Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN KECEMASAN

Oleh :
Kelas 8D
Indah Kusumawati 1130016087

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada An.N usia 18 tahun dengan
diagnosa “Gangguan Kecemasan” saya buat sebagai bukti telah mengikuti
keterampilan praktik keperawatan jiwa pada tanggal 22 Juni- 03 Juli 2020 yang
dilakukan secara daring.

Surabaya, 22 Juni 2020

indah
Indah Kusumawati
NIM. 1130016087
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri seseorang.
Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak
nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan
persaan tidak pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010). Kecemasan
membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan
masalah, berpikir, bertindak, dan melindungi diri sendiri jika masih dalam batas
normal (cemas ringan). Sebaliknya, kecemasan yang berlebihan akan sangat
mengganggu kehidupan individu. Hal ini dikarenakan cemas mempengaruhi
seseorang pada empat hal; 1) secara fisik, diantaranya: detak jantung meningkat,
rasa tidak nyaman di perut (butterflies), gemetar, mual, ketegangan otot,
berkeringat, dan nafas pendek; 2) secara kognitif, yaitu sulit konsentrasi, motivasi
belajar menurun, mudah lupa, dan disorientasi (waktu, orang, dan tempat); 3)
secara emosional, yaitu: gelisah, khawatir, bingung, tidak bisa mengendalikan diri,
dan mudah putus asa; 4) secara perilaku, seperti komunikasi inkoheren, menjauhi
benda, tempat, atau situasi tertentu, dan menarik diri dari kehidupan sosial
(Videbeck, 2015).
Kecemasan merupakan jenis gangguan mental paling sering terjadi di dunia
dengan prevalensi lebih dari 15%, dengan persentase wanita lebih banyak
dibandingkan pria (Centers for Disease Control and Prevention [CDC], 2013).
Data dari Riset Kesehatan Dasar (2013), prevalensi gangguan mental emosional
(gejala-gejala depresi dan ansietas) di Indonesia sebesar 6% (lebih dari 14 juta
jiwa) untuk usia 15 tahun ke atas. Kecemasan adalah kondisi kejiwaan penuh
kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan
permasalahan yang terbatas maupun hal-hal aneh (Az-Zahrani, 2005). Kecemasan
memiliki dua aspek yakni aspek sehat dan aspek membahayakan, tergantung pada
tingkatannya (ringan, sedang, berat dan panik) (Videbeck, 2015).
Kecemasan terjadi salah satunya pada saat akan menghadapi ujian, baik itu
ujian UTS, UAS, ujian sekolah, UN ataupun ujian masuk perguruan tinggi.
perasaan was-was takut tidak bisa lolos ujian menjadi salah satu penyebab orang
menjadi cemas. Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta
kapan pun tergantung dari faktor pencetus dari kecemasan tersebut. Fakta
membuktikan bahwa di seluruh lapisan dunia kecemasan paling banyak terjadi
setiap harinya.hal ini disebabkan semakin kongkretnya masalah yang terjadi saat
ini.
Penanganan kecemasan terdiri dari dua macam pendekatan, yakni farmakologi
dan non-farmakologi (Videbeck, 2015). Saat ini banyak dikembangkan terapi non-
farmakologi untuk menangani kecemasan karena terapi farmakologi memiliki
banyak efek samping bagi tubuh. Townsend (2009) menyebutkan bahwa obat-
obatan anti ansietas dapat menyebabkan depresi susunan syaraf pusat secara
menyeluruh, ketergantungan fisik atau psikologis, dan mengakibatkan toleransi
obat jika digunakan terus-menerus. Terapi non-farmakologi yang dapat digunakan
untuk mengatasi kecemasan antara lain teknik relaksasi, terapi musik, terapi
murrotal, dll.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memahami dan mengaplikasikan keperawatan jiwa pada pasien dengan
gangguan kecemasan
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui dan memahami definisi kecemasan
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi kecemasan
c. Mahasiswa mengetahui dan memahami tanda dam gejala kecemasan
d. Mahasiswa mengetahui dan memahami tingkat kecemasan
e. Mahasiswa mengetahui dan memahami rentang respon kecemasan
f. Mahasiswa mengetahui dan memahami karakteristik kecemasan
g. Mahasiswa mengetahui dan memahami akibat kecemasan
h. Mahasiswa mengetahui dan memahami mekanisme koping
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kecemasan


2.1.1 Definisi Kecemasan
Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-akan
terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman Budi Anna Keliat (2011).
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri seseorang.
Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorng tidak nyaman
dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jdi, cemas berkaitan dengan persaan tiidak
pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010)
Kecemasan adalah emosi, perasaan yang timbul sebagai respon awal terhadap
setres psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi individu. Kecemasan
sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak pasti, ragu-ragu, tidak berdaya,
gelisah, kekhawatiran, tidak tentram yang disertai keluhan fisik.
Kecemasan merupakan kekuatan yang mempengaruhi hubungan
interpersonal, suatu respon terhadap bahaya yang tidak diketahui yang munculbila
ada hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan. Kecemasan dapat sebagai alarm
tubuh untuk melindungi diri, dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan
tanda ancaman yang dapat berhubungan dengan isolasi, kehilangan, gangguan
identitas, hukuman dan hubungan interpersonal.
2.1.2 Etiologi Kecemasan
1. Faktor Predisposisi (pendukung)
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat
berupa:
a. Peristiwa traumatic, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkitan dengan
krisis yang dilami individu baik krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan maupun situasional
b. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Gangguan konsep diri, menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara
realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frutasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau ola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konfllik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepin dapat menekan
neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas
neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Faktor Presipitasi
Stressor presipitas adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas fisik
1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya: hamil)
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri
1) Sumber internal, kesulitan dalam hubungann interpersonal di rumah dan tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas
fisik jug dapat mengancam harga diri.
2) Sumber eksternal, kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekrjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
2.1.3 Tanda dan Gejala Kecemasan
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas,
antara lain sebagai berikut:
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
5. Gangguan konsntrasi dan daya ingat.
Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.
2.1.4 Tingkat Kecemasan
1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu
memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak,
merasakan, dan melindungi diri sediri.
2.Kecemasan Sedang
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu
memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak,
merasakan, dan melindungi diri sediri.
3.Kecemasan Berat
Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respon takut dan distress.
4.Panik
Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena kehilangan
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. (Prabowo,
2014)
2.1.5 Rentang Respon Kecemasan
Adaptif Maladaptive

antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


Keterangan :
 Antisipasi yaitu suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi menyatu
dengan lingkungan
 Cemas ringan yaitu ketegangan ringan, pengindraan leih tajam dan menyiapkan
diri untuk bertindak
 Cemas sedang yaitu keadaan lebih waspada dan lebih tegang, lapangan persepsi
menyempit dan tidak mampu memusatkan pada faktor/peristiwa yang penting
baginya
 Cemas berat yaitu lapangan persepsi sangat sempit, berpusat pada detail yang
kecil, tidak memikirkan yang luas, tidak mamp membuat kaitan dan tidak mampu
menyelesaikan masalah
 Panik yaitu persepsi menyimpang, sangat kacau dan tidak terkontrol, berpikir tidak
teratur, perilaku tidak tepat dan agitasi/hiperaktif
2.1.6 Karakteristi Kecemasan
1. Kecemasan ringan
Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan ringan adalah sebagai berikut:
a. Respon fisik dari kecemasan ringan adalah:
1) Ketegangan otot ringan
2) Sadar akan lingkungan
3) Rileks atau sedikit gelisah
4) Penuh perhatian
5) Rajin
b. Respon kognitif dari kecemasan ringan adalah:
1) Lapang persepsi luas
2) Terlihat tenang, percaya diri
3) Perasaan gagal sedikit
4) Waspada dan memperhatikan banyak hal
5) Mempertimbangkan informasi
6) Tingkat pembelajaran optimal
c. Respon emosional dari kecemasan ringan adalah:
1) Perilaku otomatis
2) Sedikit tidak sadar
3) Aktivitas mandiri
4) Terstimulasi
5) Tenang
2. Kecemasan sedang
Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan sedang adalah sebagai berikut:
a. Respon fisik dari kecemasan sedang adalah:
1) Ketegangan otot sedang
2) Tanda-tanda vital meningkat
3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
4) Sering mondar-mandir, memukul tangan
5) Suara berubah: bergetar, nada suara tinggi
6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respon kognitif dari kecemasan sedang adalah:
1) Lapang persepsi menurun
2) Tidak perhatian secara selektif
3) Fokus terhadap stimulus meningkat
4) Rentang perhatian menurun
5) Menyelesaian masalah menurun
6) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respon emosional dari kecemasan sedang adalah:
1) Tidak nyaman
2) Mudah tersinggung
3) Kepercayaan diri goyah
4) Tidak sabar
5) Gembira
3. Kecemasan berat
Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan berat adalah:
a. Respon fisik kecemasan berat adalah:
1) Ketegangan otot berat
2) Hiperventilasi
3) Kontak mata buruk
4) Pengeluaran keringat meningkat
5) Bicara cepat, nada suara tinggi
6) Tindakan tanpa tuuan dan serampangan
7) Rahang menegang, mngertakan gigi
8) Mondar-mandir, berteriak
9) Meremas tangan, gemetar
b. Respon kognitif kecemasan berat adalah:
2) Lapang persepsi terbatas
3) Proses berpikir terpecah-pecah
4) Sulit berpikir
5) Penyelesaian masalah buruk
6) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
7) Hanya memperhatikan ancaman
8) Preokupasi dengan pikiran sendiri
9) Egosentris
c. Respon emosional kecemasan berat adalah:
1) Sangat cemas
2) Agitasi
3) Takut
4) Bingung
5) Merasa tidak adekuat
6) Menarik diri
7) Penyangkalan
8) Ingin beban
4. Panik
a. Respon fisik dari panik adalah:
1) Fight, fight, atau freeze
2) Ketegangan otot sangat berat
3) Agitasi motorik kasar
4) Pupil dilatasi
5) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
6) Tidak dapat tidur
7) Hormon stress dan neurotransmitter berkurang
8) Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respon kognitif dari panik adalah:
1) Persepsi sangat sempit
2) Pikiran tidak logis, terganggu
3) Kepribadian kacau
4) Tidak dapat menyelesaikan masalah
5) Fokus pada pikiran sendiri
6) Tidak rasional
7) Sulit memahami stimulus eksternal
8) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional dari panik adalah:
1) Merasa terbebani
2) Merasa tidak mampu, tidak berdaya
3) Lepas kendali
4) Mengamuk, putus asa
5) Marah, sangat takut
6) Mengharapkan hasil yang buruk
7) Kaget, takut, lelah
2.1.7 Sumber Kecemasan
Dapat berasal dari sumber internal dan eksternal dapat diklsifikasikan dalam dua
jenis:
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk mlakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Pada ancaman ini stressor yang berasal dari sumber eksternal adalah faktor-faktor
yang dpat menyebabkan gangguan fisik (misal: infeksi virus, polusi udara).
Sedangkan yang menjadi sumber internalnya adalah kegagalan mekanisme fisiologi
tubuh (misal: sistem jantung, sistem imun, pengaturan suhu dan perubahan
fisiologis selama kehamilan).
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorag dapat membahayakan identitas, harga diri
dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang. Ancaman yang berasal dari sumber
eksternal yaitu kehilangan orang yang berarti (meninggl, perceraian, pindah kerja),
dan ancaman yang berasal dari suber internal berupa gangguan interpersonal di
rumah, tempat kerja atau menerima peran baru.
2.1.8 Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan
faktor utama yang membuat pasien berperilaku patologis atau tidak. Mekanisme
koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat, dan panik membutuhkan banyak
energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua
jenis, yaitu:
1. Task Oriented Reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang
ingin dicapai dengan melakukan koping ini dalah individu mencoba menghadapi
kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk
mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang.
2. Ego Oriented Reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu
sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk
melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk
menili penggunaan mekanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak
adaptif, perlu dievalusi hal-hal berikut:
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan
pasien
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa pengaruhnya
terhadap disorganisasi kepribadian
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan
pasien
d. Alasan pasien menggunakan mekanisme pertahanan.
2.1.9 Asuhan Keperawatan dengan Kecemasan
1. Pengkajian
Pengakajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik secara
bio, psiko, sosial dan spiritual (Dermawan, dalam Ramandanty, 2019).
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan, pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan
mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan mementukan
diagnosis keperawatan oleh karena itu pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan
cermat sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien dapat diidentifikasi.
Pengkajian pada pasien dengan ansietas dapat dilakukan melalui wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala ansietas yang dapat
ditemukan melalui observasi yaitu : ekspresi wajah terlihat tegang, rentang perhatian
menyempit, perubahan tanda-tanda vital (nadi dan tekanan darah naik), tampak sering
nafas pendek, gerakan tersentak-sentak, meremas-remas tangan dan tampak bicara
banyak dan lebih cepat.
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, No.RM, informan
b. Alasan masuk
Berisikan kronologi kejadian kecemasan pada klien sampai bisa masuk di rumah
sakit, seberapa para klien mengalami kecemasan.
c. Faktor predisposisi
Adakah faktor yang menyebabkan klien mengalami kecemasan, apakah klien
pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya. Apakah klien memiliki riwayat
penganiayaan, penolakan, kekerasan maupun tindakan kriminal. Serta kaji adanya
anggota keluarga yang pernah menagalami gangguan jiwa dan apakah klien pernah
memiliki pengalaman yang tidk menyenangkan semasa hidupnya.
d. Pemeriksaan fisik
Pada klien degan gangguan kecemasan biasanya mengalami peningkatan tekanan
darah dan nadi. ekspresi wajah terlihat tegang, rentang perhatian menyempit, tampak
sering nafas pendek, gerakan tersentak-sentak, meremas-remas tangan dan tampak
bicara banyak dan lebih cepat.
e. Psikososial
Berisikan data pribadi klien, gambaran diri klien, hubungan sosial klien dengan
lingkungan disekitarnya, kondii spiritual,
f. Status mental
Menjelaskan bagaimana penampilan klien, pembicaran, aktivitas motorik klien,
alam perasaan klien, bagaiman respon klien sat berinteraksi selama wawancara,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi, kemampuan
dalam penialian, daya tilik diri.
g. Mekanisme koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi. Mekanisme
koping berisikan rentang respon adaptif dan maladaptif.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Menjelaskan tentang dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, ekonomi, dan pelayanan kesehatan.
2. Pohon masalah
Kerusukan interaksi sosial

Gangguan suasana perasaan : cemas

Koping individu inefektif


3. Diagnosa
a. Ansietas
4. Intervensi
No Dx. Keperawatan Luaran Intervensi dan Implementasi
.
1 Kategori : Psikologis Setelah dilakukan intervensi keperawatan Terapi relaksasi
Subkategori : Interaksi ego selama 1x24 jam, tingkat ansietas menurun Kode : I.09326
Kode : D.0080 dengan kriteria hasil : Definisi : menggunakan teknik peregangan untuk
Masalah : Ansietas Tingkat ansietas mengurangi tanda dan gejala ketidaknyamanan
Definisi : Kondisi emosi dan Kode : L.09093 seperti nyeri, ketegangan otot, atau kecemasan
pengalaman subyektif Definisi : kondisi emosi dan pengalaman Tindakan
indiviidu terhadap objek yang subyektif terhadap objek yang tidak jelas Observasi
tidak jelas dan spesifik akibat dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang a. Identifikasi penurunan tingkat energy,
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
memungkinkan indiviu tindakan untuk menghadapi ancaman lain yang menganggu kemampuan kognitif
melakukan tindakan untuk Ekspektasi : Menurun b. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
menghadapi ancaman a. Verbalisasi kebingungan dari skala 1 digunakan
Penyebab (meningkat) menjadi skala 5 (menurun) c. Identifikai kesediaan, kemampuan, dan
a. Kekhawatiran mengalami b. Verbalisasi khawatir akibat kondisi penggunaan teknik sebelumnya
kegagalan yang dihadapi dari skala 1 (meningkat) d. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
Gejala dan tanda mayor menjadi skala 5 (menurun) tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
Subjektif c. Perilaku gelisah dari skala 1 latihan
a. Merasa bingung (meningkat) menjadi skala 5 (menurun) e. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
b. Merasa khawatir dengan d. Perilaku tegang dari skala 1 Terapeutik
akibat dari kondisi yang (meningkat) menjadi skala 5 (menurun) a. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
dihadapi e. Konsentrasi dari skala 1 (memburuk) gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
c. Sulit berkosentrasi menjadi skala 5 (membaik) nyaman,
Objektif f. Pola tidur dari skala 1 (memburuk) b. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
a. Tampak gelisah menjadi skala 5 (membaik) prosedur teknik relaksasi
b. Tampak tegang c. Gunakan pakaian longgar
Gejala dan tanda minor d. Gunakan nada suara lemut dengan irama lambat
Subjektif dan berirama
a. Mengeluh pusing e. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
Objektif dengan analgetik atau tindakan medis lain
a. Frekuensi napas Edukasi
meningkat a. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
b. Frekuensi nadi meningkat relaksasi yang tersedia
c. Tekanan darah meningkat b. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang
d. Tremor dipilih
e. Muka tampak pucat c. Anjurkanmengambil posisi nyaman
f. Suara bergetar d. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
e. Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
f. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
5. Implementasi
Implementasi adalah proses membantu pasien untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tahan ini dimulai setelah rencana tindakan disusun. Perawat
mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencanan asuhan
keperawatan. Dimana tujuan impelementasi keperawatan adalah meningkatkan
kesehatan klien, mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi koping klien
(Hutahaean Serri, 2010).
Dalam implementasi rencana tindakan keperawatan pada anak demam thypoid
adalah mengkaji keadaan klien, melibatkan keluarga dalam pemberian kompres
hangat, menganjurkan klien memakai pakaian tipis, mengobservasi reaksi non verbal,
mengkaji intake dan output klien, dan membantu keluarga dalam memberikan asupan
kepada klien
6. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam
mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan (Hutahaean Serri, 2010).
2.2 Terapi Modalitas
Terapi modalitas yaitu suatu terapi yang dilakukan dengan cara melakukan
berbagai pendekatan penanganan pada klien dengan gangguan jiwa. Terapi modalitas
adalah terapi keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki
klien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Dapat juga didefiniskan terapi
modalitas adalah suatu pendekatan penangana klien dengan gangguan yang bervariasi
yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa dengan
perilaku maladatifnya menjadi perilaku yang adaptif.

Anda mungkin juga menyukai