BKPI 2 SEMESTER 3
PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayahnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad Saw, keluarga , Sahabatnya dan semoga kepada kita selaku umatnya, AAMIIN.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam proses
pengerjaan makalah ini. Makalah yang berjudul“ Separation Anxiety ( Kecemasan Perpisahan
Gejala dan Penanganan Psikologi serta BKI”. Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari proses
pembelajaran Psikologi Abnormal yang diampuh oleh Ibu: Dr. Hj.Risydah Fadilah, S.psi., M.Psi,
Psikolog
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segii isi
maupun sistematika penulisannya. Oleh karena itu, kesalahan dan kekurangan pada makalah inii
sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis. Dan penyempurnaan makalah ini sangat mengharapkan
kritik dan saran dari semua pembaca yang budiman.
Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi insan akademik umumnya dan penulis
khususnya.
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder) merupakan suatu kondisi dimana
individu merasa takut yang berlangsung terus menerus dan tidak dapat dikendalikan. Rasa takut yang
dialami berkaitan dengan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Wade & Tavris, 2007).
Kecemasan merupakan kondisi yang normal ketika mengahadapi suatu ancaman atau bahaya. Namun
kecemasan yang berlebihan akan menjadi hal yang mengganggu ketika situasi yang mengancam
tersebut tidak ada atau tidak seburuk yang dipikirkan.
Kecemasan tidak hanya dialami oleh orang dewasa namun juga dapat dialami oleh anak-anak
khususnya anak usia dini. Penyebab munculnya kecemasan juga bervariasi seperti faktor keturunan
atau adanya perlakuan kekerasan terhadap anak.Kelekatan orangtua yang insecure juga menjadi salah
satu sebab anak merasa cemas (Brumariu, Kerns, & Seibert, 2012). Penyebab yang bervariasi ini akan
berdampak pada bentuk kecemasan yang dialami oleh anak seperti fobia sosial, fobia sekolah dan
kecemasan berpisah dengan figur lekat. Kecemasan seperti ini merupakan salah satu bentuk gangguan
emosi yang dialami oleh anak sehingga penanganan yang sesuai dibutuhkan untuk mencegah implikasi
terhadap gangguan perkembangan yang lebih serius.
Pada anak usia dini, kecemasan yang umum terjadi adalah ketika berpisah dengan figur lekat.
Kelekatan dimulai ketika seorang bayi memiliki ikatan emosional yang kuat dengan ibu. Menurut Freud,
bayi memulai kelekatan dengan payudara ibu sebagai sumber kenikmatan oral dan selanjutnya menjadi
lekat dengan sosok ibu itu sendiri (Nurhidayah, 2011). Ibu merupakan figur penting bagi bayi sebagai
sumber yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan oral, kasih sayang dan
contact comfort.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa contact comfort (kenyamanan akibat sentuhan)
merupakan salah satu faktor bayi atau anak lekat dengan ibunya. Sebagaimana penelitian eksperimen
Harlow dan Zimmermann (1959) yang dilakukan pada seekor kera bahwa kera tersebut menghabiskan
lebih banyak waktu untuk dekat dengan boneka yang dibalut kain halus dibandingkan dengan boneka
yang hanya berupa kawat meskipun menyediakan makanan.Aktivitas bersentuhan dapat menimbulkan
reaksi bagi tubuh yaitu terlepasnya hormon endorfin yang menghasilkan perasaan senang (Wade &
Tavris, 2007).Dalam hal ini, berpisah dengan ibu dapat menjadi sebuah ancama bagi bayi karena figur
yang memberikan rasa aman dan nyaman berada jauh dari jangkauannya.
1
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian separation anxienty ?
2. Bagaimana gejala separation axienty ?
3. Bagaimana penanganan yang tepat secara psikologi dan bimbingan konseling ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gangguan kecemasan (Separation Axienty)
2. Untuk mengetahui gejala pada gangguan kecemasan (Separation Axienty)
3. Untuk mengetahui cara penanganan yang tepat secara psikologi dan bki
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. kecemasan yang terus menerus dan berlebihan tentang kehilangan atau kecelakaan figur lekat,
c. merasa cemas yang berlebihan jika hal buruk terjadi seperti tersesat atau diculik,
d. menolak pergi ke sekolah atau tempat lain,
e. merasa takut sendirian tanpa figur lekat,
f. menolak tidur sendiri tanpa figur lekat,
g. mimpi buruk yang berulang tentang berpisah dengan figur lekat,
h. mengalami gejala fisik seperti pusing, sakit perut, mual dan muntah ketika berpisah dengan figur
lekat. Kriteria tersebut menetap pada anak setidaknya selama empat minggu dan pada dewasa
setidaknya selama enam bulan.
Gejala SAD menurut DSM IV muncul ketika anak-anak hingga sebelum usia 18 tahun. Namun
kriteria ini direvisi dalam DSM IV bahwa gejala kecemasan berpisah dapat terjadi di usia mana saja
bahkan ketika remaja maupun dewasa (Carmassi, Gesi, Massimetti, Shear, & Osso, 2015). Meskipun
pada kenyataannya kecemasan berpisah yang dimulai sejak remaja jarang ditemukan dan lebih banyak
ditemukan pada anak usia dini. Anak yang mengalami SAD akan terganggu baik perkembangannya
maupun aktivitas kesehariannya Kasus SAD yang sampai pada psikolog umumnya ketika anak sudah
menunjukkan gejala-gejala yang memalukan dan menolak pergi ke sekolah. Jika ditunjukkan gambar
dalam tes grafis, anak cenderung memberikan respon emosi yang negatif (Dabkowska, Araszkiewicz,
Dabkowska, & Wiklosc, 2011).
Menurut Figueroa (2012, p. 2) SAD (Saparation Anxiety Disorder) memiliki presentasi klinis
yang heterogen.Gejala umum adalah tekanan yang berlebihan dan rasa takut yang tidak realistis ketika
berpisah dari orang tua atau suasana rumah. Figueroa juga menjelaskan ada tiga karakteristik utama
SAD (Saparation Anxiety Disorder) yaitu:
a. Ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan dan terus-menerus sebelum dan pada saat
perpisahan.
b. Gejala perilaku dan somatic sebelum, selama dan sesudah pemisahan.
c. Penghindaran terus-menerus atau upaya untuk melepaskan diri dari situasi pemisahan.
Beberapa penyebab dari gangguan kecemasan berpisah (SAD atau Saparation Anxiety
Disorder) ini juga dijelaskan oleh Figueroa (2012, p. 5-7) yaitu:
1) Faktor keturunan (genetic)
Berdasarkan hasil studi berskala besar menunjukkan adanya pengaruh genetik yang signifikan
bagi SAD. Menurut Pine (dalam Figueroa 2012, p. 5) sebagian besar penelitian menjelaskan
4
gangguan kecemasan berpisah terjadi pada keluarga, seseorang dapat mewarisi kerentanan
mengalami gangguan kecemasan berpisah ini.
2). Faktor Perkembangan
Proses psikobiologis yang kurang optimal seperti pengkondisian ketakutan adalah fondasi dari
gangguan kecemasan yang mungkin mencerminkan perasaan individu.
3). Faktor Lingkungan
Salah satu faktor penyebab kecemasan pada anak dari lingkungan terutama lingkungan
keluarga. Kehangatan dari orang tua yang rendah terhadap anaknya, pemisahan atau
perceraian, penyakit fisik orang tua, gangguan mental pada orang tua, ayah yang egosentris atau
antisosial, mengalami tindak kekerasan, serta kelahiran saudara kandung. Selain itu, lingkungan
skitar atau sekolah juga dapat menyebabkan terjadinya kecemasan pada anak, seperti takut
akan kegagalan, takut diganggu, serta memiliki cacat secara fisik.
5
Konsisten dalam melakukan hal-hal di atas mutlak diperlukan sebab jika terkadang dilakukan
terkadang tidak, maka langkah-langkah tersebut sia-sia. Selain itu, untuk anak yang mengalami
gangguan kecemasan berpisah kedua orangtua harus mempunyai persepsi dan keyakinan yang
sama untuk mengatasinya.
Jika anak terdiagnosis kelainan separation anxiety, psikolog mungkin akan melanjutkan
perawatan tahap berikutnya melalui evaluasi dan tanya jawab khusus. Beberapa pengobatan yang bisa
diberikan oleh psikolog yaitu:
a. Terapi psikis
Yaitu dimana seorang psikolog akan mengajak anak berbicara, membahas dan berdiskusi untuk
mengembangkan toleransi atas ketidakhadiran orang tua. Sebuah jenis terapi yang dinamakan
cognitive – behavorial juga bisa diterapkan untuk membantu pembentukan ulang fungsi kognitif /
pemahaman anak. Terapi keluarga juga bisa dilakukan untuk hasil yang semakin positif.
b. Medikasi
Obat anti depresi atau anti kecemasan sesuai dosis bisa juga diberikan untuk membantu kasus
separation anxiety pada anak.
Hingga saat ini belum ada pencegahan secara khusus terhadap separation anxiety. Tetapi
penangan yang cepat dan tepat bisa meminimalisir sekaligus mencegah tingkat keseriusan kelainan ini.
Dengan perawatan yang tepat anak bisa saja bebas dari separation anxiety, belajar mandiri, dan klien
percaya diri melalui langkah – langkah yang efektif.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan kecemasan perpisahan atau SAD (Saparation Anxiety Disorder) adalah gangguan
kecemasan yang paling umum ditemukan pada anak-anak (Al-Biltagi dan Sarhan, 2016, p. 21). Pada
anak, rasa cemas biasanya terjadi saat anak berusia tiga tahun, bentuknya dapat berupa rasa cemas
kehilangan kasih sayang orangtua, cemas akan mengalami rasa sakit, cemas karena merasa berbeda
dengan orang lain, atau mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.
Ada tiga karakteristik utama SAD (Saparation Anxiety Disorder) yaitu:
a. Ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan dan terus-menerus sebelum dan pada saat
perpisahan.
b. Gejala perilaku dan somatic sebelum, selama dan sesudah pemisahan.
c. Penghindaran terus-menerus atau upaya untuk melepaskan diri dari situasi pemisahan.
Cara mengatasi gangguan kecemasan berpisah atau SAD (Saparation Anxiety Dysorder), yaitu
sebagai berikut:
a. Kondisikan dan berikan alasan,
b. Berikan kesibukan dan
c. Melatih kesabaran
d. Konsisten
Hingga saat ini belum ada pencegahan secara khusus terhadap separation anxiety.Tetapi
penangan yang cepat dan tepat bisa meminimalisir sekaligus mencegah tingkat keseriusan kelainan
ini.Dengan perawatan yang tepat anak bisa saja bebas dari separation anxiety, belajar mandiri, dan
klien percaya diri melalui langkah – langkah yang efektif.
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
C. Refisi
7
Pertanyaan yang diajukan oleh Audience :
1. Penanya : Anjani Farras
Penjawab : Afni Khoiriyah Lubis
Pertanyaan :
bagaimana cara penanganan kesibukan untuk anak kecil yang mengalami perpisahan?
Jawaban:
mungkin kita bisa mengajak anak untuk melakukan kesibukan yang baik dan ke arah yang
positif seperti bermain, belajar melukis membuat kreativitas yang banyak. Sehingga membuat
anak itu lupa akan masalah yang sudah dihadapinya dan mau menerima kenyataan hidup.
8
atau melakukan permainan-permainan yang umumnya tidak dapat dilakukan di rumah.
Dengan demikian, anak akan menantikan sekolah dan justru bersemangat untuk mengikuti
kegiatan belajar saat tiba waktunya nanti.
b. Perkenalkan anak pada situasi baru
Salah satu hal yang memperburuk separation anxiety adalah karena anak harus berada di
satu situasi baru tanpa Anda di sampingnya. Karena itu, kenalkan ia pada situasi ini sedini
mungkin. Ajaklah anak pergi ke sekolah barunya dan melihat-lihat, perlihatkan ruang
kelasnya, bahkan kenalkan guru yang nanti akan mengajarnya. Semakin ia nyaman dan
kenal dengan situasi dan orang-orang yang ada, semakin baik.
c. Libatkan anak dalam persiapan
Biarkan ia memilih baju untuk dipakai dan bekal atau snack apa yang ingin ia bawa. Selain
membangun rasa memiliki terhadap pengalaman pertamanya ini, melakukan ini akan
membangun rasa percaya diri dan rasa aman pada anak Anda dalam menghadapi hari
pertama.
d. Bawakan benda kesayangan
Untuk membuat anak tetap merasa nyaman, Anda juga dapat membawakan benda
kesayangannya dari rumah. Misalkan boneka yang selalu ia bawa ketika tidur, atau alat
makan kesukaanya. Dengan demikian ia akan memiliki sesuatu yang terasa familiar
walaupun dalam lingkungan yang baru sekalipun. Anda juga dapat meninggalkan catatan
manis dalam kotak bekalnya agar ia merasa nyaman saat berada di sekolah.
e. Jemputlah ia tepat waktu
Bayangkan betapa anak Anda akan senang ketika melihat Anda telah siap menjemput
ketika ia selesai bersekolah! Hal ini juga akan membantu anak untuk terus percaya ucapan
Anda dalam hal apapun. Karena sudah terbukti saat Anda mengatakan bahwa Anda akan
menjemput selesai sekolah, Anda benar-benar ada di sana untuk menjemput. Jika Anda
terlambat di hari pertama, ditakutkan anak akan menjadi cemas dan bahkan rewel
4. Penanya : Wahyu
Penjawab : Rizka Zakia Ulfa
Pertanyaannya :
bagaimana cara mengatasi kecemasan pada anak usia 5 -10 tahun?
Jawaban:
a. Biarkan anak Anda terbiasa dengan hal yang membuatnya kurang nyaman
9
Hal pertama yang perlu Anda ingat dalam membantu anak mengatasi kecemasannya
adalah, jangan menghindarkan anak dari hal-hal yang membuat mereka cemas. Hal
tersebut hanya akan membuat anak merasa lebih baik untuk sementara waktu, namun justru
dapat memperkuat kecemasan itu dalam jangka panjang. Jika anak Anda sedang berada
dalam situasi yang membuat mereka tidak nyaman, biarkan saja. Hal ini dapat membantu
mereka belajar untuk menoleransi kecemasan.
b. Hibur dengan kata-kata positif, namun tetap realistis
Memberikan penguatan pada anak di saat mereka sedang cemas dapat membantu mereka
mengatasi kecemasannya. Ungkapan yang dapat Anda sampaikan di antaranya adalah,
“Tenang saja, kamu akan baik-baik saja, kok” atau “Kamu pasti bisa mengatasinya.”
c. Hormati perasaannya
Saat anak merasa cemas terhadap sesuatu, Anda tidak boleh meremehkan perasaan
tersebut, melainkan harus menghormatinya. Salah satu caranya adalah dengan
mengatakan, “Ibu tahu kamu takut, tapi tidak apa-apa. Ibu ada di sini sama kamu, semua
akan baik-baik saja.”
d. Jangan memperkuat rasa cemasnya
Saat Anda mengetahui bahwa anak Anda sedang cemas, Anda dapat bertanya tentang
bagaimana perasaannya. Anda tidak dianjurkan untuk memicu rasa takut anak dengan
mengatakan, “Hiiiihh ada kecoak!” atau, “Jangan, nanti digigit!” atau kalimat yang justru
dapat memicu rasa takut yang akhirnya membuat ia cemas ketika melihat kecoak atau
anjing.
10
DAFTAR PUSTAKA
Yaa Bunayya :Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume II No. 1, Mei 2018 Umniyah Saleh. Anxiety
Disorser : Program Study Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Mega Afri Susanti. (2018). Efektivitas Play Therapy Untuk Menurunkan Tingkat SAD (Separation
Anxiety Dysorder) Pada Anak Usia 5-7 tahun.( Skripsi). Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri( IAIN ), Batusangkar
11