BAB II
LANDASAN TEORI
siswa (klien atau konseli) melalui kunjungan ke rumahnya.1 Jadi, home visit
atau kunjungan rumah dapat penulis simpulkan, suatu kunjungan rumah untuk
pertemuan dengan orang tua atau keluarganya.2 Maka, home visi tatau
kunjungan rumah untuk memperoleh data dan informasi dari orang tua dan
1
Sukardi, Ketut, op. cit, hlm. 91.
2
Febriana, op. cit, hlm. 23.
30
Dengan kegiatan pendukung akan diperoleh berbagai informasi atau data yang
suatu layanan yang dilakukan guru BK dengan mengunjungi orang tua atau
tempat tinggal siswa untuk mengetahui keadaan siswa di rumah dan mencari
masalah siswa.
dekat lingkungan hidup siswa sehari-hari.4 Jadi, dilihat dari pendapat Winkel
sumber data pendukung. Secara khusus tujuan kunjungan rumah (home visit)
3
Tohirin, op. cit., 2009, hlm. 228.
4
Tohirin, op. cit., 2014, hlm. 229.
31
lingkungan dan perm asalahan siswa (konseli) dan kedua untuk pembahasan
yang bisa digunakan dalam penelitian ini. Yakni, tujuan untuk memperoleh
orang tua, dan membangun komitmen orang tua untuk ikut serta bertanggung
5
Sukardi, Ketut, op. cit, hlm. 91.
32
yaitu:6
home visit atau kunjungan kerumah merupakan salah satu program dari
sekolah dalam rangka menjalin komunikasi yang baik antara pihak orang
kependidikannya.
6
Tohirin, op. cit., 2009, hlm. 230.
33
dan politik.
(siswa) yang layak diketahui oleh orang tua dan anggota keluarga
pemilik rumah
keluarga.
7
Ibid, hlm. 232.
34
terhadap siswa.
evaluasi.
Jadi, penulis simpulkan bahwa teknik home visit yakni: format yang
kongkrit dan bersifat rahasia, peran siswa yang bisa membantu mendapat
dilakukan, waktu dan tempat yang sesuai untuk pelaksanaan home visit
a. Perencanaan
8
Ibid, hlm. 235.
35
b. Pelaksanaan
3) Melengkapi data
c. Evaluasi
kunjungan rumah
masalah siswa.
e. Tindak Lanjut
f. Laporan
di sekolah
kasus” diikuti oleh segenap anggota keluarga. Hal ini diharapakan dapat
yang sangat cepat peranan guru menjadi lebih meningkat dari sebagai pengajar
menjadi konselor (pembimbing). Tugas dan tanggung jawab guru lebih ekstra
9
Dewa Kentut Sukardi, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), hlm. 24.
38
tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi dalam setiap proses
bisa memberikan contoh dan panutan untuk siswa dan dituntut untuk
D. Masalah Siswa
Anak nakal yang mengikuti ego diri belajar aturan peilaku dari budaya
mereka mekipun kadang-kadang, atau mungkin hanya sekali atau dua kali,
10
Herdi., op. cit, hlm. 127.
11
Ibid, hlm.29.
39
adalah masalah umum yang terhadap dalam watak tingkah laku perilaku
bahkan keluarga.
untuk mencapai tujuan (bahkan tujuan mereka sendiri), dan mungkin tidak
satu waktu yang pendek.13 Maka, anak yang hiperaktif merupakan kondisi
paling mudah ditunjukkan melalui sikap anak yang berlebihan dengan ciri
tidakannya yang lebih aktif dan ingin selalu mencari perhatian akibat
kurangnya perhatian.
dipandang sebagai gejala gangguan sosial. Contoh, anak yang terlalu takut
pada satu situasi tertentu, seperti kelas olahraga, mungkin dapat dibantu
12
Anita E. Woolfolk, Mendidik Anak-anak Bermasalah (Jakarta: Inisiasi Press, 2004), hlm.
613.
13
Ibid, hlm. 614.
40
14
Ibid, hlm. 616.