap merasa nyaman, Anda juga dapat membawakan benda
kesayangannya dari rumah. Misalkan boneka yang selalu ia bawa ketika tidur, atau alat
makan kesukaanya. Dengan demikian ia akan memiliki sesuatu yang terasa familiar
walaupun dalam lingkungan yang baru sekalipun. Anda juga dapat meninggalkan catatan
manis dalam kotak bekalnya agar ia merasa nyaman saat berada di sekolah.
e. Jemputlah ia tepat waktu
Bayangkan betapa anak Anda akan senang ketika melihat Anda telah siap menjemput
ketika ia selesai bersekolah! Hal ini juga akan membantu anak untuk terus percaya ucapan
Anda dalam hal apapun. Karena sudah terbukti saat Anda mengatakan bahwa Anda akan
menjemput selesai sekolah, Anda benar-benar ada di sana untuk menjemput. Jika Anda
terlambat di hari pertama, ditakutkan anak akan menjadi cemas dan bahkan rewel

4. Penanya : Wahyu
Penjawab : Rizka Zakia Ulfa
Pertanyaannya :
bagaimana cara mengatasi kecemasan pada anak usia 5 -10 tahun?
Jawaban:
a. Biarkan anak Anda terbiasa dengan hal yang membuatnya kurang nyaman

9
Hal pertama yang perlu Anda ingat dalam membantu anak mengatasi kecemasannya
adalah, jangan menghindarkan anak dari hal-hal yang membuat mereka cemas. Hal
tersebut hanya akan membuat anak merasa lebih baik untuk sementara waktu, namun justru
dapat memperkuat kecemasan itu dalam jangka panjang. Jika anak Anda sedang berada
dalam situasi yang membuat mereka tidak nyaman, biarkan saja. Hal ini dapat membantu
mereka belajar untuk menoleransi kecemasan.
b. Hibur dengan kata-kata positif, namun tetap realistis
Memberikan penguatan pada anak di saat mereka sedang cemas dapat membantu mereka
mengatasi kecemasannya. Ungkapan yang dapat Anda sampaikan di antaranya adalah,
“Tenang saja, kamu akan baik-baik saja, kok” atau “Kamu pasti bisa mengatasinya.”
c. Hormati perasaannya
Saat anak merasa cemas terhadap sesuatu, Anda tidak boleh meremehkan perasaan
tersebut, melainkan harus menghormatinya. Salah satu caranya adalah dengan
mengatakan, “Ibu tahu kamu takut, tapi tidak apa-apa. Ibu ada di sini sama kamu, semua
akan baik-baik saja.”
d. Jangan memperkuat rasa cemasnya
Saat Anda mengetahui bahwa anak Anda sedang cemas, Anda dapat bertanya tentang
bagaimana perasaannya. Anda tidak dianjurkan untuk memicu rasa takut anak dengan
mengatakan, “Hiiiihh ada kecoak!” atau, “Jangan, nanti digigit!” atau kalimat yang justru
dapat memicu rasa takut yang akhirnya membuat ia cemas ketika melihat kecoak atau
anjing.

10
DAFTAR PUSTAKA

Yaa Bunayya :Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume II No. 1, Mei 2018 Umniyah Saleh. Anxiety
Disorser : Program Study Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Mega Afri Susanti. (2018). Efektivitas Play Therapy Untuk Menurunkan Tingkat SAD (Separation
Anxiety Dysorder) Pada Anak Usia 5-7 tahun.( Skripsi). Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri( IAIN ), Batusangkar

11

Anda mungkin juga menyukai